Professional Documents
Culture Documents
I.
SINOPSIS KASUS
XXX.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Operating Exposure
Operating Exposure atau dapat disebut economic exposure, competitive exposure dan di
beberapa kesempatan strategic exposure adalah kegiatan yang memperhitungkan semua
perubahan akan present value dari sebuah perusahaan yang akan menghasilkan operating
cash flow di masa depan yang disebabkan perubahan akan kurs mata uang.
Untuk menghitung operating exposure dari sebuah perusahaan membutuhkan forecasting dan
analisis akan semua dampak transaksi perusahaan di masa depan bersama-sama dengan
eksposur masa depan semua kompetitor perusahaan dan perusahaan uang berpotensi menjadi
kompetitor. Keadaan akan perubahan kurs mata uang tidak dapat diprediksi, menyebabkan
kebutuhan akan analisis dari operating exposure.
Pada perusshaan multinasional, cash flow dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu operating
cash flow dan financing cash flow. Operating cash flow berasal dari piutang intercompany
(antara perusahaan terkait) dan intracompany (antara unit perusahaan yang sama) dan hutang,
sewa dan pembayaran sewa, royalti dan biaya lisensi dan berbagai macam biaya manajemen.
Sementara financing cash flow adalah pembayaran dari pinjaman (pokok pinjaman dan
bunganya), suntikan modal dan dividen yang berasal dari intercompany ataupun
intracompany.
Figure 1 Financial and Operating Cash Flows Between Parent and Subsidiary
Operating cash flow dapat dikatakan lebih penting untuk jangka waktu panjang akan keadaan
dari sebuah bisnis daripada perubahan yang disebabkan akan eksposur transaksi atau
translasi. Namun, operating exposure bersifat subjektif karena tergantung pada perkiraan
perubahan arus kas di masa depan melalui horizon waktu yang sewenang-wenang.
Perencanaan akan operating exposure adalah tanggung jawab dari managemen perusahaan
karena bergantung kepada interaksi dari strategi akan keuangan, pemasaran dan pembelian
dan produksi. Managemen dan investor harus memperhitungkan perubahan akan nilai kurs
yang tidak dapat terprediksi ke dalam evaluasi akan operasi dan nilai pasar. Dari perspektif
investor, jika pasar valuta asing efisien, maka informasi mengenai perubahan nilai tukar
harus tercermin dalam nilai pasar perusahaan. Hanya perubahan yang tak terduga dalam nilai
tukar, atau pasar valuta asing tidak efisien, yang menyebabkan nilai pasar berubah.
B. Pengukuran akan Dampak dari Operating Exposure
Perubahan yang tak terduga akan nilai mata uang berdampak akan expected cash flow sebuah
perusahaan mempunyai empat level yang bergantung akan waktu yang digunakan yaitu:
short run, medium run : equlibrium, medium run: disequilibrium, long run.
Strategi operasional akan pengeloloan dari operating exposure menekankan akan penataan
operasi perusahaan dalam rangka menciptakan pencocokan aliran cash flows akan nilai tukar.
Tujuan dari manajemen operating adalah untuk mengantisipasi dan mempengaruhi efek dari
perubahan tak terduga dalam nilai tukar pada arus kas masa depan perusahaan. Untuk
mencapai tujuan tersebut, manajemen dapat melakukan diversifikasi operasi dan pendanaan
dasar perusahaan. Manajemen juga dapat mengubah kebijakan operasi dan pembiayaan
perusahaan. Sebuah strategi diversifikasi tidak memerlukan manajemen untuk memprediksi
diseuquilibrium, hanya untuk mengenalinya ketika itu terjadi. Jika operasi perusahaan yang
terdiversifikasi secara internasional, manajemen dapat mengenali ketidakseimbangan ketika
terjadi dan bereaksi kompetitif. Menyadari perubahan sementara dalam kondisi kompetitif
memungkinkan manajemen untuk melakukan perubahan dalam strategi operasi. Perusahaan
domestik dapat terkena dampak penuh dari paparan operasi valuta asing dan tidak memiliki
pilihan untuk bereaksi dengan cara yang sama seperti yang dilakukan perusahaan
multinasional. Jika sumber pembiayaan perusahaan terdiversifikasi, maka perusahaan akan
dapat mengambil keuntungan dari penyimpangan sementara dari international fisher effect.
