You are on page 1of 84

BAB I

KRISTALOGRAFI

I.1. Dasar Teori

Kristal adalah bahan padat Homogen , biasanya Anisotrop dan tembus air
serta menuruti hukum hukum ilmu pasti, sehingga susunan bidangnya- bidangnya
mengikuti hukum Geometri , jumlah dan kedudukan dari bidang- bidangnya tertentu
dan teratur
Bahan padat homogen , biasanya Anisotrop dan tembus air, mengandung
pengertian :

Tidak termasuk di dalamnya cair dan gas

Tidak dapat di uraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana oleh
proses proses Fisika

Menuruti hukum- hukum ilmu pasti sehingga susunan bidangnya mengikuti


hukum geometri, mengandung pengertian :

Jumlah bidang dari suatu bentuk Kristal tetap

Macam dan bentuk dari bidang Kristal tetap

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal


yang tetap.

Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat sifat geometri dari
Kristal terutama perkembangan, pertumbuhan,kenampakan bentuk luar, struktur
dalam ( Internal ) dan sifat sifat fisis lainnya.

Sifat Geometri
Memberikan pengertian letak, panjang dan jumlah sumbu kristal yang
menyusun suatu bentuk kristal tertentu adan jumnlah serta bentuk bidang
luar yang membatasinya.

Perkembangan dan pertumbuhan kenampakan bentuk luar


Bahwa di samping mempelajari bentuk bentuk dasar yaitu suatu bidang
pada situasi apermukaan, juga mempelajari kombinasi antara satu bentuk
kristal dengan bentuk kristal yang lain yang masih dalam satu system
Kristalografi, ataupun dalam arti kembaran dari kristal yang terbentuk
kemudian

Struktur Dalam

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Membicarakan susunan dan jumlah sumbu sumbu kristal , juga


menghitung Parameter dan parameter Rasio

Sifat Fisis Kristal


Sangant tergantung pada struktur ( susunan atom atomnya ) . Besar
kecilnya kristal tidaka mempengaruhi, yang penting bentuk yang di batasi
oleh bidang bidang kristal, sehingga akan di kenal 2 zat yaitu kristalin
dan Nonkristalin

Maksud dan tujuan mempelajari kristalografi terutama dlam pengenalan bentuk


kristal yang ada pada setiap bentuk kristal, menentukan klas simetri atas dasar jumlah
unsur simetri, menggambarakan semua bentuk kristal atas dasar parameter dan
parameter rasio, jumlah dan posisi sumbu kristal dan bidang kristal yang dimiliki oleh
setiap kristal baik proyeksi orthogonal maupun stereografis.

I.2. Geometri Kristal

I.2.a. Sumbu dan sudut Kristalografi


Sumbu kristalografi adalah suatu garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal.
Kristal mempunyai 3 bentuk dimensi, yaitu panjang, lebar, dan tebal. Tetapi
Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

77

dalam penggambarannya dibuat 2 dimensi sehingga dinamakan proyeksi


orthogonal.

Gambar 1.Sumbu dan Sudut Kristalografi

- Sumbu a : sumbu yang tegak lurus dengan bidang kertas.


- Sumbu b : sumbu yang horizontal dengan bidang kertas.
- Sumbu c : sumbu yang vertikal dengan bidang kertas.
Sudut kristalografi adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan sumbu-sumbu
kristalografi pada titik potong ( pusat kristal ).
a) Sudut ialah sudut yang dibentuk antara sumbu b dan sumbu c.
b) Sudut ialah sudut yang dibentuk antara sumbu a dan sumbu c.
c) Sudut ialah sudut yang dibentuk antara sumbu a dan sumbu b.
Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

77

I.2.b.

Dasar Pembagian Sistem Kristalografi

Sistem kristalografi dibagi menjadi 7 sistem, ini didasarkankan kepada :


a. Perbandingan panjang sumbu-sumbu kristalografi.
b. Letak atau posisi sumbu kristalografi.
c. Jumlah sumbu kristalografi.
d. Nilai sumbu c atau vertikal

I.2.c.

Tujuh Prinsip Letak Bidang Kristal Terhadap Susuna Sumbu


Kristalografi
c+

c+
a-

b-

ab+

b+

ba+

{h01}

c-

{Hk0}

c-

c+

c+

c+
a
-

a-

ab-

b
b
Nama : Okta Friansyah Kurniawana+
NIM : 101.101.030
Kel : B
+

b+

ba+

77

a+
{hk1}
{001}

c-

c+

c-

{010}

c+
aa-

b+

ba+

a+

{0k1}

{100}

c-

c-

Gambar 2. tujuh prinsip letak bidang kristal terhadap susuna sumbu kristalografi

I.2.d.

Bentuk Bentuk Kristal


Ada 3 macam bentuk kristal yaitu :

a) Bentuk Tunggal
Kristal yang di batasi oleh bidang bidang datar / bidang bidang
kristal dengan bentuk dan ukuran yang sama, sering dijumpai sebagai
bentuk dasar.

Contoh :
Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

77

4 bidang kristal

Tetrahrdron

111

6 bidang kristal

Hexahedron

100

8 bidng kristal

Oktahedron

111

12 bidang kristal

Rhomben Dodecahedron

110

b) Bentuk Kombinasi
Bentuk bentuk kristal yang terjadi dari penggabungan dua atau
lebih bentuk tunggal yang tidak sama, sehingga pada bentuk tersebut
didapatkan dua atau lebih symbol, bidang yang dipakai sebagai symbol
bentuk. Bentuk ini hanya terjadi pada system kristal yang sama.
Contoh :

Kombinasi Hexahedron ( 100 ) + Octahedron ( 111 )

Kombinasi

Rhomben

Dodecahedron

(110)

Tetrakishexahedron (210)

c) Bentuk Pertumbuhan
Pertumbuhan secara teratur antara dua atau lebih bentuk kristal
tunggal atau kombinasi dari bentuk yang sama, sehingga akan di dapatkan
unsur unsur simetri persekutuan yang sama. Tetapi, apabila kumpulan

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

77

dari bentuk bentuk tersebut disebut kelompok atau kumpulan kristal


( Crystal Agregate ).
Contoh

I.3.

Tetrakishexahedron ( 210 )

Triakisoktahedron ( 211 )

SISTEM KRISTAL
Sistem kristal adalah bentuk dari suatu kristal dari yang paling sederhana

sampai ke bentuk paling rumit. Sistem kristal terbagi menjadi 6 atau 7 sistem. Yang
menjadi dasar-dasarnya adalah perbandingan panjang sumbu, letak sumbu, jumlah
sumbu, nilai sumbu C.
a. Perbandingan panjang sumbu kristalografi
Dilihat perbandingan sumbunya dibagi menjadi 4 yaitu
a=b=c

sistem Reguler

a=bc

sistem Tetragonal

a=b=dc

sistem Hexagonal

abc

sistem Orthorombic, Monoklin, Triklin

b. Letak atau posisi sumbu kristalografi


Dalam peletakannya dibagi menjadi 4 yaitu
Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

77

= = = 90

Reguler, Tetragonal, Orthorombic

= = 90

Monoklin

90 Triklin
1 = 2 = 3 = 90 dan 1 = 2 = 3 = 120 Hexagonal

c. Jumlah sumbu kristalografi


Berdasarkan jumlah sumbunya dibagi menjadi 2
3 sumbu

Reguler, Tetragonal, Orthorombic, Monoklin, Triklin

4 sumbu

Hexagonal, Trigonal

d. Nilai sumbu C atau sumbu vertikal.


Yang menjadi dasar pembagian sistem kristal ada 7 adalah nilai sumbu c
pada sistem hexagonal. Pada hexagonal bernilai 6 pada trigonal bernilai 3.
I.3.a.
a.

Macam-Macam Sistem Kristalografi

REGULER ( CUBIC =ISOMETRIC = TESSERAL = TESSULER )


Ketentuan:
Sumbu: a = b = c
Sudut : = = = 900
Karena Sb a = Sb b = Sb c, maka
disebut juga Sb a.
a-

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

Cara menggambar:
Sudut a+/ b+ = 300
a:b:c=1:3:3

77

cGambar 3. Sistem Reguler

Dalam sistem reguler terdapat beberapa ketentuan seperti sebagai


berikut:
1. Dalam keadaan sebenarnya :
Jumlah sumbu ada 3 yaitu sumbu a = b = c disebut juga
sumbu a
= = = 90
2. Cara penggambaran :
Sudut a+ dengan b- = 30
Ketentuan:
Perbandingan panjangSumbu
sumbu:aa:=bb: c =c 1 : 3 : 3
Sudut : = = = 900
Karena Sb a = Sb b sidebut juga Sb a
b.

Sb c bisa lebih panjang/lebih pendek


TETRAGONAL ( QUADRATICdari
) Sb a atau Sb b.
Bila Sb c lebih panjang dari Sb a dan
Sb b maka disebut bentuk Columnar.

