Professional Documents
Culture Documents
Dalam kesempatan kali ini puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas
rahmat, nikmat, karunia dan hidayah-Nya, dan tidak lupa sholawat serta salam yang
senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarganya serta para sahabatnya,
laporan kasus yang berjudul Sepsis pada Pasien Post Operatif Laparotomi atas indikasi
Peritonitis et causa Perforasi Gaster di Unit Perawatan Intensif dapat diselesaikan.
Penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada dr. Sri
Sunarmiasih, Sp.An, KIC selaku pembimbing yang dengan penuh dedikasi, kesabaran dan
keikhlasan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing penulis sehingga
hambatan dalam penulisan laporan kasus ini dapat teratasi.
Penulis juga ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada nyonya R dan keluarga atas
partisipasi dan kerjasamanya yang memperbolehkan pelaporan kasus ini berlangsung dengan
baik dan lancar. Atas hal tersebut penulis ucapkan terimakasih.
Penulis menyadari bahwa tulisan dalam laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mohon maaf apabila terdapat kekurangan pada laporan
kasus. Penulis juga mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari semua pihak agar
menjadi lebih baik. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
kemajuan ilmu pengetahuan khususnya kedokteran dikemudian hari.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI 2
BAB I LAPORAN KASUS 3
A. Identitias Pasien 3
B. Status Pasien
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi
1. Peritoneum 8
B. Penyakit
10
1. Perforasi Gaster
2. Peritonitis
11
3. sepsis 14
C. Unit Perawatan Intensif
8
8
10
20
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama
TTL
Usia
No. RM
Alamat
Agama
Suku
Pekerjaan
Pendidikan Terakhir
Tanggal Masuk
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
R
9 Desember 1958
56 Tahun
412685
Rempoa
Islam
Jawa
Rabu, 25 Februari 2015
B. Status Pasien
1. Anamnesis
a) Keluhan Utama
c) Tanda Vital
35,80C
d) Berat badan
: 80 Kg
e) Tinggi badan
: 150 Cm
f) Status Generalis :
1) Kepala
:
(a) Mata
: Anemis -/-, Ikterik -/(b) Hidung : Septum di bagian tengah, hiperemis -/-, secret -/-,
terpasang NGT (+)
(c) Mulut
: Bibir tampak kering, mukosa (-) lesi
2) Leher
: KGB tidak membesar
3) Thorax
:
Terpasang CVC di clavicular dextra
(a) Pulmo : Inspeksi = Bentuk Normochest, Simetris kanan=kiri,
(b) Cor
4) Abdomen
perut kiri.
(b) Auskultasi
: BU (+)
(c) Perkusi
: (+) nyeri saat perkusi, suara timpani
(d) Palpasi
: (+) nyeri tekan.
5) Extremitas
: Edema tungkai -/-, Akral hangat, CRT < 2 detik
3. Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium
Tanggal 18-01-2015
Jenis Pemeriksaan
Hematologi
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
Koagulasi
Waktu Protrombin
Hasil
Nilai Rujukan
10*
31*
3.3*
16420*
328.000
92
30
33
13 18 g/dL
40 52%
4.3 6.0 juta / UL
4.800 10.800 /UL
150.000 400.000 / UL
80 96 fL
27 32 pg
32 36 g/dL
Kontrol
Pasien
APTT
Kontrol
Pasien
Kimia Klinik
SGOT
SGPT
Analisa Gas Darah
pH
pCO2
pO2
Bikarbonat (HCO3)
Kelebihan Basa (BE)
Saturasi O2
Ureum
Kreatinin
Kalsium (Ca)
Magnesium (Mg)
Glukosa Darah (Sewaktu)
Natrium (Na)
Kalium (K)
Klorida (Cl)
Laktat
Imunoserologi
Procalcitonin
12.0
14.0*
Detik
10.2 12.2 detik
34.5
36.9
Detik
29.0 40.2 detik
9
21
< 35 U/L
< 40 U/L
7.308*
28.5*
66.5*
14.4*
-9.6
89.9*
66*
1.0
7.2*
1.43*
62
141
4.3
105
3.00
7.37 7.45
33 44 mmHg
71 104 mmHg
22 29 mmol/L
(-2) 3 mmol/L
94 98 %
20 50 mg/dL
0.5 1.5 mg/dL
8.6 10.3 mg/dL
1.8 3.0 mEq/L
< 140 mg/dL
135 147 mmol/L
3.5 5.0 mmol/L
95 105 mmol/L
0.55 2.2 mmol/L
>200.00 ng/ml*
b) Foto Thorax PA
Jantung kesan membesar
Aorta dan mediastinum superior tidak melebar
Trakea terletak di tengah, kedua hilus suram
Corakan bronkovaskular meningkat,
Tampak infiltrat di kedua lapang paru terutama sentral.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi
1. Peritoneum
a) Definisi : Merupakan membrane serosa tipis yang melapisi dinding abdomen,
kavitas pelvis, dan bagian visceral abdomen.
b) Lapisan :
1) Peritoneum Parietal :Melapisi dinding abdomen dan kavitas pelvis
2) Peritoneum Visceral :Melapisi organ visceral abdomen.
c) Ruang Peritoneum : Merupakan ruang diantara peritoneum parietal dan visceral.
