Professional Documents
Culture Documents
Defenisi Konjungtivitis
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva dan penyakit ini adalah
penyakit mata yang paling umum di dunia.karena lokasinya, konjungtiva terpajan oleh
banyak mikroorganisme dan faktor-faktor lingkungan lain yang mengganggu. Penyakit
ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis
berat dengan banyak sekret purulen kental.
Etiologi Konjungtivitis
Konjungtiva bisa mengalami peradangan akibat :
Klasifikasi Konjungtivitis
1. Berdasarkan waktu :
Akut
Kronis
2. Berdasarkan penyebabnya :
Konjungtivitis akut bacterial
Konjungtivitis akut viral
Konjungtivitis akut jamur
Konjungtivitis akut alergik
Patofisiologi konjungtivitis
Konjungtiva mengandung epitel skuamosa yang tidak berkeratin dan
substansia propria yang tipis, kaya pembuluh darah. Konjungtiva juga memiliki kelenjar
lakrimal aksesorius dan sel goblet.
Konjungtivitis alergika disebabkan oleh respon imun tipe I terhadap alergen.
alergen terikat dengan sel mast dan reaksi silang terhadap IgE terjadi, menyebabkan
degranulasi dari sel mast dan permulaan dari reaksi bertingkat dari peradangan. Hal
ini menyebabkan pelepasan histamin dari sel mast, juga mediator lain termasuk
triptase, kimase, heparin, kondroitin sulfat, prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien.
Histamin dan bradikinin dengan segera menstimulasi nosiseptor, menyebabkan rasa
gatal, peningkatan permeabilitas vaskuler, vasodilatasi, kemerahan dan injeksi
konjungtiva.
Konjungtivitis infeksi timbul sebagai akibat penurunan daya imun pejamu dan
kontaminasi eksternal. Patogen yang infeksius dapat menginvasi dari tempat yang
berdekatan atau dari jalur aliran darah dan bereplikasi didalamsel mukosa konjungtiva.
Kedua infeksi bakteri dan viral memulai reaksi bertingkat dari peradangan leukosit dan
limfositik menyebabkan penarikan sel darah merah atau putih ke area tersebut. Sel
darah putih ini mencapai permukaan konjungtiva dan berkumulasi di sana dengan
berpindah secara mudahnya melewati kapiler yang berdilatasi dan tinggi permeabilitas.
Pertahanan tubuh primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang menutupi
konjungtiva. Rusaknya lapisan ini memudahkan untuk terjadinya infeksi. Pertahanan
sekunder adalah sistem imunologi (tear-film immunoglobulin dan lisozyme) yang
merangsang lakrimasi.
Gejala Konjungtivitis
Gejala penting pada konjungtivitis adalah sensasi adanya benda asing pada
mata, gatal, dan fotofobia.
Tanda Konjungtivitis
Tanda penting konjungtivitis adalah hiperemi, mata berair, eksudasi, hipertropi
papiler, pseudoptosis, kemosis, folikel, pseudomembran, granuloma.
Bakteri patogen yang paling umum pada konjungtivitis infeksi meliputi
Pneumococcus, staphylococcus aureus, Moraxella catarrhalis, haemophilus
influenzae; sedangkan yang jarang adalah neisseria gonorrhoeae menyebabkan
konjungtivitis hiperakut purulenta, organismenya ditularkan dari genitalia ke tangan lalu
ke mata. Chlamydia adalah penyebab tersering dari konjungtivitis persisten.
Konjungtivitis viral dapat disebabkan oleh adenovirus, herpes simpleks,
Epstein-Barr, varicella zoster, molluscum contangiosum, coxsaxkie, dan enterovirus.
adenoviral konjungtivitis biasanya menyebabkan epidemik keratokonjungtivitis,
follikular konjungtivitis, dan nonspesifik konjungtivitis. Virus picorna atau enterovirus 70
menyebabkan konjungtivitis hemoragik epidemik akut. Konjungtivitis viral sangat
menular dan menyebar melalui kontak langsung dengan orang atau permukaan yang
terkontaminasi oleh sekret.
Iritasi jamur pada konjungtiva jarang terjadi, sedangkan 50% infeksi jamur yang
terjadi tidak memperlihatkan gejala. Terutama terjadi pada orang yang keadaan
umumnya buruk, yang sedang memakai steroid atau obat anti kanker. Jamur yang
dapat memberikan infeksi adalah candida albicans, yang dapat memberikan
pseudomembran pada konjungtiva, actinomyces sering menimbulkan kanakulitis.
