You are on page 1of 1

PEMDA TAK PERLU CARI DANA ASING

Disiapkan Aturan Saham Blok Migas


JAKARTA
Pemerintah menyiapkan aturan mengenai dukungan
dana bagi pemerintah daerah (pemda) untuk memiliki saham
pada blok minyak dan gas bumi. Dengan dukungan tersebut,
pemda tidak perlu mencari pinjaman dana, khususnya dari
investor asing.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) Rudi Rubiandini mengatakan, kepemilikan saham
melalui
skema
partisipasi
Indonesia
(Indonesian
Participating/IP) tersebut, kini masih digodok oleh
Kementerian Keuangan. Melalui aturan itu pemda tidak perlu
lagi mencari pinjaman untuk setoran biaya investasi sebesar
saham yang menjadi jatahnya.
Apakah nanti memakai bank nasiobal atau pakai uang
negara yang dipinjamkan agar tidak ada pihak asing yang
mendanai, kata Rudi di Jakarta, Jumat (7/12).
Selama ini, penda yang memperoleh saham 10%
sebagai IP mencari pinjaman lagi dari investor untuk menyetor
biaya investasi proyek. Rudi mencontohkan, IP yang diberikan
bagi pemerintah daerah di sekitar Blok Cepu. PInjaman dana
dari investor asing mengakibatkan manfaat PI bagi daerah
menjadi tidak optimal. Kalau dana tersebut juga dari pihak
asing, ya sudah pakai saja kontraktor yang sekarang ada, ujar
dia.
Sebelum aturan dari Kemenkeu terbit, Kemeterian
Energi akan menahan sejumlah IP bagi pemda. Salah satu yang
ditahan adalah saham bagi pemda di sekitar Blok Masela.
Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah
menyerahkan jatah IP blok yang dimiliki Inpex Corporation itu
kepada pemda. Namun, Kementerian Energi hingga sekarang
belum menerbitkan surat resminya.
Rudi mengatakan, IP masih ditahan untuk memastikan
tidak ada investor asing yang memberikan pinjaman. Sebab,
akan sulit mengeluarkan investor jika yang bersangkutan sudah
terlanjut menanamkan modal. Kendati demikian, dia tidak bisa
memastikan hingga kapan surat resmi penyerahan IP sampai ke
pemda. Itu tanyakan ke Pak Agus Marto (Menteri Keuangan)
kapan selesai aturannya. Karena aturan ini yang paling ideal
agar manfaat IP bisa optimal bagi daerah, jelas dia.
Ke depan, IP harus dicegah dari kepemilikan asing
secara tidak langsung. Oleh karenanya, dalam naskah akademik
yang disusun Rudi Rubinadini Guru Besar Perminyakan ITB,
ada klausul yang menyebutkan IP diberikan kepada BUMD dan
tidak boleh dipindahtangankan.
Inpex bersedia menyerahkan 10% saham jatahnya lagi
ke BUMD Maluku. Terkait hal itu, Pemerintah Provinsi
Maluku membentuk BUMD PT Maluku Energi. BUMD
tersebut membentuk perusahan patungan PT Maluku Energi
Nusantara dengan perusahaan swasta, PT Masela Energi untuk
mengelola 10% saham IP Masela.
Sementara itu, untuk kepastia partisipasi Indonesia
(Indonesian Participating/IP) bagi pemerintah daerah, Manager
Communication and Realtion Inpex Alfred Menayang

mengaku, pihaknya masih menunggu keputusan pemerintah.


Inpex siap melepas saham 10% dalam bentuk IP sebagai wujud
ikut melaksanakan aturan yang berlaku.
Dari kami hanya kana memberikan masukan-masukan
saja. BAik dengan pemerintah pusat maupun daerah, INpex
selalu membuka diskusi. Tetapi sekarang ini kami masih
menunggu dari pemerintah, jelas dia.
Inpex mendapatkan hak untuk melakukan kegiatan
eksplorasi di Blok Masela melalui penandatanganan pada 16
November 1998. Komposisi saham Blok Masela saat ini adalah
60% dimiliki Inpex Masela Ltd yang sekaligus bertindak
sebagai operator, lalu Shell Corporation 30%, dan PT Energi
Mega Persada Tbk (EMP) 10%.
Dengan cadangan Lapangan Abadi sebesar 6,05 triliun
kaki kubik (TCF), dibutuhkan investasi sebesar US$ 9-10 miliar
untuk mengembangkan Blok Masela. Sesuai rencana
pengembangan yang telah disetujui, Inpex Corporation sebagai
operator blok akan membangun kilang gas alam cair terapung
berkapasitas 2,5 juta ton per tahun. Selain LNG, Lapangan
Abadi juga memproduksi kondensat 8.400 barel per hari (bph).
Inpex telah merampungkan lelang desain rinci (front
end engineering design/FEED) untuk fasilitas bahwa laut
(subsea) Lapangan Abadi. Saat ini Inpex tengah melelang
FEED fasilitas kilang gas alam cair terapung (floating
liquifaction natural gas/FLNG) yang ditargetkan rampung
paling lambat awal tahun depan. Proyek ini diharapkan bisa
mulai berproduksi pada 2016.
Sementara itu, secara terpisah, Menteri BUMN Dahlan
Iskan mengungkapkan rencana PT Pertamina untuk
mengakuisisi 32% saham Petrodelta S.A, Venezuela,
perusahaan migas akan terealisasi sebelum akhir Desember
2012.
Kalau semua aspek yang menjadi dasar pertimbangan
perusahaan untuk mengakuisisi perusahan Venezuela tersebut
dapat diselesaikan, maka pada akhir tahun ini rencana itu dapat
saya setujui, kata Dahlan, di Jakarta, baru-baru ini.
Menurut Dahlan sesuangguhnya rencana Pertamina
untuk masuk ke perusahaan Venezuela tersebut sudah
dilakukan secara komprehensif oleh Pertamina.
Jadi kalau betul-betul yang dibutuhkan saat ini hanya
izin dari BUMN, maka pada akhir tahun ini saya bisa
putuskan, tegasnya seperti dilansir Antara.
Sebelumnya, pada Juni 2012, Pertamina sudah
menandatangani perjanjian pembelian saham (share purchase
agreement/SPA) dengan Harvest Natural Reseources Inc, yang
tercatat (listed) di Bursa Saham New York, AS.
Dengan akuisisi ini, Pertamina berharap daoat bekerja
sama denan Petroleos de Venezuela, SA (PDVSA), perusahaan
migas nasional milik pemerintah Venezuela, guna mempercepat
pengembangan cadangan milik Petrodelta yang substansial
untuk manfaat bersama bagi semua pemegang saham.
Sumber : Harian SUARA PEMBARUAN, 8 Desember 20

You might also like