You are on page 1of 24

Analisis Masalah dan Learning Issue

Skenario D Blok 15

Nama : Monica Trifitriana


Nim : 04011381320042
Kelas : B
Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya

ANALISIS MASALAH
1. Tn. Budi , umur 63 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan sulit berjalan kerana
kelemahan lengan dan tungkai kanan kira-kira 1 jam sebelumnya pada saat bangun
dari tidur.
a) Bagaimana anatomi dan fisiologi kepala?
Terlampir pada Learning Issue
2. Tn. Budi mengeluh mulut mengot dan bicara pelo.
a) Bagaimana etiologi mulut mengot dan bicara pelo?

Penyebab dari mulut mencong, yaitu:


a. Sering tidur di lantai dengan pipi langsung bersentuhan dengan lantai
b. Sering terpapar angin/udara dingin
c. Terdapat tumor pada N. facialis
d. Terdapat kelemahan otot sekitar bibir
e. Kencing manis
f. gangguan kolesterol
g. kurang darah (khususnya suplai darah ke N. Cranialis VII)
h. gangguan peredaran darah
Semua penyebab-penyebab tersebut berhubungan dengan adanya lesi/gangguan
pada nervus cranialis VII

Penyebab dari Bicara pelo


a. Terdapat tumor pada nervus cranialis XII
b. Kurangnya aliran darah yang menyuplai nervus cranialis XII
c. Kerusakan otak
d. Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO) (Cerebrovascular accident (CVA) )
(stroke) Karena trombosis, emboli atau pendarahan,
e. Sistem saraf diserang virus (misalnya poliomyelitis) atau prion (penyakit
Creutzfeldt-Jacob)
Semua

penyebab-penyebab

tersebut

berhubungan

dengan

adanya

lesi/gangguan pada nervus cranialis XII


b) Bagaimana mekanisme mulut mengot dan bicara pelo?
a. Mulut mengot
Diawali dengan adanya sumbatan pada arteri yang menyuplai darah ke otak (a.
cerebri media)

menyebabkan sel-sel saraf di otak kekurangan sumber oksigen

dan nutrisi (terutama di area korteks motorik)

hal ini menyebabkan

terganggunya aliran impuls saraf dari UMN ke LMN yang diperantarai oleh
traktus piramidalis

yang menimbulkan gangguan pada nervus fascialis

(karena N. fascialis berhubungan dengan traktus kortikospinal lateral)


akibatnya otot-otot yang di persarafi oleh N. fascialis mengalami kelamahan
(otot-otot ekspresi wajah

seperti

musculus

auricularis,

stapedius,

venter posterior musculus digastricus dan musculus stylohyoideus)

hal ini

yang menyebabkan terjadinya mulut mengot

b. Bicara pelo
Diawali dengan adanya sumbatan pada arteri yang menyuplai darah ke otak (a.
cerebri media)

menyebabkan sel-sel saraf di otak kekurangan sumber oksigen

dan nutrisi (terutama di area korteks motorik)

hal ini menyebabkan

terganggunya aliran impuls saraf dari UMN ke LMN yang diperantarai oleh
traktus piramidalis

yang menimbulkan gangguan pada nervus hypoglossus

(karena N. hypoglossus berhubungan dengan traktus kortikospinal lateral)

akibatnya otot-otot yang di persarafi oleh N. hypoglossus mengalami kelamahan


(muskulus stiloglosus, hipoglosus, genioglosus longitudinalis inferior dan
genioglosus longitudinalis superior)
gangguan pada bicara

hal ini yang menyebabkan terjadinya

Bicara pelo

3. Pemeriksaan neurologis
Pada pemeriksaan nervi kraniales:
Nervus VII tampak mulut mengot ke kiri, lipatan nasolabialis kanan datar, tidak
ada lagophtalmus, dan kerut dahi simetris
Nervus XII bicara pelo dan lidah deviasi ke kanan

Pada pemeriksaan fungsi motorik:


Kekuatan otot ektremitas atas 4/5, ektremitas bawah 4/5
Refleks fisiologi ektremitas kanan meningkat
Refleks patologis babinsky (+) pada kaki kanan
a) Bagaiman interpretasi dari pemeriksaan neurologis?
No
.
1.

