You are on page 1of 150

Anatomi SSP

Pembagian Sistem
Saraf
1. Sistem Saraf Pusat

Otak + Medulla Spinalis


Pusat integrasi dan kontrol

2. Sistem Saraf Tepi

Sistem saraf di luar otak dan corda


spinalis
Terdiri atas :
31 nervus Spinalis
Membawa informasi ke/dari
corda spinalis
12 nervus Cranialis
Membawa informasi ke/dari
otak

3 main types of nerve cells

sensory
neurone

relay
neurone

motor
neurone

Neuroglia
menunjang
antarneuron&
membantu
mempertahankan metabolisme
90% SSP bukanlah Neuron, tetapi sel glia
atau Neuroglia.
Walaupun jumlahnya besar, sel glia menempati
hanya sekitar separuh dari volume otak, karena selsel ini tidak memiliki cabang-cabang ekstensif
seperti neuron
Sel-sel glia berfungsi sebagai jaringan ikat SSP
Terdapat 4 jenis sel glia di SSP :

Astrosit
Oligodendrosit
Sel ependimal
Mikroglia

Jenis Sel Glia

Fungsi

Astrosit

Menunjang Neuron-Neuron
Menginduksi pembentukan sawar darah otak
Membentuk jaringan parut saraf
Menyerap dan menguraikan neurotrasmiter yang
dikeluarkan menjadi bahan-bahan dasar untuk sintesis
lebih banyak neurotransmiter oleh neuron
Memiliki reseptor untuk neurotrasmiter, yang mungkin
penting dalam sistem penyampaian sinyal kimiawi

Oligodendrosit

Membentuk sarung mielin di SSP

Sel ependimal

Melapisi rongga internal otak dan korda spinalis


Berperan dalam pembentukan cairan serebrospinal

Mikroglia

Berperan dalam pertahanan otak sebagai sel fagositik

Vaskularisasi Dinding SSP


a.
carotis
externa

a.
ethmoidalis
a.
maxillaris
interna

a.
a.
a.
a.

supratrochlearis
supraorbitalis
temporalis superficialis
occipitalis

a. meningea
accesoria
a.
pharyngica
ascendens

Fossa cranii anterior


& durameter

a. meningea
anterior
a.
meningea
media

a.
meningea
posterior

SCALP

Sisi lateral cranium dan


duramater
Ganglion semilunaris gasseri &
duramater

Arachnoid avascular
Piamater arteri otak bersama substansia
otak

Fossa cranii posterior


dan duramater

OTAK
Bagian luar berwarna kelabu (badan sel saraf) : substansi grissea
Bagian dalam otak berwarna putih(serabut saraf ) : substansi alba
Antara sel-sel saraf di otak terdapat jaringan ikat sel neuroglia

Berdasarkan letak
1. Prosencephalon
a. Telencephalon
b. Diencephalon
2. Mesencephalon
3. Rombencephalon
a. Cerebellum
b. Pons
c. Medulla oblongata

Otak dibagi menjadi 6


divisi utama:
forebrain/prosensefalon
1. Serebrum
2. Diensefalon
3. Serebelum
Brain stem (batang
otak)
4. Midbrain
5. Pons
6. Medula oblongata

BATANG OTAK-TRUNCUS CEREBRI

Terdiri dari 3 bagian (dari sebelah inferior ke


superior)medulla oblongata, pons, dan
mesenchephalon

MEDULLA OBLONGATA PONS

MESENCHEPHALON

Bagian paling caudal


Ventrikel IV
menghasilkan cairan
otak
Terdiri: bagian caudal
tertutup dan bagian
kranial terbuka
Tempat penting :
persilangan sensoris
yang besardecussatio
lemniscorum
Vaskularisasi : cbg
a.vertebralis ka-ki,
a.basilaris, a. spinalis
anterior, a, spinalis
posterior, a.cerebeli
inferior posterior dan
cerebelli inferior anterior

Terletak antara pons


dan diencephalon
3 bagian :
Tegtum
mesencephali/corpora
quadrigemina
Tegtum mesencephali
Crura cerebri
2 nervi keluar dari
midbrain : n.
occulomotori, n.
trochlearis
Hub. dgn hemispherium
cerebri dan cerebellum
refleks2 yg berhub.
Dgn koordinasi dan
pengaturan sikap tubuh
Vaskularisasi : a.
basilaris, a. cerebri

2 bagian: pars
basilaris/ventralis
(basis pontis) dan
pars
dorsalis/tegmentalis
(tegmentum pontis)
Vaskularisasi : 3
kelompok pembuluh
darah yang berasal dari
a.basilaris (paramedian,
sirkumferential pendek
dan sirkumferential
panjang)

CEREBELLUM
Bagian terbesar kedua setelah cerebrum, terletak di
metencephalon
Berat : 140-150 gram
Terbagi: corpus cerebelli dan lobus floculonodularis
Terdiri dari 2 hemispherium
Potongan melintang : cortex cerebelli (stratum
moleculare, stratum gangliosum, stratum
granulosum) dan medulla cerebelli
Cerebellum dgn sekitar dihub.kan olh 3 psg
kumpulan serabut saraf:
Pedunculus cerebellaris superior
Pedunculus cerebellaris media
Pedunculus cerebellaris inferior

Vaskularisasi : a. cerebellaris superior, a. cerebellaris


inferior anterior dan a. cerebellaris inferior posterior

Cairan otak atau liquor cerebro spinalis (LCS)cairan jernih


tak berwarna (glukosa, protein dan K, Na Cl dalam jumlah
yang relatif banyak
Fungsi : bantalan utk melindungi SSP terhadap trauma
mekanis karena bertindak seperti sebuah jaket pelindung
berisi air (fungsi nutrisi untuk neuron2)
Hampir 70% LCS dihasilkan oleh suatu massa kapiler khusus
yang dinamakan plexus choroideus yang ada di ventrikel
lateralis dan atap dari ventrikel III dan IV. 30%
metabolisme dan hasil sekresi air dari kapiler cereberal.
Volume rata2 org dewasa : 140 ml. Berat jenis 1.003-1.008.
pHnya 7,35
Pungsi lumbal berguna untuk
Menemukan adanya darah atau pus dalam lcs
Mengetahui tekanan lcs
Pemeriksaan laboratorium termasuk hitung sel, protein,
glukosa, pewarnaan gram, pembiakan dan sensitivitas
kuman dan serologi

DIENCEPHALON

Yang termasuk ke dalam diencephalon:


epithalamus, subthalamus, thalamus,
Epithalamus
Subthalamus
Thalamus
Hypothalamus
hypotalamus
Terdiri: corpus
pinealis, striae
medullaris
thalami,
commisura
posterior dan
trigonum
habenulare
Fungsi :
mengkoordinir
rangsang
penghidu dan
somatis

Daerah jaringan
otak yang
terletak antara
tegmentum
mesencephali
dan dorsal
thalamus

Bagian kecil dari Massa oval yang


diencephalon
luas dari
yang terletak di
substansia grisea
bawah atau
yang menempati
ventral thalamus 4/5 bagian
yang membentuk diensephalon
dasar dan dinding Fungsi :relay
lateral ventrikel III station untuk
Fungsi:
segala rangsang
homeostatis,
sensoris kecuali
secara langsung
rangsang
atau tak langsung penghidu
mengatur
aktivitas viseral,
fungsi emosionil
Bagian bawah diencephalon glandula dan
hipofisis
yang berhubungan
intelektual
dengan hipothalamus melalui infundibulum. Terbagi dalam 2 bagian :
adenohipofisis dan neurohipofisis

