Professional Documents
Culture Documents
13
14
15
B. Tinjauan Pustaka
Kerusakan tersebut dapat diperlambat dengan menghambat proses
respirasi. Proses respirasi dapat dihambat dengan membatasi buah tersebut
untuk kontak dengan oksigen. Salah satu cara untuk mempertahankan mutu
dan kesegaran produk hortikultura adalah dengan melapisi buah dengan lilin.
Pelapisan lilin dengan kepekatan dan ketebalan yang sesuai dapat
menghindarkan keadaan aerobik pada buah dan memberikan perlindungan
yang diperlukan terhadap luka dan goresan pada permukaan buah
(Rukmana 1997).
Pelapisan kulit buah dengan emulsi lilin yang dikenal dengan istilah
edible film adalah lapisan tipis yang menyatu dengan bahan pangan, layak
dimakan dan dapat diuraikan oleh mikroorganisme. Edible film dibentuk
sebagai pelapis pada permukaan bahan makanan atau bagian bahan yang
berbeda aktivitas airnya. Edible film berfungsi untuk menghambat absorbsi
atau transfer uap air dan gas seperti CO2 dan O2, memperbaiki struktur
mekanika bahan pangan dan sebagai bahan tambahan pangan yang memberi
efek antioksidan, anti mikrobia dan flavour (Rachmawati 2010).
Beberapa syarat yang diperlukan untuk lilin sebagai bahan pelapis
antara lain: tidak mempengaruhi bau dan rasa buah yang dilapisi, mudah
kering, tidak mudah pecah, mengkilap dan licin, tidak menghasilkan
permukaan yang tebal, murah harganya, dan tidak beracun Bahan yang
dipakai dalam pelilinan adalah yang bersifat pengemulsi (emulsifier) yang
berasal dari campuran tidak larut lilin-air dan yang lainnya adalah larutan
lilin-air (solvent wax). Bahan yang bersifat pengemulsi ini lebih banyak
digunakan kerena lebih tahan terhadap perubahan suhu dibandingkan dengan
larutannya yang mudah terbakar. Selain itu, penggunaan emulsi lilin air tidak
mengharuskan dilakukannya pengeringan buah terlebih dahulu setelah proses
pencucian. Untuk menjaga buah dari serangan mikroba maka kedalam emulsi
lilin air dapat ditambahkan bakterisida atau fungisida. (Furness 1997).
16
Jenis-jenis emulsi lilin air yang biasa digunakan antara lain adalah lilin
tebu (sugarcane wax), lilin karnauba (carnauba wax), terpen resin
termoplastik, shellac, sedangkan emulsifier yang banyak digunakan adalah
tri-etanolamin dan asam oleat (Pantastico 1986).
Ada beberapa cara pelilinan dengan memakai emusi lilin-air pada
sayuran buah adalah dengan cara pembusaan (foaming), penyemprotan
(spraying), pencelupan (dipping), atau dengan cara disikat (brushing). Cara
yang paling banyak digunakan adalah dengan cara pembusaan dan penyikatan
karena pengerjaannya lebih mudah dan praktis (Suhaidi 2008)
17
C. Metode Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum pelilinan pada buah dilakukan pada tanggal 17 April 2013 mulai
pukul 13.00 15.00 WIB di Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Fakultas
Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Timbangan
2) Kuas
3) Gelas kimia
b. Bahan
1) Buah anggur
2) Emulsi lilin
3. Cara Kerja
a. Menyediakan emulsi lilin dan meyediakan buah-buahan
b. Mencuci buah-buahan dengan air sampai bersih
c. Mengeringkan buah dengan menggunakan tissue
d. Menimbang dan mencatat berat awal buah yang digunakan
e. Mengoles buah dengan menggunakan emulsi lilin secara merata
f. Menyimpan buah pada suhu kamar sampai buah mengalami kerusakan
50%.
g. Menimbang dan mencatat berat akhir buah.
18
Perlakuan
Warna
Ungu tua
6 hari
13,3
10,7
Ungu tua
7 hari
13,8
9,66
11 hari
112,34
99,12
10 hari
158,42
144,04
14 hari
63,479
58,05
14 hari
77,94
77,16
7 hari
169,69
154,98
6 hari
191,99
158,79
2
3
4
4
3
3
Warna
1 = hijau
2 = hijau kekuningan
3 = kuning
4 = kuning kemerahan
5 = merah
Berat
akhir (gr)
Tekstur
Anggur
dengan lilin
Anggur
tanpa lilin
Belimbing
dengan lilin
Belimbing
tanpa lilin
Apel
dengan lilin
Apel
tanpa lilin
Jambu
dengan lilin
Jambu
tanpa lilin
a.
Variabel pengamatan
Umur
Berat
Rasa
simpan
awal (gr)
Coklat agak
orange
Kuning
kecoklatan
Hjau
Kuning
kecoklatan
Kuning
kecoklatan
Merah
kecoklatan
19
2. Pembahasan
Berdasarkan praktikum dan pengamatan yang telah dilakukan,
terbukti bahwa penyimpanan produk hortikultura yang dilapisi lilin lebih
tahan terhadap pembusukan dari pada yang tidak dilapisi lilin. Perubahan
struktur, rasa dan berat susut produk yang dilapisi lilin juga lebih baik dari
pada yang tidak dilapisi lilin. Warna pada produk yang dilapisi lilin
bahkan ada yang tidak berubah selama penyimpanan. Begitu juga dengan
tekstur produk. Tekstur produk yang dilapisi lilin tetap keras selama masa
penyimpanan. Hal ini sesuai dengan jurnal oleh Hasbullah (2008),
mengatakan bahwa pelapisan lilin selain dapat berfungsi untuk mencegah
hilangnya
air
dari
komoditi
dan
mengatur
kebutuhan
oksigen
20
21
22
DAFTAR PUSTAKA
Furness, C. 1997. How to Make Beeswax Candles. British Bee Publ.: Geddington,
UK.
Hasbullah. 2008. Lama Pemanasan Metode Vapor Heat Treatment (VHT) dan
Pelilinan untuk Mempertahankan Mutu Pepaya Selama Penyimpanan. Jurnal
Keteknikan Pertanian. Vol XXII (1) : 41-46.
Pantastico, ErB. 1986. Fisiologi Pasca Panen. Gadjah Mada University
Press:Yogyakarta.
Rachmawati, M. 2010. Kajian Sifat Kimia Salak Pondoh (Salacca edulis Reinw)
dengan Pelapisan Khitosan Selama Penyimpanan untuk Memprediksi Masa
Simpannya. Jurnal Teknologi Pertanian . Vol VI (1) : 20-24.
Rukmana, R. 1997. Budidaya Alpukat. Kanisius: Yogyakarta.
Suhaidi, I. 2008. Pelapisan Lilin Lebah untuk Mempertahankan Mutu Buah
Selama Penyimpanan. Jurnal Penelitian Rekayasa. Vol I (1) : 47-50