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

Bila Sb c lebih pendek dari Sb a dan


Sbb maka disebut bentuk Stout.
Cara Menggambar :
Sudut a+ /b- = 300.
a:b:c=1:3:6

77

a-

b-

cGambar 4. Sistem Tetragonal

Dalam sistem tetragonal terdapat beberapa ketentuan seperti sebagai


berikut :
1. Dalam keadaan sebenarnya :
Jumlah sumbu ada 3 yaitu sumbu a = b c
Sudut = = = 90

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Sumbu c bila lebih panjang dari sumbu a atau b maka


disebut Columnar ( panjang )bila lebih pendek disebut
Stout ( gemuk ).
2. Cara penggambaran :
Sudut a+ dengan b- = 30
Perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1 : 3 :6
c.

HEXAGONAL
Ketentuan :
Ada 4 sumbu yaitu a, b, c, d.
Sumbu a = b = d c
Sudut 1 = 2 = 3 = 900.
Sudut 1 = 2 = 3 = 1200.
Sumbu a, b, d terletak dalam satu
a-

bidang horizontal dan membentuk


sudut 60 0.

c-

Cara menggambar :
a+ /b- = 170.
b+/ d- = 39 0.
b:d:c=3:1:6

c-

d-

Gambar 5.Sistem Hexagonal

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Dalam sistem hexagonal terdapat beberapa ketentuan seperti sebagai


berikut :
1. Dalam keadaan sebenarnya :
Jumlah sumbu ada 4 yaitu sumbu a = b = d c
Sudut 1 = 2 = 3 = 90

dan 1 = 2 = 3 = 120

Sumbu c bisa lebih panjang atau pendek dari sumbu a.


Sumbu a, b dan d terletak dalam bidang horisontal
membentuk sudut 60
2. Cara penggambaran :
Sudut a+ dengan b- = 17 dan sudut b+ dengan d- = 39
Perbandingan panjang sumbu b: d : c = 3 : 1 :6
c

c
+

d-

Orde III

d
+

ba

a- b

d-

d-

ab-

b
a
+
+

d
-

a
c-

Orde I

ba

Nama : Okta Friansyah+Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

c-

77

Orde II

d
c

Gambar 6. Cara penarikan sumbu a pada Sistem Hexagonal & Trigonal


d. TRIGONAL (RHOMBOHEDRAL)
Ketentuan :
Sumbu a = b = d c
Sudut 1 = 2 = 3 = 900.
Sudut 1 = 2 = 3 = 1200.
a-

Cara mengganbar :
Sama dengan system hexagonal,
hanya

Sumbu

bernilai

3,

penarikan
sumbu a sama dengan system
d-

b-

c-

hexagonal.

Gambar 7.Sistem Hexagonal

Dalam sistem trigonal terdapat beberapa ketentuan seperti sebagai


berikut :
1.

Dalam keadaan sebenarnya :


Jumlah sumbu ada 4 yaitu sumbu a = b = d c
Sudut 1 = 2 = 3 = 90

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

dan 1 = 2 = 3 = 120

77

Sumbu a, b dan d terletak dalam bidang horisontal membentuk


sudut 60
Sumbu c bernilai 3
2. Cara penggambaran :
Sudut a+ dengan b- = 17 dan sudut b+ dengan d- = 39
Perbandingan panjang sumbu b: d : c = 3 : 1 :6
e.

ORTHOROMBIC (RHOMBIC = PRISMATIK = TRIMETIC)


Ketentuan :
Sumbu a b c.
Sudut = = = 900
Sumbu c adalah Sumbu terpanjang.
Sumbu a adalah Sumbu terpendek.
c

Sumbu a disebut Bracky.


Sumbu b disebut Macro.

Sumbu c disebut Basal.


Cara menggambar :
Sudut a+ /b- = 30 0.
a=b=c=1:4:6

cGambar7.SistemOrthorombik
Dalam sistem tetragonal terdapat beberapa ketentuan seperti sebagai berikut:
Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

77

1. Dalam keadaan sebenarnya :


Jumlah sumbu ada 3 yaitu sumbu a b c
Sudut = = = 90
Sumbu c terpanjang dan sumbu a terpendek.
Sumbu a = brachy
Sumbu b = macro
Sumbu c = basal
2. Cara penggambaran :
Sudut a+ dengan b- = 30
Perbandingan panjang sumbu a: b : c = 1 : 4 :6
f. MONOKLIN ( OBLIQUE = MONOSYMETRIC = CINORHOMBIC=
HEMIPRISMATIK = MONOCLINOHEDRAL )
Ketentuan :
Sumbu a b c.
Sudut = = 90 0 ; 900
Sumbu a disebut Sumbu Clino.
Sumbu b disebut Sumbu Ortho.
a

b-

Sumbu c disebut Sumbu Basal.


Cara menggambar :
Sudut a+/ b- = 450.
a : b: c = 1 : 4 : 6.
Sumbu

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

adalah

Sumbu
77

cGambar7.Sistem Monoklin

Dalam sistem tetragonal terdapat beberapa ketentuan seperti sebagai berikut:


1. Dalam keadaan sebenarnya :
Jumlah sumbu ada 3 yaitu sumbu a b c
Sudut = = 90 , 90
Sumbu c terpanjang dan sumbu a terpendek.
Sumbu a = clino
Sumbu b = ortho
Sumbu c = basal
2. Penggambarannya :
Sudut a+ dengan b- = 45
Perbandingan panjang sumbu a: b : c = 1 : 4 :6
g. TRIKLIN( ANORTHIC = ASYMETRIC = CLINOHOMBOHEDRAL )
Ketentuan :
Sumbu a b c.
Sudut 900.
Semua Sumbu a, b, c saling
a-

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

berpotongan dan membentuk


sudut miring tidak sama besar.
Cara menggambar :
Sudut a+/ c- = 450.
Sudut b+/ c- = 800.
a : b: c = 1 : 4 : 6.

77

b-

cGambar7.Sistem Triklin
Dalam sistem tetragonal terdapat beberapa ketentuan seperti sebagai
berikut :
1. Dalam keadaan sebenarnya :
Jumlah sumbu ada 3 yaitu sumbu a b c
Sudut

90

Semua sumbu saling berpotongan dan membetuk sudut


miring tidak sama besar.
Sumbu a = brachy
Sumbu b = macro
Sumbu c = basal
2. Cara penggambaran :
Sudut a+ dengan c- = 45 dan b+ dengan c- = 80
Perbandingan panjang sumbu a: b : c = 1 : 4 :6
I.4.

Simbol Kristalografi

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

77

I.4.a.

Parameter Bidang Dan Parameter Rasio.

c+
a-

Parameter bidang hkl :


Oh = 1 bagian.
Ok = 3 bagian.

b+

O1 = 6 bagian.
Parameter rasio bidang hkl :

a+

c-

Oh = Ok : O1 = 1 : 3 : 6

Gambar 11 . Simbol Weiss dan Miller.

Simbol Weiss = Bagian yang tak terpotong


Satuan ukur

Simbol Miller = _____Satuan Ukur______


Bagian yang tak terpotong
-Simbol weiss dipakai dalam penggambaran kristal ke dalam proyeksi orthogonal
dan proyeksi stereografis.
-Simbol miller dipakai dalam penggambaran kristal kedalam suatu kristal.
Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Contoh : bidang hal yang tersebut kita gambarkan dalam susunan salip sumbu
sistem reguler, maka bidang hal tersebut memotong :

Sumbu a pada 1 bagian a+

Sumbu d pada 1 bagian b+

Sumbu c pada 2 bagian c+

maka :

Simbol Weiss

Simbol Miller

a:b:c
1/1 : 1/1 : 2/1
( 1 1 2 )........................1/1 1/1 .....................( 2 2 1 )

I.4.b. Klas Simetri


Pengelompokaan dalam klas simetri didasarkan pada :

Sumbu simetri

Bidang simetri

Titik simetri atau pusat simetri.

