You are on page 1of 77

POTENSI ALELOPATI BEBERAPA GULMA SEBAGAI

BIOHERBISIDA PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine max L)

SKRIPSI

OLEH :
ACA FAANTHIR
NIM. 1005101050013

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Pada Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH
2015

POTENSI ALELOPATI BEBERAPA GULMA SEBAGAI


BIOHERBISIDA PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine max L)

SKRIPSI

OLEH :
ACA FAANTHIR
NIM. 1005101050013

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH
2015

Allah SWT mengatakan bahwasanya Tiada Tuhan melainkan Dia yang


menegakkan keadilan, para malaikat dan orang-orang yang berilmu, tak ada
tuhan melainkan Dia yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana
(Q.S Ali -Imran : 18)

Syukur Alhamdulillah...
Berkat rahmat dan nikmat yang telah ALLAH SWT berikan padaku yaitu nikmat hidup,
shalawat serta salam ku sanjungkan kepangkuan alam Nabi Muhammad SAW, berkat
perjuangan beliau yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan menuju alam yang
berilmu pengetahuan seperti saat ini...
Ya Allah.....
Waktu yang sudah kujalani dengan jalan hidup yang sudah menjadi takdirku, sedih, bahagia,
dan bertemu orang-orang yang memberiku sejuta pengalaman bagiku, yang telah memberikan
warna-warni kehidupanku. Kubersujud dihadapan Mu, Engkau berikan aku kesempatan untuk
bias sampai penghujung awal perjuanganku Segala Puji bagi Mu ya Allah,
Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagiku untuk meraih cita-citaku
Tiada sujud syukurku selain berharap Engkau jadikan aku orang yang senantiasa berpikir,
berilmu, beriman dan bersabar dalam menjalani kehidupan ini. Seuntai doa dan terima kasih ku
ucapkan kepada Ayahanda dan Ibunda yang selama ini memberiku semangat, doa, dorongan,
nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan sehingga aku kuat menjalani
setiap rintangan yang ada.
Terimakasih ayah, mamak , abang dan adik-adikku.....
Dengan segenap ketulusan hati kupersembahkan karya tulis ini kepada ayah
( Muhammad Yunus S.E) dan mamak (Aminah US) yang tercinta serta seluruh keluarga
besarku Abang (Ace Nahli Arifa), adek (Muhammad Hasumma Ribir), Adek (Maulana Fitrah)
Karena kalian aku tetap sabar menjalani segala rintangan yang ada. Terima kasih.
Terimakasih dosennku...
Ilmu yang telah engkau berikan takkan kulupakan....
Semoga ALLAH yang kan membalas kebaikanmu....
Terima kasih ku ucapkan kepada dosen pembimbing ku yang baik Ibu Dr. Siti Hafsah, S.P., M.Si
dan Ibu Ir. Gina Erida, M.Si yang telah memberikan petunjuk dan bimbingannya walaupun aku

sering sekali membuat kesalahan pada kalian berdua, namun kalian tetap tulus membimbing
sehingga skripsi ini bisa selesai.
Ku ucapkan terimakasih kepada Dosen wali Ir. Gina Erida, M.si yang telah banyak sekali
membimbingku, menerima keluh kesahku dan membantuku selama ini, dan smua staf pengajar di
Jurusan Agroteknologi, terimakasih atas bimbingan dan ilmu yang telah engkau berikan
kepadaku. Kalian adalah orang-orang terbaik yang akan terkenang sepanjang waktu. Biarlah
ini menjadi kisah indahku, dan semoga Allah SWT membalas jasa muliamu, guruku..
Terimakasih Sahabatku...
Ku ucapkan kepada sahabatku seperti Aidil, Erma, Abang Sulaiman, Kakak Julita Sari, Nisa,
Zaitun R, Ulfa, Mia H, Ria dan seluruh keluarga besar Agroteknologi angkatan 2010. Yang
telah banyak sekali membantuku baik memberikan arahan serta sarannya. Kalian semua luar
biasa sahabat terbaikku. Pesanku semoga kalian semua cepat menyelesaikan kuliah dan lanjut
kuliah lagi. Thank you so so so so much for everything....
Puncak mesjid adalah langitku...
Sejadah adalah bumiku...
Gigeh Meutakeh...
Beu oe mekeudoe...
Jika ingin Mutiara selamilah dasar lautan..
Jika ingin Bahagia Tahanilah pederitaan..

Akhirnya ALLAH jua di atas segalanya, tanpa hidayah, ramhat dan ridha dari-Mu hamba
takkan seperti ini. Semoga karya ilmiah ini bisa bermanfaat dan berguna bagi kita semua.
Amiiiiiinnnn......
Banda Aceh, Januari 2015

Aca Faanthir, SP

RINGKASAN
Aca Faanthir/1005101050013. Potensi Alelopati Beberapa
Gulma sebagai Bioherbisida pada Tanaman Kedelai (Glycine max
L). Dibawah bimbingan Siti Hafsah sebagai pembimbing utama dan Gina Erida
sebagai pembimbing anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh alelopati gulma
alang-alang (Imperata cylindrica), teki (Cyperus rotundus) dan rumput grinting
(Cynodon dactylon) yang berpotensi sebagai bioherbisida untuk mengendalikan
gulma pada tanaman kedelai. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu
Gulma dan Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda
Aceh. Waktu penelitian ini mulai Mei sampai Agustus 2014.
Bahan yang digunakan adalah benih kedelai varietas Grobogan, brangkasan
gulma alang-alang (I. cylindrica), teki (C. rotundus) dan rumput grinting
(C. dactylon), etanol, aquades, kertas Whatman nomor 4, kertas label, rhyzogin,
Urea, SP36, KCl serta gulma indikator rumput jejarongan (Chloris barbata) dan
bayam duri (Amaranthus spinosus). Alat-alat yang digunakan adalah cangkul,
polibag 10 kg, ayakan pasir, piring plastik, gembor, oven, amplop besar,
imbangan analitik, gelas ukur, knapsack hand sprayer, erlenmeyer, soxhlet serta
rotary evaporator. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) non Faktorial 7 perlakuan dengan 3 kali ulangan (tanpa ekstrak,
konsentrasi ekstrak alang-alang 10%, konsentrasi ekstrak alang-alang 20%,

ii

konsentrasi ekstrak teki 10%, konsentrasi ekstrak teki 20%, konsentrasi ekstrak
rumput grinting 10%, konsentrasi ekstrak rumput grinting 20%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian beberapa konsentrasi
ekstrak gulma berpengaruh nyata terhadap persentase keracunan tanaman kedelai
pada 14 dan 21 HSA, pengendalian gulma bayam duri (A. spinosus) dan
Jejarongan (C. barbata) pada 7, 14 dan 21 HST. Pemberian beberapa konsentrasi
ekstrak gulma tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kedelai, bobot biji
per tanaman, jumlah biji per tanaman, bobot basah gulma, bobot kering gulma
serta kematian tanaman dan kematian gulma.
Kata kunci : Alelopati, Bioherbisida, Tanaman Kedelai

iii

UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis telah dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi
yang berjudul Potensi Alelopati Beberapa Gulma sebagai Bioherbisida pada
Tanaman Kedelai (Glycine max L). Shalawat dan salam penulis sanjung
sajikan kepangkuan alam Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa
umat manusia dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Atas terselesainya penulisan skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr. Siti Hafsah, S.P., M.Si sebagai pembimbing utama dan Ibu
Ir. Gina Erida, M.Si sebagai pembimbing anggota sekaligus dosen wali
yang telah memberikan bimbingan, arahan, bantuan dan saran dalam
penulisan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasanuddin, M.S selaku dosen penguji utama, Bapak
Ir. Buni Amin, M.Agric. Sc dan Ibu Ir. Hasnah, M.P selaku dosen penguji
anggota.
3. Bapak Dr. Ir. Ashabul Anhar, M.Sc selaku Ketua Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala.
4. Ayahanda Muhammad Yunus S.E dan Ibunda Aminah US serta
saudara-saudaraku yang tercinta atas doa, kasih sayang dan dorongan
semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan studi hingga selesai.

iv

5. Teman-teman seperjuangan Sulaiman, Nissa, Mia, Ulfa, Ria, Rita, Aidil,


Erma, Kak Juli dan rekan-rekan Agroteknologi yang banyak membantu
baik secara moril maupun materil.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih banyak
kekurangan, kesalahan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik
dan saran sangat dibutuhkan atas kesempurnaan skripsi ini dan juga sebagai bahan
perbaikan dimasa mendatang, semoga bermanfaat bagi kita semua Amin Yarabbal
Alamin.
Darussalam, 30 Januari 2015

(Aca Faanthir, SP)

DAFTAR ISI
Halaman

RINGKASAN ................................................................................

UCAPAN TERIMAKASIH .........................................................

iii

DAFTAR ISI..................................................................................

DAFTAR TABEL.......................................................................... vii


DAFTAR LAMPIRAN.................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR..................................................................... xi
I. PENDAHULUAN ....................................................................

1.1 Latar Belakang ...................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................

1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................................

1.4 Hipotesis.............................................................................................

II. TINJAUAN PUSTAKA..........................................................

2.1 Bioekologi Tanaman Kedelai............................................................

2.2 Kompetisi Tanaman Kedelai dengan Gulma ....................................

2.3 Alelopati............................................................................................

2.4 Potensi Alelopati Gulma sebagai Bioherbisida .................................

III. METODE PENELITIAN ......................................................

13

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................

13

3.2 Bahan dan Alat...................................................................................

13

3.3 Rancangan Penelitian .........................................................................

14

3.4 Pelaksanaan Penelitian .......................................................................

16

3.5 Pengamatan ........................................................................................

19

vi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................

21

4.1 Persentase Tingkat Keracunan Tanaman Kedelai ..............................

21

4.2 Persentase Pengendalian Gulma.........................................................

24

4.3 Tinggi Tanaman Kedelai....................................................................

27

4.4 Bobot Basah dan Bobot Kering Gulma ..............................................

29

4.5 Kematian Tanaman dan Kematian Gulma .........................................

30

4.6 Jumlah Biji Per Tanaman dan Bobot Biji Per Tanaman ....................

31

V. SIMPULAN DAN SARAN .....................................................

33

5.1 Simpulan..............................................................................................

33

5.2 Saran ....................................................................................................

33

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................

34

LAMPIRAN...................................................................................

37

RIWAYAT HIDUP ......................................................................

vii

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1.

Susunan perlakuan beberapa konsentrasi ekstrak gulma........................... 14

2.

Rerata persentase tingkat keracunan tanaman akibat pemberian


beberapa konsentrasi ekstrak gulma yang berbeda.................................... 21

3.

Rerata persentase keracunan gulma Amaranthus spinosus akibat


pemberian beberapa konsentrasi ekstrak gulma yang berbeda..............

4.

Rerata persentase keracunan gulma Chloris barbata akibat pemberian


beberapa konsentrasi ekstrak gulmam yang berbeda................................ 26

5.

Rerata tinggi tanaman kedelai pada 15, 30 dan 45 HST akibat


pemberian beberapa konsentrasi ekstrak gulma yang berbeda ................. 28

6.

Rerata bobot basah gulma dan bobot kering gulma akibat pemberian
beberapa konsentrasi ekstrak gulma yang berbeda............................. ...... 29

7.

Rerata kematian tanaman dan kematian gulma akibat pemberian


beberapa konsentrasi ekstrak gulma yang berbeda..... .............................. 30

8.

Rerata jumlah biji per tanaman dan bobot biji per tanaman akibat
pemberian beberapa konsentrasi ekstrak gulma yang berbeda ...............

viii

24

32

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1.

Deskripsi kedelai varietas grobogan .......................................................

37

2.

Susunan bagan penelitian pola RAL...................................................

38

3.

Persentase tingkat keracunan tanaman kedelai 7 HSA ...........................

39

4.

Persentase tingkat keracunan tanaman kedelai 7 HSA Transformasi


Arc Sin x ...............................................................................................

39

5.

Analisis ragam persentase tingkat keracunan tanaman kedelai 7 HSA...

39

6.

Persentase tingkat keracunan tanaman kedelai 14 HSA .........................

40

7.

Persentase tingkat keracunan tanaman kedelai 14 HSA Transformasi


Arc Sin x ...............................................................................................

40

8.

Analisis ragam persentase tingkat keracunan tanaman kedelai 14 HSA

40

9.

Persentase tingkat keracunan tanaman kedelai 21 HSA .........................

41

10. Persentase tingkat keracunan tanaman kedelai 21 HSA Transformasi


Arc sin x ................................................................................................

41

11. Analisis ragam persentase tingkat keracunan tanaman kedelai 21


HSA.........................................................................................................

41

12. Persentase keracunan gulma Amaranthus spinosus 7 HSA....................

42

13. Persentase keracunan gulma A. spinosus 7 HSA Transformasi Arc Sin


x ............................................................................................................

42

14. Analisis ragam persentase keracunan gulma A. spinosus 7 HSA ...........

42

15. Persentase keracunan gulma A. spinosus 14 HSA .................................

43

16. Analisis ragam persentase keracunan gulma Amaranthus spinosus 14


HSA.........................................................................................................

