You are on page 1of 7

PENETAPAN KADAR SARI DALAM PELARUT TERTENTU

Untuk menjamin kualitas dari simplisia atau ekstrak diperlukan standararisasi simplisia
atau ekstrak. Parameter standarisasinya berupa parameter standar spesifik dan non spesifik.
1. Parameter spesifik
-

Identitas
Tujuannya memberikan identitas objektif dari nama dan spesifik dari senyawa identitas.
Diantaranya deskripsi tata nama dan ekstrak yang mempunyai senyawa identitas artinya
senyawa tertentu yang menjadi penunjuk spesifik dengan metode tertentu. Deskripsi nama
berupa nama ekstrak, nama latin tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan dan nama
Indonesia tumbuhan.

Organoleptik
Penggunaan panca indera mendeskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa. Tujuannya untuk
pengenalan awal yang sederhana seobjektif mungkin.
Senyawa terlarut dalam pelarut tertentu
Melarutkan ekstrak dengan pelarut (alcohol atau air) untuk ditentukan jumlah solute yang
identik dengan jumlah senyawa kandungan secara gravimetri. Dalam hal tertentu dapat
diukur senyawa terlarut dalam pelarut lain misalnya heksana, diklorometan, metanol.
Tujuannya memberikan gambaran awal jumlah senyawa kandungan. (Ditjen POM, 2000)

2. Ekstraksi
Ekstraksi yang sering digunakan untuk memisahkan senyawa organik adalah ekstraksi
zat cair, yaitu pemisahan zat berdasarkan perbandingan distribusi zat tersebut yang terlarut
dalam dua pelarut yang tidak saling melarutkan. Yang paling baik adalah dimana kelarutan
tersebut dalam pelarut satu lebih besar daripada konsentrasi zat terlarut dalam pelarut
lainnya, harga K hendaknya lebih besar atau lebih kecil dari satu ekstraksi jangka pendek
disebut juga proses pengorokan, sedangkan pada proses jangka panjang menggunakan
soxhlet dan dengan pemanasan (Wasilah, 1978).
Kriteria pemilihan pelarut:
-

Pelarut mudah melarutkan bahan yang di ekstrak


Pelarut tidak bercampur dengan cairan yang di ekstrak
Pelarut mengekstrak sedikit atau tidak sama sekali pengotor yang ada
Pelarut mudah dipisahkan dari zat terlarut - Pelarut tidak bereaksi dengan zat terlarut
melalui segala cara

Prinsip Ekstraksi pelarut


Ekstrasi adalah proses pemindahan suatu konstituen dalam suatu sample ke
suatu pelarut dengan cara mengocok atau melarutkannya. Ektraksi pelarut bisa disebut
ekstraksi cair-cair yaitu proses pemindahan solut dari pelarut satu ke pelarut lainnya dan tidak
bercampur dengan cara pengocokkan berulang. Prinsip dasar dari ekstraksi pelarut ini adalah
distribusi zat terlarut dalam dua pelarut yang tidak bercampur (Cahyono, 1991).
3. Kadar sari
Penetapan kadar sari adalah metode kuantitatif untuk jumlah kandungan senyawa
dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut tertentu. Penetapan ini dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu kadar sari yang larut dalam air dan kadar sari yang larut dalam etanol.
Kedua cara ini didasarkan pada kelarutan senyawa yang terkandung dalam simplisia. Ada
beberapa teknik isolasi senyawa bahan alam yang umum digunakan seperti maserasi,
perkolasi, dan ekstraksi kontinu. Tetapi pada penelitian ini yang digunakan adalah maserasi.
Maserasi merupakan metode perendaman sampel dengan pelarut organik, umumnya
digunakan pelarut organik dengan molekul relatif kecil dan perlakuan pada temperatur
ruangan, akan mudah pelarut terdistribusi ke dalam sel tumbuhan. Metode maserasi ini
sangat menguntungkan karena pengaruh suhu dapat dihindari, suhu yang tinggi kemungkinan
akan mengakibatkan terdegradasinya senyawa-senyawa metabolit sekunder. Pemilihan
pelarut yang digunakan untuk maserasi akan memberikan efektivitas yang tinggi dengan
memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam dalam pelarut akibat kontak langsung dan
waktu yang cukup lama dengan sampel .
Salah satu kekurangan dari metode ini adalah membutuhkan waktu yang lama untuk
mencari pelarut organik yang dapat melarutkan dengan baik senyawa yang akan diisolasi dan
harus mempunyai titik didih yang tinggi pula sehingga tidak mudah menguap (Djarwis,
2004).
I.
Alat dan bahan
a. Alat
- Timbangan analitik
- Labu erlenmeyer
- Cawan penguap
- Waterbath
- Oven
- Desikator
- Corong kaca
- Kertas saring
b. Bahan