TELENCEPHALON
Bagian terbesar dan tertinggi dari otak (80% massa
otak)
Mempunyai hemispherium kanan dan kiri,
dipisahkan secara tak lengkap oleh fissura
longitudinalis cerebri, dihubungkan oleh corpus
callosum
Hemispherium terdiri dari 2 lapisan : cortex cerebri,
medulla cerebri
Berat dan ukuran otak serta susunan lipatan otak
tidak mempunyai korelasi dengan kecerdasan
Hemispherium di bagi menjadi 4 lobus :
Lobus frontalis (fossa cranii anterior)
Lobus temporalis (fossa cranii media)
Lobus parietalis (bagian superior)

Lobus
frontalis

Lobus
frontalis

Lobus
Parietalis

Lobus
occipitalis

Bagian yang
paling besar
Membentuk
bagian anterior
dari tiap
hemisphere
dan menonjol
ke depan
sebagai polus
frontalis yang
mengisi fossa
cranii anterior
Lekukan yang
dalam dan jelas

sulcus/fissura
centralis
Rolandimemis
ahlan dengan
lobus parietalis

Dipisahkan
dengan lobus
parietalis dan
lobus frontalis
melalui fissura
cerebri lateralis
Sylvii
Terdapat
lipatan2
melintang di
bagian tengah
permukaan
atas gyrus
temporalis
superior gyri
temporalis
transversus
Heschl (cortex
pendengaran)

Di belakang
Sulcus centralis
Rolandi sampai
garis imajiner
yang di tarik
antara fissura
parieto
occipitalis
dengan
preoccipital
notch
Batas
belakang:garis
kedua yang
ditarik antara
pertengahan
garis imajiner
pertama
dengan ujung
dorsal ramus

Batas vebtral :
garis imajiner
antara fissura
parieto
occipitalis dan
preoccipital
notch dan
meluas ke arah
dorsal
membentuk
polus occipitalis
Daerah
penting :
Fissura
calcarina. Tepi
bawahnya
cortex
penglihatan

Layers of Protection: Skull


and Meninges

HISTOLOGI SUSUNAN
SARAF PUSAT

Struktur
Sel saraf / neuron
Badan sel : nukleus, sitoplasma,
organel
Prosesus / juluran : akson, dendrit
Sel glia

Struktur
Badan sel : piramid, lonjong, bulat
Akson, akson hilock & segmen awal
disebut zona pemicu.
Dendrit, cabang langsung dr badan
sel neuron, organelnya perikarion

FISIOLOGI SSP

PELINDUNG SSP
Pelindung SSP:

Kranium otak; kolumna vertebralis spinal


cord, 3 membran menings,CSS, Sawar darah
otak

3 lapisan menings:

Duramater: 2 lapisan tidak elastis & kuat

2 lapisan biasanya melekat erat, dibagian ttt, lapisan


terpisah sinus dura, sinus vena

Araknoid mater: gambaran jaring laba

Ruang subaraknoid terisi CSS


Ada vilus subaraknoid yg menembus sinus dura
tempat CSS direabsorpsi ke vena

Pia mater: melekat erat ke permukaan otak &


korda spinalis & memasok PD pada bag. Otak
dalam

PEMBENTUKAN & ALIRAN


CSS
CSS dibentuk t.u oleh plexus koroideus pada
rongga ventrikel

Plexus koroideus: jar. Piamater seperti kembang kol,


kaya p.darah yg masuk ke dalam rongga ventrikel

Setelah dibentuk, CSS mengalir melalui 4


ventrikel

Pada ventrikel 4, CSS keluar mll lubang kecil


ruang subaraknoid mengalir rata
Ketika mengalir ke bag. Atas otak direabsorpsi
mll vilus subaraknoid

CSS 125-150 ml & mempunyai 2 fungsi:

Shock-absorbent / bantalan & pertukaran bahan


antara cairan tubuh & otak
Pertukaran zat antara cairan intersitium & CSS
relatif bebas

Neurogli
a

Pertukaran antar sel otak &


cairan intersitium diatur o/
sifat membran plasma

Neuron

Cairan
Intersitium Otak
Transportasi ke
dalam otak dari
arah sangat
dibatasi o/ BBB

Pertukara
n bebas

Darah
Arteri

Darah
Vena

Sinu
s
dur
a
PLASMA DARAH

Cairan
Serebrospina
lis (CSS)
Transport selektif
dari darah ke CSS
melewati plexus
koroideus

SAWAR DARAH OTAK


Otak dilindungi sawar darah otak

Pertukaran antara zat dalam darah & cairan


intersitium sangat terbatas, Hanya dapat terjadi mll
kapiler otak

Struktur sawar darah otak:

Kapiler otak berbeda dg kapiler lain dd kapiler


bersifat taut erat
(-) ada pertukaran antara sel, harus melalui sel
Zat yg dapat menembus: Zat larut lemak (O2,
CO2, alkohol, steroid), atau mol. Air berukuran kecil

Kapiler otak tsb dikelilingi astrosit dg fungsi:


Memberi sinyal u/ membuat taut erat
Diperkirakan berperan dalam transportasi ttt,
misalnya K

Daerah ttt yg tidak dilindungi BBB cth:


hipotalamus

Serebrum hemisfer kiri &


kanan
Dihub o/ korpus kalosum pita
tebal dengan 300 juta akson
Setiap hemisfer terdiri dari:
lap. Luar tipis berwarna abu
(substansia grisea) kortex
serebrum
lap. Tengah tebal berwarna
putih (substansia alba)
didalam s. alba, ada s. grisea
lain

Korteks
Serebrum

s. Grisea badan sel + dendrit


s. Alba akson dg lemak
mielin
Korteks serebrum: lapisan luar
serebrum yg berlekuk

Lobus occipital & temporal


(POSTERIOR)
occipital masukan
penglihatan ;
temporal masukan sensasi
suara
Lobus Frontalis:
aktivitas motorik volunter,
kemampuan bicara, elaborasi
pikiran
korteks motorik primer (depan
sulkus) daerah utama
motorik: mengolah sisi
berlawanan !

Lobur parietalis
sensorik (sentuhan, tekanan, panas, dingin, nyeri (sensasi
somestetik) & proprioseptif
korteks somatosensorik tempat u/ pengolahan awal
(dibelakang sulkus sentralis)
masukan sensorik diterima terbalik !
talamus bisa merasakan sentuhan, tekanan, suhu
sederhana, namun tidak bisa menentukan lokasi &
intensitas

Skema Hubungan Berbagai Area di Korteks


Input Sensori

Dipancarkan dari reseptor & saraf


aferen

Area korteks yang pertama memproses input


Area sensorik primer sensori
spesifik dari bagian tubuh yang dipetakan
somatotopik
Area sensorik yang lebih tinggi Elaborasi & pengolahan lebih lanjut input
sensori spesifik
Area asosiasi

Dipancarkan mll neuron eferen otot rangka


tindakan yang diinginkan

Area motorik yang lebih tinggiPemrograman urutan gerakan dlm konteks


bbg Informasi yang diberikan
Area motorik primer Memerintahkan neuron eferan memulai gerakan
Volunter
Output motorik

Integrasi, penyimpanan, dan penggunaan bbg


input Sensori merencanakan tindakan yg
bertujuan

Daerah Fungsional Korteks


Serebrum

KONTROL MOTORIK
Korteks motorik primer pencetus sinyal eferen
ke organ efektor, namun banyak organ lain yg
terlibat dalam proses motorik:
Daerah otak yg lebih rendah & spinal cord kontrol
aktivitas otok involunter c/ postur
Daerah otak yg lebih tinggi yg mengontrol gerakan
terkoordinasi