43

17. Persentase keracunan gulma A. spinosus 21 HSA................. ................

43

18. Persentase keracunan gulma A. spinosus 21 HSA Transformasi Arc


Sin x ......................................................................................................

44

ix

19. Analisis ragam persentase keracunan gulma A. spinosus 21 HSA ........

44

20. Persentase keracunan gulma Chloris barbata 7 HSA.............................

44

21. Persentase keracunan gulma C. barbata 7 HSA Transformasi X+0,5 .

45

22. Analisis ragam persentase keracunan gulma C. barbata 7 HSA ............

45

23. Persentase keracunan gulma C. barbata 14 HSA..................................

45

24. Analisis ragam persentase keracunan gulma C. barbata 14 HSA .........

46

25. Persentase keracunan gulma C. barbata 21 HSA..................................

46

26. .Analisis ragam persentase keracunan gulma C. barbata 21 HSA.........

46

27. Tinggi tanaman kedelai 15 HST .............................................................

47

28. Analisis ragam tinggi tanaman kedelai 15 HST......................................

47

29. Tinggi tanaman kedelai 30 HST .............................................................

47

30. Analisis ragam tingii tanaman kedelai 30HST .......................................

48

31. Tinggi tanaman kedelai 45 HST... ..........................................................

48

32. Tinggi tanaman 45 HST Transformasi Arc Sin x .................................

48

33. Analisis ragam tinggi tanaman kedelai 45 HST......................................

49

34. Bobot basah gulma Amaranthus spinosus ..............................................

49

35. Analisis ragam bobot basah gulma A. spinosus .....................................

49

36. Bobot kering gulma A. spinosus ............................................................

50

37. Bobot kering gulma A. spinosus Transformasi Log x...........................

50

38. Analisis ragam bobot kering gulma A. spinosus......................... ...........

50

39. Bobot basah gulma Chloris barbata .......................................................

51

40. Analisis ragam bobot basah gulma Chloris barbata...............................

51

41. Bobot kering gulma C. barbata .............................................................

51

42. Bobot kering gulma C. barbata Transformasi Log x ...........................

52

43. Analisis ragam bobot kering gulma C. barbata......................................

52

44. Hari kematian tanaman kedelai..............................................................

52

45. Hari kematian tanaman kedelai Transformasi Arc Sin x ......................

53

46. Analisis ragam hari kematian tanaman kedelai.......................................

53

47. Hari kematian gulma...............................................................................

53

48. Jumlah biji per tanaman kedelai .............................................................

54

49. Analisis ragam jumlah biji per tanaman kedelai.....................................

54

50. Bobot biji per tanaman kedelai ...............................................................

54

51. Analisis ragam bobot biji per tanaman kedelai.......................................

55

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Pengayakan tanah dan pupuk kandang ....................................................

56

2. Perbandingan tanah dan pupuk kandang..................................................

56

3. Persemaian gulma Chloris barbata..........................................................

56

4. Persemaian gulma Amaranthus spinosus .................................................

56

5. Proses penanaman ....................................................................................

57

6. Penamaan kedelai dan gulma ...................................................................

57

7. Brangkasan gulma alang-alang dan teki untuk ekstraksi..... ....................

57

8. Brangkasan rumput grinting.......................................................................... 57


9. Soxhlet ......................................................................................................

58

10. Rotary evaporator ....................................................................................

58

11. Ekstrak gulma untuk aplikasi ...................................................................

58

12. Teknik aplikasi .........................................................................................

58

13. Pengamatan bobot basah dan kering gulma Amaranthus spinosus.............. 59


14. Pengamatan keracunan tanaman kedelai......................................................

59

15. Pengamatan pengendalian gulma Amaranthus spinosus dan Chloris


barbata ....................................................................................................

59

16. Pengukuran tinggi tanaman dan penimbangan bobot biji per


tanaman kedelai.....................................................................................

59

xii

I. PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang terus bertambah setiap tahunnya

menyebabkan kebutuhan kedelai semakin meningkat, namun sementara produksi


kedelai nasional belum mampu memenuhi kebutuhan tersebut. Badan Pusat
Statistik (BPS) mencatat rata-rata konsumsi kedelai nasional mencapai 2,2 juta ton
per tahun dengan kenaikan konsumsi kedelai berkisar 7% - 8%. Produktivitas
kedelai nasional tahun 2011 hanya 1,4 ton ha-1 dengan luas panen 621 ribu hektar
(Direktorat Jendral Tanaman Pangan, 2012).
Banyak permasalahan yang ditemukan dalam membudidayakan tanaman
kedelai antara lain kehadiran organisme penganggu tanaman seperti penyakit,
hama dan gulma. Gulma sering menjadi masalah yang serius karena dapat
menurunkan hasil tanaman kedelai. Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya
tidak diinginkan, sehingga dapat mengakibatkan penurunan hasil produksi serta
menghambat pertumbuhan yang dapat merugikan petani (Moenandir, 1993).
Menurut Afrizal (2005) penurunan hasil pada tanaman kedelai akibat
terjadinya persaingan dengan gulma dapat berkisar antara 18-76%. Hasil kedelai
dapat turun sampai 55% apabila tidak dilakukan penyiangan gulma. Adisarwanto
(2005) menyatakan bahwa ada tiga golongan gulma pada tanaman kedelai yaitu
rerumputan, teki dan gulma berdaun lebar. Gulma yang sering dijumpai di lahan
pertanaman kedelai antara lain rumput grinting (Cynodon dactylon), lamuran
(Polytrias amaura), teki (Cyperus rotundus), alang-alang (Imperata cylindrica),
pahitan (Paspalum conjugatum), meniran (Phyllanthus niruri), wedusan
1

(Ageratum conyzoides), krokot (Portulaca oleracea), genjoran (Digitaria


sanguinalis) dan bayam (Amarantus sp) (Moenandir, 1993).
Keberadaan gulma di sekitar kita dapat dimanfaatkan sebagai alternatif
pengendalian gulma dengan mengolahnya menjadi herbisida botani. Hal ini
memungkinkan karena beberapa jenis gulma mengandung zat alelopat atau
alelopati yang dapat menghambat bahkan mematikan tumbuhan lain (Radosevich
& Holt, 1984 dalam Hasibuan et al., 2008).
Beberapa spesies gulma yang telah diketahui mempunyai potensi alelopati
sebagai bioherbisida diantaranya alang-alang (I. cylindrica), teki (C. rotundus)
dan rumput grinting (C. dactylon). Pada akar dan batang alang-alang mengandung
senyawa-senyawa penghambat pertumbuhan yaitu manitol, sakarosa, asam malat
dan asam sitrat (Kusuma et al., 1992 dalam Hasibuan et al., 2008).
Pada teki terdapat senyawa r-kumarat, r-hidroksi, benzoat, anilat, fenolat
dan asam sitrat (Moenandir, 1993). Setyowati & Suprijono (2001) menyatakan
bahwa ekstrak umbi teki 10% mampu menghambat perkecambahan dan menekan
panjang akar gulma sikejut besar (Mimosa pigra), Putri malu (Mimosa invisa),
ketepeng cina (Cassia alata), ketumbar (Porophylum ruderale) sebesar 63%.
Pada rumput grinting juga mengandung banyak bahan kimia konstituen
seperti -sitosterol, flavonoid, alkaloid, glikosida dan triterpenoid (Paranjpe, 2001
dalam Nagori & Solanki, 2011). Vasilakoglou et al. (2005) dalam
Mahmoodzadeh & Mitra (2013) menyatakan bahwa alelopati dari ekstrak grinting
dapat menghambat perkecambahan tanaman seperti kapas, jagung dan gulma
jajagoan (Echinochloa crus-galli).

Dari permasalahan di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang potensi


alelopati beberapa gulma sebagai bioherbisida pada tanaman kedelai.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah

pengaruh

alelopati

gulma

alang-alang

(Imperata

cylindrica), teki (Cyperus rotundus) dan rumput grinting (Cynodon dactylon)


dalam menekan pertumbuhan gulma pada tanaman kedelai.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh alelopati gulma alangalang (I. cylindrica), teki (C. rotundus) dan rumput grinting (C. dactylon) yang
berpotensi sebagai bioherbisida untuk mengendalikan gulma pada tanaman
kedelai.
1.4 Hipotesis
Konsentrasi alelopati gulma alang-alang (I. cylindrica), teki (C. rotundus)
dan rumput grinting (C. dactylon) yang berbeda dapat mempengaruhi
pertumbuhan gulma pada tanaman kedelai.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bioekologi Tanaman Kedelai


Di Indonesia tanaman kedelai sudah dikenal sejak adab ke-16. Awalnya
kedelai dikenal dengan banyak nama botani salah satunya Glycine soja dan soja
max. Akhirnya pada tahun 1948 telah disepakati nama botani tanaman kedelai
menjadi Glycine max (L.) ( Adisarwanto, 2005).
Klasifikasi tanaman kedelai menurut Adisarwanto (2005) sebagai berikut.
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Sub Divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Sub Kelas

: Archihlahmyde

Ordo

: Rosales

Sub Ordo

: Leguminosineae

Famili

: Leguminoseae

Sub Famili

: Papilionacea

Genus

: Glycine

Spesies

: Glycine max (L.) Merril.

Menurut Prihatman (2000) syarat-syarat yang mendukung pertumbuhan


tanaman kedelai dan yang harus selalu diperhatikan sebagai berikut :
Tanaman kedelai dapat tumbuh baik didaerah yang memiliki curah hujan
sekitar 100-400 mm/bulan, sedangkan untuk mendapatkan hasil optimal tanaman
4

kedelai membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan. Suhu yang


dikehendaki tanaman kedelai antara 21-34C. Akan tetapi, suhu optimum bagi
pertumbuhan tanaman kedelai 23-27C. Pada proses perkecambahan benih kedelai
memerlukan suhu yang cocok sekitar 30C. Tanah yang cocok antara lain alluvial,
regosol, grumosol, latosol dan andosol. Toleransi keasaman tanah sebagai syarat
tumbuh bagi kedelai adalah pH 5,8-7,0 tetapi pada pH 4,5 kedelai juga dapat
tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5 pertumbuhannya sangat terhambat karena
keracunan aluminium.
2.2 Kompetisi Tanaman Kedelai dengan Gulma
Kompetisi merupakan kemampuan suatu tanaman dengan tanaman lain di
sekitarnya yang saling berkompetisi dalam hal ruang, unsur hara, air dan lain
sebagainya sehingga mampu menekan pertumbuhan tanaman di sekelilingnya.
Selain itu, keberadaan gulma pada lahan budidaya juga dapat menjadi rumah
inang sementara dari penyakit atau parasit tanaman pertanian sehingga dapat
mengurangi kuantitas dan kualitas hasil pertanian. Persaingan antara tanaman dan
gulma dalam memperebutkan sarana tumbuh mengakibatkan kerugian bagi
tanaman budidaya, selain itu beberapa spesies gulma juga menghasilkan senyawa
alelopati yang dapat merugikan pertumbuhan tanaman (Inawati, 2000).
Tumbuh-tumbuhan juga dapat bersaing antar sesamanya secara interaksi
biokimiawi, yaitu salah satu tumbuhan mengeluarkan senyawa beracun ke
lingkungan sekitarnya dan dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan
tumbuhan yang ada di dekatnya. Interaksi biokimiawi antara gulma dan
pertanamanan antara lain menyebabkan gangguan perkecambahan biji, kecambah
5

jadi abnormal, menghambat perpanjangan akar, perubahan susunan sel-sel akar


dan lain sebagainya (Tatelay, 2003)
Menurut Sastroutomo (1990) gulma yang biasa tumbuh pada lahan
pertanaman kedelai terdiri atas lebih dari 56 macam, meliputi jenis rerumputan,
teki-tekian dan jenis gulma berdaun lebar. Beberapa jenis gulma yang dominan
pada pertanaman kedelai antara lain adalah bayam (Amaranthus sp.), jampang
(Digitaria ciliaris), jejagoan (Echinochloa colonum), bebekan (Eragrotis
enioloides), jeking kunyit (Cyperus iria), krokot (Portulaka sp.), wedusan
(Ageratum conyzoides), daun mutiara (Molluge penaphylla) dan putri malu
(Mimosa pudica).
2.3 Alelopati
Alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang
menghasilkan zat kimia (senyawa-senyawa kimia) dan dapat menghambat
pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut
(Willis, 2007 dalam Muhabbibah, 2009). Fenomena alelopati mencakup semua
tipe interaksi kimia antar tumbuhan, antar mikroorganisme dan mikroorganisme.
Interaksi tersebut meliputi penghambatan oleh suatu senyawa kimia yang dibentuk
oleh suatu organisme (tumbuhan, hewan atau mikrobia) terhadap pertumbuhan
dan perkembangan organisme lain. Senyawa kimia yang berperan dalam
mekanisme itu disebut alelokimia. Pengaruh alelokimia bersifat selektif, yaitu
berpengaruh terhadap jenis organisme tertentu namun tidak terhadap organisme
lain (Rahayu, 2003 dalam Aini, 2008).