Sumbu simetri

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Sumbu simetri adalah garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal,
dimana bila kristal tersebut diputar 3600 dengan garis tersebut sebagai poros
utamanya, maka pada kedudukan tertentu, kristal tersebut akan menunjukan
kenampakan-kenampakan seperti semula.
Ada 4 jenis sumbu simetri :
a. Sumbu simetri gyre
Berlaku bila kenampakan satu sama lain pada, kedua belah pihak/
kedua ujung sumbu sama dinotasikan dengan huruf L ( linier ) atau g
( gyre ). Penulisan nilai pada kan atas atau kanan bawah notasi.
Contoh : L4 = L4 = g4 = g4
Bigyre
Apabila kristal diputar 3600 dengan sumbu tersebut sebagai poros
putarannya, akan muncul 2 kali kenampakan.
Contoh : L2 = L2 = g2 = g2

Trigyre
Apabila kristal diputar 3600 dengan sumbu tersebut sebagai poros
putarannya, akan muncul 3 kali kenampakan.
Contoh : L3 = L3 = g3 = g3
Tetragyre
Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Apabila kristal diputar 3600 dengan sumbu tersebut sebagai poros


putarannya, akan muncul 4 kali kenampakan.
Contoh : L4 = L4 = g4 = g4

Hexagyre
Apabila kristal diputar 3600 dengan sumbu tersebut sebagai poros
putarannya, akan muncul 6 kali kenampakan.
Contoh : L6 = L6 = g6 = g6

b. Sumbu Simetri Gyre Polair


berlaku bila kenampakan ( konfigurasi ) satu sama lain pada ke dua belah
pihak berbeda / tidak sama. Jika salah satu sisinya berupa sudut atau corner
maka pada sisi lainya berupa bidang atau plane. Dinotasikan dengan huruf L
atau g.
Contoh : L2 = g2
c. Sumbu Cermin Putar ( Gyroide )
Dinotasikan dengan huruf S ( Spiegel Axepy ) = Sumbu Spigel.
Sumbu cermin putar didapatkan dari kombinasisuatu perputarn dimana,
sumbu tersebut sebagai poronya, dengan pencerminan ke arah suatu bidan

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

77

cermin putar yang tegak lurus dengan sumbu tersebut bidang cermin ioni
disebut dengan cermin putaran atau bidang normal.
Macam macam Gyroide :
Digyroide ( S2 )
Sumbu cermin putar bernilai 2, besar perputaran 1800 yang
artinya satu putaran bernilai 1800 menuju 18 dilanjutkan dengan
pencermiana tegak lurus bidang cermin putaran menempati 1
kembali.
Trigyroide ( S3 )
Sumbu cermin putar bernilai 3, besar perputaran 120 0. dalam
penentuan dan cara mandapatkan sumbu bernilai 3 caranya sama
dengan Digyroide.
Tetragyroide ( S4 )
Sumbu cermin putar bernilai 4. besar perputara 900, maka akan
terjadi kenampakan beru element simetri dari 1 lewat 1
menempati 2. Pada kenampakan pertama, Tetragyroide merupakan
Digyroide, asal susunan keseluruhan diputar sebesar 1800
Hexagyroide ( S6 )
Sumbu cermin putar bernialai 6, besar perputaran 600.

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

77

d. Sumbu Inversi Putar


Sumbu ini merupakan hasil perputaran dengansumbu tersebut sebagai
poros perputarannya, dilanjutkan dengan menginverskan auat membalik
melalui titik atau pusat simetri pada sumbu tersebut yang disebut Sentrum

Inversi. Cara penulisan nya :

dan sebagainya. Dan sering pula ditulis

dengan huruf L . Kemudian disebelah kanan atas ditulis nilai dan kanan
bawah ditulis i.
Contoh :L4i , L6i dan sebagainya.
Bidang Simetri
Bidang simetri adalah bidang datar yang dibuat melalui pusat kristal dan
membelah kristal menjadi 2 bagian yang sama besar, dimana bagian yang
satu dengan yang merupakan pencerminan dari bagian belahan yang
lainnya. Bidang simetri di notasikan dengan P ( Plane ) atau m ( mirror).
Bidang simetri dikelompokan menjadi 2 yaitu :
a) Bidang Simetri Utama
Merupakan bagian yang dibuat melalui 2 buah sumbu simetri
utama kristal dan menjadi 2 bagian yang sama besar :
Bidang simetri ini ada 2 yaitu :
Bidang Simetri Utama Horisontal dinotasikan dengan h
(bidang ABCD)
Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Bidang Simetri Utama Vertikal dinotasikan dengan v (Bidang


KLMN dan OPQR)

c+

ab-

b
+

a+

cGambar 12.Bidang simetri utama


b) Bidang Simetri Tambahan / Intermediet / Diagonal
Bidang simetri diagonal merupakan bidang simetri yang dibuat
hanya melalui satu sumbu simetri utama kristal. Bidang ini sering
disebut dengan bidang diagonal saja dan dinotasikan dengan d
Catatan : Dalam menghitung jumlah bidang simetri, dihitung dahulu
bidang simetri utama, baru dihitung simetri tambahannya.

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

c+

77

a-

b-

b
+

a+

cGambar 13.Sistem Hexagonal

Titik Simetri atau Pusat Simetri (Centrum = C)


Pusat simetri adalah titik dalam kristal, dimana melaluinya dapat ibuat
garis lurus, sedemikian rupa sehingga pada sisi yang satu dengan yang lain
mempunyai jarak yang sama, di jumpai kenampakan yang sama pula berupa
tepi, sudut, dan bidang.
Pada pusat simetri selalu berhimpit dengan pusat kristal, tetapi pusat
kristal belum tentu merupakan pusat simetri.

I.4.c. Penentuan Klas Simetri

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Penentuan klas simetri berdasarkan pada kandungan unsur-unsur simetri yang


di miliki oleh setiap bentuk kristal. Ada beberapa cara untuk menentukan klas
simetri suatu bentuk kristal, diantaranya yang umum digunakan adalah sebagai
berikut:
I.4.a.1 Menurut Herman Mauguin (Hm)

Sistem Reguler
Pada kristal sistem reguler dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

I.

II.

II.

Menerangkan nilai sumbu a (sumbu a, b, c) yang bernilai 4 atau 2 dan ada tidaknya
bidang simetri yang tegak lurus dengan sumbu tersebut.

Notasi : 2, 4,

Angka yang menunjukan nilai sumbu dan huruf m menunjukan


adanya bidang yang tegak lurus sumbu a tersebut

Menerangkan sumbu simetri bernilai 3. Apakan sumbu simetri yang bernilai 3 itu juga

bernilai 6 atau hanya bernilai 3 saja. Maka bagian ini ditulis 3 atau

Menerangkan ada atau tidaknya sumbu intermediate bernilai 2 dan ada tidaknya bidang
simetri diagonal yang tegak lurus dengan sumbu diagonal tersebut tersebut.

Notasi : 2, m,

, atau tidak ada

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Contoh :

Klas Hexoctahedral........

Klas Pentagonal Icositetrahedral........ 4 3 2

4 3 2

Klas Hextetrahedral........

3 m

3 m

Klas Dyakisdodecahedral...................

Klas Tetratohedris.............................. 2 3

2 3 -

Sistem Tetragonal
Pada kristal sistem tetragonal dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

Menerangkan nilai sumbu c yang bernilai 4 atau tidak bernilai sama sekali dan ada
tidaknya bidang simetri yang tegak lurus dengan sumbu c.

Notasi : 4,

Menerangkan nilai sumbu lateral ( selain sb c ), dan ada tidaknya bidang simetri yang
tegak lurus dengan sumbu lateral tersebut.

Notasi : 2, m,

atau tidak ada

Menerangkan nilai sumbu intermediate dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak
lurus dengan sumbu tersebut.
Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Notasi : 2, m,

, atau tidak ada

Contoh :

Klas Ditetragonal bipyramidal............

Kals Tetragonal Trapezohedral........... 4 2 2

4 4 2

Klas Ditetragonal Pyramidal........... 4 m m

4 mm

Klas Tetragonal Scalenohedral................

2 m

2 m

Klas Tetragonal Bipyramidal...................

- -

Klas Tetragonal Pyramidal...................... 4

4 - -

Klas Tetragonal Bisphenoidal.................

- -

Sistem Hexagonal dan Trigonal

Pada kristal sistem hexagonal dan trigonal dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

77

I. Menerangkan nilai sumbu c yang bernilai 6,

atau 3,

tidak bernilai sama sekali dan

ada tidaknya bidang simetri horizontal yang tegak lurus dengan sumbu c.

Notasi : 3, 6,

II. Menerangkan nilai sumbu lateral ( sb a, b, d ), dan ada tidaknya bidang simetri vertical
yang tegak lurus dengan sumbu lateral tersebut.

Notasi : 2, m,

atau tidak ada

III. Menerangkan nilai sumbu intermedite dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak
lurus dengan sumbu intermediet tersebut.

Notasi : 2, m,

, atau tidak ada

Contoh :

Klas Dihexagonal Bipyramidal...

Klas Hexagonal Trapezohedral. 6 2 2

Klas Dihexagonal Pyramidal. 6 m m 6 m m

Klas Hexagonal Bipyramidal................

Klas Hexagonal Pyramidal................... 6

6 - -

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

6 2 2

- -

77

Klas Ditrigonal Bipyramidal......

m 2

Klas Trigonal Bipyramidal

m 2

- -

Klas Ditrigonal Pyramidal.................... 3 m

Klas Trigonal Rhombohedral...

Klas Trigonal Piramidal....................... 3

3 --

3 m -

- -

Sistem Orthorombic
Pada kristal sistem orthorombic dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

I.

Menerangkan nilai sumbu a dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus dengan
sumbu a tersebut.

Notasi : 2, m,
II.

Menerangkan nilai sumbu b, dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus dengan
sumbu tersebut.

Notasi : 2, m,
III.

Menerangkan nilai sumbu c dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus dengan
sumbu tersebut.