Daerah otak yg lebih tinggi yg berperan:

Daerah motorik
suplementer

Korteks pra motorik & Korteks parietalis


posterior

Medial hemisfer, anterior korteks Lateral hemisfer, anterior korteks motorik primer
motorik primer
Berhub dg korteks parietalis posterior u/
u/ program gerakan kompleks
orientasi tubuh ke sasaran
Lesi (-) paralisis

Gerakan dikoordinasikan, tetapi bukan dimulai dari daerah ini

Dominan kanan
Hemisfer kiri :
tempat daerah bahasa
biasanya bag. Ini kontrol motoriknya > halus
Namun dalam sisi aktivitas mental, setiap hemisfer
ada keunggulan masing
Hemisfer Kiri

Hemisfer Kanan

Tugas logis, analitis, sekuensial &


verbal
Cth: matematika, filsafat,
pembentukan bahasa

Non bahasa, cth: kemampuan artistik


& musik

Bersifat fragmenter & pemikir

Bersifat holistis & pencipta

KEMAMPUAN BERBAHASA
Daerah Bahasa hanya di hemisfer kiri

Apabila ada kerusakan < 2thn 10thn


dapat dikompensasi hemisfer kanan
Kerusakan > 10thn bersifat permanen,
mungkin ada sedikit perbaikan terbatas

Bahasa: pemahaman & ekspresi

Wernicke: di pertemuan lobus parietalis,


temporalis & oksipitalis u/ pemahaman
baik lisan & tertulis diteruskan ke Broca
Broca: u/ ekspresi bicara, berkaitan dg area
motorik u/ kemampuan artikulasi
Gangguan berbahasa afasia

DAERAH ASOSIASI
Daerah motorik, sensorik, bahasa
dari korteks serebrum, sisanya: daerah
asosiasi
Daerah asosiasi fungsi tinggi / luhur
Pada EEG biasanya silent areas

Kortex asosiasi
prafrontalis

Kortex asosiasi parietalistemporalis-oksipitalis

Kortex asosiasi
limbik

Anterior kortex motorik


primer, bag. Depan frontal
Berfungsi untuk:
rencana aktivitas
volunter
konsekuensi kedepan
(sosial & fisik)
kepribadian

Integrasi sensasi somatik,


audiotorik, visual u/ gambaran
yg lengkap
Membantu wernicke
penghubung thd penglihatan
& pendengaran

Didalam, antara ke2


lobus temporal
Berkaitan dengan:
emosi
Motivasi
Ingatan

DAERAH SUBKORTEKS
Nukleus basal
Hipotalamus
Talamus

NUKLEUS / GANGLIA BASAL


Fungsi nukleus basal:
Menghambat tonus otot diseluruh tubuh
Memilih & mempertahankan pola gerakan / aktivitas
motorik ttt (& membuang yg tidak berguna)
Memantau & u/ koordinasi kontraksi menetap & lambat
cth: kontraksi yg berkaitan dg postur

Penyakit / gangguan pada nukleus basal


Parkinson
Peningkatan tonus otot / rigiditas (kekakuan)
Gerakan involunter yg tidak berguna & tidak diinginkan
tremor istirahat
Perlambatan perilaku motorik cth: lagi duduk, cenderung
duduk, mau berdiri, dilakukan sangat lambat

+
+
Talamus

Kortex
serebrum

Nukleus
Basal

Neuron di
Batang
Otak

+
Neuron
Motorik di
Korda
Spinalis
+

Otot rangka

Gerakan

TALAMUS & HIPOTALAMUS


Fungsi talamus:
Pengolahan awal semua masukan sensorik
menyaring & mengarahkan ke kortex
somatosensorik
Talamus batang otak daerah asosiasi
kemampuan mengarahkan perhatian ke
rangsangan menarik
Fs lain: u/ sensorik kasar & memperkuat motorik
volunter
Fungsi hipotalamus:
Pengaturan langsung lingkungan internal
(homeostasis)
Kortex serebrum: mengatur tidak langsung
lingkungan internal

SISTEM LIMBIK
Secara garis besar mencakup: nukleus basal,
korteks serebrum, talamus, hipotalamus
Sistem limbik: berperan dalam emosi, pola
perilaku sosioseksual & kelangsungan hidup,
motivasi, belajar
Adanya pusat penghargaan & hukuman
Mekanisme rasa motivasi:
Sebagian motivasi / perilaku berkaitan dg
homeostasis, cth: haus ok defisit air motivasi u/
minum
Namun jenis minuman yg dipilih (-) berkait dg
homeostasis bergantung pengalaman, belajar,
kebiasaan
Namun u/ motivasi lain (cth: karir, menang lomba)

SISTEM LIMBIK
Peran bagian dalam sistem limbik:
Hipotalamus persiapan lingkungan internal
sesuai dg keadaan emosi c/ HR, TD, pernafasan
saat marah
Korteks serebri u/ ekspresi emosi/perasaan,
dibutuhkan koordinasi otot c/ utk menyerang,
senyum
Urutan gerakan yg diatur korteks, tampaknya dapat
diprogram dan dipanggil sewaktu-waktu o/
sistem limbik volunter & involunter

Kortex memperkuat / menekan respons


emosi secara sadar

SEREBELUM
Belakang-atas batang otak, dibawah
oksipital
3 bagian:
Vestibuloserebelum:

keseimbangan & kontrol mata

Spinoserebelum

Mengatur tonus otot & gerakan terkoordinasi


Dapat memperkirakan posisi sepersekian detik
kemudian
Melakukan penyesuaian t.u pada aktivitas cepat
cth: main piano, mengetik, berlari

Serebroserebelum:

Inisiasi aktivitas volunter dg mengirim sinyal ke


korteks motorik berhub dg ingatan prosedural

Korteks
motorik
Spino
serebelum

Informasi
perintah
motorik
Membuat
penyesuaian
sesuai keperluan

Informasi
kinerja
sebenarnya
Geraka
n

Perintah
motorik ke
otot

Kontraksi
otot
rangka

SEREBELUM
Manifestasi Gangguan2 pada serebelum:
Gangguan keseimbangan, nistagmus
Penurunan tonus otot tanpa paralisis
Ketidakmampuan melakukan gerakan cepat dengan
mulus
Tremor intensional
Gerakan maju mundur sewaktu mendekati tujuan yg
dikehendaki berbeda dg tremor istirahat pada gg
Serebelum nukleus basal
Nukleus basal
Memantau & menyesuaikan aktivitas motorik dari kortex motorik; bersifat bawah
sadar
Memperhalus gerakan cepat
Meningkatkan tonus otot
Keseimbangan

Mengkoordinasi gerakan lambat &


menetap
Menghambat tonus otot

Walaupun gerakan motorik diperintah o/ kortex motorik secara volunter, namun


rangkaian aktivitas nya dilaksanakan & dikoordinasikan secara tidak sadar

BATANG OTAK
Medula, pons, midbrain
Fungsi batang otak:
Sebagian besar 12 pasang saraf kranialis berasal dari
batang otak
Tempat pusat sirkulasi, respirasi, pencernaan
Berperan dalam modulasi nyeri, & reflex otot yg berhub
dg keseimbangan & postur
Di batang otak ~ talamus jar. Neuron (formasio
retikularis) mengintegrasikan semua masukan / info
asenden menyebarkan ke serebrum dalam bentuk
sinyal. (Reticular Activating System / RAS)
Bertanggung jawab dalam proses tidur