Alelokimia pada tumbuhan dibentuk di berbagai organ, di akar, batang,


daun, bunga dan biji. Organ pembentuk dan jenis alelokimia bersifat spesifik pada
setiap spesies. Pada umumnya alelokimia merupakan metabolit sekunder yang
dikelompokkan menjadi 14 golongan, yaitu asam organik larut air, lakton, asam
lemak rantai panjang, quinon, terpenoid, tannin, asam sianamat dan derivatnya,
asam benzoate dan derivatnya, kumarin, fenol dan asam fenolat, asam amino non
protein, sulfide serta nukleosida. Alelokimia pada tumbuhan dilepas ke
lingkungan dan mencapai organisme sasaran melalui penguapan, eksudasi akar,
pelindian dan dekomposisi. Setiap jenis alelokimia dilepas dengan mekanisme
tertentu tergantung pada organ pembentuknya dan bentuk atau sifat kimianya
(Aini, 2008).
Tatelay (2003) menyatakan bahwa alelopati dapat meningkatkan
agresivitas gulma didalam hubungan interaksi antara gulma dan tanaman melalui
eksudat yang di keluarkannya, yang tercuci, yang teruapkan atau melalui hasil
pembusukan bagian-bagian organ yang telah mati. Beberapa jenis tanaman yang
mempunyai efek alelopati adalah pinus (Pinus merkusi), alang-alang (Imperata
cylindrica), pisang (Musa spp) dan akasia (Acacia mangium). Senyawa alelopati
dapat menghambat penyerapan harayaitu dengan menurunkan kecepatan
penyerapan ion-ion oleh tumbuhan, beberapa alelopat menghambat pembelahan
sel-sel akar tumbuhan, mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan, menghambat
respirasi akar, menghambat sintesa protein, menurunkan daya pemeabilitas
membran pada sel tumbuhan dan dapat mengahambat aktivitas enzim.

Teki (C. rotundus L.) merupakan salah satu jenis gulma pada pertanaman
kedelai. Jenis gulma lain yang sering dijumpai pada pertanaman kedelai adalah
gulma daun lebar seperti Ageratum conyzoides, Borreria alata, dan Mimosa
pudica. Keberadaan gulma-gulma ini pada pertanaman kedelai dapat menurunkan
hasil produksi kedelai karena kompetisi dalam memanfaatkan sarana tumbuh.
C. rotundus yang merupakan salah satu jenis gulma yang memiliki potensi
alelopati juga memberikan penekanan terhadap gulma-gulma tersebut sehingga
senyawa alelopati ini potensial untuk dimanfaatkan sebagai salah satu metode
dalam pengendalian gulma (Wibowo, 2002).
Menurut Sastroutomo (1990) Senyawa kimia yang mempunyai potensi
sebagai alelopati dapat di temukan pada seluruh jaringan seperti daun, batang,
akar, rhizome, bunga, buah dan biji. Senyawa-senyawa alelopati dapat dilepaskan
dari jaringan-jaringan tumbuhan dalam berbagai cara termasuk melalui:
a)

Penguapan
Senyawa alelopat yang dikeluarkan melalui penguapan biasanya dilakukan

pada jenis tumbuhan daerah kering. Alelopati yang mudah menguap tersebut
tergolong dalam terpenoid yang kebanyakan mono terpen dan seskuiterpen.
Alelopati dapat diserap oleh tumbuhan disekitarnya dalam bentuk uap, embun dan
dapat pula masuk ke dalam tanah yang kemudian akan diserap akar tumbuhan
lain.

b) Eksudat akar
Banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan oleh akar tumbuhan
(eksudat akar), yang kebanyakan berasal dari asam-asam benzoat, sinamat dan
fenolat.
c)

Pencucian
Senyawa kimia yang terdapat di permukaan tanah dapat tercuci oleh air

hujan atau embun. Hasil pencucian daun teki dan umbinya dapat menghambat
pertumbuhan jagung dan kedelai. Diantaranya senyawa-senyawa tersebut adalah
asam organik, gula, asam amino, terpenoid, alkaloid dan fenol.
d) Pembusukan organ tumbuhan
Setelah tanaman mati sel-sel pada organ akan kehilangan permiabilitas
membrannya dan dengan mudah senyawa kimia yang ada di dalamnya terlepas.
Selain itu mikroba dapat memacu produksi senyawa alelopat melalui pemecahan
secara enzimatis dari polimer yang ada di jaringan.

2.4

Potensi Alelopati Gulma sebagai Bioherbisida


Alelopati yang terjadi dialam dibedakan atas dua jenis, yaitu alelopati

sebenarnya dan alelopati fungsional. Alelopati yang sebenarnya adalah perlepasan


senyawa beracun dari tumbuhan ke lingkungan sekitar dalam bentuk senyawa asli
yang dihasilkannya. Sedangkan alelopati fungsional merupakan perlepasan
senyawa kimia dari tanaman kelingkungan sekitarnya dengan adanya proses
organisme lain salah satunya mikroba tanah melalui penguraian (Sastroutomo,
1990).
9

Beberapa spesies gulma menyaingi pertanaman dengan mengeluarkan


senyawa beracun dari akarnya, seperti alang-alang. Biji dan rimpang alang-alang
dapat tumbuh dan berkembang pesat walaupun dalam keadaan ternaungi.
Senyawa kimia tersebut mampu menurunkan biomassa jagung dan padi gogo
masing-masing sebesar 54% dan 60% (Tjitrosoedirjo & Wiroatmodjo, 1983
dalam Lamid, 2008).
Berdasarkan penelitian Sobar (2005) aktivitas senyawa alelopati kirinyuh
(C. odorata) dan Saliara (L. camara) terhadap pertumbuhan gulma di perkebunan
teh. Ekstrak daun kirinyuh pada konsentrasi 20% maupun ekstrak daun salira
mulai konsentrasi 10% menghasilkan penekanan yang lebih baik dan berbeda
nyata dibandingkan perlakuan herbisida sintetis pembanding maupun penyiangan
mekanis.
Palapa (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pemberian dari
beberapa dosis ekstrak gulma alang-alang dan ekstrak gulma teki sebanyak 15%,
30%, 45% dan 60% berpengaruh sangat nyata terhadap panjang kecambah,
panjang akar primer dan tinggi gulma bayam duri (Amaranthus spinosus). Hasil
penelitian Zahroh (2002) menyatakan Clitoria ternatea bagian akar dan seresah
mempunyai daya hambat terhadap perkecambahan biji Mimosa invisa, Mimosa
pudica dan Crotalaia retusa. Ekstrak bagian akar C. ternatea mempunyai daya
alelopati yang lebih besar di banding pada bagian seresah dalam menghambat
perkecambahan biji M. invisa, M. pudica dan C. retusa.

10

Hasil penelitian Adler & Chase (2007) menyatakan alelopati tanaman sela
(Crotalaria juncea), kacang tunggak (Vigna unguiculata) dan karabenguk
(Mucuna deeringiana) dapat menghambat perkecambahan gulma rumput berulang
(Eleusine

indica).

Ekstrak

ketiga

legum

tersebut

efektif

menurunkan

perkecambahan gulma. Pada konsentrasi ekstrak 10% yang diuji alelopati


C. juncea, V. Unguiculata

dan M. deeringiana dapat menghambat

perkecambahan gulma E. indica masing-masing sebesar 69% dan 66%.


Hasil penelitian Pangnakorn & Poonpaiboonpipattana (2013) Pengaruh
ekstrak air dari daun Murraya paniculata pada konsentrasi 12,5 g/L, tidak ada
pengaruh yang signifikan terhadap perkecambahan

Echinochola crus-galli,

Amaranthus spinosus dan Bidens pilosabila dibandingkan dengan kontrol.


Namun, secara signifikan mempengaruhi perkecambahan Chloris barbata. Derajat
penghambatan tersebut meningkat dengan konsentrasi ekstrak yang lebih tinggi
yaitu pada konsentrasi 50 g/L dan 100 g/L, yang mampu menghambat
perkecambahan biji C. barbata dan A. spinosus.
Hasil penelitian Brandow (1985) dalam Wantatik (2004) menunjukkan
bahwa perkecambahan buncis dapat dihambat oleh senyawa kondrilasterol yang
merupakan senyawa turunan dari sterol. Senyawa sterol yang terdapat pada daun
bayam duri merupakan salah satu turunan jenis senyawa sterol yang mampu
menghambat

perkecambahan

biji

Cabai

Rawit

(Capsicum

frutescens).

Behari & Adhiwal (1976) dalam Wantatik (2004) mengemukakan bahwa sterol
yang terdapat pada daun bayam duri adalah -sitosterol, stigmasterol, kampasterol
dan kolesterol.

11

Hasil penelitian Xuan et al. (2004) dalam Sukamto (2007) penggunaan


daun bandotan (A.conyzoides) dengan dosis 2 ton ha-1 dapat menekan sampai 75%
pertumbuhan beberapa gulma pada pertanaman padi seperti Aeschynomene indica,
dan Echinochloa crus-galli. Kemampuan daun dan batang A. conyzoides sebagai
alelopati diidentifikasi karena adanya 3 phenolic acid yaitu gallic acid, coumalic
acid dan protocatechuic acid, yang dapat menghambat pertumbuhan beberapa
gulma pada tanaman padi.

12

III.

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Gulma dan Kebun
Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Waktu
penelitian ini mulai Mei sampai Agustus 2014.
3.2

Bahan dan Alat

3.2.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Benih kedelai varietas
Grobogan, brangkasan gulma alang-alang (Imperata cylindrica), teki (Cyperus
rotundus) dan rumput grinting (Cynodon dactylon), Etanol, aquades, kertas
Whatman nomor 4, kertas label, rhyzogin, Urea, SP36, KCl serta gulma indikator
rumput jejarongan (Chloris barbata) dan bayam duri (Amaranthus spinosus).
3.2.2 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, polibag 10 kg,
ayakan pasir, piring plastik, gembor, oven, amplop besar, timbangan analitik,
gelas ukur, knapsack hand sprayer, erlenmeyer, soxhlet serta rotary evaporator.

13

3.3 Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola non
faktorial dengan 7 perlakuan dan 3 ulangan, sehingga penelitian ini terdiri dari 21
unit percobaan.
A = Tanpa ekstrak
B = Konsentrasi ekstrak alang-alang 10%
C = Konsentrasi ekstrak alang-alang 20%
D = Konsentrasi ekstrak teki 10%
E = Konsentrasi ekstrak teki 20%
F = Konsentrasi ekstrak rumput grinting 10%
G = Konsentrasi ekstrak rumput grinting 20%
Adapun susunan perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Susunan perlakuan beberapa konsentrasi ekstrak gulma
No

Simbol perlakuan

Konsentrasi perlakuan

Tanpa ekstrak

Ekstrak alang-alang 10%

Ekstrak alang-alang 20%

Ekstrak teki 10%

Ekstrak teki 20%

Ekstrak rumput grinting 10%

Ekstrak rumput grinting 20%

14

Model matematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah :


Yij = + Ki + ij

Keterangan :
Yij

= Nilai pengamatan untuk faktor konsentrasi ekstrak ke-i (1,2...7) dan


ulangan ke-j (1,2,3)

= Rata-rata umum

Ki

= Pengaruh faktor ekstrak K-i (1,2,....7)

ij

= Galat percobaan
Data hasil uji F menunjukkan ada peubah yang perlakuannya berpengaruh

nyata, maka dilanjutkan dengan uji lanjut Beda Nyata Jujur 5% ( BNJ 0,05) yaitu :
BNJ 0,05= q 0,05 (P;dba)
Keterangan :
BNJ 0,05

= Beda Nyata Jujur pada taraf 5%

q 0,05

= Nilai baku q pada taraf 5%

(P;dba)

= Nila baku q, jumlah perlakuan p dan derajat bebas acak

KTA

= Kuadrat tengah acak

= Jumlah ulangan

15

3.4 Pelaksanaan Penelitian


3.4.1 Persiapan media tanam
Media tanam yang digunakan adalah tanah bagian permukaan atas (top
soil) yang diambil dari kebun percobaan Fakultas Pertanian Unsyiah. Sebelumnya
tanah dikeringanginkan selama 7 hari. Lalu tanah diayak dengan ayakan 8 mesh
untuk memisahkan dari sisa-sisa tanaman dan kotoran. Selanjutnya dimasukkan
ke dalam polibag ukuran 10 kg. Setiap satuan unit percobaan ada 2 polibag
sehingga jumlah keseluruhan sebanyak 42 polibag.
3.4.2 Penanaman kedelai
Benih kedelai terlebih dahulu disortir dan direndam dalam air selama 5
menit. Sebelum ditanam benih kedelai dicampur inokulum rhyzogin sebanyak 3 g,
selanjutnya ditanam secara tugal dengan kedalaman 3 cm langsung ke dalam
polibag dan diberi curater sebanyak 0,20 g per polibag untuk mencegah lalat bibit.
Masing-masing polibag terdiri dari 2 benih kedelai per lubang tanam.
3.4.3 Penanaman gulma
Gulma yang ditanam dalam penelitian yaitu rumput jejarongan (Chloris
barbata) dan bayam duri (Amaranthus spinosus). Kedua jenis gulma digunakan
sebagai gulma indikator karena merupakan gulma dominan yang dijumpai pada
tanaman

kedelai.