Notasi : 2,
Contoh :
Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Klas Orthorombic Bipyramidal..

Klas Orthorombic Bisphenoidal..2 2 2

2 2 2

Klas Orthorombic Pyramidal..m m 2

m m2

Sistem Monoklin
Pada kristal sistem Monoklin hanya ada satu bagian, yaitu
Menerangkan nilai sumbu b dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak
lurus dengan sumbu b.

Notasi : 2, m,
Contoh :

Klas Prismatic.

Klas Spenoidal. 2

Klas Domatic... m

Sistem Triklin
Pada kristal sistem Triklin hanya mempunyai dua klas simetri, yaitu:

Mempunyai pusat simetri klas Pinacoidal, notasi


Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

77

klas Assymetric,notasi 1

Tidak mempunyai pusat simetri

I.4.c.2 Menurut Schoenfish ( Sc )

Sistem Reguler
Dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
I. Menerangkan nilai sumbu C.untuk itu ada dua kemungkinan yaitu
sumbu c bernilai 4 atau bernilai 2.
Notasi : O bila bernilai 4 dan T bila bernilai 2

III.

Menerangkan kandungan bidang simetrinya, apabila


kristal tersebut mempunyai :

Bidang simetri horizontal ( h )

Bidang simetri vertical

Bidang simetri diagonal ( d )

(v)

Maka notasinya adalah h


Bila mempunyai :

Bidang

simetri

horizontal

(h)

Bidang

simetri

vertical

(v)
Maka notasinya adalah h
Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Bila mempunyai :

Bidang simetri vertical ( v )

Bidang simetri diagonal ( d )

Maka notasinya adalah v

Bila mempunyai :

Bidang simetri diagonal ( d )

Maka notasinya adalah d

Contoh :

Klas Hexagonal Oh

Klas Pentagonal Icositetrahedron.... O

Klas Hextetrahedral. Td

Klas Dyakisdodecahedral Th

Tetrahedral Pentagonal Dodecahesdral T

Sistem Tetragonal, Hexagonal, Trigonal, Orthorombic, Monoklin


dan Triklin.
Terdapat tiga bagian, yaitu :

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

77

I Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus dengan sumbu c, yaitu


sumbu lateral (sumbu a, b, d ) atau sumbu intermediet, ada dua
kemungkinan :
Notasi : D ( Diedrish ) jika sumbu bernilai 2
C ( Cyklish ) jika tidak bernilai
II Menerangkan nilai sumbu c, nilai sumbu c ditulis di sebelah kanan
agak ke bawah dari notasi D atau C.
Misalnya : D2, C2, D3, C3.

III

Menerangkan kandungan bidang simetrinya


Bila mempunyai :

Bidang simetri horizontal ( h )

Bidang simetri vertical

(v)

Bidang simetri diagonal ( d )

Maka notasinya adalah h


Bila mempunyai :

Bidang simetri horizontal ( h )

Bidang

simetri

vertical

(v)
Maka notasinya adalah h
Bila mempunyai :
Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Bidang simetri vertical ( v )


Bidang simetri diagonal ( d )

Maka notasinya adalah v


Bila mempunyai :

Bidang simetri diagonal ( d )

Maka notasinya adalah d


Contoh :
- Klas Ditetragoal Bypramidal.. C4v
- Klas Tetragonal Trapezohedral... D4h
- Klas Ditetragonal Pramidal. D2d
- Klas Tetragonal Scalenohedral D
- Klas Tetragonal Bypramidal C4h
- Klas Tetragonal Pyramidal.. C4
- Klas Tetragonal Bisphenoidal.. S4
- Klas Dihexagonal Pyramidal... D6h
- Klas Dihexagonal Bypramidal C6h
- Klas Hexagonal Trapezohedral... D6
- Klas Hexagonal Bipyramidal.......... C6h
- Klas Hexagonal Pyramidal. C6
- Klas Trigonal Bipyramidal..... C3h
Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

77

- Klas Trigonal Trapezohedral... D3


- Klas Trigonal Rhombohedral.. C3i
- Klas Trigonal Pyramidal.. C3
- Klas Ditrigonal Scalenohedral. D3d
- Klas Ditrigonal BypiramidalD3h
- Klas Ditrigonal Pyramidal... C3v
- Klas Orthorombik Pyramidal...C2v
- Klas Orthorombik Bisphenoidal.. D2
- Klas Orthorombik Bipyramidal... D2h
- Klas Prismatik..C3h
- Klas Spenoidal. C2
- Klas Domatic... C1h
- Klas Pinacoidal Ci
- Klas Asymetric C1
Keterangan : untuk Sistem Monoklin, sumbu b dianggap sebagai sumbu c
BAB II
MINERALOGI FISIK

II. 1. DASAR TEORI


Mineral adalah suatu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang mineral,
baik dalam bentuk individu ataupun dalam bentuk kesatuan antara lain mempelajari
Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

77

tentang sifat-sifat fisis, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan
kegunaannya.
Mineralogi terdiri dari kata mineral dan logos, dimana arti mineral berlainan
bahkan dikacaukan dukalangan awam.sering diartikan sebagai bahan buormanik
(anorganik). Maka pengertian jelas dari kenyataannya batas mineral oleh bebrapa ahli
geologi perlu diketahui walaupun dari kenyataannya tidak ada satupun penyesuaian
umum untuk definisinya.
Definisi mineral meburut beberapa ahli :
L.G. Berry dan B. Masson, 1959
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam
terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas
tertentu dan mempunyai atom-atom tertentu dan tersusun secara teratur.

D.G.A. Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972


Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen
mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dibentuk oleh proses
alam yang anorganik.

A.W.R.Potter dan H. Robbinson, 1977


Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Mineral adalah suatu bahan padat yang homogen mempunyai


komposisi kimia tertenu atau dalam batas-batas tertentu dan mempunyai sifatsifat tetapi dibentuk di alam dan bukan hasil suatu kehidupan.
Dari ketiga definisi tersebut mereka masih memberikan suatu anomali
ataupun pengecualian beberapa zat atau bahan yang disebut juga mineral,
walaupun tidak termasuk di dalam definisi. Sehingga sebenarnya dapat dibuat
suatu definisi baru atau definisi kompilasi. Dimana definisi kompilasi tidak
menghilangkan suatu ketentuan umum bahwa mineral mempunyai sifat
sebagai berikut yaitu bahan alam mempunyai sifat-sifat fisis dan kimia tetap
berupa unsur tunggal atau senyawa.
Definisi mineral kompilasi adalah Suatu bahan alam yang mempunyai
sifat-sifat fisik dan kimia yang tetap, pada umumnya anorganik, homogen,
dapat berupa cair dan gas.

Batas-batas definisi mineral :


Suatu bahan alam
Harus terjadi secara alamiah. Maka bahan atau zat yang dibuat
oleh tenaga manusia tidak dapat disebut sebagai mineral. Walaupun
kadang-kadang pembuatannya akan sangat sulit dibedakan dengan
kristal alam tetapi tetap tidak dapat disebut sebagai mineral.
Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Contah :
NaCl dibuat di alam disebut halite sedang yang dibuat di laboratorium
disebut sebagai Natrium Klorida.

Mempunyai sifat-sifat fisis


Warna, kilap, kekerasan, perawakan kristal, gores, belahan, dan
lai-lain.mempunyai sifat-sifat kimiawi yang tetap diantaranya reaksi
terhdap api oksidasi, api reduksi, pelentingan, penggarangan, dll.

Berupa unsur tunggal atau persenyawaan tetap

Mineral merupakan unsure tunggal misalnya Diamond (C),


Graphyte (C), Native Silver (Ag), dll.

Mineral berupa unsur kimia sederhana seperti Barite


(BaSO4), Zircon (ZrSIO4), Cassiterite (SnO2), Magnetite
(Fe3O4)

Mineral yang berupa senyawa kimia kompleks misalnya


Epistolite

(NaCa)(CbTiMgMn)SiO2(OH),

Polymignyti

(CaFeYZrTh)(CbTiTa)O4.

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Pada umumnya anorganis : batasan ini mengandung arti mineral


yang luas
Mineral umumnya bukan hasil suatu kahidupan tetapi ada beberapa
mineral yang merupakan hasil kehidupan yang disebut minera organik
seperti Ambert, Asphalat, Mallite.