KORDA SPINALIS
Korda spinalis:
Silinder jar. Saraf yg panjang & ramping (45cm, 2cm)
keluar dari lubang di dasar tengkorak berjalan didalam
kanalis vertebralis
Kolumna vertebra 25cm > panjang dari korda spinalis
serat saraf tidak sesuai dg lubang vertebra tempat ia
keluar
Berakhir pada L1 / L2 dibawahnya membentuk kauda
ekuina tempat u/ pungsi lumbal

Struktur korda spinalis:


Berbeda dg otak substansi grisea berbentuk kupu2
ditengah, substansi alba dipinggir
Substansi alba tr. Kortikospinalis & spinotalamikus

Serat aferen akar dorsal (ganglion akar dorsal)


Serat eferen akar ventral (berpangkal substansia grisea)
Akar dorsal & akar ventral bersatu 1 saraf spinalis
1 kolom 1 pasang saraf spinalis
31 pasang saraf spinalis + 12 pasang saraf kranialis sistem saraf
perifer

KOMPONEN OTAK

Korteks Cerebral

Nuclei basalis

FUNGSI UTAMA
Presepsi sensori, kontrol pergerakan secara volunter, ttg
personalitas, sophisticated mental events (bpikir, mengingat,
membuat keputusan, kreativitas, & pengendalian diri (selfconsciousness)
Hambat tonus otot, koordinasi pgerakan sementara yg lambat,
supresi pola pgerakan yg tidak bguna

Thalamus

Kontrol motorik, beberapa derajat pengendalian (consciousness),


tahu sensasi seks (crude awareness of sensation), tempat
mnyimpan & mengirimkan informasi dr semua input sinaptik

Hipothalamus

Regulasi banyak fungsi homeostatis (kontrol suhu, haus,


pengeluaran urine, & masukan makanan), tempat koneksi antara
sistem saraf & endokrin, pengikutsertaan besar emosi & pola
perilaku dasar, bperan dlm siklus bangun tidur-tidur

Cerebellum

Batang otak (brain


stem)

Menjaga keseimbangan, m tonus otot, mkoordinasi &


mrencanakan aktibitas otot yg tlatih secara volunter
Asal dr kebanyakan saraf kranial perifer, pusat kontrol CDV,
respirasi, & digestif; mregulasi refleks otot tmasuk keseimbangan
& postur, resepsi & integrasi smua masukan sinaptik dr batang
otak (arousal & aktivasi korteks serebral), bperan dlm siklus
bangun tidur-tidur

Divisi
Sensorik

SST

Divisi Motorik

DIVISI AFFERENT
Menghantarkan impuls dari reseptor ke SSP
Menginformasikan kepada SSP tentang
keadaan di dalam dan di luar tubuh
Serabut saraf sensorik bisa bersifat
somatik (dari kulit, otot skelet, atau sendi)
maupun viseral (organ-organ dalam tubuh)
DIVISI EFFERENT
Menghantarkan impuls dari SSP ke organ
efektor (otot, kelenjar)
Serabut saraf motorik

Sistem Saraf
Somatik
Sistem Saraf Simpatis
Sistem Saraf
Otonom
Sistem Saraf
Parasimpatis

Somatik vs. Otonom

SOMATIK
Volunter
Otot skelet
1 neuron efferent
Axon terminal
melepaskan
acetylcholine
Selalu tereksitasi
Dikontrol oleh
cerebrum

OTONOM
Involunter
Otot polos, otot jantung,
kelenjar
Multipel neuron efferent
Axon terminal
melepaskan acetylcholine
atau norepinephrine
Dapat dieksitasi maupun
diinhibisi
Dikontrol oleh pusat
homeostatik di otak
(pons, hypothalamus,
medulla oblongata)

Sistem Saraf Otonom


SIMPATIS
Fight or flight
Divisi E :
Exercise, excitement,
emergency, and
embarrassment

PARASIMPATIS
Rest and digest
Divisi D :
Digestion, defecation, and
diuresis

UPPER MOTOR
NEURON/SUPRANUCLEAR
PARALYSIS

LOWER MOTOR
NEURON/INFRANUCLEAR
PARALYSIS

Korteks serebral

Diagonal ke
Subcortical white matter (radiata
korona)

Kapsula internal

Cerebral peduncle

Basis pontis (ventral pons)

Pyramid of the upper medulla

Menyilang ke medula bag bawah

Kaudal ke dalam funikulus lateral


spinal cord

Traktus kortkilospinal

Substasia grisea anterior

Saraf kranial atau perifer

Motor end-plates of muscles

KELUMPUHAN UMN

Kelumpuhan UMN
Kelumpuhan UMN dibagi dalam :
1. Hemiplegia akibat hemilesi di korteks
motorik primer
2. Hemiplegia akibat hemilesi di kapsula
interna
3. Hemiplegia alternans akibat hemilesi di
batang otak :
Sindrom hemiplegia alternans di mensefalon
Sindrom hemiplegia alternans di pons
Sindrom hemiplegia alternans di medula
oblongata

4. Tetraplegia/kuadriplegia dan paraplegia

1.

HEMIPLEGIA AKIBAT HEMILESI DI


KORTEKS MOTORIK PRIMER

Kerusakan pada seluruh korteks piramidalis sesisi


menimbulkan kelumpuhan UMN pada belahan
tubuh sisi kontralateral hemiplegia/
hemiparalisis
Gejala pengiring hemiplegia bisa berupa
hipestesia atau gangguan berbahasa
Kebanyakan orang dengan hemiplegia dekstra
akibat lesi kortikal terdapat afasia motorik (=tidak
mampu mengutarakan pikirannya dengan katakata) atau afasia sensorik (=tidak memiliki
pengertian lagi tentang bahasa)

2. HEMIPLEGIA AKIBAT HEMILESI DI


KAPSULA INTERNA
Hemiplegia akibat lesi kapsular
memperlihatkan tanda-tanda
kelumpuhan UMN yang dapat disertai
rigiditas, atetosis, distonia, tremor
atau hemianopia
Lidah ikut terkena hemiparesis
artikulasi kata-kata terganggu =
disartria

3. HEMIPLEGIA ALTERNANS
Kerusakan unilateral pada jaras
kortikobulbar/kortikospinal di tingkat
batang otak sindrom hemiplegia
alternans
1.Sindrom hemiplegia alternans di
mensefalon
hemilesi di batang otak menduduki
pendukulus serebri di tingkat mensefalon

3. HEMIPLEGIA ALTERNANS

2. Sindrom hemiplegia alternans di pons


. Lesi vaskular di pons :

Lesi paramedian akibat penyumbatan salah


satu cabang dari rami perforantes medialis a.
basilaris
Lesi lateral, yang sesuai dengan kawasan
pendarahan cabang sirkumferens yang pendek
Lesi di tegmentum bagian rostral pons akibat
penyumbatan a. serebeli superior
Lesi di tegmentum bagian kaudal pons, yang
sesuai dengan kawasan pendarahan cabang
sirkumferens yang panjang

3. HEMIPLEGIA ALTERNANS
Sindrom hemiplegia alternans di pons

Kelumpuhan UMN yang melibatkan belahan tubuh


sisi kontralateral, yang berada di bawah tingkat
lesi, yang berkombinasi dengan kelumpuhan LMN
pada otot-otot yang disarafi oleh n. abdisens (n. VI)
atau n. fasialis (n. VII)
Jika lesi paramedian terletak pada bagian kaudal
pons, maka akar n. abdusens tentu terlibat sisi
lesi terdapat kelumpuhan LMN m. rektus lateralis
membangkitkan strabismus konvergens
ipsilateral dan kelumpuhan UMN yang melanda
belahan tubuh kontralateral, yang mencakup
lengan tungkai sisi kontralateral berikut dengan
otot-otot yang dipersarafi oleh n.VII, n.IX, n.X, n.XI
dan n.XII sisi kontralateral hemiplegia alternans
n. abdusens