Sebelumnya

kedua

jenis

gulma

tersebut

dilakukan

dikecambahkan di media perkecambahan yang telah disiapkan. Setelah kedua


jenis gulma berumur 3 minggu kemudian dipindahkan ke polibag. Masing-masing
polibag ditanam 2 batang per jenis gulma dengan kedalaman 3 cm.

16

3.4.4 Pembuatan ekstrak gulma


Ekstrak gulma yang terdiri dari alang-alang (Imperata cylindrica), teki
(Cyperus rotundus) dan rumput grinting (Cynodon dactylon) didapat dengan cara
mengesktrak seluruh bagian organ gulma tersebut. Proses pembuatan ekstrak
ketiga gulma tersebut dilakukan di Laboratorium Analisis Pangan Jurusan Teknik
Hasil

Pertanian

Fakultas

Pertanian

Unsyiah.

Gulma-gulma

tersebut

dikeringanginkan selama tiga hari kemudian ditimbang sebanyak 300 g


dibungkus dengan kertas Whatman nomor 4 masing-masing 20 g, selanjutnya
diekstrak dengan pelarut Etanol mengunakan Soxhlet dengan suhu didih 100oC
selama 2 jam. Filtrat yang dihasilkan kemudian diuapkan dengan Rotary
evaporator pada suhu 90oC selama 3 jam, dan akan menghasilkan fraksi dalam
bentuk cairan.
3.4.5 Aplikasi ekstrak gulma
Ekstrak gulma melalui konsentrasi ekstrak diberikan pada setiap unit
percobaan. Ekstrak gulma tersebut diaplikasikan pada saat gulma berumur
3 minggu setelah tanam. Konsentrasi setiap aplikasi yang diberikan pada unit
percobaan sesuai dengan perlakuan. Pemberian ekstrak dilakukan dengan cara
menyemprot cairan ekstrak tersebut dengan menggunakan hand sprayer ke
permukaan tanah di polibag dengan ekstrak sebanyak 50 ml per polibag.

17

3.4.6 Pemeliharaan tanaman


Pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan, penyiraman,pengendalian
gulma, hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu pagi dan
sore hari. Dilakukan juga pemupukan yaitu Urea, SP36 dan KCl. Dosis yang
diberikan adalah Urea 50 kg ha-1 (0,25 g Urea polibag). Pemberian pupuk Urea
dilakukan 2 kali yaitu pada saat tanam dan sebagian lagi pada 30 HST. Sedangkan
pupuk SP36 dan KCl diberikan 1 kali pemberian pada saat tanam. SP36 60 kg
ha-1 (0,37 g SP36 polibag) dan KCl 70 kg ha-1 (0,35 g KCl polibag). Pengendalian
gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang tumbuh di dalam
polibag. Selain dilakukan pengendalian gulma, tanaman kedelai yang terserang
hama maka dikendalikan menggunakan insektisida Decis dengan dosis 2,2
cc/liter.

18

3.5 Pengamatan
Adapun peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah:

1. Persentase tingkat keracunan tanaman kedelai


Nilai persentase tingkat keracunan tanaman kedelai diamati pada hari ke 7,
14 dan 21 HST
Skor

Tingkat keracunan

Bentuk dan warna daun tidak normal

Tidak keracunan

0-5%

Ringan

>5-10%

Sedang

>10-20%

Berat

>20-50%

Sangat berat

>50%

Syngenta (2013) tidak dipublikasikan.

2. Persentase pengendalian gulma


Peubah ini diamati pada 7, 14 dan 21 HST dengan cara menaksir berapa
besar pengendalian gulma yang berkisar dari 0100 persen.

3. Tinggi tanaman kedelai


Tinggi tanaman diukur dengan menggunakan alat ukur dalam skala cm,
diukur mulai dari permukaan tanah sampai ujung titik tumbuh pada 15, 30 dan 45
HST.

4. Bobot basah gulma


Peubah ini diamati pada 11 MST dengan cara mencabut gulma yang ada di
polibag dan dibersihkan kemudian ditimbang.
19

5. Bobot kering gulma


Peubah ini diamati setelah selesai melakukan penimbangan bobot
brangkasan basah gulma. Selanjutnya, gulma tersebut dimasukkan ke dalam oven
pada suhu 60oC selama 48 jam sampai mencapai bobot konstan.

6. Tingkat kematian gulma dan tanaman kedelai


Peubah ini diamati dengan cara melihat pada hari berapa gulma dan
tanaman tersebut mati total.

7. Jumlah biji per tanaman


Pengamatan jumlah biji per tanaman dilakukan pada saat setelah panen,
dengan cara menghitung seluruh biji pada setiap tanaman.

8. Bobot biji per tanaman


Pengamatan bobot biji per tanaman dilakukan pada saat setelah panen,
dengan cara menimbang bobot biji pada setiap tanaman. Penimbangan bobot
biji/tanaman dilakukan pada saat kadar air biji kedelai mencapai 14%.

20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Persentase Tingkat Keracunan Tanaman Kedelai
Hasil pengamatan persentase tingkat keracunan tanaman kedelai akibat
pemberian beberapa konsentrasi ekstrak gulma dapat dilihat pada Lampiran
(3, 6, 9). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan beberapa
konsentrasi ekstrak gulma tidak berpengaruh nyata pada 7 HSA dan berpengaruh
nyata pada 14 dan 21 HSA terhadap tingkat keracunan tanaman. Rerata persentase
tingkat keracunan tanaman akibat pemberian beberapa konsentrasi ekstrak gulma
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rerata persentase tingkat keracunan tanaman kedelai akibat pemberian
beberapa konsentrasi ekstrak gulma yang berbeda
Hari setelah aplikasi (HSA)
Konsentrasi perlakuan
7 HSA
14 HSA
21 HSA
---------------------------- % ----------------------------

Tanpa ekstrak
Ekstrak alang-alang 10%
Ekstrak alang-alang 20%
Ekstrak teki 10%
Ekstrak teki 20%
Ekstrak rumput grinting 10%
Ekstrak rumput grinting 20%

0
17,3
34,7
45,7
51,5
48,3
35,8

0a
23,5 ab
39 ab
52,7 b
60,8 b
51,2 b
39,6 ab

0a
48 b
57 b
67 b
76 b
58 b
43 ab

BNJ0.05
42,25
38,06
Keterangan : - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
berbeda tidak nyata pada taraf peluang 5 % (uji BNJ 0.05).
- Transformasi data mengunakan (Transformasi Arc Sin x)
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa pada 14 HSA dan 21 HSA nilai
tingkat keracunan tertinggi terdapat pada perlakuan ekstrak teki 20% secara
berturut-turut yaitu 60,8% dan 76%. Tingkat keracunan tersebut berbeda nyata
dengan perlakuan tanpa ekstrak. Aplikasi beberapa ekstrak gulma terlihat bahwa
21

tingkat keracunan pada tanaman kedelai tersebut sudah dikategorikan keracunan


yang sangat berat yaitu >50% terlihat pada perlakuan ekstrak gulma teki.
Teki

(Cyperus

rotundus)

memiliki

potensi

yang

tinggi

dalam

memproduksi senyawa alelopati. Alelopati pada teki dibentuk di berbagai organ,


di akar, batang, daun, bunga dan atau biji. Alelopati pada teki dilepas ke
lingkungan dan mencapai organisme sasaran melalui eksudat akar. Akar teki
mengandung alkaloid, glikosida, flavonoid yang isinya bervariasi, tergantung
daerah asal tumbuhnya (Swari, 2007 dalam Aini, 2008).
Syahputra (2004) dalam

Isnaeni (2006) melaporkan bahwa perlakuan

ekstrak Ascalapha odorata yang disemprotkan pada tanaman sukulen seperti


tanaman caisin atau sawi (Brassica sinensis L) dapat menyebabkan gejala
fitotoksik. Perlakuan yang sama yang diaplikasikan pada tomat, kedelai dan
jagung yang memiliki trikoma daun yang rapat dapat menyebabkan gejala
fitotoksik, sedangkan pada tanaman mentimun yang sama-sama memiliki trikoma
daun yang rapat tidak menunjukkan gejala fitotoksik. Keadaan ini mengarahkan
pendugaan penyebab fitotoksik kemungkinan bukan disebabkan oleh struktur
morfologi daun tanaman melainkan kemungkinan dapat dijelaskan dengan
sifat-sifat sel atau ekstraseluler jaringan daun yang lebih mendasar yang dikaitkan
dengan interaksinya dengan senyawa penyebab fitotoksik.
Riskitavani & Purwani (2013) menyatakan bahwa pemberian ekstrak daun
ketapang (Terminalia catappa) pada gulma teki (Cyperus rotundus) berpengaruh
terhadap fitotoksisitas gulma teki. Hasil penyiraman antara kontrol dengan
konsentrasi ekstrak 10% dan 25% menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata.

22

Perbedaan mulai terlihat signifikan pada konsentrasi ekstrak daun ketapang 50%.
Pada pemberian ekstrak 50%, 75% dan 100% hasil kembali tidak berbeda nyata.
Hal ini diduga bahwa senyawa metabolit pada alkoloid, saponin dan tannin dapat
bekerja lebih optimal pada pemberian konsentrasi ekstrak 50%. Pada
fitotoksisitas, pemberian ektrak daun ketapang (T. catappa) dengan konsentrasi
50% dapat dikatakan sudah efektif untuk menghambat pertumbuhan pada gulma
rumput teki (C. rotundus).
Pada perlakuan ekstrak rumput grinting (Cynodon dactylon) konsentrasi
10% menyebabkan keracunan yang tinggi berturut-turut pada 14 dan 21 HSA
sebesar 51,2% dan 58% dibandingkan ekstrak grinting konsentrasi 20% dengan
nilai 39,6% dan 43%. Hal ini diduga pada perlakuan tertentu senyawa kimia
apabila diekstrak pada konsentrasi tertentu bisa mempengaruhi pertumbuhan
tanaman.
Senyawa alami yang mampu menekan pertumbuhan pada konsentrasi
tertentu sering kali justru berperan sebagai zat pengatur tumbuh. Disisi lain,
senyawa alami yang mampu menekan pertumbuhan tumbuhan tertentu sering kali
tidak berdampak jika diaplikasikan pada tumbuhan lain (Putman,1997 dalam
Setyowati & Suprijono, 2001).

23

4.2 Persentase pengendalian Gulma


4.2.1 Persentase pengendalian gulma bayam duri (Amaranthus spinosus)
Hasil pengamatan persentase pengendalian gulma akibat pemberian
beberapa konsentrasi ekstrak gulma dapat dilihat pada Lampiran (12, 15, 17).
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian beberapa konsentrasi ekstrak
gulma berpengaruh nyata terhadap pengendalian gulma bayam duri (A. spinosus)
pada 7, 14 dan 21 HSA. Rerata persentase pengendalian gulma akibat pemberian
beberapa konsentrasi ekstrak gulma dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rerata persentase pengendalian gulma Amaranthus spinosus akibat
pemberian beberapa konsentrasi ekstrak gulma yang berbeda
Hari setelah aplikasi (HSA)
7 HSA
14 HSA
21 HSA
Konsentrasi perlakuan
---------------------------- % ----------------------------

Tanpa ekstrak
Ekstrak alang-alang 10%
Ekstrak alang-alang 20%
Ekstrak teki 10%

0a
13,3 b
10 b
12,5 b

0a
17,5 bc
15,8 b
16,7 bc
20 bc

0a
21,7 bc
19,2 b
22,5 bc

Ekstrak teki 20%


14,2 b
25 bc
Ekstrak rumput grinting 10%
15 bc
16,7 bc
20 bc
25,8 c
Ekstrak rumput grinting 20%
33,2 c
33,3 c
11,39
8,89
8,53
BNJ0.05
Keterangan :- Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
berbeda tidak nyata pada taraf peluang 5 % (uji BNJ 0.05).
- Transformasi data mengunakan (Transformasi Arc Sin x)
Dari ketiga ekstrak gulma yang digunakan telihat bahwa ekstrak gulma
rumput grinting (Cynodon dactylon) pada konsentrasi 20% beturut-turut sebesar
33,2%, 25,83% dan 33,3% yang menunjukkan efek penekanan terhadap
pertumbuhan gulma bayam duri (Amaranthus Spinosus) dibandingkan dengan
ekstrak gulma teki dan alang-alang. Hasil penelitian (Mahmoodzadeh & Mitra,

24

2013) menunjukkan bahwa ekstrak gulma Amaranthus retroflexus, Cynodon


dactylon dan akar Chenopodium album berengaruh terhadap perkecambahan dan
pertumbuhan tanaman safflower (Carthamus tinctoriusv). A. retroflexus, akar
C. album dan C. dactylon mempengaruhi perkecambahan biji safflower
(C. tinctorius) yaitu

52-100% pengurangan perkecambahan. Senyawa kimia

Kumarin dan flavonoids yang terdapat pada A. retroflexus dan C. dactylon serta
C. album dapat menghambat atau mempengaruhi perkecambahan biji tanaman
safflower. Flavonoids mengubah jumlah fotofosforilasi dan transmisi elektron dan
menyebabkan ATP berubah menjadi NADPH dalam metabolism karbon.
Sedangkan kumarin menghentikan proses mitosis seperti kolkhisin sehingga
menyebabkan perkecambahan bijiakan berhenti.
4.2.2 Persentase pengendalian gulma Chloris barbata
Hasil pengamatan persentase pengendalian gulma C. barbata akibat
pemberian beberapa konsentrasi ekstrak gulma dapat dilihat pada Lampiran
(20, 23, 25). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian beberapa
konsentrasi ekstrak gulma berpengaruh nyata terhadap pengendalian gulma
C. barbata. Rerata persentase pengendalian gulma C. barbata akibat pemberian
beberapa konsentrasi ekstrak gulma dapat dilihat pada Tabel 4.