Homogen
Mengandung batasan bahwa suatu mineral tidak bisa diuraikan
menjadi senyawa lain yang lebih sederhana oleh proses fisika.
Dapat berupa pdat, cair dan gas
Berupa padat Quartz (SiO2) ; Barite (BaSO4)
Berupa vairan : air raksa ( HgS)
Dalam buku Minerals and Mining in Indonesia compiled Soetardjo
Sigit, M.M. Purbo Wadiwijoyo, Bambang Sulasmoro, Suharsono
Wirjosudjono,, 1969,

Mineralogi dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :


1. Mineralogi Fisik
2. Mineralogi Kimiawi

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Maksud dan Tujuan


1. Menyelidiki secara fisik dari mineral
2. Mengetahui sifat-sifat fisik dari mineral

Alat-alat yang Dipergunakan


1. Skala kekerasan Mohs
2. Keping porselin
3. Loupe
4. Timbangan analitik
5. Piknometer
6. Magnit
II. 2. Deskripsi Mineral
Mineral mempunyai sifat-sifat fisik antara lain :
a. Warna (Colour)
Bila suatu permukaan mineral dikenal suatu cahaya, maka cahaya
yang mengenai permukaan minerl tersebut sebagian akan diserap (absorbsi)
dan sebagian dipantulkan (refleksi). Warna penting untuk membedakan antara
mineral akibat pengotoran dan warna asli (tetap) yang berasal dari elemen
utama pada mineral tersebut.
Warna mineral yang tetap dan tertentu karena elemen-elemen utama
pada mineral disebut dengan nama Idiochromatic .
Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Misal :

-Sulfur berwarna kuning Pyrite berwarna kuning loyang


-Magnetite berwarna hitam
Warna akibat adanya campuran atau pengotor dengan unsure lain,

sehngga memberikan warna yang berubah-ubah tergantung dari pengotornya,


disebut dengan nama Allochromatic.
Misal : Halite, warna dapat berubah-ubah :

abu-abu

biru bervariasi

kuning

coklat gelap

merah muda

Kwarsa tak berwarna, tetapi karena ada campuran/pengotoran,


warna berubah-ubah menjadi :

violet

merah muda

coklat-hitam

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Kehadiran kelompok ion asing yang dapat memberikan warna tertentu


pada mineral disebut nama Chromophores.
Misal : Ion-ion

Cu

yang

terkena

proses

hidrasi

merupakan

Chromophores dalam mieral Cu sekunder ,maka akan memberikan warna


hijau dan biru.

Faktor yang dapat mempengaruhi warna :


a. Komposisi kimia
b. Struktur kristal dan ikatan atom
c. Pengotoran dari mineral

b. Perawakan Kristal (Crystal Habit)


Perawakan kristal (crystal habit), bentuk khas mineral ditentukan oleh
bidang yang membangunnya, termaksud bentuk dan ukuran relatif bidangbidang tersebut. Kita perlu mengenal beberapa perawakan kristal yang
terdapat pada jenis mineral tertentu, sehingga perawakan kristal dapat dipakai
untuk penentuan jenis mineral, walaupun perawakan kristal bukan merupakan
cirri tetep mineral.
Contoh :

Mika selalu menunjukkan perawakan kristal yang mendaun (foliated)

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Amphibol,selalu menunjukan perawakan kristal meniang (columnar)

Perawakan kristal dibedakan menjadi 3 golongan (Richard Pearl,1975) yaitu ;


A. Elongated habits (meniang / berserabut )
B. Flattened habits (lembaran tipis)
C. Rounded habits (membutir)
a. Elongated Habits
1. Meniang ( Columnar )
Bentuk kristal prismatik yang menyerupai bentuk tiang.
Contoh : Tourmaline, Phyrolusit, Wollastonite.
2. Menyerat ( Fibrous )
Bentuk kristal yang menyerupai serat-serat kecil.
Contoh : Asbestos, Gypsum, Tremolit, Silimanite, Pyrophyllite.
3. Menjarum ( Acicular )
Bentuk kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil.
Contoh : Natrolite, Glaucophane.
4. Menjaring ( Reticulate )
Bentuk kristal yang kecil panjang tersusun menyerupai jaring.
Contoh : Rulite, Cerussite.
5. Merabut ( Capillery )
Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai rambut.
Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Contoh : Cuprite, Bysolit.


6. Membintang ( Stellated )
Bentuk kristal yang menyerupai bintang.
Contoh : Pirofilit.
7. Membenang ( Filliform )
Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai benang.
Contoh : Silver
8. Mondok ( Stound,tubby,Equant )
Bentuk kristal pendek, gemuk sering terdapat pada kristal-kristal
dengan sumbu c lebih pendek dari sumbu yang lain.
Contoh : Zircon
9. Menjari ( Radiated )
Bentuk kristal yang menyerupai bentuk jari.
Contoh : Markasit.
b. Flattened Habits
1. Membilah ( Bladed )
Bentuk kristal yang panjang, tipis menyerupai bilah kayu.
Contoh : Kyanite, Kavalerit.
2. Memapan ( Tabular )
Bentuk kristal yang menyerupai bentuk papan, dimana perbandingan
antara tebal dan lebar tidak terlalu jauh.
Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Contoh : Barite, Hypersthene, Hematite.


3. Membata ( Blocky )
Bentuk kristal yang menyerupai bentuk bata.
Contoh : Microcline, Calcite.
4. Mendaun ( Foliated )
Bentuk kristal pipih yang berlapis.
Contoh : Mika, Chlorite, Talc.

5. Memencar ( Divergen )
Bentuk kristal yang meyerupai kipas terbuka.
Contoh : Aragonite, Gypsum, Millerite.
6. Membulu ( Plumose )
Bentuk kristal yang menyerupai tumbukan bulu.
Contoh : Mika
c. Rounded Habits
1. Mendada ( Mamillary )
Bentuk kristal yang menyerupai buah dada.
Contoh : Malachite, Opal, Hemimorphite.
2. Membulat jari ( Colloform radial )
Bentuk kristal yang membulat dengan struktur dalam memencar
menyerupai bentuk jari.
Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Contoh : Pyrolorhyte.
3. Mengginjal ( Rentiform )
Bentuk kristal yang menyerupai bentuk ginjal.
Contoh : Hematite
4. Membulat ( Colloform )
Bentuk kristal yang menunjukkan permukaan yang bulat-bulat.
Contoh : Glauconite, Bismuth, Smalite, Cobaltite, Franklinite
5. Membutir ( Granular )
Bentuk kristal yang menyerupai butiran.
Contoh : Olivine, Anhydrite, Chromite, Sodalite, Rhodochrosite.
6. Stalaktit (Stalactic )
Bentuk kristal yang membulat dengan lithologi gamping.
Contoh : Goethite
7. Memisolit ( Pisolitic)
Bentuk kristal yang lonjong sebesar kerikil, seperti kacang tanah.
Contoh : Gibbsite, Pisolitic, Opal (variasi halite)
c. Kilap (Luster)
Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan
sebuah mineral, yang erat hubungannya dengan sifat pemantulan (refleksi)
dan pembiasan (refraksi). Intensiitas kilap tergantung dari indeks bias dari
mineral, yang apabila makin besar indeks bias mineral, makin besar pula
Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

77

jumlah cahaya yang dipantulkan. Nilai ekonomik mineral kakdang-kadang


ditentukan oleh kilapnya.
Macam-macam kilap :
a. Kilap Logam ( Metallic Luster )
Mineral-mineral opaq yang mempunyai indeks bias sama dengan 3 atau
lebih, contoh : Galena, Native metal, Sulphide , Pyrite.
b. Kilap Sub-metalik ( Sub Metallic Luster )
Terdapat pada mineral yang mempunyai indeks bias antara 2,6 sampai 3,
contoh :

- Cuprite

( n = 2.85 )

- Cinnabar

( n = 2.90 )

- Hematite

( n = 3.00 )

- Alabandite

( n = 2.70 )

c. Kilap Bukan Logam ( Non Metallic Luster )


Mineral-mineral

yang

mempunyai

warna

terang

dan

dapat

membiaskan,dengan indeks bias kuramg dari 2,5. Gores dari mineral-mineral


ini biasanya tak berwarna atau berwarna muda.
Macam-macam kilap bukan logam :
Kilap kaca ( vitreous Luster )
Kilap yang ditimbulkan oleh permukaan kaca atau gelas.
Contoh :

- Quatrz

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

- Carbonates - Sulphates
77

- Spinel

- Silicates

- Fluoriote

- Garnet

- Leucite

- COrondum

- Halite yang segar


Kilap Intan ( adamantite Luster )
KIlap yang sangat cemerlang yang ditimbulkan oleh intan atau permata.
Contoh :

- Diamond

- Sphalerite

- Cassiterite

- Zircon

- Sulfur

- Rutile

Kilap lemak ( greasy luster )


Kilap dengan permukaan yang licin seperti berminyak atau kena lemak,
akibat proses oksidasi.
Contoh :

- Nepheline yang sudah teralterasi .


- Halite yang sudah terkena udara.