Namun, untuk beralih sumber pembiayaan perusahaan harus sudah terkenal di komunitas
investasi internasional. Pilihan ini tidak berlaku bagi perusahaan domestik (jika telah
membatasi pembiayaan ke salah satu pasar modal).
C. Proactive Management of Operating Exposure
Operating exposure dapat dikelola sebagian dengan mengadopsi kebijakan operasional yang
mengimbangi antisipasi eksposur valuta asing. Terdapat enam kebijakan yang biasa
digunakan yaitu:
-
eksposure terbesar.
Risk sharing agreements
Pada strategi ini terdapat perjanjian kontraktual di mana pembeli dan penjual setuju
untuk berbagi dampak pergerakan mata uang pada pembayaran antara kedua pihak.
Perjanjian ini dimaksudkan untuk mengurangi dampak pada kedua belah pihak dari
sejumlah perusahaan yang mempunyai tujuan yang hampir sama. Pada intercompany
-
PEMBAHASAN
1. Why do you think Toyota waited so long to move its manufacturing for European sales
to Europe?
Menurut kami, banyak hal yang menjadi bahan pertimbangan bagi TMEM dalam
keputusannya untuk membangun fasilitas manufaktur di Eropa. Dalam manufaktur, faktor
terpenting yang harus diperhatikan adalah perlunya dibangun suatu fasilitas pabrik. Dimana
pabrik tersebut akan digunakan sebagai fasilitas pengolahan bahan baku menjadi barang yang
siap dijual.
Dalam membangun suatu pabrik, harus diperhatikan bahwa perlu adanya modal
keuangan yang cukup besar. Hal ini akan sangat sulit dilakukan, karena selain TMEM telah
mengalami kerugian sebelumnya, pangsa pasar yang dimiliki oleh TMEM di Eropa cukup
kecil, hanya berfokus pada kendaraan Yaris saja.
Berlanjut dari poin sebelumnya, industri yang digeluti oleh TMEM adalah suatu
industri yang memerlukan adanya suntikan dana investasi yang berkala. Hal ini untuk
menunjang keberlangsungan daya saing yang dimiliki perusahaan. Dengan adanya suntikan
dana investasi secara berkala, maka dapat dimungkinkan untuk terjadi perkembangan usaha
karena adanya akses terhadap teknologi-teknologi baru.
Selain itu, dari sisi economies of scale, hal ini dilihat masih belum menguntungkan
bagi TMEM. Meskipun dengan membangun pabrik baru dapat dikurangi biaya produksi,
tetapi pangsa pasar yang kecil membuat TMEM berada pada keadaan yang cukup sulit.
Seperti disampaikan pada paparan kasus, beberapa komponen penting pun akhirnya masih
harus diimpor dari Jepang atau Inggris.
2. If the British pound were to join the European Monetary Union would the problem be
resolved? How likely do you think this is?
Menurut kami, masalah ini belum bisa diselesaikan hanya karena Great Britain
Poundsterling (GBP) bergabung dengan Euro. Hal ini mungkin akan menyelesaikan
permasalahan nilai tukar antara GBP dan Euro saja. Tetapi yang menjadi permasalahan
adalah menguatnya nilai tukar Yen dibandingkan dengan Euro. Sehingga jika GBP bergabung
masalah besarnya belum akan terselesaikan.
Menurut kami, hal ini juga tidak mungkin dilakukan karena kuatnya posisi nilai tukar
GBP jika dibandingkan dengan Euro. Seperti dapat kita ketahui, hingga tahun 2015 ini GBP
masih berdiri kuat. Pertimbangan negara Inggris pun pasti akan sangat banyak, karena
dengan bergabung dengan Euro, GBP akan menjadi salah satu penopang ekonomi Eropa
seperti yang terjadi pada Jerman.
3. If you were Mr. Shuhei, how would you categorize your problems and solutions? What
was a short-term problem? What was a long-term problem?