25

Tabel 4. Rerata persentase pengendalian gulma Chloris barbata akibat pemberian


beberapa konsentrasi ekstrak gulma yang berbeda
Hari setelah aplikasi (HSA)
7 HSA
14 HSA
21 HSA
Konsentrasi perlakuan
---------------------------- % ----------------------------

Tanpa ekstrak
Ekstrak alang-alang 10%
Ekstrak alang-alang 20%
Ekstrak teki 10%

0a
3,3 ab
5 ab
4,2 ab
10,8 b

0 a
5,8 ab
6,7 ab
8,3 b
11,7 b

0a
7,5 ab
7,5 ab
12,5 b
13,3 b

Ekstrak teki 20%


Ekstrak rumput grinting 10%
4,2 ab
8,3 b
11,7 b
Ekstrak rumput grinting 20%
4,2 ab
7,5 b
10 b
1,55
7,01
7,87
BNJ0.05
Keterangan : - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
berbeda tidak nyata pada taraf peluang 5 % (uji BNJ 0.05).
- Transformasi data mengunakan (Transformasi x+0,5)
Dari Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa pemberian beberapa konsentrasi
ekstrak gulma yang dicobakan memberikan efek penekanan gulma C. barbata
terdapat pada perlakuan ekstrak teki 20% beturut-turut sebesar 10,8%, 11,67%
dan 13,33% yang berbeda nyata dengan perlakuan ekstrak alang-alang dan rumput
grinting. Hal tersebut telihat bahwa kandungan alelopati yang terkandung pada
teki bisa menghambat pertumbuhan gulma. Alelopati gulma tersebut juga dapat
meracuni tumbuhan di sekitarnya antara lain terhadap proses perkecambahan biji,
sehingga perkecambahan menjadi abnormal.
Ekstrak umbi teki terbukti mampu menghambat

perkecambahan dan

pertumbuhan kecambah beberapa spesies gulma berdaun lebar dan juga Mimosa
invisa dan Melochia corchorifolia. Penekanan perkecambahan dan pertumbuhan
gulma karena aplikasi ekstrak teki ditandai dengan penurunan persentase
perkecambahan, penurunan tinggi tanaman, penurunan panjang hipokotil

26

perubahan warna daun (dari hijau normal menjadi kekuning-kuningan) serta


membengkaknya akar. Dengan melihat fenomena seperti ini maka alelokimia
yang berasal dari ekstrak umbi teki mungkin bekerja mengganggu proses
pembelahan sel (Setyowati & Suprijono, 2001). Kristanto (2006) menyatakan
bahwa alelopat yang menghambat pembelahan sel selanjutnya akan menghambat
pertumbuhan tanaman, misalnya tinggi tanaman dan jumlah daun, yang kemudian
akan menurunkan berat basah tanaman tersebut.
4.3 Tinggi Tanaman Kedelai
Hasil pengamatan tinggi tanaman pada 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat
pada Lampiran (27, 29, 31). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian
beberapa konsentrasi ekstrak gulma tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman kedelai pada 15, 30 dan 45 HST. Rerata hasil pengamatan tinggi tanaman
akibat pemberian beberapa konsentrasi ekstrak gulma yang berbeda dapat dilihat
pada Tabel 5.

27

Tabel 5. Rerata tinggi tanaman kedelai akibat pemberian beberapa konsentrasi


ekstrak gulma yang berbeda
Tinggi tanaman kedelai
Konsentrasi perlakuan
15 HST
30 HST
45 HST
-------------------------- cm -------------------------Tanpa ekstrak
25,2
41
47,5
Ekstrak alang-alang 10%
25,3
40,5
42
Ekstrak alang-alang 20%
24,7
47,3
57,7
Ekstrak teki 10%
23
38,5
47,2
Ekstrak teki 20%
25,8
44,7
57,3
Ekstrak rumput grinting
25,8
38,7
44,9
10%
Ekstrak rumput grinting
26,1
51,2
65,2
20%
Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa pemberian beberapa konsentrasi
ekstrak gulma pada 15, 30 dan 45 HST tidak mempengaruhi pertumbuhan tinggi
tanaman. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Triyono (2009) menyatakan
bahwa pemberian ekstrak gulma pada umur 2, 4 dan 6 minggu setelah tanam
(MST) memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada tinggi tanaman dan
berat kering tanaman, tetapi berbeda nyata terhadap luas daun tanaman. Penelitian
Agustian et al. (2012) dalam Risda (2013) menyatakan bahwa ekstrak akar alangalang, ekstrak akar talas dan ekstrak akar ubi kayu tidak memberikan pengaruh
yang nyata terhadap tinggi tanaman Thitonia diversifolia.
Pemberian ekstrak gulma A. spinosus dan C. rotundus memberikan
pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, luas daun dan berat
kering tanaman tomat. Hal ini menunjukkan bahwa potensi alelopati dari gulma
A. spinosus tidak berbeda nyata dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman
tomat dengan pemberian ekstrak gulma C. rotundus yang diberikan (Triyono,
2009).

28

4.4 Bobot Basah dan Bobot Kering Gulma


Hasil pengamatan bobot basah dan kering gulma dapat dilihat pada
Lampiran (34, 36, 39, 41). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian
beberapa konsentrasi ekstrak gulma tidak berpengaruh nyata terhadap bobot
brangkasan basah dan kering gulma. Rerata hasil pengamatan bobot basah dan
kering gulma akibat pemberian beberapa jenis konsentrasi ekstrak gulma dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rerata bobot basah gulma dan bobot kering gulma akibat pemberian
beberapa konsentrasi ekstrak gulma yang berbeda
Bobot basah gulma
Konsentrasi perlakuan

Bobot kering gulma

Amaranthus
spinonus

Tanpa ekstrak
Ekstrak alang-alang 10%
Ekstrak alang-alang 20%
Ekstrak teki 10%
Ekstrak teki 20%
Ekstrak rumput grinting 10%

Chloris Amaranthus Chloris


barbata
spinonus
barbata
-------------------------- g -------------------------122,29
157,15
26,58
39,8
98,93
171
14,43
26
85,79
199,72
19,17
37,6
99,23
227,85
24,33
35,7
114,3
154,15
11,36
20,6
135,92
161,38
32,92
25,4

Ekstrak rumput grinting 20%

173,07

242,6

31

40,9

Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa Bobot basah dan kering gulma baik
gulma A. spinonus dan C. barbata akibat pemberian beberapa konsentrasi ekstrak
gulma tidak berbeda nyata. Hasil pengamatan bobot kering gulma menunjukkan
bahwa pemberian konsentrasi beberapa ekstrak gulma dapat mempengaruhi
pertumbuhan gulma Amaranthus spinosus dan Chloris barbata pada perlakuan
ekstrak teki 20% secara berturut-turut dengan nilai 11,36 g dan 20,6 g. Hal ini

29

menunjukkan bahwa ekstrak gulma teki pada konsentrasi tertinggi mampu


menurunkan bobot kering gulma A. spinosus dan C. barbata.
Hasil penelitian Risda (2013) menyatakan bahwa aplikasi ekstrak
C. rotundus (teki) pada konsentrasi 6% yang diuji dapat menurunkan bobot kering
gulma pada pertanaman sebesar 1,83 g dan pada konsentrasi1,5% sebesar 2,88 g.
Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak teki maka
semakin rendah bobot kering gulma pada tanaman kedelai, karena ekstrak teki
mengandung senyawa fenol yang dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan gulma.
4.5 Kematian Tanaman dan Kematian Gulma
Hasil pengamatan kematian tanaman dan kematian gulma dapat dilihat
pada Lampiran (44 dan 47). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian
beberapa konsentrasi ekstrak gulma tidak berpengaruh nyata terhadap hari
kematian tanaman dan kematian gulma. Rerata pengamatan kematian tanaman
dan kematian gulma dapat dilahat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rerata hari kematian tanaman dan kematian gulma akibat pemberian
beberapa konsentrasi ekstrak gulma yang berbeda.
Kematian tanaman
Kematian gulma
Konsentrasi perlakuan
---------------------------- hari -------------------------Tanpa ekstrak
0
0
Ekstrak alang-alang 10%
0
0
Ekstrak alang-alang 20%
0
0
Ekstrak teki 10%
0
0
Ekstrak teki 20%
13
0
Ekstrak rumput grinting 10%
7
0
10%
Ekstrak rumput grinting 20%
0
0
Keterangan: Transformasi data mengunakan (Transformasi Arc Sin x)

30

Dari Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa pemberian beberapa jenis


konsentrasi ekstrak gulma tidak berbeda nyata terhadap kematian tanaman dan
kematian gulma. Hal ini disebabkan pada saat aplikasi ekstrak gulma, tanaman
bisa menetralisir konsentrasi ekstrak yang diberikan sehingga tanaman dan gulma
tumbuh terus dan berkembang tanpa ada hambatan.
Menurut Sastroutomo (1990) beberapa tumbuhan bervariasi dalam
merespon senyawa alelopati yaitu tergantung pada jenis tumbuhan itu sendiri,
tempat tumbuh, gangguan dan tekanan lingkungan yang dialaminya. Alelopat
yang diketahui menghambat pertumbuhan adalah senyawa kimia golongan
senyawa aromatik, fenol, saponin, tanin dan asam asetat dari golongan alifatik.
4.6 Jumlah Biji Per Tanaman dan Bobot Biji Per Tanaman
Hasil pengamatan jumlah biji per tanaman dan bobot biji per tanaman
akibat pemberian beberapa konsentrasi ekstrak gulma dapat dilihat pada Lampiran
(48 dan 50). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa konsentrasi beberapa
ekstrak gulma tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah biji per tanaman dan
bobot biji per tanaman. Rerata jumlah biji per tanaman dan bobot biji per tanaman
kedelai akibat konsentrasi beberapa ekstrak gulma dapat dilahat pada Tabel 8.

31

Tabel 8. Rerata jumlah biji per tanaman dan bobot biji per tanaman akibat
pemberian beberapa konsentrasi ekstrak gulma yang berbeda
Konsentrasi perlakuan

Jumlah biji per


tanaman

Bobot biji per


tanaman

Tanpa ekstrak

27,67

3,34

Ekstrak alang-alang 10%

24,33

2,88

Ekstrak alang-alang 20%

28

3,57

Ekstrak teki 10%

28,33

3,38

Ekstrak teki 20%

17,33

1,78

Ekstrak rumput grinting 10%

18,67

1,89

Ekstrak rumput grinting 20%

26,67

2,64

Dari Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa pemberian beberapa jenis


konsentrasi ekstrak gulma yang diuji ternyata ekstrak teki 20% rata-rata jumlah
biji yang dihasilkan adalah 17,33 dan 1,78 g yang terendah dibandingkan dengan
perlakuan lain, begitu juga dengan pengamatan bobot biji per tanaman. Hal ini
membuktikan bahwa ekstrak teki mengandung senyawa alelopati aktif yang
mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan kedelai, sehingga hasil tanaman
kedelai rendah. Adanya faktor lingkungan juga bisa mempengaruhi pertumbuhan
suatu tanaman sehingga tidak menghasilkan hasil yang begitu optimal.
Hal ini dapat dibuktikan bahwa dari deskripsi varietas grobogan yang
dilakukan penanaman dan pemeliharaan secara optimum menghasilkan bobot 100
biji lebih kurang 18 g (Bank Pengetahuan Tanaman Pangan Indonesia (2010)
dalam Gusriani (2013).

32

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Dari hasil penelitian dapat diambil simpulan yaitu:
1.

Pemberian

konsentrasi ekstrak gulma alang-alang (Imperata

cylindrica), teki (Cyperus rotundus) dan rumput grinting (Cynodon


dactylon) mempengaruhi tingkat keracunan tanaman kedelai varietas
Grobogan dan mampu menekan pertumbuhan gulma Amaranthus
spinosus dan Chloris barbata.
2.

Tingkat keracunan tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan ekstrak


teki yang menyebabkan keracunan tertinggi secara berturut-turut yaitu
60,8% dan 76%.

3.

Ekstrak gulma teki yang digunakan berpotensi sebagai bioherbisida


karena mampu menekan pertumbuhan gulma Amaranthus spinosus
dan Chloris barbata yang ditandai dengan penurunan bobot kering
gulma dengan nilai 11,36 g dan 20,6 g yang berbeda dengan tanpa
ekstrak yaitu 26,58 g dan 39,8 g.

5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan mengunakan jenis gulma
yang berbeda dan pengaplikasian ekstrak gulma dilakukan terpisah tanpa
menanam pada satu polibag antara jenis gulma dan tanaman utama.