Kilap lilin ( waxy luster )


Merupakan kilap separti lilin yang khas.
Contoh :

- Serphentine
- Ceragyrite

Kilap sutera ( silky luster )


Kilap seperti yan gterdapat pada mineral-mineral yang parallel atau
berserabut ( parallel fibrous structure )
Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Contoh :

- Asbestos

- Serpentine

- Selenite (variasi Gypsum)

- Hematite

Kilap mutiara ( pearly luster )


Kilap yang ditimbulkan oleh mineral transparan yang berbentuk lembaran
dan menyerupai mutiara.
Contoh :

- Talc
- Gypsum
- Mika

Kilap tanah ( earthy luster )


Kilap yang ditunjukkan oleh mineral yang porous dan sinar yang masuk
tidak dipantulkan kembali.
Contoh :

- Kaolin

- Diatomea

- Montmorilonite

- Pyrolusite

- Chalk

- Variasi Ochres

Tidak sulit untuk membedakan antara kilap logam dengan bukan


logam, perbedaannya jelas sekali. Tetapi dalam membedakan jenis-jenis kilap
logam akan sulit sekali. Padahal perbedaan inilah yang sangat penting dalam
deskripsi mineral, karena dapat untuk menentukan jenis suatu mineral
tertentu.
d. Kekerasan ( Hardness )
Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Kekerasan mineral pada umumnya diartikan sebagai daya tahan


mineral terhadap goresan ( scratching). Penentuan kekerasan relative mineral
ialah dengan jalan menggoreskan permukaan mineral yang rata pada mineral
standar dari skala Mohs yang sudah diketahui kekerasannya.

Misal suatu mineral di gores dengan kalsit (H = 3) ternyata


mineralmitu tidak tergores, tetapi dapat tergores oleh Fluorite (H = 4), maka
mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 3 dan 4. Dapat pula penentuan

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

77

kekerasan relative mineral dengan mempergunakan alat-alat sederhana yang


sering terdapat di sekitar kita.
Misalnya :
- Kuku jari manusia

H = 2,5

- Kawat tembaga

H=3

- Pecahan kaca

H = 5,5

- Pisau baja

H = 5,5

- Kikir baja

H = 6,5

- Lempeng baja

H=7

Bila man suatu mineral tidak tergores oleh kuku jari manusia tetapi
oleh kawat tembaga, maka mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 2,5
dan 3.
e. Gores ( Streak )
Gores adalh merupakan warna asli dari mineral apabila mineral
tersebut ditumbuk sampai halus. Gores ini dapat lebih dipertanggungjawabkan
karena stabil dan penting untuk membedakan 2 mineral yang warnanya sama
tetapi goresnya berbeda. Gores ini diperoleh dengan cara menggorekan
mineral pada permukaan keeping porselin, tetapi apabila mineral mempunyai
kekerasan lebih dari 6, maka dapat dicari dengan cara menumbuk sampai
halus menjadi berupa tepung.
Mineral yang berwarna terang biasanya mempunyai gores berwarna putih.
Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Contoh :

- Quartz

= putih / tak berwarna

- Gypsum

= putih / tak berwarna

- Calcite

= tak berwarna

Mineral bukan logam ( non metalic mineral ) dan berwarna gelap akan
memberikan gores yang lebh terang daripada warna mineralnya sendiri.
Contoh :

- Leucite

= warna abu-abu / gores hitam.

- Dolomite

= warna kuning sampai merah jambu / gores


putih

Mineral yang mempunyai kilap metallic kadang-kadang mempunyai


warna gores yang lebih gelap dari warna mineralnya sendiri.
Contoh :

- Pyrite

= warna kuning loyang / gores hitam

- Copper

= warna merah tembaga / gores hitam

- Hematite

= warna abu-abu kehitaman / gores merah

Pada beberapa mineral, warna dan gores sering menunjukkan warna


yang sama.
Contoh :

- Cinnabar

= warna dan gores merah

- Magnetite

= warna dan gores hitam

- Azurite

= warna dan gores biru

f. Belahan ( Ceavage )
Apabila suatu mineral mendapat tekanan yang melampaui batas
elastisitas dan plastisitasnya, maka pada akhirnya mineral akan pecah.
Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Belahan mineral akan selalu sejajar dengan bidang permukaan kristal yang
rata karena belahan merupakan gambaran dari struktur dalam dari kristal.
Belahan tersebut akan menghasilkankristal menjadi bagian-bagian yang
kecil, yang setiap bagian kristal dibatasi oleh bidang yang rata.
Berdasarkan dari bagus atau tidaknya permukaan bidang belahannya,
belahan dapat dibagi menjadi :
Sempurna ( Perfect )
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya
yang merupakan bidang yang rata dan sukar pecah sealain melalui bidang
belahannya.
Contoh :

- Calcite
- Muscovite
- Galena
- Halite

Baik ( Good )
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui bidang belahannya
yang rata , tetapi dapat juga terbelah tidak melalui bidang belahannya .\
Contoh :

- Feldspar
- Hyperstene
- Diopsite

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

77

- Augite
- Rhodonite
Jelas ( Distinct )
Yaitu apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi
mineral tersebut sukar membelah melalui bidang belahannya dan tidak
rata.
Contoh :

- Staurolite
- Scapolite
- Hornblende
- Anglesite
- Feldspar
- Scheelite

Tidak Jelas ( Indistinct )


Yaitu apabila arah belahan mineral masih terlihat, tetapi
kemunkinan untuk membentuk belahan dan pecahan sama besar.
Contoh :

- Beryl
- Corundum
- Platina
- Gold
- Magnetite

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Tidak sempurna ( Imperfect )


Yaitu apabila mineral sudah tidak terlihat arah belahannya, dan
mineral akan pecah dengan permukaan yang tidak rata.
Contoh :

- Apatite
- Cassiterite
- Native sulphur

g. Pecahan ( Fracture )
Apabila suatu mineral mendapatkan tekanan yang melampaui batas
plastisitas dan elastisitasnya, maka mineral tersebut akan pecah..
Pecahan dapat dibagi :
Choncoidal
Pecahan mineral yang menyerupai pecahan botol atau kulit bawang.
Contoh : - Quartz
- Cerrusite
- Anglesite
- Obsidian
- Rutile
- Zincite

Hacly
Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Pecahan mineral seperti pecahan runcing-runcing tajam, serta kasar tak


beraturan atau seperti tak bergerigi.
Contoh : - Copper
- Platinum
- Silver
- Gold
Even
Pecahan mineral dengan permukaan bidang pecah kecil-kecil dengan
ujung pecahan mendekati bidang datar.
Contoh : - Muscovite
- Talc
- Biotite
- Mineral lempung
Uneven
Pecahan mineral yang menunjukan permukaan bidang pecahnya kasar
dan tidak teratur. kebanyakan mineral mempunyai pecahan uneven.
Contoh : - Calcite
- Marcasite
- Choromite
- Orthoclas
Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

77

- Rutile
- Rhodonite

Splintery
Pecahan mineral yang hancur menjadi kecil-kecil dan tajam menyerupai
benang atau berserabut
Contoh : - Fluorite
- Anhydrite
- Antigoite
Earthy
Pecahan mineral yang hancur seperti tanah.
Contoh : - Kaolin
- Biotite
- Muscovite
- Talc
h. Daya Tahan Terhadap Pukulan ( Tenacity )
Tenacity adalah suatu daya tahan mineral terhadap pemecahan,
pembengkokan,penghancuran, dan pemotongan.
Macam-macam tenacity:
Brittle
Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus


Contoh : - Calcite
- Quartz
- Marcasite
- Hematite

Sectile
Apabila mineral mudah terpotong pisau dengan tidak berkurang menjadi
tepung.
Contoh : - Gypsum
- Ceragyrite
Malleable
Apabila mineral ditempa dengan palu akan menjadi pipih.
Contoh : - Gold
- Copper
Ductile
Dapat di tarik / diulur seperti kawat. Apabila mineral ditarik dapat
bertambah panjang dan aopabila dilepaskan maka mineral akan kembali
seperti semula.
Contoh : - Silver
Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

77

- Copper
- Olivine
- Cerrargyrite
Flexible
Apabila mineral dapat dilengkungkan kemana-mana dengan mudah.
Contoh :- Talc
- Gypsum
- Mika

Elastic
Dapat merenggang bila ditarik, dan kembali seperti semula bila
dilepaskan.
Contoh : - Muscovite
- Hematite
i. Berat Jenis ( Specific Gravity )
Berat jenis adalah angka perbandingan antara berat suatu mineral di
bandingkan dengan berat air pada volume yang sama.

BJ =
Dalam penetuan berat jenis dipergunakan alat-alat :
Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

77

1. Piknometer
2. Timbangan analitik
3. Gelas ukur
Untuk penentuan berat jenis ada 2 cara, yaitu :
Cara I :
Dengan mempergunakan gelas ukur dan timbangan analitik. Mineral
dimasukkan ke dalam gelas ukur yang telah diisi air, dan jumlah air telah
diketahui dengan pasti. Besarnya air yang tumpah atau kenaikan air pada
gelas ukur dapat dibaca.Berat jenis dapat diukur dengan berat mineral yang
telah ditimbang dibagi dengan volume air yang tumpah.