Akar dari permasalahan yang dialami Toyota Motor European Manufacturing
(TMEM) adalah melemahnya nilai tukar Euro (EUR) relatif terhadap Japanese Yen (JPY)
dan British Poundsterling (GBP). Melemahnya nilai EUR tersebut menjadi masalah bagi
TMEM mengingat seluruh penjualan Toyota di Eropa berasal dari impor complete autos dan
key subcomponents asal Jepang, yang pembayarannya dilakukan dalam mata uang JPY.
Dengan demikian TMEM mendapatkan operating exposure dari pelemahan nilai tukar EUR.
Implikasi dari operating exposure yang dirasakan oleh TMEM adalah peningkatan
biaya per unit dari setiap penjualan Toyota di Eropa. Dari total penjualan Toyota di Eropa,
74% merupakan impor complete autos yang diimpor dari Jepang, sedangkan 26% merupakan
produk yang dirakit di Uni Eropa menggunakan key subcomponents yang diimpor dari
Jepang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa seluruh atau sebagian besar komposisi
cost strucutre per unit penjualan Toyota diimpor dengan JPY sebagai alat pembayaran.
Mengingat produk otomotif berada pada pasar yang memiliki sifat price elastic, maka
implikasi dari perubahan nilai tukar tidak dapat dibebankan kepada harga penjualan (no
complete pass-through). TMEM akan mengalami penurunan market share apabila implikasi
perubahan nilai tukar dibebankan kepada harga. Akan tetapi, jika tidak ada penanggulangan
masalah lebih lanjut, maka TMEM akan mengalami penurunan margin ataupun loss akibat
pembengkakan cost structure.
Dari paparan di atas, permasalahan TMEM dapat dikategorisasi menjadi dua kategori,
yakni permasalahan jangka pendek dan permasalahan jangka panjang. Dalam jangka pendek,
sulit dilakukan perubahan harga yang dibebankan kepada konsumen dan cost structure.
Sehingga, TMEM akan mengalami penurunan laba operasional dibanding proyeksi awal
ataupun operational loss pada tahun anggaran berjalan.
Dalam jangka panjang, TMEM akan mengalami kerugian yang berkelanjutan jika
tidak menanggulangi masalah yang ada. Jika permasalahan ditanggulangi dengan
peningkatan harga, maka akan ada permasalahan baru yang akan dialami oleh TMEM, yakni
penurunan daya saing dan market share. Hal ini dikarenakan dua alasan utama. Pertama, sifat
produk yang memiliki price elasticity. Kedua, struktur kompetisi TMEM di Eropa, dimana
sebagian pesiang TMEM merupakan perusahaan otomotif yang berbasis di Eropa dan
mengalami operational exposure pada tingkat yang relatif lebih rendah dibanding TMEM.
4. What measures would you recommend that Toyota Europe take to resolve the
continuing operating losses?
Sesuai dengan permasalahan yang sudah diidentifikasi dan dikategorisasi pada
jawaban soal 3.3, maka terdapat dua rekomendasi bagi permasalahan TMEM. Dalam jangka
pendek, TMEM direkomendasikan untuk tetap melanjutkan kebijakan operasional dan
kebijakan penetapan harga yang sedang dijalankan. Hal ini tetap direkomendasikan meskipun
gross margin yang dinikmati tetap minim, dengan tujuan agar TMEM dapat tetap menjaga
market share dan momentum penjualan Yaris. Sebagai tambahan, pada akhir 2001 EUR
mulai menguat realtif terhadap JPY dan GBP, sehingga dapat menurunakn nilai kerugaian
yang dialami TMEM.
Dalam jangka panjang, TMEM perlu memnyaperbaiki cost structure perusahaan yang
sensitif terhadap perubahan nilai tukar EUR. Hal ini dapat dilakukan dengan pembangunan
dan memulai operasi fasilitas manufaktur di Eropa. Cakupan dari kegiatan manufaktur yang
dilakukan direkomendasikan agar tidak hanya terbatas pada kegiatan perakitan, namun
menyertakan kegiatan sourcing, procurement, dan produksi key components. Selain itu,
kegiatan manufaktur direkomendasikan untuk dijalankan di Eropa, tepatnya di lokasi yang
menggunakan EUR, bukan di Jepang, Britania Raya, ataupun Turki.
DAFTAR PUSTAKA
Eitman, David K., Stonehill, A. I., & Moffett, M. H. (2013). Multinational Business Finance.
Pearson Global Edition; 13th Edition.