33

DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. 2005. Budidaya dengan pemupukan yang efektif dan
pengoptimalan peran bintil akar kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta.
Adler, M. J & Chase. 2007. Comparison of the allelopathic potential of
leguminous summer cover crops: Cowpea, Sunn Hemp and Velvetbean.
Journal Hortscience. 42(2): 289293.
Afrizal. 2005. Pergeseran gulma dan hasil kedelai pada pengolahan tanah dan
teknik pengendalian gulma yang berbeda. Diakses tanggal 21 April
2014.
Aini, B. 2008. Pengaruh ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica), bandotan
(Ageratum conyzoides) dan teki (Cyperus rotundus) terhadap
perkecambahan beberapa varietas kedelai (Glycine max L). Skripsi.
Universitas Islam Negeri (UIN). Malang.
Direktorat Jendral Tanaman Pangan. 2012. Kebijakan umum pemantapan pangan
nasional. Direktorat Jendral Tanaman Pangan, Jakarta.
Gusriani, Y. 2013. Respon tiga varietas kedelai akibat pemberian ekstrak alangalang (Imperata cylindrica) pada berbagai konsentrasi terhadap
pertumbuhan dan produksi kedelai. Skripsi. Fakultas Pertanian.
Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
Hasibuan, I., Prihanani & D. Sagala. 2008. Pemanfaatan alelopati beberapa jenis
gulma sebagai herbisida nabati dan dampaknya terhadap pertumbuhan
dan hasil bawang merah (Allium ascalonicum L). Fakultas Pertanian
Univ. Prof. Dr. Hazairin, S.H. Bengkulu.
Inawati, L. 2000. Pengaruh jenis gulma terhadap pertumbuhan, pembentukan
bintil akar dan produksi kedelai. Skripsi. Fakultas Pertanian IPB.
Bogor.

Isnaeni, N. 2006. Ketahanan dan pengaruh fitotoksisitas campuran ekstrak


piper retrofractum & annona squamosa pada pengujian semi
lapang. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Kristanto, B. A. 2006. Perubahan karakter tanaman jagung (Zea mays L) akibat
alelopati dan persaingan teki (Cyperus rotundus L). Jurnal Indon Trop
Agric. 31(3): 145-178.
Lamid, Z. 2008. Pengelolaan gulma alang-alang untuk ekstensifikasi usahatani
tanaman pangan di masa mendatang. Balai Penelitian Tanaman Pangan.
Sukaramai.

34

Mahmoodzadeh, H & M. Mitra. 2013. Allelopathic effects of Cynodon dactylon


on germination and growth of Triticum aestivum. Department of
Biology, Faculty of Science, Mashad Branch, Islamic Azad University,
Mashad, Iran.
Moenandir, J. 1993. Pengantar ilmu dan pengendalian gulma. Rajawali. Jakarta.
Muhabbibah, D. N. A. 2009. Pengaruh jenis dan konsentrasi ekstrak gulma
terhadap perkecambahan beberapa biji gulma. Skripsi. Jurusan Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri (UIN). Malang.
Nagori, B. P & R. Solanki. 2011. Cynodon dactylon (L.) Pers.: A Valuable
Medicinal Plant. Journal of Medicinal Plant. 5(5): 508-514.
Palapa, T. M. 2009. Senyawa alelopati teki (Cyperus rotundus) dan alang-alang
(Imperata cylindrica) sebagai penghambat pertumbuhan bayam duri
(Amaranthus spinosus). Journal Agritek. 17(6): 1155-1162.
Pangnakorn, U & T. Poonpaiboonpipattana. 2013. Allelopathic potential of
orange jessamine (Murraya paniculata L.) against weeds. Journal of
Agricultural Science and Technology. 3(13): 790-796.
Prihatman, K. 2000. Kedelai (Glycine max L). Kantor Deputi Menegristek Bidang
Pendayagunaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta. Hal. 1-3p.
Risda, P. S. 2013. Respon kedelai pada berbagai ekstrak alang-alang (Imperata
cylindrica) dan umbi teki (Cyperus rotundus). Skripsi. Fakultas
Pertanian. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
Riskitavani, V. D & K. I. Purwani. 2013. Studi potensi bioherbisida ekstrak daun
ketapang (Terminalia catappa) terhadap gulma rumput teki (Cyperus
rotundus). Journal Sains dan Seni Pomits. 2(2): 2337-3520.
Sastroutomo, S. 1990. Ekologi gulma. Gramedia. Pustaka Utama. Jakarta.
Setyowati, N & E. Suprijono. 2001. Eficacy of nutsedge allelopathy in liquid
formulation on (Mimosa invisa and Melochia corchorifolia).
Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia. 3(1):16-24.
Sobar. 2005. Aktivitas alelopati ekstrak daun kirinyuh (Chromolaena odorata)
dan saliara (Lantana camara) terhadap gulma di pertanaman the
Camellia sinensis). Bandung.http://www.ddbj.nig.ac.jp/. Diakses Tanggal
27 Mei 2014.
Sukamto. 2007. Babadotan (Ageratum conyzoides) tanaman multi fungsi yang
menjadi inang potensial virus tanaman. www.balittro.com. Diakses
tanggal 10 Juni 2014.

35

Tatelay, F. 2003. Pengaruh alelopati Acacia mangium terhadap perkecambahan


benih kacang hijau (Phaseolus radiatus L) dan jagung (Zea mays).
http://www.irwantoshut.com. Diakses tanggal 24 Mei 2014.
Triyono, K. 2009. Pengaruh saat pemberian ekstrak bayam duri (Amaranthus
spinosus) dan teki (Cyperus rotundus) terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman tomat (Lycopersicum esculentum). Jurnal Inovasi Pertanian.
1(9): 20-27.
Wantatik, S. 2004. Alelopati ekstrak metanol daun bayam duri (Amaranthus
spinosus L) pada perkecambahan cabai rawit (Capsicum frutescens).
Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Wibowo, A. 2002. Pengaruh alelopati beberapa jenis gulma terhadap konsentrasi
yang berbeda terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine
max). Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Institut
Pertanian IPB. Bogor.
Zahroh, F. 2002. Studi alelopati (Clitoria ternatea L) terhadap perkecambahan
biji (Mimosa invisa L, Mimosa pudica dan Crotalaria retusa L).
Skripsi. Universitas Islam Negeri (UIN). Malang.

36

LAMPIRAN
Lampiran 1. Deskripsi kedelai varietas grobogan
Nama varietas
Dilepas tahun
Asal
Rataan hasil
Potensi hasil
Karakter khusus
Pemulia
Tipe pertumbuhan
Warna hipokotil
Warna epikotil
Warna daun
Warna bulu batang
Warna bunga
Warna kulit biji
Warna polong tua
Warna hilum biji
Bentuk daun
Umur bunga
Umur polong masak
Tinggi tanaman
Bobot 100 biji
Kandungan protein
Kandungan lemak
Daerah sebaran
Penyusul

:
:
:
:
:

Grobogan
2008
Pemurnia populasi Lokal Malabar Grobogan
3,40 ton ha-1
2,77 ton ha-1
: polong masak tidak mudah pecah, dan pada saat
panen daun luruh 95-100%
: Suhartina, M. Muchlish Adie, T. Adisarwanto,
Sumarsono, Sunardi, Tjandramukti, Ali Muchtar,
Sihono, SB. Vihara, Farid Mufhti, dan Suharno
: Determinate
: Ungu
: Ungu
: Hijau agak tua
: Coklat
: Ungu
: Kuning muda
: Coklat
: Coklat
: Lanceolate
: 30-32 hari
: 76 hari
: 50-60 cm
: 18 gram
: 43,9%
: 18,4%
: Beradaptasi baik pada beberapa kondisi
lingkungan tumbuh yang berbeda cukup besar,
pada musim hujan dan daerah beririgasi baik.
: Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan, BPSB
Jawa Tengah, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa
Barat.

Sumber : Bank Pengetahuan Tanaman Pangan Indonesia (2010) dalam Gusriani


(2013)

37

Lampiran 2. Susunan bagan penelitian pola RAL

F1

E2

G1

D1

C2

B3

T
G3

F2

C1

A3

B2

F3

C3

G2

A2

E3

D2

E1

B1

A1

D3

Keterangan :
A
B
C
D
E
F
G

= Tanpa ekstrak
= Ekstrak alang-alang 10%
= Ekstrak alang-alang 20%
= Ekstrak teki 10%
= Ekstrak teki 20%
= Ekstrak rumput grinting 10%
= Ekstrak rumput grinting 20%

38

Lampiran 3. Persentase tingkat keracunan tanaman kedelai 7 HSA


Ulangan

Konsentrasi Perlakuan

Total

Rerata

23

17,5

52

17,3

23

36

45

104

34,7

Ekstrak teki 10%


Ekstrak teki 20%
Ekstrak rumput grinting 10%

56,5
29
25,5

25,5
36,5
20

55
89
99,5

137

45,7

154,5
145

51,5
48,3

Ekstrak rumput grinting 20%


Total

35

55

17,5

107,5

35,8

II

III

Tanpa ekstrak

Ekstrak alang-alang 10%

11,5

Ekstrak alang-alang 20%

700

Rerata

33,3

Lampiran 4. Persentase tingkat keracunan tanaman kedelai 7


Arc Sin x
Ulangan
Konsentrasi Perlakuan
I
II
III
2,87
2,87
2,87
Tanpa ekstrak
19,82
28,66 24,73
Ekstrak alang-alang 10%
28,66
36,87 42,13
Ekstrak alang-alang 20%
48,74
30,33 47,87
Ekstrak teki 10%
32,58
37,17 70,63
Ekstrak teki 20%
30,33
26,57 85,95
Ekstrak rumput grinting 10%
36,27
47,87 24,73
Ekstrak rumput grinting 20%
Total
Rerata

HSA Transformasi
Total

Rerata

8,6
73,21
107,66
126,94
140,38
142,84
108,87
708,5

2,87
24,4
35,89
42,31
46,79
47,61
36,29
33,74

Lampiran 5. Analisis ragam persentase tingkat keracunan tanaman kedelai 7 HSA


F Tabel
Sumber
DB
JK
KT
F hit
Keragaman
0,05
0,01
Perlakuan
6
4463,64 743,94 2,82 tn
2,85
4,46
Galat
14
3688,88 263,49
Total
20
8152,52
KET : tn = tidak berbeda nyata
KK = 48,11%

39

Lampiran 6. Persentase tingkat keracunan tanaman kedelai 14 HSA


Ulangan

Konsentrasi Perlakuan
Tanpa ekstrak
Ekstrak alang-alang 10%
Ekstrak alang-alang 20%
Ekstrak teki 10%
Ekstrak teki 20%
Ekstrak rumput grinting 10%
Ekstrak rumput grinting 20%
Total

II

III

0
21,5
24
69
34,5
30
36,5

0
25
38
30,5
56
23,5
57,7

0
24
55
58,5
92
100
24,5

Rerata

Total

Rerata

0
70,5
117
158
182,5
153,5
118,7
800,2

0
23,5
39
52,7
60,8
51,2
39,6
38,1

Lampiran 7. Persentase tingkat keracunan tanaman kedelai 14 HSA Transformasi


Arc Sin x
Ulangan
Konsentrasi Perlakuan
Total
Rerata
I
II
III
2,87
2,87
2,87
8,6
2,87
Tanpa ekstrak
27,63
30
29,33 86,96
28,99
Ekstrak alang-alang 10%
29,33 38,06 47,87 115,26
38,42
Ekstrak alang-alang 20%
56,17 33,52 49,89 139,59
46,53
Ekstrak teki 10%
35,97 48,45 73,57 157,99
52,66
Ekstrak teki 20%
33,21
29
87,14 149,35
49,78
Ekstrak rumput grinting 10%
37,17 49,43 29,67 116,27
38,76
Ekstrak rumput grinting 20%
Total
774
Rerata
36,86
Lampiran 8. Analisis ragam
HSA
Sumber
DB
Keragaman
Perlakuan
6
Galat
14
Total
20
KET : * = berbeda nyata

persentase tingkat keracunan tanaman kedelai 14


JK

KT

F hit

5201,43 866,9
3,48 *
3482,85 248,78
8684,28
BNJ = 42,25

40

F Tabel
0,05
0,01
2,85
4,46

KK = 42,79%

Lampiran 9. Persentase tingkat keracunan tanaman kedelai 21 HSA


Konsentrasi Perlakuan
Tanpa ekstrak
Ekstrak alang-alang 10 %
Ekstrak alang-alang 20 %
Ekstrak teki 10 %
Ekstrak teki 20 %
Ekstrak rumput grinting 10 %
Ekstrak rumput grinting 20%