- Aquadest
- Simplisia buah kapulaga
II.
Prosedur Percobaan
1. Penetapan kadar senyawa larut air
Pada percobaan ini prosedur yang dilakukan yaitu cawan dipanaskan terlebih dahulu dalam
oven dengan suhu 105C selama 15 menit, kemudian cawan didinginkan dalam desikator
hingga suhu kamar. Setelah didinginkan cawan tersebut ditimbang.
Sampel yang digunakan pada kelompok kami adalah kapulaga. Kapulaga ini ditimbang
sebanyak 5 gram kemudian dilakukan maserasi sampel selama 24 jam dengan 100 mL airkloroform P, menggunakan labu erlenmeyer sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama
dan biarkan selama 18 jam. Kemudian disaring dan diambil filtratnya sebanyak 20 mL.
Uapkan filtrat hingga kering dalam cawan yang telah ditara dan sisanya dipanaskan dalam
oven dengan suhu 105C hingga bobotnya tetap. Dihitung sari larut air dalam persen terhadap
bahan yang telah dikeringkan di udara.
2. Penetapan kadar senyawa larut etanol
Pada percobaan ini prosedur yang dilakukan yaitu cawan dipanaskan terlebih dahulu dalam
oven dengan suhu 105C selama 15 menit, kemudian cawan didinginkan dalam desikator
hingga suhu kamar. Setelah didinginkan cawan tersebut ditimbang.
Sampel yang digunakan pada kelompok kami adalah kapulaga. Kapulaga ini ditimbang
sebanyak 5 gram kemudian dilakukan maserasi sampel selama 24 jam dengan 100 mL etanol
(95%), menggunakan labu erlenmeyer sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama dan
biarkan selama 18 jam. Kemudian disaring dengan cepat dan diambil filtratnya sebanyak 20
mL. Uapkan filtrat hingga kering dalam cawan yang telah ditara dan sisanya dipanaskan
dalam oven dengan suhu 105C hingga bobotnya tetap. Dihitung sari larut etanol (95%)
dalam persen terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.
III.

Hasil Pengamatan dan Perhitungan


Nama simplisia : Buah Kapulaga
Nama latin simplisia : Amomi Compacti Fruktus
Nama latin tumbuhan : Amomum compactum

1. Kadar Sari Larut Etanol


Larutan berwarna coklat muda kekuningan bening dengan bau khas etanol ( alcohol ).
Berat cawan kosong = 73,4153 gram
Cawan + Simplisia = 73,4443 gram
Berat Simplisia = 5,0851 gram

100 (cawan + simplisia) cawan kosong


Kadar Sari Larut Etanol =
x
20
Berat simplisia
100
23,4443 73,4153
Kadar Sari Larut Etanol =
x
20
5,0851

= 2,85 %

2. Kadar Sari Larut Air


Larutan berwarna coklat muda kekuningan agak keruh dengan bau khas aromatic.
Berat Cawan Kosong = 78,8543 gram
Berat Cawan + Simplisia yang tersisa= 78,9735 gr
100
(cawan + simplisia) cawan kosong
Kadar Sari Larut air =
x
20
Berat simplisia
100
78,9735 78,8543
Kadar Sari Larut air =
x
20
5,0851
IV.