Nervus

Pemeriksaan Nervi Nilai

Facialis

craniales
Mulut mengot

Mulut

Lipatan nasolabialis

ke kiri
Lipatan

Nilai
Normal
mengot simetris
Garis

2.

Hypoglosus

nasolabialis

terlihat

lagophatalmus
Kerut dahi
Bicara

kanan datar
negatif
simetris
Bicara pelo

negatif
simetris
Tidak pelo

Lidah deviasi

Lidah deviasi ke simetris

s
kanan
NO.
1.

Pemeriksaan Neurologis nilai


Kekuatan otot
Ektremitas

Nilai normal
atas Ektremitas

4/5
Ektremitas

atas 5/5

Ektremitas

bawah 4/5

2.

bawah 5/5
fisiologi Reflex fisiologi Tidak

Reflex
ekstremitas

ekstremitas

meningkat

Kanan
3.

Reflex

meningkat
patologis Positif

Negative

babinsky
b) Bagaimana mekanisme normal dan abnormal dari pemeriksaan neurologis?
Mekanisme normal dan abnormal:
Pemeriksaan nervi craniales
a. Mulut mengot ke kiri
Diawali dengan adanya sumbatan pada arteri yang menyuplai darah ke otak (a.
cerebri media)

menyebabkan sel-sel saraf di otak kekurangan sumber oksigen

dan nutrisi (terutama di area korteks motorik)

hal ini menyebabkan

terganggunya aliran impuls saraf dari UMN ke LMN yang diperantarai oleh
traktus piramidalis

yang menimbulkan gangguan pada nervus fascialis

(karena N. fascialis berhubungan dengan traktus kortikospinal lateral)


akibatnya otot-otot yang di persarafi oleh N. fascialis mengalami kelamahan
(otot-otot ekspresi wajah

seperti

musculus

auricularis,

stapedius,

venter posterior musculus digastricus dan musculus stylohyoideus)

hal ini

yang menyebabkan terjadinya mulut mengot ke kiri.

b. Lipatan Nasolabialis kanan datar


Akibat dari lesi pada N. VII menyebabkan tidak terdapatnya lipatan nasolabialis.
c. Tidak ada lagophtalmus dan Kerut dahi simetris
Terjadi paralisis nervus fasialis central yang mengakibatkan paralisis
bagian wajah bawah (tidak termasuk dahi) yang letaknya berlawanan arah
(kontralateral) sehingga otot2 bagian atas wajah yang di inervasi oleh
supranuklear bilateral tidak mengalami kerusakan.
d. Bicara pelo
Diawali dengan adanya sumbatan pada arteri yang menyuplai darah ke otak (a.
cerebri media)

menyebabkan sel-sel saraf di otak kekurangan sumber oksigen

dan nutrisi (terutama di area korteks motorik)

hal ini menyebabkan

terganggunya aliran impuls saraf dari UMN ke LMN yang diperantarai oleh
traktus piramidalis

yang menimbulkan gangguan pada nervus hypoglossus

(karena N. hypoglossus berhubungan dengan traktus kortikospinal lateral)


akibatnya otot-otot yang di persarafi oleh N. hypoglossus mengalami kelamahan
(muskulus stiloglosus, hipoglosus, genioglosus longitudinalis inferior dan
genioglosus longitudinalis superior)
gangguan pada bicara

Bicara pelo

hal ini yang menyebabkan terjadinya

e. Lidah deviasi ke kanan


Adanya kerusakan pada N. XII mengakibatkan gerakan otot menjadi
terganggu. Bila lidah itu dijulurkan keluar akan tampak bahwa ujung lidah itu
memperlihatkan deviasi ke sisi yang sakit. Deviasi ujung lidah ke sisi yang sakit
timbul karena kontraksi M. genioglussus di sisi kontralateral (bila M.
genioglossus kanan dan kiri berkontraksi dan kedua otot itu sama kuatnya, maka
lidah itu akan dijulurkan lurus ke depan, Bila satu otot adalah lebih lemah dari
yang lainnya, maka akan timbul deviasi dari ujung lidah ke sisi otot yang
lumpuh).
Pemeriksaan fungsi motorik
a. Kekuatan otot ektremitas atas 4/5, ektremitas bawah 4/5
Derajat kekuatan otot
Derajat