3. HEMIPLEGIA ALTERNANS

3. Sindrom hemiplegia alternans akibat


lesi di medula oblongata
. Kelumpuhan UMN yang melanda belahan
tubuh kontralateral yang berada di bawah
tingkat leher dan diiringi oleh
kelumpuhan LMN pada belahan lidah sisi
ipsilateral sindrom hemiplegia
alternans n. hipoglosus / sindrom
medular medial

PARALISIS NEURON MOTORIK ATAS


LOKASI LESI

BAGIAN yg AKAN TERSERANG

Intrakranial
parasagital

Kedua kaki & mungkin dpt mliputi lengan

Lesi yg tpisah dr
korteks serebral
atau projeksinya

Tangan kontralateral, kelemahan, paralisis (wajah, lengan,


kaki), afasia, defek area visual, ggg sensori

Kapsula interna

Hemiparesis berat (tmasuk, tungkai & wajah kontralateral)

Batang otak

Ggg nervus kranial & sensori, dan disequilibirium

Sumsum tulang
belakang unilateral
Di atas pons

Dibawah pons

Wajah

Korteks atau
subcortical white
matter

Wajah & tungkai

Serebral bilateral

Kelemahan & spastisitas kranial, otot tungkai disartria,


disfonia, disfagia, paresis bifasial, kadang refleks tertawa &
menangis (palsi pseudobulbar)

> C5 : hemiparesis ipsilateral mrusak nervus kranial & wajah


C5 T1 : lengan atau kaki ipsilateral
< T1 : kaki ipsilateral
Pergerakan kaki, lengan, & muka bagian bawah kontralateral

TIPE PARALISIS

Monoplegia yaitu hanya mengenai satu


anggota badan
Diplegia yaitu mengenai bagian badan
yang sama pada kedua sisi badan
contohnya : kedua lengan atau kedua sisi
wajah
Hemiplegia yaitu mengenai satu sisi
badan atau separuh badan
Quadriplegia yaitu mengenai semua
keempat anggota badan dan batang tubuh

Pemeriksaan sistem motorik


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Atrofi
Gerakan involunter
Tonus
Postur
Kekuatan otot
Koordinasi
refleks

Pola berjalan dan


berdiri pasien

Pemeriksaan
kelemahan leher
dan batang tubuh

Penentuan lokasi lesi dalam sistem motorik

Pemeriksaan sistem motorik


1. Atrof
-. Kurang terlihat pada penyakit otot primer drpd
kerusakan saraf otot(atrofi neurogenik)
-. Bukan merupakan gambaran lesi UMN, walopun
inaktivitas jangka panjang juga menyebabkan
atrofi
2. Gerakan involunter
-. Fasikulasi gerakan kedutan yg singkat dan
iregular yg terlihat melalui kulit dan terjadi pada
bagian tengah otot
-. menunjukkan lesi LMN, umumnya proksimal
dan berat
-. Gerakan involunter lain biasanya lebih besar,

Pemeriksaan sistem motorik


3. Tonus

Tahanan/ resistansi yg dideteksi pleh pemeriksa pada gerakan


sendi pasif
Regangan pasif otot
Impuls aferen ke medula spinalis
Aktivasi neuron motorik

Kontraksi refleks
kerusakan LMN penurunan tonus/hipotonia otot menjadi flaksid
Kerusakan UMN hipertonia/spastisitas

Terjadi bukan karena kerusakan eksitasi pada UMN, tapi lebih


karena disfungsi polisipnatik yg menurun sejalan dengan UMN yg
memberikan efek inhibisi pd LMN dan lengkung refleks.

Hilangya inhibisi supraspinal : mengubah refleks regang menjadi


bntuk lebih primitf tonus meningkat

Hipertonis karena kerusakan UMN resistensi besar terhadap


regangan, tapi pada titik tertentu akan hilang (fenomena pisau
lipat)

Pemeriksaan sistem motorik


4. Postur
Tanda lesi UMN ringan pada ekstremitas atas meluruskan kedua
tangan pasien,telapak tangan menghadap ke atas, mata ditutup.
Sisi yg terkena akan pronasi kemudian bergerak ke bawah (tanda
piramidal/tanda pronator)
5. Kekuatan otot
Dinilai secara klinis dengan mengklasifikasi kemampuan untuk
mekontraksikan otot volunter melawan gravitasi dan melawan
tahanan pemeriksa
Skala yg sering digunakan : Medical Research Council Scale
-

Penting untuk diperiksa kekuatan agonis-antagonis dan kanan-kiri

Penyakit otot primer berhubungan dengan kelemahan


proksimal

Polineuropati motorik kelemahan otot bagian distal

UMN : pola kelemahan khas dan berhubungan dengan gerakan


volunter, dan bukan otot secara terpisah2

Pemeriksaan sistem motorik


Kelemahan UMN pada anggota gerak kelemahan pada
distribusi piramidalis

Ekstremitas atas : terjadi kelemahan eksotnsor lebih berat dr


fleksor

Ekstremitas bawah : kelemahan fleksor lebih berat

Ps hemiparesis setelah stroke pd satu sisi hemisfer serebri


fleksi lengan dan ekstensi kaki pada sisi kontralateral dari
lesi

6. Koordinasi
Kurang koordinasi --- ataksia
Tes koordinasi anggota gerak : memberi informasi ttg letak
lesi, umumnya lesi trdapat pada hemisfer serebelar sisi yg
sama (ipsilateral) dengan bagian tubuh yg kena
Tes koordinasi : tes tunjuk hidung-jari ( pd penyakit
serebelar salah tunjuk/past pointing) karena dismetri.

Pemeriksaan sistem motorik


7. Refleks
a.

Refleks tendon (mengtuk tendon akan meregangkan otot


secara pasif, menginduksi kontraksi refleks otot)
-

Kerusakan LMN penurunan/hilangnya refleks

Kerusakan UMN peningkatan refleks tendon karena


hilangnya inhibisi supraspinal ( klonus, patologis jika
asimetris atau disertai gejala patologis lain)

Kegunaan klinis refleks tendon : menentukan lesi,terutama lesi


medula spinalis

Bisa buat mengindikasikan proses penyakit selain penyakit yg


langsung mengenai neuron motorik (mis: hipotiroid refleks yg
relaksasinya lambat)

b. Refleks kutaneus
-

Paling sering respon plantar dan abdomen superfisial

Lesi UMN : refleks babinski positif, kontraksi refleks abdomen


hilang

Pemeriksaan sistem motorik


* leher dan batang tubuh
-

jarang, dpt terjadi kelemahan ekstensi leher, shgga pasien harus


menyokong dagu dgn tangan ( mistenis gravis, polimiositis,
penyakit neuron motorik)

* Kelemahan batang tubuh


* Pola berjalan dan berdiri

- pasien yg jatuh jika diminta berdiri dengan mata tertutup g3


sensibilitas posisi sendi pada pergelangan kaki (tanda romberg)
Gangguan neurologis pola berjalan
1. Paraparesis spastik (lesi UMN, kedua kaki)
langkah seperti gunting
2. Hemiparesis spastik (lesi UMN, satu sisi tubuh ) rigiditas dan sirkumduksi kaki
3. Footdrop bilateral (lesi LMN, kedua kaki)
steppage (kaki diangkat tinggi )
4. Lesi serebelar
langkah lebar,tdk stabil, tidak dapat
berjalan dengan tumit-jari kaki
5. Parkinsonisme
postur mbungkuk,pola langkah
diseret, festinant, tidak ada
ayunan tangan
6. Miopati proksimal
waddling

Perbedaan gejala UMN dan LMN


LMN

UMN

Atrofi

Ada (atrofi neurogenik)

Hanya atrofi karena tidak


digunakan (disuse)

Fasikulasi

Mungkin ada

Tonus

N atau menurun (flaksiditas)

Meningkat (spastisitas)

Postur

Penyimpangan gerakan
tangan yg diluruskan (mata
tertutup)

Kekuatan

Kelemahan fokal, mis : pada


distribusi nervus/radiks saraf

Berdasar gerakan, distribusi


piramidalis

Refleks tendon

Menurun/tidak ada

Meningkat

Klonus

Mungkin ada

Respon plantar

Ke bawah(plantarfleksi)/ tidak ada

Ke atas(babinski positif)

Respon abdomen
superfisial

Ada

Mungkin ada

Pola berjalan

Mungkin melangkah tinggi2

Spastik, langkah
menggunting, sirkumduksi

No. Tanda Kelumpuhan UMN


1.