= 11,72 %

Pembahasan
Pada setiap tanaman terdapat senyawa metabolit sekunder, baik yang bersifat polar,
semipolar maupun nonpolar. Kandungan metabolit tersebut berbeda-beda komposisi dan
jumlahnya tergantung dari bagian tanaman yang dijadikan simplisia, tempat tumbuh tanaman,
pola panen serta penanganan pasca panennya. Oleh karena itu, setiap bahan yang dijadikan
simplisia obat perlu distandardisasi mengenai kandungan senyawa didalamnya. Simplisia
yang memenuhi standar adalah mengandung kadar sari larut air ataupun kadar sari larut
etanol melebihi standar yang ditetapkan dalam farmakope.
Uji kadar sari dari suatu ekstrak bahan obat alam dimaksudkan agar dapat memberikan
gambaran awal sejumlah kandungan, dengan cara melarutkan ekstrak sediaan dalam pelarut
organik tertentu (etanol atau air). Kadar Sari juga dibedakan atas dua jenis yaitu kadar sari
larut air dan kadar sari larut etanol.
Simplisia sebagai suatu bahan yang akan mengalami proses lanjutan atau langsung
dikonsumsi harus memiliki standarisasi. Hal ini penting sebagai acuan mengenai segala
sesuatu mengenai cara penggunaan simplisia. Karena simplisia yang berasal dari bahan alam
biasanya memiliki keragaman, terutama dalam kandungan zat aktifnya. Sehingga agar
didapatkan mutu dan kualitas yang sama pada semua konsumen, standar penggunaan
simplisia sangat diperlukan.
Standarisasi merupakan hal yang penting untuk simplisia dan ekstrak yang akan
digunakan atau dikonsumsi. Parameter standar merupakan suatu metode standarisasi untuk

menjaga kualitas dari suatu simplisia maupun ekstrak. Parameter standar meliputi parameter
standar spesifik dan parameter standar non spesifik, yang diujikan terhadap simplisia dan
ekstrak. Salah satu parameter standar spesifik untuk pengujian standar simplisia adalah
penetapan kadar sari pada pelarut tertentu.
Kadar sari larut air dan etanol merupakan pengujian untuk penetapan jumlah kandungan
senyawa yang dapat terlarut dalam air (kadar sari larut air) dan kandungan senyawa yang
dapat terlarut dalam etanol (kadar sari larut etanol). (Ditjen POM, 2000)
Metode penentuan kadar sari digunakan untuk menentukan jumlah senyawa aktif yang
terekstraksi dalam pelarut dari sejumlah simplisia. Penentuan kadar sari juga dilakukan untuk
melihat hasil dari ekstraksi, sehingga dapat terlihat pelarut yang cocok untuk dapat
mengekstraksi senyawa tertentu. Prinsip dari ekstraksi didasarkan pada distribusi zat terarut
dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling campur (Ibrahim,2009).
Dalam percobaan ini, pertama yang dilakukan adalah proses maserasi menggunakan
pelarut air untuk kadar sari larut air, dan menggunakan etanol untuk kadar sari larut etanol.
Hal ini bertujuan agar zat aktif yang ada pada simplisia dapat terekstraksi dan tertarik oleh
pelarut tersebut. Untuk maserasi dengan pelarut air, ditambahkan dengan kloroform yang
berfungsi sebagai pengawet atau pembunuh mikroba, karena jika maserasi hanya
menggunakan air mungkin ekstraknya akan rusak karena air merupakan media yang baik
untuk pertumbuhan mikroba atau dikhawatirkan terjadi proses hidrolisis yang akan merusak
eksatrak sehingga menurunkan mutu dan kualitas dari ekstrak tersebutSedangkan maserasi
dengan pelarut alkohol tidak perlu ditambah kloroform karena etanol sendiri sudah berperan
sebagai antimikroba.
Maserasi merupakan metode perendaman sampel dengan pelarut organik, umumnya
digunakan pelarut organik dengan molekul relatif kecil dan perlakuan pada temperatur
ruangan, akan mudah pelarut terdistribusi ke dalam sel tumbuhan. Metode maserasi ini sangat
menguntungkan karena pengaruh suhu dapat dihindari, suhu yang tinggi kemungkinan akan
mengakibatkan terdegradasinya senyawa-senyawa metabolit sekunder. Pemilihan pelarut
yang digunakan untuk maserasi akan memberikan efektivitas yang tinggi dengan
memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam dalam pelarut akibat kontak langsung dan
waktu yang cukup lama dengan sampel. Salah satu kekurangan dari metode ini adalah
membutuhkan waktu yang lama untuk mencari pelarut organik yang dapat melarutkan dengan
baik senyawa yang akan diisolasi dan harus mempunyai titik didih yang tinggi pula sehingga
tidak mudah menguap.