Kekuatan Otot

Kekuatan normal

Pergerakan aktif terhadap gravitasi dan tekanan

Pergerakan aktif terhadap gravitasi tetapi tidak


terhadap tekanan

Pergerakan aktif tetapi tidak dapat melawan gravitasi

Hanya terdapat kedutan (flicker)

Tidak ada kontraksi

Hal ini menandakan otot ekstremitas atas bagian kanan memiliki nilai 4 yang
artinya Pergerakan aktif terhadap gravitasi dan tekanan, sedangkan pada otot
ektremitas bawah bagian kiri memiliki nilai 5, yaitu Kekuatan normal.
Hal ini menandakan otot ekstremitas bawah bagian kanan memiliki nilai 4 yang
artinya Pergerakan aktif terhadap gravitasi dan tekanan, sedangkan pada otot
ektremitas bawah bagian kiri memiliki nilai 5, yaitu Kekuatan normal.

Dari hasil yang didapatkan, terdapat kelemahan otot-otot ekstremitas yang


diakibatkan dari adanya kerusakan pada upper motor neuron, yang mempengaruhi
juga lower motor neuron sehingga terdapatnya kelemahan.
b. Refleks fisiologis kanan meningkat
Refleks-refleks fisiologis seperti : refleks peregangan otot yang muncul pada
stimulasi tendon, periosteum, tulang, persendia, fascia, atau aponeurosis. Peralatan yang
biasa digunakan ialah refleks-hammer. Sebuah refleks dapat diinterpretasikan sebagai
refleks yang negatif, menurun, normal, meningkat, atau hiperaktif. Kriteria secara
kuantitatif :
0

: tidak merespon

+1 : agak menurun, di bawah normal


+2 : normal, rata-rata/umum
+3 : lebih cepat dibanding normal, masih fisiologis (tidak perlu dianalisis dan
tindak lanjut)
+4 : Hiperaktif sangat cepat, biasanya disertai klonus, dan sering mengindikasikan
adanya suatu penyakit.

Disebabkan karena
c. Refleks patologis babinsky pada kaki kanan
Refleks patologis adalah refleks-refleks yang tidak dapat dibangkitkan
pada orang-orang sehat, kecuali pada bayi dan anak kecil. Pada orang dewasa
refleks patologis selalu merupakan tanda lesi Upper Motor Neuron (UMN).
Manifestasi lesi pada UMN biasanya berupa kelemahan atau kelumpuhan anggota
gerak yang bersifat spastik.
Refleks Patologis Babinsky
Goreskan ujung palu refleks pada telapak kaki pasien. Goresan di mulai pada
tumit menuju ke atas dengan menyusuri bagian lateral telapak kaki, kemudian
setelah sampai pada pangkal kelingking, goresan dibelokkan ke medial sampai
akhir pada pangkal jempol kaki. Refleks Babinsky positif jika ada respon
dorsofleksi ibu jari yang diserai pemekaran jari-jari yang lain.

c) Apa saja pemeriksaan neurologis yang lain?


Pemeriksaan neurologis terdiri dari reflex fisiologis dan reflex patologis, yaitu:

1. Reflek fisiologis
a. Reflek bisep:

Posisi:dilakukan dengan pasien duduk, dengan membiarkan lengan untuk


beristirahat di pangkuan pasien, atau membentuk sudut sedikit lebih dari

90 derajat di siku.
Identifikasi tendon:minta pasien memflexikan di siku sementara
pemeriksa mengamati dan meraba fossa antecubital. Tendon akan terlihat

dan terasa seperti tali tebal.


Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon

m.biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku.


