Professional Documents
Culture Documents
STRUMA
Disusun Oleh :
KELAS 318
KATA PENGANTAR
Puji syukur khadirat Tuhan Yang Maha Esa kami panjatkan atas limpahan rahmat dan
hidayahnya yang diberikan kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul STRUMA. Terimakasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan makalah ini baik yang terlibat secara langsung maupun yang tidak.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan
yang kami miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca
sangat kami harapkan agar terciptanya makalah yang lebih baik lagi.
Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keseimbangan hormon penting untuk menjaga fungsi tubuh tetap normal. Jika terganggu,
akan terjadi masalah kesehatan, termasuk penyakit struma. Fungsi kelenjar gondok yang
membesar dan metabolisme tubuh yang meningkat (hipermetabolisme) juga terkadang
disertai kelelahan, jari-jari gemetar atau tremor dan mata menonjol. Terjadinya goiter atau
penyakit gondok memang terkait kelainan yang menyerang kelenjar tiroid yang letaknya di
depan leher di bawah jakun. Kelenjar ini menghasilkan hormon tiroid yang fungsinya
mengendalikan kecepatan metabolisme tubuh seseorang. Jika kelenjar kurang aktif
memproduksi hormon, terjadilah defisiensi hormon. Begitu juga jika terlalu aktif, hormon
yang dihasilkan akan berlebihan. Dua kondisi ketidaknormalan ini memicu perbesaran
kelenjar yang hasil akhirnya antara lain penyakit gondok (struma endemik). Gangguan
Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia,
dan tersebar hampir di seluruh provinsi. Survei Pemetaan GAKY tahun 1997/1998
menemukan 354 kecamatan di Indonesia merupakan daerah endemik berat. Kekurangan
iodium ini tidak hanya memicu pembesaran kelenjar gondok, bisa juga timbul kelainan lain
seperti kretinisme (kerdil), bisu, tuli, gangguan mental, dan gangguan neuromotor. Untuk itu,
penting menerapkan pola makan sadar iodium sejak dini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Manifestasi Klinis Struma
1. Berdebar-debar/meningkatnya denyut nadi
Berdebar-debar dan terasa berat pada bagian jantung akibat kerja perangsangan jantung,
sehingga curah jantung dan tekanan darah sistolik akan meningkat. Bila akhirnya
penyakit ini menghebat, bias timbul fibrilasi atrial dan akhirnya gagal jantung kongestif.
Tekanan nadi hampir selalu dijumpai meningkat (pulsus celer) Pulsus celer biasanya
terdapat pada peyakit 3A, 3B dan IN (anemia gravis, arterioveneus shunt, aorta
insufficiency, botali persisten, beri-beri, basedow dan nervositas. Pembuluh darah di
perifer akan mengalami dilatasi. Laju filtrasi glomerulus, aliran plasma ginjal, serta
traspor tubulus akan meningkat di ginjal, sedangkan di hati pemecahan hormone steroid
dan obat akan dipercepat.
2. Keringat
Metabolisme energi tubuh akan meningkat sehingga meningkatkan metabolisme panas,
proteolisis, lipolisis, dan penggunaan oksigen oleh tubuh. Metabolisme basal hampir
mendekati dua kalinya menyebabkan pasien tidak tahan terhadap hawa panas lalu akan
mudah berkeringat.
3. Konstipasi
Karena pada penderita kurang asupan nutrisi dan cairan, yang mengakibat kurangnya atau
tidak adanya nutrisi dan cairan yang bisa diserap oleh usus. Maka dari itu system
eliminasi pada penderita struma terganggung.
4. Gemetar
Kadang-kadang pasien menggerakkan tangannya tanpa tujuan tertentu, timbul tremor
halus pada tangan
5. Gelisah
Peningkatan eksitabilitas neuromuscular akan menimbulkan hiperrefleksia saraf tepi oleh
karena hiperaktifitas dari saraf dan pembuluh darah akibat aktifitas T3 dan T4. Gangguan
sirkulasi ceberal juga terjadi oleh karena hipervaskularisasi ke otak, menyebabkan pasien
lebih mudah terangsang. Nervous, gelisah depresi dan mencemaskan hal-hal yang sepele.
6. Berat badan menurun
Lipolisis (proses pemecahan lemak yang tersimpan dalam sel lemak tubuh) menyebabkan
berat badan menurun, asam lemak bebas dihasilkan menuju aliran darah dan bersirkulasi
ke tubuh. Lipolisis juga menyebabkan hiperlipidasidemia dan meningkatnya enzim
Gangguan pada jantung terjadi akibat dari perangsangan berlebihan pada jantung oleh
hormon tiroid dan menyebabkan kontratilitas jantung meningkat dan terjadi takikardi
sampai dengan fibrilasi atrium jika menghebat. Pada pasien yang berumur di atas 50
tahun, akan lebih cenderung mendapat komplikasi payah jantung.
6. Oftalmopati Graves
Oftalmopati Graves seperti eksoftalmus, penonjolan mata dengan diplopia, aliran air mata
yang berlebihan, dan peningkatan fotofobia dapat mengganggu kualitas hidup pasien
sehinggakan aktivitas rutin pasien terganggu.
7. Dermopati Graves
Dermopati tiroid terdiri dari penebalan kulit terutama kulit di bagian atas tibia bagian
bawah (miksedema pretibia), yang disebabkan penumpukan glikosaminoglikans. Kulit
sangat menebal dan tidak dapat dicubit.
C. Pemeriksaan Diagnostik
1. Palpasi, teraba batas yang jelas, bernodul satu atau lebih, konsistensinya kenyal. Jika di
auskultasi terdengar bunyi seperti pluit.
2. Termografi
Termografi adalah suatu metode pemeriksaan berdasarkan pengukuran suhu kulit pada
suatu tempat. Alatnya adalah Dynamic Tele-Thermography. Hasilnya disebut n panas
apabila perbedaan panas dengan sekitarnya > 0,9C dan dingin apabila <0,9C. Pada
penelitian Alves didapatkan bahwa yang ganas semua hasilnya panas. Dibandingkan
dengan cara pemeriksaan yang lain ternyata termografi ini adalah paling sensitif dan
spesifik.
3. Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan serum T4 (troksin) dan T3 (triyodotironin)
dalam batas normal.
Nilai normal :
T4 serum
: 4.9 12.0 g/dL
Tiroksin bebas : 0.5 2.8 g/dL
T3 serum
: 115 - 190 g/dL
TSH serum : 0.5 4 g/dL
FT1 serum
: 6.4 - 10 %
d.
Memperjelas adanya deviasi trakea, atau pembesaran struma retrosternal, untuk evaluasi
kondisi jalan nafas.
7. Foto polos leher antero posterior dan lateral dengan metode soft tissu technig.
8. Biopsy dan Sitologi Tiroid
Biopsy ini dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. Biopsy
aspirasi jarum halus tidak nyeri, hampir tidak menyebabkan bahaya penyebaran sel-sel
ganas. Kerugian pemeriksaan dengan cara ini adalah dapat memberikan hasil negative
palsu karena lokasi biopsy kurang tepat, teknik biopsy kurang benar, pembuatan preparat
yang kurang baik atau positif palsu karena salah interpretasi aleh ahli sitologi.
A.
B.
C.
D.