Selanjutnya adalah menyiapkan wadah berupa cawan ua, kemudian dioven pada suhu
105oC selama 15 menit. Tujuannya adalah menghilangkan (menguapkan) air yang terdapat
atau menempel pada krus porselen sehingga tidak mengganggu ketepatan analisis. Lalu
didinginkan dalam eksikator selama 15 menit. Penggunaan eksikator bertujuan untuk
menyeimbangkan kelembapan relatif (RH) cawan dengan kelembapan udara/lingkungan
sehingga cawan tidak mudah menarik air dari udara/lingkungan yang nantinya akan dapat
mengganggu ketepatan analisis. Hal ini perlu dilakukan karena cawan yang baru saja dioven,
pori-porinya akan membesar/bersifat porous sehingga akan bersifat higroskopis (mudah
menarik air dari lingkungan) dan akan dapat mempengaruhi berat saat penimbangan.
Akibatnya data yang diperoleh tidak akurat. Kemudian cawan ditimbang sebagai berat cawan
kosong.
Ekstrak cair simplisia disaring lalu dimasukan ke dalam cawan dan dipanaskan dalam
water bath sehingga pelarut simplisia menguap. Setelah sebagagian pelarut menguap, cawan
dan ekstrak simplisia dimasukan ke dalam oven pada suhu 105 oC selama 15 menit untuk
menyempurnakan penguapan pelarut. Kemudian dimasukan ke dalam eksikator dan
selanjutnya ditimbang hingga diperoleh bobot tetap. Bobot tetap adalah berat pada perbedaan
dua kali penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,50 mg untuk tiap gram zat yang
digunakan.
Sari simplisia yang tersisa setelah proses penguapan merupakan sari yang terlarut pada
pelarutnya. Kadar sari larut air adalah sari simplisia yang tersisa setelah proses penguapan
dalam oven. Kadar sari larut air menunjukan adanya senyawa yang bersifat polar, karena
selama proses maserasi, air yang bersifat polar dapat menarik senyawa polar dalam simplisia.
Sedangkan kadar sari larut etanol menunjukan adanya senyawa yang bersifat semipolar atau
nonpolar, karena selama proses maserasi, etanol yang bersifat semipolar lebih menyukai
senyawa yang semi atau nonpolar sehingga dapat menarik senyawa tersebut dalam simplisia.
Dari hasil perhitungan, kadar sari larut air yang diperoleh adalah 11,72%. Sedangkan
kadar sari larut etanol yang diperoleh adalah 2,85%. Kadar tersebut menunjukan bahwa
kandungan senyawa dalam simplisia buah kapulaga cenderung bersifat polar. Data kadar sari
dalam pelarut tertentu biasanya diperlukan untuk menentukan pelarut yang akan digunakan
untuk mengekstraksi senyawa tertentu agar zat-zat yang terekstraksi lebih banyak yang
terekstrak dari simplisia yang akan diekstrak.
V.

Kesimpulan

Gravimetri adalah salah satu parameter standar spesifik untuk pengujian standar simplisia
adalah penetapan kadar sari pada pelarut tertentu.

Kadar sari larut air dan etanol merupakan pengujian untuk penetapan jumlah kandungan
senyawa yang dapat terlarut dalam air (kadar sari larut air) dan kandungan senyawa yang
dapat terlarut dalam etanol (kadar sari larut etanol).

Hasil kadar sari larut etanol dari buah kapulaga yang didapat adalah 2.85%.

Hasil kadar sari larut air dari buah kapulaga yang didapat adalah 11.82%.

VI.

Daftar Pustaka

Ditjen POM.2000.Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:Departemen


Kesehatan RI.
Wasilah, Sudja. 1978. Penuntun Percobaan Pengantar Kimia Organik. Bandung: PT Karya
Nusantara.
Cahyono, Bambang. 1991. Segi Praktis dan Metode Pemisahan Senyawa Organik. Semarang:
UNDIP Press.
Djarwis, D. 2004. Teknik Penelitian Kimia. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

You might also like