Respon : fleksi lengan pada sendi siku

gambar 2 reflek bisep


b. Reflek trisep :

Posisi :dilakukan dengan pasien duduk. dengan Perlahan tarik lengan


keluar dari tubuh pasien, sehingga membentuk sudut kanan di bahu. atau

Lengan bawah harus menjuntai ke bawah langsung di siku


Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi

siku dan sedikit pronasi


Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku

gambar 3 reflek trisep


c. Reflek brachiradialis

Posisi: dapat dilakukan dengan duduk. Lengan bawah harus beristirahat

longgar di pangkuan pasien.


Cara : ketukan pada tendon otot brakioradialis (Tendon melintasi (sisi ibu
jari pada lengan bawah) jari-jari sekitar 10 cm proksimal pergelangan

tangan. posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi.
Respons: flexi pada lengan bawah dan supinasi pada siku dan tangan

gambar 4 reflek brachiradialis


d. Reflek patella

posisi klien: dapat dilakukan dengan duduk atau berbaring terlentang


Cara : ketukan pada tendon patella
Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep femoris

gambar 5reflek patella


e. Reflek achiles

Posisi : pasien duduk, kaki menggantung di tepi meja ujian. Atau dengan
berbaring terlentang dengan posisi kaki melintasi diatas kaki di atas yang

lain atau mengatur kaki dalam posisi tipe katak.


Identifikasi tendon:mintalah pasien untuk plantar flexi.
Cara : ketukan hammer pada tendon achilles
Respon : plantar fleksi kaki krena kontraksi m.gastroenemius

gambar 6 reflek achiles


2. Reflek Pathologis
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-kasus tertentu.
a. Reflek babinski:
Pasien diposisikan berbaring supinasi dengan kedua kaki diluruskan.
Tangan kiri pemeriksa memegang pergelangan kaki pasien agar kaki

tetap pada tempatnya.


Lakukan penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke

anterior
Respon : positif apabila terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari kaki dan
pengembangan jari kaki lainnya

b. Reflek chaddok

Penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus

lateralis dari posterior ke anterior


Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari, disertai mekarnya
(fanning) jari-jari kaki lainnya.

gambar 8 reflek chaddock


c. Reflek schaeffer
Menekan tendon achilles.
Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai
mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.

gambar 9 reflek Schaefer


d. Reflek oppenheim
Pengurutan dengan cepat krista anterior tibia dari proksiml ke distal
Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai
mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.

gambar 10 reflek Oppenheim


e. Reflek Gordon
menekan pada musculus gastrocnemius (otot betis)
Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari kaki, disertai
mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.

gambar 11 reflek Gordon


f. Reflek bing
g. Reflek gonda
Menekan (memfleksikan) jari kaki ke-4, lalu melepaskannya

dengan cepat.
Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai
mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.

Anatomi Kepala
A. Kulit kepala
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu;
1. skin atau kulit
2. connective tissue atau jaringan penyambung
3. aponeurosis atau galea aponeurotika
4. loose conective tissue atau jaringan penunjang longgar
5. pericranium.

B. Tulang pada kepala

Sutura
Tulang-tulang tengkorak kepala dihubungkan satu sama lain oleh tulang bergerigi yang
disebut sutura. Sutura-sutura tersebut adalah :
1) Sutura coronalis yang menghubungkan antara os frontal dan os parietal.
2) Sutura sagitalis yang menghubungkan antara os parietal kiri dan kanan.
3) Sutura lambdoidea/ lambdoidalis yang menghubungkan antara os parietal dan os
occipital.