Cara II :
Dengan mempergunakan alat piknometer dan timbangan analitik

j. Rasa & Bau ( Taste & Odour )


Disamping dari sifat-sifat yang sudah dibahas diatas, beberapa mineral
mempunyai rasa dan bau.
Rasa ( taste ) hanya dipunyai oleh mineral-mineral yang bersifat cair :
1. Astringet

: rasa yang umum dimiliki oleh sejenis logam

2. Sweetist Astinget

: rasa seperti pada tawas

3. Saline
Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

: rasa yang dimiliki seperti garam


77

4. Alkaline

: rasa yang dimiliki seperti rasa soda

5. Bitter

: rasa seperti garam pahit

6. Cooling

: rasa seperti rasa sendawa

7. Sour

: rasa seperti asam belerang

Melalui gesekan dan penghilangan dari beberapa zat yang bersifat


volatile melalui pemanasan atau melalui penambahan suatu asam, maka
kadan-kadang bau ( odour ) akan menjadi cirri-ciri yang khas dari suatu
mineral.
1. Alliaceous

: Bau seperti bawang, proses pereaksi dati

aersenopirit akan menimbulkan bau yang khas


2. Horse Radish Odour : Bau dari lobak kuda yang menjadi busuk ( biji
selenit yang dipanasi )
3. Sulphurous

: Bau yang ditimbulkan oleh proses pereaksian

pirit atau pemanasan mineral yang mengandung unsure sulfide.


4. Bituminous

: Bau seperti bau aspal

5. Fetid

: Bau yang ditimbulkan oleh asam sulfide atau

bau busuk seperti telur busuk


6. Argiilaceous

: Bau seperti lempung basah, seperti serpentin

yang mengalami pemanasan, bau kalau pyrargillite


kadang raba ( feel) merupakan karakter yang penting. Ada beberapa
macam raba, misalnya : smooth ( sepioloite), greasy (talc)
Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

77

k. Sifat kemagnetan
Semua

mineral

mempunyai

sifat

magnetis,

meskipun

untuk

menunjukkannya dibutuhkan suatu alat khusus. Sebagian kecil dari


mineral dalam keadaan asli dapat ditarik oleh magnet baja yang kuat
dengan mudah. Mineral-mineral tersebut disebut magnetit (paramagnetit).
Misalnya : Magnetit, Pyrotit.
Dalam banyak hal, sifat magnetit mungkin berasal dari tenaga induksi
bumi, dimana induksi tersebut dari magnet yang sangat kuat.
Yang pelu dicatat pada praktikum mineralogi fisik ini adalah mineral yang
diselidiki apakah paramagnetit (magnetit) ataukah diamagnetit (nonmagnetit).
Paramagnetit (magnetit)
Mineral tersebut memiliki gaya tarik terhadap magnet.
Diamagnetit (non-magnetit)
Mineral tersebut memiliki gaya tolak terhadap magnet.
l. Derajat ketransparanan
Sifat transparan dari suatu mineral tergantung kepada kemampuan
mineral tersebut men-transmit sinar cahaya ( berkas sinar ). Sesuai dengan
itu, variasi jenis mineral dapat dibedakan atas :

Opaque mineral

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Mineral yang tidak tembus cahaya meskipun dalam bentuk helaian yang
amat tipis. Mineral-mineral ini permukaannya mempunyai kilauan
metalik dan meninggalkan berkas hitam atau gelap (logam-logam
mulia, belerang, ferric oksida ).

Transparant mineral
Mineral-mineral yang tembus pandang seperti kaca biasa ( batu-batu
kristal dan iceland spar ).

Translusent mineral
Mineral yang tembus cahaya tetapi tidak tembus pandang seperti kaca
frosted ( Calsedon, Gypsum, dan kadang-kadang Opal ).

Mineral-mineral yang tidak tembus pandang (non-transparant)


Dalam bentuk pecahan-pecahan (fragmen) tetapi tembus cahaya pada
lapisan yang tipis ( Feldspar, karbonat-karbonat dan silicon).
m. Nama Mineral dan Rumus Kimia
Dalam menentukan nama mineral dan rumus kimia dilakukan setelah
deskripsi diatas selesai. Caranya dengan mencocokkan diskripsi diatas
dengan table determinan yang telah disediakan di laboratorium.
Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

77

BAB III
ROCK FORMING MINERALS

III.I. DASAR TEORI


Pada dasarnya kulit bumi dibentuk oleh 99,98 % mineral yang terdapat
didalamnya. Mineral mineral tersebut disebut Rock Forming Mineral, dengan
mineral utama silika, terutama feldspar yang merupakan kelompok mineral penting.
Disamping itu pula ada mineral orthoklas dan microcleane.
Mineral-mineral yang penting dalam pembentukan kulit bumi adalah pada
Reaksi Bowen :
BOWEN REACTION SERIES

Discontinue series
Mg

Continue series
ANORTIT Ca 12000

OLIVIN

BITOWNIT

PIROKSIN

LABRADORIN
HORNBLENDE

ANDESIN
OLIGOKLAS

Fe

BIOTITE

ALBITE

Na

K FELDSPAR
MUSCOVIT
Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

77

QUARTZ

5700

Gambar 14. Bowens Reaction Series

Discontinous series
- Mineral yang terbentuk secara tidak terus-menerus. Pada suhu yang tinggi
terbentuk mineral Olivin. Kemudian suhu menurun terus-menerus hingga
terbentuk mineral Piroksine dimanan mineral Olivin sudah tidak terbentuk
lagi. Begitu seterusnya sampai terbentuk mineral Biotite.
- Didominasi oleh mineral-mineral Mafic (mineral Gelap)
Continue series
- Mineral terbentuk secara terus-menerus. Pada suhu yang tinggi terbentuk
mineral Anotnite (Plagioklas Ca). kemudian suhu menurun terus-menerus
hingga terbentuk mineral Bitownit, tetapi mineral Anotnite masih terbentuk.
Begitu seterusnya sampai terbentuk mineral Albite.
- Disebut juga dengan kelompok Plagioklas.
- Didominasi oleh mineral-mineral Felsik (mineral Terang). Sampai pada
suhu yang rendah 5700 mineral Biotite da Albite saling bertemu dan
terbentuklah mineral K Feldspar lalu Muskovite dan Quartz.
III.1.a Mineral Pembentuk Batuan
Mineral pembentuk batuan dapat dibedakan atas :

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

77

1. Felsik mineral
Ialah mineral yang tersusun dari mineral-mineral yang berwarna terang
dan cerah, serta mempunyai berat jenis kecil atau ringan.
Contoh : Quartz, Feldspar, Feldspatoid.
Quartz = Kuarsa (SiO2)
Sistem

: Hexagonal

B. J

: 2,56

Kekerasan : 7
Warna

: Jernih atau keruh bila terdapat bersama Feldspar,

sering terdapat inklusi dari gas, cairan atau mineral lain


didalamnya, yang merupakan unsur pengotor dan sangat
mempengaruhi warna pada kuarsa, sehingga dari warna yang
dirujukkan dapat memperkirakan derajat kemurnian dari kuarsa
tersebut.
Belahan

: Tidak punya

Pecahan

: Concoidal

Penggunaan: Bahan baku industri gelas dan semen


Feldspar
Dibagi dalam 2 golongan :
Alkali Feldspar, terdiri dari :
- Orthoclase
Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

77

- Anorthoclase
- Sanidine
- Mikroklin
- Adularia
Plagioclase, terdiri dari :
- Anorthite
- Bitownite
- Labradorite
- Andesine
- Oligoclas
- Albite
Praktikum megaskopis hanya dapat membedakan Alkali Feldspar
(didomonasi orthoklas dan plagioklas).

Orthoklas ( KalSi3O8 )
Merupakan Feldspar sumber utama dari unsur K di tanah.
B. J

: 2,6

Kekeasan

: 6

Warna

: Abu-abu kemerahan/ tidak berwarna

Sistem kristal : Monoklin, Prismatik, memanjang atau sejajar atau


membutir dan massif.

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Kilap

: Vitrous luster dengan kenampakan transparan atau


translucent.

Penggunaan

: Bahan dasar industri keramik

Plagioklas (NaCaAl2Si3O8)
Dalam penentuan Albite sampai Anorthite, volume prosentase
100% dari An + Ab. Jadi antara Albite sampai Anorthite
merupakan anggota Isomorphorus series.
Sistem kristal : Triklin
B.J

: Albite = 2,26; Anorthite = 2,276

Kekerasan

:6

Warna

: Kekuning-kunungan, putih dan merah

Belahan

: lembaran

Feldspatoid
Mineral ini juga pengganti Feldspar oleh karena terbentuk, bila
dalam sebuah batuan tidak cukup terdapat SiO 2 bebas, mineral
feldspatoid tidak dibentuk karena yang akan terbentuk adalah
feldspar.
Mineral yang termasuk dalam Feldspatoid :
-

Nefeline

(KNaAl2Si2O4)

Leucite

(KAlSi2O6)

Sodalite

(Na4Al3Si3O12)

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Scapolite (Ca4(Al2Si2O8)3(CO3))

Cancrinite (Na3Ca(Al3Si3O12)CO3(OH2))

Analcite

(Na(AlSi2O6)H2O)

2. Mafik mineral
Ialah mineral yang tersusun dari mineral-mineral yang berwarna gelap,
mempunyai berat jenis besar atau berat.
Contoh : Olivin, Piroksen, Ampibhol, Mika.
Olivin
Merupakan mineral campuran antara Mg2SiO4 (Fosterite) dengan
Fe2SiO4 (Fayalite)dalam hal ini Mg lebih dominan dari Fe.
B. J

: 3,27 - 4,27

Kekerasan

: 5,50 7,00

Kilap

: Vitreous Luster

Umumnya terdapat alam batuan beku basa. Contoh : Gabro,


Basalt, Peridotite, Dunite.
Kelompok Piroksen
Merupakan kelompok mineral silikat komplek dan mempunyai
hubungan erat dalam struktur kristal, sifat-sofat fisik dan komposisi
kimia walaupun mereka mengkristal dalam dua system yang berbeda,
yaitu Orthorombic dan Monoklin.