Konjungtivitis alergi merupakan konjungtivitis noninfeksi, dapat berupa reaksi
cepat seperti alergi biasa dan reaksi terlambat sesudah beberapa hari kontak seperti
pada reaksi terhadap obat, bakteri dan toksik. Umumnya disebabkan oleh bahan kimia
dan mudah diobati dengan antihistamin atau bahan vasokonstriktor. Dikenal beberapa
macam bentuk konjungtivitis alergi seperti konjungtivitis flikten, konjungtivitis vernal,
konjungtivitis atopi, konjungtivitis alergi bakteri, konjungtivitis alergi akut, konjungtivitis
alergi kronik.
Konjungtivitis flikten mempunyai 2 bentuk yaitu tipe bulbar dan limbal, yang
terjadi akibat reaksi hipersensitivitas tipe !V, berupa alergi terhadap tuberkuloprotein,
staphylococcus, ascariasis, dan lain-lain. Biasanya kelainan ini terdapat pada anakanak dan orang dewasa muda.
Diagnosis
kebanyakan kasus konjungtivitis dapat didiagnosa berdasarkan anamnesa dan
pemeriksaan. Meskipun demikian, pada beberapa kasus penambahan tes diagnostik
membantu.
Pemeriksaan penunjang
1. Kultur
Kultur konjungtiva diindikasikan pada semua kasus yang dicurigai merupakan
konjungtivitis infeksi neonatal. Kultur bakteri juga dapat membantu untuk
konjungtivitis purulen berat atau berulang pada semua grup usia dan pada
kasus di mana konjungtivitis tidak merespon terhadap pengobatan.
2. Kultur virus
Bukan merupakan pemeriksaan rutin untuk menetapkan diagnosa. Tes
imunodiagnostik yang cepat dan dilakukan dalam ruangan menggunakan
antigen sudah tersedia untuk konjungtivitis adenovirus. Tes ini mempunyai
sensitifitas 88% sampai 89% dan spesifikasi 91% sampai 94%. Dari
imunodiagnostik mungkin tersedia untuk virus lain, tapi tidak diakui untuk
spesimen dari okuler. PCR dapat digunakan untuk mendeteksi DNA virus.
3. Tes Diagnostik Klamidial
Kasus yang dicurigai konjungtivitis klamidial pada dewasa dan neonatus dapat
dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium. Tes diagnostik yang berdasarkan
imunologikal telah tersedia, meliputi tes antibodi imunofloresens langsung dan
enzimy linked imunosorbent assay.
4. Smear/sitologi
Smear/ sitologi dan pewarnaan khusus (mis, gram, giemsa) direkomendasikan
pada kasus dicurigai konjungtivitis infeksi pada neonatus, konjungtivitis kronik
atau berulang, dan pada kasus dicurigai konjungtivitis gonococcal pada semua
grup usia.
5. Biopsi
Biopsi konjungtiva dapat membantu pada kasus konjungtivitis yang tidak
berespon pada terapi.
Konjungtivitis non-infeksius biasanya dapat didiagnosa berdasarkan riwayat
pasien. Paparan bahan kimiawi langsung terhadap mata dapat mengindikasikan
konjungtivitis toksik/kimiawi. Pada kasus yang dicurigai luka percikan bahan kimia, pH
okuler harus dites dan irigasi mata terus dilakukan hingga pH mencapai 7.
Konjungtivitis juga dapat disebabkan penggunaan lensa kontak atau irigasi mekanik
dari kelopak mata.
Konjungtivitis
Iritis
Keratitis
Tajam penglihaatan
Normal
Turun Nyata
Turun Nyata
Silau
Tidak ada
Nyata
Nyata
Sakit
Pedes,
kelilipan
Mata Merah
Injeksio
konjungtiva
Sekret
Tidak ada
Lengket Kelopak
Tidak ada
Tidak ada
Pupil
Normal
Mengecil
Mengecil
Bakteri
Klamidia
Rasa sakit
Injeksio siliar
Sakit
Injeksio siliar
Viral
Alergi
Gatal
Minimal
Minimal
Minimal
Hebat
Hiperemia
Berat
Sedang
Sedang
Sedang
Eksudasi
Banyak
lakrimasi
Banyak
Sedang
Sedang
Adenopati
Preaurikuler
Sering
Jarang
Pewarnaan
kerokan
eksudat
Monosit
Bakteri, PMN
PMN,
Inklusi
&
Minimal
(sereos
(mukoid
sampai sampai
mukopurulen)
mukoid,
berserabut,
lengket)
Sedang
Plasma Eosinofil
Disertai
sakit Kadang
tenggorokan &
demam
Kadang
Tidak pernah
Tidak pernah
Penatalaksanaan konjungtivitis
Tergantung agen penyebabnya.
Non Farmakologi
Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana
cara menghindari kontaminasi mata yang sehat dan mata orang lain, tidak menggosok
mata yang sakit kemudian menyentuh mata yang sehat, mencuci tangan setelah setiap
kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan sapu
tanagan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit.
Farmakologi
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
JULI 2013
KONJUNGTIVITIS
Oleh :
Suci Chadijah P. Dolo
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2013