Hipertonia (tonus
meninggi)

Khas pada disfungsi komponen


ekstrapiramidal UMN.
Hilangnya pengaruh inhibisi korteks motorik
tambahan terhadap inti-inti intrinsik medula
spinalis.
Otot-otot fleksor seluruh lengan, serta otot
aduktor bahu, dan pada tungkai : otot-otot
ekstensor dan otot-otot plantarfleksi kaki.

2.

Hiperefleksia

Keadaan setelah impuls inhibisi dari susunan


piramidal dan ekstrapiramidal tidak dapat
disampaikan ke motorneuron Reflek tendon
>> peka dari normal.

3.

Klonus

Diiringi hiperefleksia
Gerak otot reflektorik yang bangkit secara
berulang-ulang selama perangsangan masih
berlangsung.

4.

Reflek patologik (+)

Refleks babinski, reflek tomner Hoffmann, dll

5.

atrofi pada otot lumpuh

Motoneuron tidak rusak tidak atrofi

6.

Refleks automatisme
spinal

aphraxia
a state in which an attentive patient
loses the ability to execute
previously learned activities in the
absence of weakness, ataxia,
sensory loss, or extrapyramidal
derangement that would be
adequate to explain the deficit
Apraxia has been divided into three
types: ideational, ideomotor, and
kinetic

aphraxia
1. Ideational apraxia
kegagalan untuk melakukan aktivitas, baik secara spontan
atau sesuai perintah
difficulty in "what to do,

2. ideomotor apraxia
pasien mengetahui dan ingat apa yg akan dilakukan, tapi
karena gangguan pada koneksi saraf, pasien tidak bisa
melakukannya
ideomotor apraxia is a block in "how to do" as a result of an
inability to transmit the gesture to executive motor centers
3. limb-kinetic apraxia (also called kinetic limb apraxia)
- is an ill-defined clumsiness and maladroitness that is the
result of an inability to connect or isolate individual
movements of the hand and arm

Aphasia
Definisi
Kesulitan dalam memahami
dan/atau memproduksi bahasa yang
disebabkan oleh gangguan (kelainan,
penyakit) yang melibatkan hemisfer
otak

Patofsiologi afasia
Kata yang
didengar
Korteks auditorik
primer
Korteks auditorik
sekunder (area
wernicke)

Kata yang di baca


Korteks visual
primer
Korteks visual
sekunder
Area 39
Lobus frontalis superior
anterior
Korteks premotorik (area
broca)
Ganglia basalis,
serebellum
thalamus
Korteks motorik
Kata yang
diucapkan

Klasifkasi afaksia
Pada klasifikasi yang berdasarkan
manifestasi klinik ada yang membagi atas
dasar lancarnya berbicara. Pada klasifikasi
ini di dapatkan afasia yang berbentuk :
Lancar : - afasia reseptif (wernicke)
- afasia konduksi
- afasia amnestik (anomik)
- afasia transkortikal
Tidak lancar : - afasia ekspresif
- afasia global

Klasifikasi afaksia
Gambaran klinik
afasia tidak lancar

Pasien tampak sulit mulai


bicara
Panjang kalimat berkurang
(5kata atau kurang per kalimat)
Gramatika bahasa berkurang,
kurang kompleks
Artikulasi umumnya terganggu
Irama kalimat dan irama bicara
terganggu
Pemahaman lumayan (namun
mengalami kesulitan
memahami kalimat yang
kompleks)
Pengulangan (repetisi) buruk
Kemampuan menamai,
menyebut nama benda buruk
Terdapat kesalahan parafasia

Gambaran klinik
afasia lancar
Keluaran bicara yang
lancar
Panjang kalimat normal
Artikulasi baik
Prosodi baik
Anomi
Terdapat parafasia
fonemik dan semantik
Komprehensi auditif dan
membaca buruk
Repetisi terganggu
Menulis lancar tetapi
isinya kosong

Klasifikasi afaksia

Afasia global

Ialah bentuk afasia yang paling berat


Keadaan ini di tandai oleh tidak adanya lagi bahasa
spontan atau berkurang sekali dan menjadi beberapa
patah kata yang diucapkan secara stereotip (itu-itu
saja, berulang)
Komprehensi menghilang atau sangat terbatas
Repetisi juga sama berat gangguannya seperti
spontan
Membaca dan menulis juga terganggu berat
Afasia global disebabkan oleh lesi luas yang merusak
sebagian besar atau semua daerah bahasa. Penyebab
lesi paling sering ialah oklusi arteri karotis interna atau
arteri serebri media pada pangkalnya

Klasifikasi afaksia

Afasia broka
Ciri klinik afasia broca :
Bicara tidak lancar
Tampak sulit memulai bicara
Kalimatnya pendek ( 5 kata
atau kurang perkalimat)
Repetisi buruk
Kesalahan parafasia
Pemahaman lumayan (namun
mengalami kesulitan
memahami kalimat yang
kompleks)
Gramatika bahasa kurang,
tidak kompleks
Irama kalimat dan irama bicara
terganggu

Afasia
wernicke

Gambaran klinik afasia


wernicke :
keluaran afasik yang
lancar
panjang kalimat normal
artikulasi baik
Prosodi baik
Anomia (tidak dapat
menamai)
Parafasia fonemik dan
semantik
Komprehensi auditif dan
membaca buruk
repetisi terganggu
Menulis lancar tapi isinya
kosong

Klasifikasi afaksia

Afasia konduksi
Gangguan bahasa
yang lancar yang
ditandai olegh
gangguan yang berat
pada repetisi,
kesulitan dalam
membaca kuat-kuat
(namun pemahaman
dalam membaca
baik), gangguan
dalam menulis,
parafasia yang jelas,
namun umumnya
pemahaman bahasa

Afasia anomik

Keluaran lancar
Komprehensi baik
Repetisi baik
Gangguan (defisit)
dalam menemukan
kata

Klasifikasi afaksia

Afasia sensorik transkortikal

Afasia motorik transkortikal

Output (keluaran) lancar


Pemahaman buruk
Repetisi baik
Ekholalia
Komprehensi auditif dan
membca terganggu
Defisit motorik dan
sensorik jarang
ditemukan
Di dapatkan defisit
lapangan pandang di
sebelah kanan

Keluaran tidak lancar


Pemahaman baik
Repetisi baik
Inisiasi output
terlambat
Ungkapan-ungkapan
singkat
Parafasia semantik
ekholalia

kelancar
an

Pemahama
n
(komprehe
nsi)
baik

Mengula
ng
(repetisi
) baik
buruk

lanc
ar

baik
buruk
buruk

Afasia
baik

baik

Tak lancar
buruk

Algoritma
klasifkasi
afasia
kortikal

buruk

bai
k
buru
k

Jenis
afasia
anomik
konduks
i
Transkortikal
sensorik
wernicke
Transkortikal
motorik
broca
Transkortikal
campuran
Global

Cerebrovascular Disease

CEREBROVASCULAR DISEASE
(Stroke)
Defnisi
Keadaan yg timbul karena terjadi
gangguan peredaran darah di otak
yang menyebabkan terjadinya
kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang
menderita kelumpuhan atau
kematian.

EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke.
Dari jumlah tersebut:
1/3 --> bisa pulih kembali,
1/3 --> mengalami gangguan fungsional ringan sampai
sedang,
1/3 sisanya --> mengalami gangguan fungsional berat
yang mengharuskan penderita terus menerus di kasur
Hanya 10-15 % penderita stroke bisa kembali hidup
normal seperti sedia kala, sisanya mengalami cacat,
sehingga banyak penderita Stroke menderita stress akibat
kecacatan yang ditimbulkan setelah diserang stroke.

ETIOLOGI

1.Infark otak (80%)


Emboli
a. Emboli Kardiogenik
b. Emboli paradoksal (foramen ovale patern)
c. Emboli arkus aorta
Aterotrombotik (penyakit pembuluh darah
sedang-besar)
a. Penyakit ekstrakranial
Arteri karotis interna
Arteri vertebralis
b. Penyakit intrakranial
Arteri karotis interna
Arteri serebri media
Arteri basilaris
Lakuner (oklusi arteri perforans kecil)

2. Perdarahan intraserebral (15%)

Hipertensif
Malformasi arteri-vena
Angiopati amiloid
3. Perdarahan subaraknoid (5%)
4. Penyebab lain (dapat menimbulkan infark atau
perdarahan)
a.Trombosis sinus dura
b.Diseksi arteri karotis atau vertebralis
c.Vaskulitis sistem saraf pusat
d.Penyakit moya-moya (oklusi arteri besar intrakranial
yang progresif)
e.Migren
f. Kondisi hiperkoagulasi
g.Penyalahgunaan obat (kokain atau amfetamin)
h.Kelainan hematologis (anemia sel sabit, polisitemia, atau
leukemia)
i. Miksoma atrium

Klasifikasi

KLASIFIKASI
1. Stroke iskemik (infark atau kematian jaringan)

Serangan sering terjadi pada usia 50 tahun atau


lebih dan terjadi pada malam hingga pagi hari.
Penyebab :

a.

b.

Trombosis pada pembuluh darah otak (trombosis of


cerebral vessels)
Emboli pada pembuluh darah otak (embolism of
cerebral vessels)

2. Stroke hemoragik

Serangan sering terjadi pada usia 20-60 tahun dan


biasanya timbul setelah beraktivitas fisik atau
karena psikologis (mental)
Penyebab :

a.

b.

Perdarahan intraserebral (parenchymatous


hemorrhage)
Perdarahan subarakhnoid (subarachnoid hemorrhage)

STROKE ISKEMIK

DEFINISI
Trancient Ischemic Attack (TIA)
Hilangnya fungsi sistem SSP fokal
secara cepat yang berlangsung
kurang dari 24 jam
akibat : mekanisme vaskular emboli,
trombosis, atau hemodinamik
TIA (10-15%) menyebabkan stroke
iskemik dalam 3 bulan,namun
kebanyakan dapat terjadi dalam 48
jam.
Oleh karena itu baik TIA maupun
stroke iskemik memerlukan

ETIOLOGI
Penyakit degeneratif arterial (tersering)
Aterosklerosis pd pembuluh darah besar
(dengan tromboemboli)
Penyakit pembuluh darah kecil (lipohialinosis)

FAKTOR RESIKO

INFARK PADA SISTEM SARAF PUSAT


Trombosis arteri/vena pada SSP disebabkan o/ 1
atau lebih dr trias virchow :
Abnormalitas dinding pembuluh darah penyakit
degeneratif, inflamasi(vaskulitis), trauma
(diseksi)
Abnormalitas darah polisitemia
G3an aliran darah
Embolisme :
Komplikasi dr penyakit degeneratif arteri SSP
Jantung
Penyakit katup jantung
Fibrilasi atrium
Infark miokard akut

PATOFISIOLOGI
Infark pada otak
Trombus atau emboli

Perubahan Perfusi darah pada otak

Kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak

Hipoksia

Iskemia otak

Sel-sel neuron tidak mampu menyimpan glikogen

Kebutuhan metabolisme tergantung dari glukosa dan


oksigen pada arteri yang menuju ke otak

Nekrosis neuron

Infark pada otak

Cardioembolic Stroke (15-30%)


Fibrilasi atrium atau aritimia lain
Trombus mural ventrikel kiri
Penyakit katup mitral atau aorta
Endokarditis (infeksi atau non-infeksi)

Cardiac emboli

Menuju ke sirkulasi otak

Menutup arteri (diameter sama dengan material emboli)

Obstruksi aliran darah otak

Stroke

Sumbatan cardoembolic tidak dapat terlihat dengan


angiografi setelah 48 jam.
Cardioembolic menyebabkan cardioembolic stroke dan
juga kemungkinan perdarahan.

Artherosclerotic stroke (14-25%)

Plak arterosklerosis pada lumen pembuluh darah :


Arteri karotis interna
Arteri vertebralis

Plak terlepas

Menyumbat pembuluh darah otak

Stenosis progesif pembuluh darah

Penyumbatan total pembuluh darah

Aliran darah tidak adekuat

Iskemia

Stroke

Lacunar stroke (15-30%)

Hipertensi dan Diabetes Mellitus

Lipohyalinosis atau microatheroma

Pembuluh darah menjadi tipis dan terjadi kerusakan endothelial

Penyumbatan pembuluh darah kecil

Stroke

Arteri yang biasa terkena adalah :


Arteri kecil (< 1 cm) yang menyalurkan darah pada

Internal capsule
Basal ganglia
Corona radiata
Thalamus
Batang otak

TANDA DAN GEJALA


Infark total sirkulasi anterior (karotis)
Hemiplegia
Hemianopia
Defisit kortikal

Infark parsial sirkulasi anterior


Hemiplegia dan hemianopia/hanya defisit kortikal saja

Infark lakunar
Penyakit intrinsik (lipohialinosis) menyebabkan
sindrom yang karakteriktik
Ex : stroke sensorik murni/hemiparesis ataksik
Infark lakunar multiple menyebabkan gangguan
berjalan dan gangguan kognitif

Infark sirkulasi posterior


(vertebrobasilar)
Tanda2 lesi batang otak : vertigo,
diplopia, perubahan kesadaran.
Hemianopia homonim

Infark medula spinalis

DIAGNOSIS DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tujuan :
Mencari penyebab
Mencegah rekurensi
Mengidentifikasikan faktor2 yg dapat
menyebabkan perburukan fungsi SSP
PP :
Darah lengkap dan LED
Ureum, elektrolit, glukosa, dan lipid
Rontgen dada dan EKG
CT scan kepala u/ membedakan infark
serebri/perdarahan dan u/ menyingkirkan
diagnosis banding yang lain .