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Unsur-unsur yang lebih lengkap dari Piroksen mungkin sebagai


contoh adalah :
- Orthopiroksen Mg, Fe+2 Fe+3Al(SiAlO3)2
- Diopside Hedenbregite CaMgFe(SiO3)2
- Aufite (CaMgFe+2)(MgFe+2AlFe+3)(SiAlO3)2
Dala petrologi biasanya secara megaskopis disebut saja Piroksen
dengan cirri warna hijau sampai hijau kehitaman, mempunyai
belahan dengan sudut lebih kurang 900.
Ampibole
Ampibole mungkin dapat dibagi menjadi lima seri yaitu
Antopylite,Cumingtonite-Qrunerite,TremoliteActinolite, Aluminian
ampibolite sodic amphibole. Struktur amphibole adalah tetrahedral
SiO4 dan struktur rantai ganda dan menghasilkan rasio Si : O = 4 : 11
pengganti 1 : 3 rantai tunggal.
Secara megaskopis untuk amphibole disebut juga Hornblende
dengan variasi hitam, colkat, hijau dan mempunyai belahan
membentuk sudut 540 dan 1260. Amphibole dan piroksen mempunyai
persamaan dalam batuan beku yang bersifat basa, dengan perbedaan
adalah :
Amphibole : - Komposisi kimianya mengandung OH.
- Kristalnya panjang/prisnatik.

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

77

- Belahan membentuk sudut 1240.


Piroksen : - Komposisi kimianya tidak mengandung OH.
- Kristalnya lebih pendek.
- Belahan bediri saling tegak lurus.

Kelompok Mika
Struktur mika adalah Tetrahedran dalam lembar-lembar, tiap SiO 4
memiliki 3 oksigen dan 1 oksigen bebas. Struktur lembar direfresikan
oleh belahan bawah pada semua mika adalah elastisitas dan dapat
dibedakan dengan. Chorite dan Brittle.

Dari analisis kimia batuan telah membuktikan bahwa hanya beberapa unsur
saja yang bertanggung jawab membentuk kerak bumi. Empat orang ahli mengadakan
analisis kimia sebanyak 5159 batuan, yaitu oleh : Washington, Nigli, Clarke, Daly
dengan unsur-unsur yang ada dalam kerak bumi:
- Oksigen ( O ) 46,6 %

- Kalium ( K )

- Silikon ( Si )

- Magnesium ( Mg ) 2,1 %

27,7 %

- Aluminium ( Al ) 8,1 %
- Besi ( Fe )

- Unsur lain

2,6 %

1,5 %

5,0 %

- Kalsium ( Ca ) 3,6 %
- Natrium ( Na )

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

2,8 %

77

BAB V
KESIMPULAN

Cabang-cabang ilmu geologi antara lain : Kristalografi dan Mineralogi,


semuanya saling berhubungan dan saling melengkapi satu sama lain. Ilmu-ilmu
yang lain juga menjadi dasar atau pedoman.

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Dari hasil praktikum kristalografi yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam kristalografi, unsur yang paling penting adalah penentuan sistem.
Penentuan 7 sistem kristalografi didasarkan pada :
a. Jumlah sumbu kristalografi.
b. Perbandingan panjang sumbu-sumbu kristalografi.
c. Letak atau posisi sumbu kristalografi.
d. Nilai sumbu c.
2

Tujuh sistem kristalografi, yaitu :


1. Sistem Reguler.
2. Sistem Tetragonal.
3. Sistem Hexagonal.
4. Sistem Trigonal.
5. Sistem Orthorombik.
6. Sistem Monoklin.
7. Sistem Triklin.

3. Dalam kristalografi penentuan simbol bentuk berdasarkan pada penentuan


simbol Weiss dan Miller.
4. Penentuan klas simetri berdasarkan Herman Mauguin (Hm) dan
Schoenfish (Sc).

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Dari hasil praktikum mineralogi fisik dan kimiawi yang telah dilakukan, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Mineral-mineral umumnya terbentuk mengikuti empat cara, yaitu :
- Larutan
- Magma
- Sublimasi
- Metamorfisme.
2. Warna asli dari element-element utama mineral merupakan warna yang
tetap dan karateristik. Sedangkan warna karena adanya campuran dan
pengotor merupakan warna yang berubah-ubah.
3. Dalam mineralogi fisik yang diselidiki adalah :
- warna (Colour)
- perawakan kristal (Crystal Habit)
- kilap (Luster)
- kekerasan (Hardness)
- gores (Streak)
- belahan (Cleavage)
- pecahan (Fracture)
- daya tahan terhadap pukulan (Tenacity)
- berat jenis (Spesific Gravity)
- rasa dan bau (Taste and Odour)

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

77

- kemagnetan
- derajat ketransparan
- nama mineral dan rumus kimia
4. Perbedaan sifat-sifat fisik mineral sangatlah penting untuk dikuasai,
karena dapat digunakan untuk menentukan jenis/nama suatu mineral.
Jumlah mineral yang sangat banyak itu dapat dikelompokkan menurut
unsur-unsur yang dikandungnya, yaitu :
a. Mineral Silika
b. Mineral Oksida
c. Mineral Sulfida
d. Mineral Sulfat
e. Mineral Karbonat
f. Mineral Native Element
g. Mineral Metamorf
5. Praktikum mineralogi kimiawi bertujuan untuk :
- Mengetahui sifat-sifat kimia yang penting dari setiap mineral dengan
metode yang sesuai.
- Melengkapi ata yang diperoleh dari penyelidikan secara fisis.

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

77

BAB VI
KRITIK DAN SARAN

Dengan berakhirnya acara Praktikum Kristalografi dan Mineralogi ini,


praktikan inigin mengajukan beberapa kritik dan saran, besar harapan
meningkatkan kualitas dan kemampuan praktikan di masa yang akan datang.
Kritik dan saran tersebut tercantum di bawah ini :

a. Saat

praktikum

saya

mengharapkan

kepada

assisten

untuk

lebih

memperhatikan mahasiswa saat melakukan praktikum seperti penyediaan


modul dan lain sebaginya.
Nama : Okta Friansyah Kurniawan
NIM : 101.101.030
Kel : B

77

b. Saya

berharap

praktikum

lebih

diperbanyak

lagi

jangan

hanya

dilaboratorium saja tapi dilapangan juga sangat penting.


c. Mineral atau bahan yang ada dilaboratorium untuk didiskripsi saya rasa masih
sangat kurang.
d. Saat berjalannya praktikum saya mengharapkan agar assisen menjelaskan
dengan lebih terperinci lagi agar mahasiswa banyak yang lebih paham.

Semoga kritik dan saran saya ini dapat dipertimbangkan oleh para assisten
supaya praktikum lebih berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Danisworo. C. Prof. Dr. Ir. M.Sc, Suprapto. Ir . MT. 2007. Buku Panduan
Mineralogi. Laboratorium Mineralogi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi
Mineral UPNVYogyakarta.

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Danisworo. C. Prof. Dr. Ir. M.Sc, Suprapto. Ir . MT, Staff Asisten Mineralogi. 2007.
Modul Praktikum Kristalografi & Mineralogi. Laboratorium Mineralogi Jurusan
Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPNVYogyakarta.

Noor, D., 2008. Pengantar Geologi, Universitas Pakuan, Bogor

Endarto, danang, 2005. pengantar geologi dasar, Lembaga Pengembangan


Pendidikan, Surakarta

Nandar Asikin. 1998. Buku Penuntun Kuliah Lapangan Geologi Bayat. Yogyakarta:
UPN veteran Yogyakarta.

Kartono, F. susanto. 1996. Petunjuk Praktikum Petrologi. Yogyakarta : UPN


veteran Yogyakarta

Agustiawan, yuni. 2006. Laporan Resmi Peraktikum Petrologi dan Mineralogi.


Yogyakarta : UPN veteran Yogyakarta

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

77

LAMPIRAN

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

77

Nama : Okta Friansyah Kurniawan


NIM : 101.101.030
Kel : B

77

You might also like