Terdapat cairan didalam ruang ini yaitu cairan peritoneum yang berfungsi sebagai
pelumas pergerakan antara peritoneum parietal dengan peritoneum visceral.
Secara garis besar ruang peritoneum dapat dibagi menjadi dua :
1) Greater Sac : Merupakan ruang peritoneum yang besar dan terbentang dari
diafragma ingga ke pelvis. Ruang ini terletak disebelah anterior dari hepar dan
gaster.
2) Lesser Sac : Merupakan ruang peritoneum yang kecil dan terbentang
dibelakang hepar dan duodenum.
d) Omentum : Merupakan pertemuan dua lipatan peritoneum visceral yang
menghubungkan gaster ke organ visceral lainnya. Dibagi menjadi dua :
1) Omentum mayus : Terletak pada kurvatura mayor gaster, menghubungkan
gaster dengan kolon transversum. Omentum mayus terbentang dari kurvatura
mayor lalu menjuntai kebawah didepan usus halus lalu melipat ke belakang
untuk melekat ke kolon transversum. Batas bawah, kanan, dan kiri omentum
tidak terikat dan bergerak di dalam kavitas peritoneal sebagai respon terhadap
gerakan peristaltic.
2) Omentum minus : Terletak pada kurvatura minor gaster, menghubungkan
kurvatura minor gaster dengan permukaan inferior hepar.
e) Mesenterium : Merupakan pertemuan dua lipatan peritoneum visceral yang
menghubungkan usus dengan dinding abdomen posterior. Dibagi menjadi tiga :
1) Mesenterium usus halus
2) Mesenterium kolon transversum
3) Mesenterium kolon sigmoid
f) Fisiologi Peritoneium
Peritoneum memiliki rongga antara lapisan parietal dan visceral yang diisi oleh
cairan yang disebut cairan peritoneum. Cairan ini berwarna kuning pucat dan
kental, dimana cairan ini mengandung leukosit. Cairan peritoneum disekresikan
oleh peritoneum dan berfungsi dalam memastikan pelumasan antara lapisan
peritoneum parietal dan visceral sehingga tidak terjadi friksi. Cairan ini akan
diserap oleh ruang peritoneum subfrenikus.
Peritoneum juga berfungsi dalam imunitas terhadai infeksi. Peritoneum yang
melapisi usus akan melekat ke organ viscera yang mengalami infeksi untuk
melokalisir infeksi dengan cara berlekatan dengan permukaan peritoneum lain
disekitar focus infeksi. Fungsi ini dilakukan oleh omentum mayus dimana batasbatas omentum mayus yang tidak berikatan dapat melekat pada area sekitar focus
infeksi visceral dengan bantuan gerakan peristaltic usus.
B. Penyakit
1. Perforasi Gaster
a) Definisi
adalah penyakit yang disebabkan oleh komplikasi serius dari penyakit ulserasi
peptik
b) Etiologi
perforasi gaster tidak lepas dari komplikasi akut dari ulkus gaster. Dimana
penyebab dari ulkus gaster yaitu :
1) Infeksi Helicobakter pylori
2) Obat obatan (OAINS, Kortikosteroid)
3) Gaya hidup
4) Stres psikologi
5) Cedera tembus yang mengenai dada bagian bawah atau perut
c) Patofisiologi
Lapisan mukus lambung yang tebal merupakan garis depan pertahanan terhadap
autodigesti. Helicobacter pylori dan OAINS menyebabkan adanya perubahan
fisiologi lambung yang dapat mempermudah terjadinya degradasi mukus oleh
pepsin sehingga mengubah permeabilitas sawar epitel gaster. Hal ini
menyebabkan difusi balik asam klorida yang akhirnya menyebabkan histamin
terstimulasi untuk dikeluarkan. Keadaan ini menyebabkan adanya sekresi asam
lambung dan pepsin lebih lanjut. Dan bila hal ini berlangsung terus menerus akan
menyebabkan terjadinya perluasan kerusakan submukosa dan muskularis (tukak
gaster). Dan bila masih terus berlanjut maka akan terjadi perforasi gaster.
d) Gejala Klinis :
1) Nyeri seperti ditikam di regio epigastrium fase akut
2) Nyeri subyektif dirasakan pada saat bergerak
3) Bila telah terjadi peritonitis bakteria suhu badan akan naik, takikardia,
hipotensi, tampak letargik.
