Professional Documents
Culture Documents
Defenisi
Xerophthalmia berasal dari bahasa latin, berarti mata kering, karena terjadi
kekeringan pada selaput lendir (konjunctiva) dan selaput bening (kornea) mata.
Kekeringan berlarut-larut menyebabkan konjungtiva menebal, berlipat-lipat, dan
berkerut. Xerophthalmia merupakan penyakit mata yang diakibatkan oleh defisiensi
(kekurangan) vitamin A.
Etiologi
Xerophthalmia terjadi akibat tubuh kekurangan vitamin A, yanga dapat disebabkan :
1. Konsumsi makanan yang tidak mengandung cukup vitamin A atau pro vitamin A
untuk jangka waktu yang lama.
2. Bayi tidak diberikan ASI eksklusif.
3. Bayi mengalami BBLR (Berat Bayi Lahir rendah).
4. Ibu hamil dan ibu menyusui mengalami Kekurangan Vitamin A (KVA).
5. Menu yang disajikan tidak seimbang (kurang mengandung lemak essensial,
protein, zinc, dan zat gizi lainnya) yang sangat dibutuhkan untuk penyerapan dan
penggunaan vitamin A dalam tubuh.
6. Menderita penyakit-penyakit yang mengganggu penyerapan vitamin A dan pro
vitamin A, seperti penyakit pankreas, diare kronik, Kurang Energi Protein (KEP)
dan lain-lain.
7. Kerusakan organ hati (pada penderita kwashiorkor dan hepatitis kronis), sehingga
berakibat terjadi gangguan pembentukan RBP (Retinol Binding Protein) dan prealbumin yang penting untuk penyerapan vitamin A.
Klasifikasi
WHO mengklasifikasikan tanda-tanda dan gejala klinis Xerophthalmia sebagai berikut.
5. X3A : Keratomalasia (ulserasi kornea < 1/3 permukaan kornea), tandanya kornea
melunak seperti bubur dan dapat terjadi ulkus.
7. XS : jaringan parut kornea, tandanya kornea mata menjadi putih atau bola mata
mengecil. Apabila luka pada kornea sembuh, maka meninggalkan bekas berupa
jaringan parut.
1. Pemeriksaan Fisik
Terdapat bercak putih seperti busa sabun atau keju terutama di daerah celah mata
sisi luar. Seluruh permukaan konjungtiva tampak kering. Konjungtiva tampak
menebal, berlipat dan berkerut dan mata tampak bersisik. Pemeriksaan mata juga
dapat dilakukan untuk melihat tanda Xeroftalmia dengan menggunakan senter
yang terang. (Bila ada, menggunakan loop).
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendukung diagnose kekurangan
vitamin A, bila secara klinis tidak ditemukan tanda-tanda khas KVA, namun
hasil pemeriksaan lain menunjukkan bahwa anak tersebut risiko tinggi untuk
menderita KVA.
b. Pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan serum retinol. Bila
ditemukan serum retinol < 20 ug/dl, berarti anak tersebut menderita KVA sub
klinis.
c. Pemeriksaan laboratorium lain dapat dilakukan untuk mengetahui penyakit lain
yang dapat memperparah seperti pada :
1) pemeriksaan darah malaria
2) pemeriksaan darah lengkap
3) pemeriksaan fungsi hati
4) pemeriksaan radiologi untuk mengetahui apakah ada pneumonia atau TBC
5) pemeriksaan tinja untuk mengetahui apakah ada infeksi cacing serta
6) pemeriksaan darah yang diperlukan untuk diagnosa penyakit penyerta.
Pengobatan
Pengobatan dapat dilakukan dengan dua cara: mengobati gejala dan mengobati
defisiensi vitamin. Pengobatan gejala biasanya meliputi penggunaan air mata buatan
berupa tetes mata, dan memakai kacamata ketika berada di luar rumah. Defisiensi
vitamin A dapat dicapai dengan pemberian vitamin A dengan dosis :
1. 200.000 IU Vitamin A secara oral atau 100.000 IU Vitamin A injeksi.
2. Hari berikutnya, berikan 200.000 IU Vitamin A secara oral
3. 1 2 minggu berikutnya, berikan 200.000 IU Vitamin A secara oral
Untuk profilaksis pemberian vitamin A, WHO merekomendasikan sebagai berikut.
1. Bayi 6-12 bulan dan setiap anak dengan berat kurang dari 8 kg : 100.000 IU
peroral setiap 3-6 bulan.
2. Anak di atas 1 - 6 tahun : 200.000 IU peroral setiap 6 bulan.
3. Bayi berusia <6 bulan, yang tidak disusui : 50.000 IU peroral harus diberikan
sebelum mereka mencapai usia 6 bulan.