PENATALAKSANAAN
Stroke iskemik:
aspirin 300mg/hari
Kombinasi dengan dipiridamol lebih efektif
Dipiridamol diberikan sedini mungkin
Dosis : 25mg 2x sehari ditingkatkan
bertahap 200 mg 2x sehari
Monoterapi : klopidogrel 75 mg /hari jika
ps. Tdk tahan aspirin
Heparin tdk direkomendasikan
Heparin IV diberikan pada keadaan khusus :
ps. Yang mengalami perburukan gejala akibat
trombosis vertebrobasilar

PENCEGAHAN
A.Pencegahan Primer
1.Menjalankan gaya hidup sehat bebas strok :

Menghindari : rokok, stres mental, alkohol,


kegemukan, konsumsi garam berlebihan,
obat-obat golongan amfetamin,kokain dan
sejenisnya.
Mengurangi : kolesterol dan lemak dalam
makanan.
Mengendalikan : hipertensi, DM, penyakit
jantung (mis. fibrilasi atrium, infark miokard
akut, penyakit jantung reumatik), penyakit
vaskular aterosklerotik lainnya.
Menganjurkan : konsumsi gizi seimbang dan
olah raga teratur.

B. Pencegahan Sekunder
1. Modifikasi gaya hidup berisiko strok dan faktor
risiko misalnya :
1. Hipertensi: diet, obat antihipertensi yang
sesuai
2. DM : diet, obat hipoglikemik oral/insulin
3. Penyakit jantung aritmia nonvalvular
(antikoagulan oral)
4. Dislipidemia : diet rendah lemak dan obat
antidislipidemia.
5. Berhenti merokok
6. Hindari alkohol, kegemukan dan kurang gerak
7. Hiperurisemia : diet, antihiperurisemia
8. Polisitemia

2. Obat-obatan yang digunakan :


1. Asetosal (asam asetil salisilat) obat pilihan pertama.
2. Antikoagulan oral (warfarin/dikumarol) Pada pasien dengan
faktor risiko penyakit jantung (fibrilasi atrium,infark miokard
akut, kelainan katup).
3. Pasien yang tidak tahan asetosal diberikan tiklopidin +
cilostazol atau asetosal + dipiridamol.
3. Tindakan Invasif
4. Flebotomi untuk polisitemia
5. Enarterektomi karotis pada pasien simptomatik dengan
stenosis 70-99% unilateral dan baru.
6. Tindakan bedah lainnya (reseksi artery vein malformation
(AVM), kliping aneurisma Berry)

STROKE HEMORAGIK

PERDARAHAN
INTRASEREBRAL (PIS)

DEFINISI
perdarahan primer dr pembuluh
darah dlm parenkim otak, bukan
oleh trauma
ETIOLOGI
Sekitar 70-90 % kasus PIS disebabkan
oleh hipertensi.
Perdarahan akibat pecahnya arteri
perforata subkortikal yaitu : a.
lentikulostriata dan a. perforata
thalamika (ciri anatomis khas untuk PIS
akibat hipertensi)

PATOFISIOLOGI

Hipertensi

Penebalan dan degeneratif pembuluh darah

Ruptur arteri serebral

Perdarahan menyebar dengan cepat

Iritasi pada pembuluh darah otak

Perdarahan berhenti dengan terbentuknya trombus

Darah mulai direabsorbsi

Jika terjadi ruptur ulangan

Terhentinya aliran darah ke bagian tertentu

Iskemik fokal

Infark jaringan otak

Darah dapat mengiritasi pembuluh


darah , meningen, dan otak
Perdarahan Darah dan vasoaktif
Spasme arteri penurunan perfusi
serebral penurunan fokal
neurologis,iskemik otak dan infark

TANDA DAN GEJALA

Gejala prodormal
tidak jelas,kecuali
nyeri kepala karena
hipertensi.
Serangan pada
siang hari, saat
aktivitas atau
emosi/marah.
Sifat nyeri kepala
yang sangat hebat.

Mual dan muntah


sering terdapat
pada permulaan
serangan.
Hemiparesis/hemipl
egi biasa terjadi
sejak permulaan
serangan.
Kesadaran biasanya
menurun dan cepat
masuk koma (65%
terjadi kurang dari
setengah jam, 23%
antara s.d. 2 jam
dan 12% terjadi
setelah 2 jam,
sampai 19 hari).

Diagnosis
CT scan
MRI

PERDARAHAN
SUBARACHNOID (PSA)

DEFINISI
Perdarahan ke dalam ruang
subarachnoid antara Pia mater ,
arakhnoid mater dari meninges.

ETIOLOGI
10% disebabkan karena tekanan darah
yang naik dan terjadi saat aktivitas
Penyebab yg paling sering:
1. Trauma
2. Spontan
2.1. Perdarahan intraserebralruang
subarakhnoid
2.2. Primer: - Aneurisma ( Berry )
- AVM
- dll.

TANDA DAN GEJALA


Serangan mendadak dengan nyeri kepala
hebat
Kaku kuduk merupakan gejala spesifik yang
timbul beberapa saat kemudian.
Penurunan kesadaran (dapat sampai koma)
CSS berwarna merah yang menunjukkan
perdarahan dengan jumlah eritrosit lebih dari
1000 /mm3
Dapat disertai gangguan sitem autonom
berupa muntah, demam dan perubahan EKG
Perburukan (delayed) disebabkan
hidrosefalus, kejang, edema serebri,
vasospasme, atau perdarahan ulang

Aneurisma paling banyak pada daerah pertemuan


arteri dalam, sekitar Willisi pada dasar otak:
1. Arteri komunikans posterior : berkaitan dengan
paresis N. III
2. Kompleks arteria komunikans anterior :
kemungkinan terjadi disfungsi lobus frontalis
3. Arteria serebri media : terdapat afasia atau gejala
hemisfer non-dominan
4. Aneurisma sedikit didapatkan pada arteria
oftalmika (buta unilateral), sinus kavernosus
(oftalmoplegia), dan arteria basilaris (gejala
gangguan batang otak).
AVM dapat ditemukan diseluruh bagian otak, tetapi
paling sering pada daerah konveksitas otak. Gejala
khas AVM secara klinis adalah kejang atau PSA

PEMERIKSAAN PENUNJANG
PDL
Pemeriksaan Koagulasi
Ureum dan elektrolit
Glukosa serum
EKG 12 sadapan
CT scan Kepala
PL

Identifikasi sumber perdarahan


3 metode untuk menyingkirkan aneurisma
intrakranial dan untuk menggambarkan
ukuran dan morfologi aneurisma:
1. CTA (CT angiography) setelah injeksi
kontras
2. MRA (magnetic Resonance angiography)
3. Catheter angiography

DIAGNOSIS BANDING
Migraine
Infeksi sistemik
Meningitis / ensefalitis
Hipertensif ensefalopati
Arthritis serfikalis
Infark serebri

KOMPLIKASI
Perdarahan ulang
Vasospasme
Hidrosefalus akut
Ruptur berulang
Hiponatremia (cerebral salt-wasting
syndrome)
Kejang (seizure)
Perluasan perdarahan ke
intraparenkim

PENATALAKSANAAN
Kesadaran menurun perawatan koma
Perawatan umum
Bedrest total (lk. 3 minggu)
Pengobatan simtomatik utk. Sakit kepala /
gelisah
Edema serebri: mannitol
Untuk mencegah vasospasme : calsium
entry blocker nimodipine
Tindakan operatif: untuk mencegah rebleeding, setelah prosedur diagnostik
(arteriografi)

REHABILITASI FISIK PADA STROKE

REHABILITASI FISIK
Bed exercise
Positioning
Range of movement
Breathing
Bridging
Latihan duduk
Latihan berdiri
Latihan mobilisasi
Latihan adl (activity daily living)

Bed Exercise
Latihan Positioning (Penempatan) yang
meliputi :
Berbaring telentang

Gerakan menekuk dan meluruskan


siku

Latihan pindah
dari kursi roda ke mobil

Latihan berpakaian

Latihan mengucapkan
huruf A,I,U,E,O

Latihan membaca

You might also like