4) Defans muskuler kemungkinan besar sudah terjadi perforasi sehingga
menyebabkan peritonitis.
e) Diagnosis
1) Nyeri obyektif nyeri ketika digerakkan (misalnya : saat di palpasi), nyeri
tekan lepas (+), nyeri tekan saat colok dubur.
2) Defans muskuler
3) Peristaltis usus menurun sampai hilang
4) Laboratorium : Hb, Leukosit meningkat, Ht meningkat
f) Terapi
1) Resusuitasi cairan
2) Pipa nasogastrik
3) Kateter Foley
4) Antibiotik broad-spectrum
5) Eksplorasi laparotomi
g) Komplikasi
1) Peritonitis
2) Fistula gastro kolik
2. Peritonitis
a) Definisi
Keadaan terjadinya inflamasi membrane serosa yang melapisi kavitas abdominal
beserta organ yang diliputnya
b) Klasifikasi
1) Peritonitis Lokal
(a) Peradangan terbatas pada suatu daerah
(b) Terdapat defans muscular di bagian abdomen yang mengalami peradangan
2) Peritonitis Umum / Difus
(a) Peradangan tersebar pada seluruh abdomen dan terdapat nyeri tekan dan
nyeri lepas difus
(b) Terdapat defans muscular di seluruh lapang abdomen
c) Etiologi
1) Berdasarkan jenisnya :
(a) Peritonitis primer
Peritonitis Bakterial Spontan merupakan infeksi bacterial akut cairan
ascites. Kontaminasi ini diakibatkan oleh translokasi bakteri dari dinding
abdomen atau pembuluh limfatik mesenterium atau akibat penyebaran
hematogenik. Gangguan ini muncul sebagai komplikasi dari penyakitpenyakit yang menyebabkan asites. Gangguan ini diakibatkan oleh infeksi
monomikroba, paling sering diakibatkan oleh bakteri Gram-negatif E.coli
(40%).
(b) Peritonitis sekunder
Diakibatkan oleh perforasi organ abdomen, seperti :
- Appendisitis perforasi
- Perforasi gaster
- Ulkus duodenum
- Perforasi sigmoid akibat diverticulitis, volvulus, atau kanker
- Strangulasi usus besar
Patogen peritonitis sekunder :
3. Sepsis
a) Definisi
Sepsis adalah sindrom klinis yang disebabkan respon infl amasi terhadap
infeksi. Adalah kumpulan gejala akibat respons sistemik terhadap inflamasi
(Systemic Inflammatory Respons Syndrome = SIRS) akibat infeksi.
b) Etiologi
Berdasarkan urutan yang paling tersering yaitu :
1) Aerob Gram Negatif
2) Aerob Gram Positif
3) jamur
4) Parasit
5) Virus
c) Patofisiologi
.
d) Gejala Klinis :
1) Suhu tubuh > 38,3o C atau < 36o C.
2) Frekuensi nadi yang lebih dari 90 kali per menit.
3) Frekuensi pernapasan lebih tinggi dari 20 kali per menit.
4) Lemah, malaise, gelisah
e) Diagnosis
1) Suhu tubuh >38O C atau <36O C
2) Denyut jantung > 90x/menit
3) Pernafasan > 20x/menit atau PaCO2 < 32 mmHg
4) Leukosit > 12.000 atau < 4000/mm3
5) Ada bukti infeksi atau suspek infeksi.
6) Laktat 4 mmol / liter
7) Procalcitonin > 2
8) Sistol <90mmHg, MAP <70
f) Terapi
untuk
menjamin
30%
tempat
diinginkan pada
pasien
dengan ALI/ARDS.
Pola
dengan
menggunakan
terapi
insulin
intensif.
menurunkan
yang
rendah
atau
pada
anakanak.
risiko
SSC
g/dl.
trombosit
dilakukan
bila
hitung
trombosit
secara statistik mempunyai prognosis jangka pendek jelek, dan yang tidak ada terapi
yang potensial untuk memperbaiki prognosisnya.
BAB III
ANALISA KASUS
Ny. R masuk ICU setelah laparotomi eksplorasi jahit primer perforasi + omental patch
atas indikasi peritonitis umum et causa perforasi gaster dengan hipokalsemia dan sepsis.