Ulangan

II

III

0
50,5
29,5
72,5
63,5
41
39

0
37
80,5
64
68,5
32,5
63,5

0
56
62
64,5
95
100
27

Total

Total

Rerata

0
143,5
172
201
227
173,5
129,5
1046,5

0
48
57
67
76
58
43

Rerata

49,8

Lampiran 10. Persentase tingkat keracunan tanaman


Transformasi Arc Sin x
Ulangan
Konsentrasi Perlakuan
I
II
III
2,87
2,87
2,87
Tanpa ekstrak
45,29 37,47
48,45
Ekstrak alang-alang 10%
32,90 63,80
51,94
Ekstrak alang-alang 20%
58,37 53,13
53,43
Ekstrak teki 10%
52,83 55,86
77,08
Ekstrak teki 20%
39,82 34,76
87,14
Ekstrak rumput grinting 10%
38,65 52,83
31,31
Ekstrak rumput grinting 20%
Total
Rerata

kedelai 21 HSA
Total

Rerata

8,60
131,20
148,64
164,93
185,77
161,71
122,79
923,60

2,87
43,73
49,55
54,98
61,92
53,90
40,93
43,98

Lampiran 11. Analisis ragam persentase tingkat keracunan tanaman kedelai 21


HSA
F Tabel
Sumber Keragaman
DB
JK
KT
F hit
0,05
0,01
Perlakuan
6
6816,4 1136,07 5,63 **
2,85
4,46
Galat
14
2825,3 201,81
Total
20
9641,7
KET : ** = berbeda sangat nyata
BNJ = 38,06
KK = 32,30%

41

Lampiran 12. Persentase pengendalian gulma Amaranthus spinosus 7 HSA


Ulangan
Konsentrasi Perlakuan
Total
Rerata
I
II
III
Tanpa ekstrak
Ekstrak alang-alang 10%
Ekstrak alang-alang 20%
Ekstrak teki 10%
Ekstrak teki 20%
Ekstrak rumput grinting 10%
Ekstrak rumput grinting 20%
Total
Rerata

0
15
10
12,5
12,5
15
17,5

0
12,5
10
10
20
15
50

0
12,5
10
15
10
15
32

0
40
30
37,5
42,5
45
99,5
294,5

0
13,3
10,0
12,5
14,2
15
33,2
14

Lampiran 13. Persentase pengendalian gulma A. spinosus 7 HSA Transformasi


Arc Sin x
Ulangan
Total
Rerata
Konsentrasi Perlakuan
I
II
III
Tanpa ekstrak
Ekstrak alang-alang 10%
Ekstrak alang-alang 20%
Ekstrak teki 10%
Ekstrak teki 20%
Ekstrak rumput grinting 10%
Ekstrak rumput grinting 20%
Total
Rerata

2,03
22,79
18,44
20,71
20,71
22,79
24,73

2,03
20,71
18,44
18,44
26,57
22,79
45,00

2,03
20,71
18,44
22,79
18,44
22,79
34,45

6,08
64,20
55,31
61,93
65,71
68,36
104,18
425,8

2,03
21,40
18,44
20,64
21,90
22,79
34,73
20,27

Lampiran 14. Analisis ragam persentase pengendalian gulma A. spinosus 7 HSA


F Tabel
Sumber Keragaman
DB
JK
KT
F hit
0,05
0,01
Perlakuan
6
1666,87 277,81 15,36 **
2,85
4,46
Galat
14
253,14
18,08
Total
20
1920,01
KET : ** = berbeda sangat nyata
BNJ = 11,39
KK = 20,97%

42

Lampiran 15. Persentase pengendalian gulma A. spinosus 14 HSA


Ulangan
Konsentrasi Perlakuan
Total
I
II
III
Tanpa ekstrak
0
0
0
0
Ekstrak alang-alang 10%
20
15
17,5
52,5
Ekstrak alang-alang 20%
17,5
12,5
17,5
47,5
Ekstrak teki 10%
15
20
15
50
Ekstrak teki 20%
15
25
20
60
Ekstrak rumput grinting 10%
17,5
17,5
15
50
Ekstrak rumput grinting 20%
20
30
27,5
77,5
Total
337,5
Rerata

Rerata
0
17,5
15,8
16,7
20
16,7
25,8
16,1

Lampiran 16. Analisis ragam persentase pengendalian gulma A. spinosus 14 HSA


F Tabel
Sumber Keragaman
DB
JK
KT
F hit
0,05 0,01
Perlakuan
6
1115,48 185,91
16,88 **
2,85 4,46
Galat
14
154,17
11,01
Total
20
1269,64
KET : ** = berbeda sangat nyata
BNJ = 8,89
KK = 20,65%
Lampiran 17. Persentase pengendalian gulma A. spinosus 21 HSA
Ulangan
Konsentrasi Perlakuan
Total
I
II
III
0
Tanpa ekstrak
0
0
0
65
Ekstrak alang-alang 10%
22,5
22,5
20
57,5
Ekstrak alang-alang 20%
20
15
22,5
67,5
Ekstrak teki 10%
22,5
25
20
75
Ekstrak teki 20%
22,5
30
22,5
60
Ekstrak rumput grinting 10%
22,5
20
17,5
100
Ekstrak rumput grinting 20%
22,5
32,5
45
Total
425
Rerata

43

Rerata
0
21,7
19,2
22,5
25
20
33,3
20,2

Lampiran 18. Persentase pengendalian gulma A. spinosus 21 HSA Transformasi


Arc Sin x
Ulangan
Konsentrasi Perlakuan
Total
Rerata
I
II
III
2,03
2,03
2,03
Tanpa ekstrak
6,08
2,03
28,32 28,32 26,57 83,20
Ekstrak alang-alang 10%
27,73
26,57 22,79 28,32 77,67
Ekstrak alang-alang 20%
25,89
28,32
30
26,57 84,88
Ekstrak teki 10%
28,29
28,32 33,21 28,32 89,85
Ekstrak teki 20%
29,95
28,32 26,57 24,73 79,61
Ekstrak rumput grinting 10%
26,54
28,32 34,76 42,13 105,21
Ekstrak rumput grinting 20%
35,07
Total
526,5
Rerata
25,07
Lampiran 19. Analisis ragam persentase pengendalian gulma A. spinosus 21 HSA
F Tabel
Sumber Keragaman
DB
JK
KT
F hit
0,05
0,01
Perlakuan
6
1893,41 315,57 59,72 ** 2,85
4,46
Galat
14
73,98
5,28
Total
20
1967,38
KET : ** = berbeda sangat nyata
BNJ = 8,53
KK = 12,70%
Lampiran 20. Persentase pengendalian gulma Chloris barbata 7 HSA
Ulangan
Konsentrasi Perlakuan
Total
I
II
III
0
Tanpa ekstrak
0
0
0
10
Ekstrak alang-alang 10%
5
5
0
15
Ekstrak alang-alang 20%
10
2,5
2,5
Ekstrak teki 10%
5
5
2,5 12,5
32,5
Ekstrak teki 20%
10
7,5
15
12,5
Ekstrak rumput grinting 10%
5
2,5
5
12,5
Ekstrak rumput grinting 20%
2,5
5
5
Total
95
Rerata

44

Rerata
0
3,3
5
4,2
10,8
4,2
4,2
4,5

Lampiran 21. Persentase pengendalian gulma C. barbata 7 HSA Transformasi


X+0,5
Ulangan
Konsentrasi Perlakuan
Total
Rerata
I
II
III
0,71 0,71
0,71
Tanpa ekstrak
2,12
0,71
2,35
2,35
0,71
Ekstrak alang-alang 10%
5,40
1,80
3,24 1,73
1,73
Ekstrak alang-alang 20%
6,70
2,23
2,35 2,35
1,73
Ekstrak teki 10%
6,42
2,14
3,24 2,83
3,94
Ekstrak teki 20%
10,01
3,34
2,35 1,73
2,35
Ekstrak rumput grinting 10%
6,42
2,14
1,73 2,35
2,35
Ekstrak rumput grinting 20%
6,42
2,14
Total
43,5
Rerata
2,07
Lampiran 22. Analisis ragam persentase pengendalian gulma C. barbata 7 HSA
F Tabel
Sumber Keragaman
DB
JK
KT
F hit
0,05
0,01
6
10,72
1,79
5,34 **
2,85
4,46
Perlakuan
14
4,69
0,33
Galat
20
15,41
Total
KET : ** = Berbeda sangat nyata
BNJ = 1,55
KK = 27,93%,
Lampiran 23. Persentase pengendalian gulma C. barbata 14 HSA
Ulangan
Konsentrasi Perlakuan
Total
I
II
III
0
0
0
0
Tanpa ekstrak
10
5
2,5
17,5
Ekstrak alang-alang 10%
10
7,5
2,5
20
Ekstrak alang-alang 20%
7,5
7,5
10
25
Ekstrak teki 10%
10
10
15
35
Ekstrak teki 20%
10
7,5
7,5
25
Ekstrak rumput grinting 10%
7,5
5
10
22,5
Ekstrak rumput grinting 20%
Total
145
Rerata

45

Rerata
0
5,8
6,7
8,3
11,7
8,3
7,5
6,9

Lampiran 24. Analisis ragam persentase pengendalian gulma C. barbata14 HSA


F Tabel
Sumber
DB
JK
KT
F hit
Keragaman
0,05
0,01
6
227,98
38,00
5,55 **
2,85
4,46
Perlakuan
14
95,83
6,85
Galat
20
323,81
Total
KET : ** = berbeda sangat nyata
BNJ = 7,01
KK = 37.89%
Lampiran 25. Persentase pengendalian gulma C. barbata 21 HSA
Ulangan
Konsentrasi Perlakuan
Total
I
II
III
0
0
0
0
Tanpa ekstrak
10
10
2,5
22,5
Ekstrak alang-alang 10%
10
7,5
5
22,5
Ekstrak alang-alang 20%
15
12,5
10
37,5
Ekstrak teki 10%
15
10
15
40
Ekstrak teki 20%
12,5
7,5
15
35
Ekstrak rumput grinting 10%
10
7,5
12,5
30
Ekstrak rumput grinting 20%
Total
187,5
Rerata

Rerata
0
7,5
7,5
12,5
13,3
11,7
10
8,9

Lampiran 26. Analisis ragam persentase pengendalian gulma C. barbata 21 HSA


F Tabel
Sumber Keragaman
DB
JK
KT
F hit
0,05
0,01
6
373,81
62,30
7,22
**
2,85
4,46
Perlakuan
14
120,83
8,63
Galat
20
494,64
Total
KET : ** = berbeda sangat nyata
BNJ = 7,87
KK = 32,90%

46

Lampiran 27. Tinggi tanaman kedelai 15 HST


Ulangan
Konsentrasi Perlakuan
I
II
28
26
Tanpa ekstrak
23
27
Ekstrak alang-alang 10%
27
23
Ekstrak alang-alang 20%
19
24
Ekstrak teki 10%
29
26
Ekstrak teki 20%
25
27
Ekstrak rumput grinting 10%
23
27
Ekstrak rumput grinting 20%
Total
Rerata

III
22
26
24
26
23
26
28

Total

Rerata

75,50
76
74
69
77,25
77,25
78,25
527,25

25,17
25,33
24,67
23
25,75
25,75
26,08

Lampiran 28. Analisis ragam tinggi tanaman 15 HST


Sumber Keragaman

DB

6
Perlakuan
14
Galat
20
Total
KET : tn = tidak berbeda nyata

JK

KT

F hit

19,40
96,54
115,95

3,23
6,90

0,47 tn

Lampiran 29. Tinggi tanaman kedelai 30 HST


Ulangan
Konsentrasi Perlakuan
I
II
53
46
Tanpa ekstrak
37
34
Ekstrak alang-alang 10%
60
39
Ekstrak alang-alang 20%
33
39
Ekstrak teki 10%
44
66
Ekstrak teki 20%
44
46
Ekstrak rumput grinting 10%
54
53
Ekstrak rumput grinting 20%
Total
Rerata

47

25,11

F Tabel
0,05
0,01
2,85
4,46

KK = 10,46%

III
25
51
43
44
25
27
47

Total
123
121,50
142
115,50
134
116
153,50
905,5

Rerata
41
40,50
47,33
38,50
44,67
38,67
51,17
43,12

Lampiran 30. Analisis ragam tinggi tanaman 30 HST


Sumber Keragaman

DB

6
Perlakuan
14
Galat
20
Total
KET : tn = tidak berbeda nyta

JK

KT

F hit

412,29
2008,67
2420,95

68,71
143,48

0,48 tn

Lampiran 31. Tinggi tanaman kedelai 45 HST


Ulangan
Konsentrasi Perlakuan
II
I
63
56
Tanpa ekstrak
43
45
Ekstrak alang-alang 10%
66
45
Ekstrak alang-alang 20%
55
46
Ekstrak teki 10%
74
72
Ekstrak teki 20%
55
80
Ekstrak rumput grinting 10%
67
70
Ekstrak rumput grinting 20%
Total
Rerata

F Tabel
0,05
0,01
2,85
4,46

KK = 27,78%

III
24
39
62
41
26
0
59

Totat

Rerata

142,5
126
173
141,5
172
134,8
195,5
1085,3

47,5
42
57,7
47,2
57,3
44,9
65,2

Lampiran 32. Tinggi tanaman 45 HST Transformasi Arc Sin x


Ulangan
Konsentrasi Perlakuan
Total
I
II
III
52,24 48,45 29,33 130,02
Tanpa ekstrak
40,69 41,84 38,65 121,18
Ekstrak alang-alang 10%
54,33 42,13 51,94 148,41
Ekstrak alang-alang 20%
47,87 42,42 39,82 130,11
Ekstrak teki 10%
59,34 58,05 30,66 148,06
Ekstrak teki 20%
47,73 63,44
2,87
114,03
Ekstrak rumput grinting 10%
54,64 56,79 50,19 161,61
Ekstrak rumput grinting 20%
Total
953,4
Rerata