Os. Cranium tersusun atas:


1 tulang dahi (os.frontale)

2 tulang pelipis (os.temporale)


2 tulang tapis (os.ethmoidale)

2 tulang ubun-ubun (os.parietale)


1 tulang kepala belakang
(os.occipitale)
2 tulang baji (os.sphenoidale)

Bagian muka/wajah
(os.splanchocranium)

2 tulang rahang atas (os.maxilla)

2 tulang mata (os.laximale)

2 tulang rahang bawah (os.mandibula)

1 tulang lidah (os.hyoideum)

2 tulang pipi (os.zygomaticum)

2 tulang air mata (os.lacrimale)

2 tulang langit-langit (os.pallatum)

2 tulang rongga mata (os.orbitale)

2 tulang hidung (os.nasale)

C. Nervus pada kepala

D. Vaskularisasi pada kepala

Perdarahan otak berasal dari


arteri carotis interna dan arteri
vertebralis. Arteri carotis interna masuk
ke kranium melalui dasar tengkorak
yang akan bercabang menjadi arteri
cerebri anterior dan arteri cerebri
media. Sementara, arteri vertebralis
masuk ke kranium melalui foramen
magnum, di taut pons dan medulla pada
batang otak akan membentuk arteri
basilaris (sistem vertebrobasilar). Di
otak tengah kemudian akan bercabang
menjadi arteri cerebri posterior.
Pembuluh-pembuluh darah ini
kemudian akan membentuk suatu ciri
khas pada sistem perdarahan otak,
yakni sirkulus willisi yang terdiri dari :
1
a. carotis interna
2
a. cerebri anterior
3
a. cerebri posterior
4
a. komunikans anterior
5
a. komunikans posterior
Sirkulus Willisi merupakan sirkulasi kolateral yang menjadi suatu jalan untuk menjamin
ketersediaan kebutuhan otak akan vaskularisasi terutama saat terjadinya iskemik cerebri
atau pada gangguan-gangguan lain. Hal ini penting karena otak menerima 1/6 Cardiac
Output dan 20% O2 dari seluruh tubuh.

E. Otot-otot pada kepala

Otot bagian ini dibagi menjadi 5 bagian:


1. Otot pundak kepala, funsinya sebagian kecil membentuk gales aponeurotika disebut
juga muskulus oksipitifrontalis, dibagi menajdi 2 bagian:
a. Muskulus frontalis, funsinya mengerutkan dahi dan menarik dahi mata
b. Oksipitalis terletak di bagian belakang, fungsinya menarik kulit ke belakang
2.

Otot wajah terbagi atas:


a. Otot mata (muskulus rektus okuli) dan otot bola mata sebanyak 4 buah
b. Muskulus oblikus okuli/otot bola mata sebanyak 2 buah, fungsinya memutar mata
c. Muskulus orbikularis okuli/otot lingkar mata terdapat di sekliling mata, funsinya
sebagai penutup mata atau otot sfingter mata
d. Muskulus levator palpebra superior terdapat pada kelopak mata. Fungsinya
menarik, mengangkat kelopak mata atas pada waktu membuka mata

3. Otot mulut bibir dan pipi, terbagi atas:


a. Muskulus triangularis dan muskulus orbikularis oris/otot sudut mulut, fungsinya
menarik sudut mulut ke bawah
b. Muskulus quadratus labii superior, otot bibir atas mempunyai origo penggir lekuk
mata menuju bibir atas dan hidung
c. Muskulus quadratus labii inferior, terdapat pada dagu merupakan kelanjutan pada
otot leher. Fungsinya menarik bibir ke bawah atau membentuk mimik muka ke
bawah
d. Muskulus buksinator, membentuk dinding samping rongga mulut. Origo pada taju

mandibula dan insersi muskulus orbikularis oris. Fungsinya untuk menahan makanan
waktu mengunyah.
e. Muskulus zigomatikus/otot pipi, fungsinya untuk mengangkat dagu mulut ke atas
waktu senyum.
4. Otot pengunyah/otot yang bekerja waktu mengunyah, terbagi atas:
a. Muskulus maseter, fungsinya mengangkat rahang bawah pada waktu mulut
terbuka
b. Muskulus temporalis fungsinya menarik rahang bawah ke atas dan ke belakang
c. Muskulus pterigoid internus dan eksternus, fungsinya menarik rahang bawah ke
depan
5. Otot lidah sangat berguna dalam membantu pancaindra untuk mengunyah, terbagi
atas:
a. Muskulus genioglosus, fungsinya mendorong lidah ke depan
b. Muskulus stiloglosus, fungsinya menarik lidah ke atas dan ke belakang

You might also like