Pasien masuk ICU atas indikasi Leukosit > 100.000/mcl dengan tekanan darah sistolik yang
menurun <20mmHg dari tekanan darah normal (sebelumnya TD 140/90 mmHg), dan kadar
laktat yang meningkat sebesar 3,00 sehingga memerlukan pemantauan hemodinamik ketat.
Dari hasil anamnesa pasien mengeluh nyeri perut post operasi. Pasien masuk ICU
dengan kesadaran compos mentis dan keadaan umum nyeri sedang. Distensi abdomen, akral
dingin, TD 108/60mmHg, HR 96x/min, RR 16x/min, S 35,8oC.
Pada pemeriksaan lab didapatkan laktat 3,00 leukosit 16.420/mm3 procalcitonin
>200.00 ng/ml sehingga pasien didiagnosia sebagai sepsis. Dari hasil pemeriksaan fisik
didapatkan nyeri abdomen saat di perkusi dan nyeri tekan (+), terdapat drain di perut kanan
dan kiri, nyeri yang dirasakan kemungkinan karena peritonitis yang terjadi sebelum Ny.R
dioperasi ataupun karena terdapat jahitan yang masih basah.
Kemungkinan besar perforasi gaster yang dialami Ny. R diakibatkan karena pola makan
Ny. R yang tidak teratur dan sering meminum obat tanpa resep dokter (kemungkinan
merupakan obat AINS) yang menyebabkan terjadinya peningkatan kadar asam lambung.
Pasien yang mengaku sering nyeri perut di regio epigastrium tetapi tidak pernah diobati dan
kemungkinan adanya bakteri H. pylori di gaster meningkatkan derajat keparahan keadaan
lambung yang semakin asam sehingga lambung mengalami kerusakan / ulkus
berkepanjangan / meluas. Hal ini menyebabkan terjadinya perforasi gaster dan menimbulkan
komplikasi lebih lanjut. Peritoneum akhirnya terkontaminasi bakteri yang kelamaan akan
mengalami penyebaran infeksi sampai ke peritoneum sehingga terjadi peritonitis umum yang
memiliki tanda defans muskular (+) di seluruh lapang abdomen saat pemeriksaan fisik di
IGD.
Lanjutan dari komplikasi peritonitis yang terjadi pada Ny. R adalah kondisi sepsis.
Diagnosa sepsis ditegakan dari suhu tubuh < 36oC, HR > 90x/min, Leukosit > 12.000/mm3,
laktat > 2.2 mmol/L, dan procalcitonin >2 ng/mL dimana terdapat > 2 gejala SIRS dan
adanya kecurigaan infeksi.
Sesuai diagnosis sepsis maka penatalaksanaan pada pasien ini mengikuti Surviving
Sepsis Campaign dimana dalam 6 jam pertama dilakukan resusitasi awal (6 hour bundle)
yang meliputi resusitasi hemodinamik, pemberian antibiotik dan identifikasi juga kontrol
penyebab.
Pada pasien ini diberikan resusitasi cairan yaitu IVFD RL : Dextrose 5% (2:2) 40
ml/jam, gelofusin 40 ml/jam, dengan target CVP 8-12mmHg, MAP > 65 mmHg atau < 90
mmHg, urine output > 0,5 cc/kg/jam dan Sat vena sentral (ScvO 2) > 70% juga kultur darah
untuk mendapatkan etiologi dari sepsis. Sehingga dilakukan pemasang CVC pada Ny. R
untuk mengukur CVP dan saturasi vena sentral. Diketahui CVP +14 cmH 2O (normal : 2 6
mmHg atau 5 10 cmH2O ), urine output 50-150 cc (> 40 cc).
Pasien juga diberikan terapi obat antibiotik diberikan Amoxicillin 2xlarutan IV,
Clarithromycin 2x500mg PNGT yang merupakan antibiotik spektrum luas. Pemasangan
drainase di abdomen juga merupakan salah satu penatalaksanaan untuk menghilangkan
sumber infeksi.
Karena pada pasien ini terdapat hipokalsemia maka diberikan Ca gluconas 3xlarutan IV.
MgSO4.diberikan karena terjadi penurunan kadar Mg pada Ny. R. Ketorolac 3x30 mg IV
diberikan untuk nyeri (+) yang dirasakan Ny.R. Omeprazol diberikan untuk proteksi diri
gaster Ny. R. Pasien juga diberikan sungkup O2 untuk menjaga saturasi O2 tetap baik.
DAFTAR PUSTAKA
-
https://www.facs.org/~/media/files/education/patient%20ed/app.ashx
http://emedicine.medscape.com/article/180234-overview
http://emedicine.medscape.com/article/195537-overview
Harrison
Ilmu Penyakit Dalam
Snell Clinical Anatomy