48

51,7

Rerata
43,34
40,39
49,47
43,37
49,35
38,01
53,87
45,40

Lampiran 33. Analisis ragam tinggi tanaman 45 HST


Sumber Keragaman

DB

6
Perlakuan
14
Galat
20
Total
KET : tn = Tidak berbeda Nyata

JK

KT

575,97 95,99
2947,81 210,56
3523,78

F hit
0,46 tn

Lampiran 34. Bobot basah gulma Amaranthus spinosus


Ulangan
Konsentrasi Perlakuan
I
II
III
90,25 101,42 175,20
Tanpa ekstrak
82,60 110,50 103,70
Ekstrak alang-alang 10%
74,03 81,85 101,50
Ekstrak alang-alang 20%
90,97 98,67 108,06
Ekstrak teki 10%
95,32 140,80 106,78
Ekstrak teki 20%
Ekstrak rumput grinting 10% 131,18 169,78 106,80
Ekstrak rumput grinting 20% 175,20 123,80 220,20
Total
Rerata

KK = 31,96%

Total

Rerata

366,87
296,80
257,38
297,70
342,90
407,76
519,20
2488,6

122,29
98,93
85,79
99,23
114,30
135,92
173,07

Lampiran 35. Analisis ragam bobot basah gulma A. spinosus


Sumber
DB
JK
KT
F hit
Keragaman
6
15410,30 2568,38 2,76 tn
Perlakuan
14
13021,30 930,09
Galat
20
28431,60
Total
KET : tn = tidak berbeda nyata

49

F Tabel
0,05
0,01
2,85
4,46

118,51

F Tabel
0,05
0,01
2,85
4,46

KK = 25,74%

Lampiran 36. Bobot kering gulma A. spinosus


Ulangan
Konsentrasi Perlakuan
1
2
22,80 16,54
Tanpa ekstrak
8,64
20,72
Ekstrak alang-alang 10%
16,83 16,69
Ekstrak alang-alang 20%
22,81 30,14
Ekstrak teki 10%
12,02 12,39
Ekstrak teki 20%
40,51 45,16
Ekstrak rumput grinting 10%
30,53 26,10
Ekstrak rumput grinting 20%
Total
Rerata

3
40,40
13,93
23,99
20,03
9,67
13,09
36,37

Total

Rerata

79,74
43,29
57,51
72,98
34,08
98,77
93
479,37

26,58
14,43
19,17
24,33
11,36
32,92
31

Lampiran 37. Bobot kering gulma A. spinosus Transformasi Log x


Ulangan
Total
Konsentrasi Perlakuan
I
II
III
Tanpa ekstrak
1,36
1,22 1,48
4,06
Ekstrak alang-alang 10%
0,94
1,41 1,14
3,49
Ekstrak alang-alang 20%
1,23
1,22 1,38
3,83
Ekstrak teki 10%
1,32
1,48 1,30
4,10
Ekstrak teki 20%
1,08
1,09 0,99
3,16
Ekstrak rumput grinting 10%
1,61
1,65 1,12
4,38
Ekstrak rumput grinting 20%
1,48
1,42 1,56
4,46
Total
27,5
Rerata
Lampiran 38. Analisis ragam bobot kering gulma A. spinosus
Sumber Keragaman

DB

6
Perlakuan
14
Galat
20
Total
KET : tn = tidak berbeda nyata

JK

KT

F hit

0,44
0,38
0,82

0,07
0,03

2,74 tn

50

22,83
Rerata
1,35
1,16
1,28
1,37
1,05
1,46
1,49
1,31

F Tabel
0,05
0,01
2,85
4,46

KK = 12,56%

Lampiran 39 . Bobot basah gulma Chloris barbata


Ulangan
Konsentrasi Perlakuan
I
II
Tanpa ekstrak
180,56 69,50
Ekstrak alang-alang 10%
250,40 112,60
Ekstrak alang-alang 20%
185,90 182,80
Ekstrak teki 10%
191,40 226,80
Ekstrak teki 20%
141,25 133,40
Ekstrak rumput grinting 10% 132,46 217,60
Ekstrak rumput grinting 20% 197,90 261,80
Total
Rerata

III
221,40
150
230,45
265,35
187,80
134,07
268,10

Total

Rerata

471,46
513
599,15
683,55
462,45
484,13
727,80
3941,5

157,15
171
199,72
227,85
154,15
161,38
242,60

Lampiran 40. Analisis ragam bobot basah gulma C. barbata


Sumber Keragaman

DB

6
Perlakuan
14
Galat
20
Total
KET :tn = tidak berbeda nyata

JK

KT

23402,82 3900,47
36161,27 2582,95
59564,09

Lampiran 41. Bobot kering gulma C. barbata


Ulangan
Konsentrasi Perlakuan
I
II
42,6
31,3
Tanpa ekstrak
50,9
15,6
Ekstrak alang-alang 10%
25,3
23,4
Ekstrak alang-alang 20%
29,5
37,1
Ekstrak teki 10%
24,9
18,6
Ekstrak teki 20%
20,1
35,9
Ekstrak rumput grinting 10%
40,2
29,1
Ekstrak rumput grinting 20%
Total
Rerata

51

F hit
1,51 tn

187,69

F Tabel
0,05
0,01
2,85
4,46

KK = 27,08%

III
45,5
11,5
64
40,4
18,2
20,2
53,6

Total

Rerata

119,4
78
112,7
107
61,7
76,2
122,8
677,8

39,8
26
37,6
35,7
20,6
25,4
40,9
225,9
32,3

Lampiran 42. Bobot kering gulma C. barbata Transformasi Log x


Ulangan
Konsentrasi Perlakuan
Total
I
II
III
Tanpa ekstrak
1,63
1,50 1,66 4,78
Ekstrak alang-alang 10%
1,71
1,19 1,06 3,96
Ekstrak alang-alang 20%
1,40
1,37 1,81 4,58
Ekstrak teki 10%
1,47
1,57 1,61 4,65
Ekstrak teki 20%
1,40
1,27 1,26 3,92
Ekstrak rumput grinting 10%
1,30
1,55 1,31 4,16
Ekstrak rumput grinting 20%
1,60
1,46 1,73 4,80
Total
30,9
Rerata
Lampiran 43. Analisis ragam bobot kering gulma C. barbata
Sumber Keragaman

DB

6
Perlakuan
14
Galat
20
Total
KET : tn = tidak berbeda nyata

JK

KT

F hit

0,29
0,47
0,76

0,05
0,03

1,45 tn

Rerata
1,59
1,32
1,53
1,55
1,31
1,39
1,60
1,47

F Tabel
0,05
0,01
2,85
4,46

KK = 12,41%

Lampiran 44. Hari kematian tanaman kedelai


Ulangan
Konsentrasi Perlakuan
I
II
0
0
Tanpa ekstrak
0
0
Ekstrak alang-alang 10%
0
0
Ekstrak alang-alang 20%
0
0
Ekstrak teki 10%
0
0
Ekstrak teki 20%
0
0
Ekstrak rumput grinting 10%
0
0
Ekstrak rumput grinting 20%
Total
Rerata

52

III
0
0
0
0
40
22
0

Total

Rerata

0
0
0
0
40
22
0
62

0
0
0
0
13
7
0
3

Lampiran 45. Hari kematian tanaman kedelai Transformasi Arc Sin x


Ulangan
Konsentrasi Perlakuan
Total
I
II
III
2,87
2,87
2,87
Tanpa ekstrak
8,60
2,87
2,87
2,87
Ekstrak alang-alang 10%
8,61
2,87
2,87
2,87
Ekstrak alang-alang 20%
8,61
2,87
2,87
2,87
Ekstrak teki 10%
8,61
2,87
2,87
39,23
Ekstrak teki 20%
44,97
2,87
2,87
27,97
Ekstrak rumput grinting 10%
33,71
2,87
2,87
2,87
Ekstrak rumput grinting 20%
8,61
Total
121,7
Rerata
Lampiran 46. Analisis ragam hari kematian tanaman kedelai
SK

DB

JK

6
470,96
Perlakuan
14
1301,58
Galat
20
1772,53
Total
Ket : tn = tidak berbeda nyata

Tanpa ekstrak
Ekstrak alang-alang 10%
Ekstrak alang-alang 20%
Ekstrak teki 10%
Ekstrak teki 20%
Ekstrak rumput grinting 10%
Ekstrak rumput grinting 20%
Total
Rerata

F Hit

78,49
92,97

0,84 tn

2,87
2,87
2,87
2,87
14,99
11,24
2,87
5,80

F Tabel
0,05
0,01
2,85
4,46

KK : 166,35%

Lampiran 47. Hari kematian gulma


Konsentrasi Perlakuan

KT

Rerata

Ulangan
II
0
0
0
0
0
0
0

I
0
0
0
0
0
0
0

III
0
0
0
0
0
0
0

Total

Rerata

0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0

53

Lampiran 48. Jumlah biji per tanaman kedelai


Ulangan
Konsentrasi Perlakuan
I
II
35
20
Tanpa ekstrak
40
14
Ekstrak alang-alang 10%
17
20
Ekstrak alang-alang 20%
22
24
Ekstrak teki 10%
Ekstrak teki 20%
22
30
Ekstrak rumput grinting 10%
24
32
24
26
Ekstrak rumput grinting 20%
Total
Rerata

III
28
19
47
39
0
0
30

Lampiran 49. Analisis ragam jumlah biji per tanaman kedelai


Sumber
DB
JK
KT
F hit
Keragaman
381,14
63,52 0,39 tn
6
Perlakuan
2268
162
14
Galat
2649,14
20
Total
KET : tn = tidak berbeda nyata
Lampiran 50. Bobot biji per tanaman kedelai
Ulangan
Konsentrasi Perlakuan
I
II
5,25
2,48
Tanpa ekstrak
3,23
3,30
Ekstrak alang-alang 10%
3,67
2,10
Ekstrak alang-alang 20%
3,50
3,20
Ekstrak teki 10%
3,84
1,50
Ekstrak teki 20%
2,45
3,22
Ekstrak rumput grinting 10%
3,03
1,87
Ekstrak rumput grinting 20%
Total

III
2,30
2,12
4,93
3,45
0
0
3,03

Total

Rerata

83
73
84
85
52
56
80
513

27,67
24,33
28
28,33
17,33
18,67
26,67
24,44

F Tabel
0,05
0,01
2,85
4,46

KK = 52,10%

Total

Rerata

10,03
8,65
10,70
10,15
5,34
5,67
7,93
58,5

3,34
2,88
3,57
3,38
1,78
1,89
2,64
2,78

Rerata

54

Lampiran 51. Analisis ragam bobot biji per tanaman kedelai


Sumber Keragaman

DB

JK

KT

F hit

Perlakuan

6
14

1,56
1,75

0,89 tn

Galat

9,36
24,47

20
Total
KET : tn = tidak berbeda nyata

F Tabel
0,05
0,01
2,85
4,46

33,83
KK = 47,48%

55

LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 1. Pengayakan tanah dan pupuk kandang

Gambar 2. Perbandingan tanah dan pupuk


kandang kandang

kandang

Gambar 3. Persemaian gulma Chloris barbata

Gambar 4. Persemaian gulma Amaranthus


spinosus

56

Gambar 5. Proses penanaman

Gambar 6. Penamaan kedelai dan gulma

Gambar 3. Persemaian gulma Chloris barbata

Gambar 7. Brangkasan gulma alanggrinting


alang dan teki utuk ekstraksi

Gambar 8. Brangkasan rumput

57

Gambar 9. Soxhlet

Gambar 10. Rotary evaporator

Gambar 11. Ekstrak gulma untuk aplikasi

Gambar 12. Teknik aplikasi

58

Gambar 14 . Pengamatan keracunan


tanaman kedelai

Gambar 13. Pengamatan bobot basah dan kering


gulma Amaranthus spinosus

Gambar 15. Pengamatan pengendalian gulma


Amaranthus spinosus dan Chloris
barbata

Gambar 16. Pengukuran tinggi tanaman


dan penimbangan bobot
biji tanaman kedelai

59

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Bunga Kecamatan
Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya pada tanggal
08 Agustus 1992, dari pasangan Muhammad Yunus dan
Aminah. Penulis merupakan anak kedua dari empat
bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1
Tangan-Tangan pada tahun 2004 dan melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1
Tangan-Tangan lulus pada tahun 2007. Kemudian melanjutkan pendidikan di
SMA Negeri 1 Tangan-Tangan dan lulus pada tahun 2010.
Tahun 2010, penulis diterima di Fakultas Pertanian, Universitas Syiah
Kuala melalui Jalur Ujian Seleksi Masuk Undangan (USMU). Penulis memilih
bidang minat Perlindungan Tanaman, Program Studi Agroteknologi.
Dalam menyelesaikan kegiatan akademik tahun ajaran 2014/2015 penulis
menjadi asisten mata kuliah Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman, asisten
matakuliah Pelestarian Sumber Daya Hayati Prodi Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Penulis melakasanakan Praktik
Keterampilan (PK) di PT R & D SYNGENTA Cikampek, Jawa Barat dari tanggal
15 Januari 15 Maret 2014.

You might also like