Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
1.1 Identitas Pasien
Nama
: Ny. Hj. B
Tanggal lahir
: 12- 2- 1962
: 698643
Alamat
: Pare- Pare
Ruang Perawatan
Tanggal Pemeriksaan
: 26 Januari 2015
1.2 Anamnesis
Keluhan Utama
: Sakit sedang
Kesadaran
Status Gizi
: Obes 2
Tanda Vital
Tekanan Darah
: 130 / 90 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
Pernapasan
: 20x/menit
Suhu
: 36,5 C
a. Kepala
Bentuk mesocephal, rambut warna hitam dan tidak mudah dicabut,
luka (-)
1) Wajah
Simetris, eritem (-), luka (-).
2) Mata
Konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra
(-/-), pupil isokor (2,5mm/2,5mm), refleks cahaya (+/+), perdarahan
subkonjungtiva (-/-).
3) Telinga
Sekret (-), darah (-), gangguan fungsi pendengaran (-).
4) Hidung
Deviasi septum nasi (-), epistaksis (-), nafas cuping hidung (-),
sekret (-).
5) Mulut
Sianosis (-), gusi berdarah (-), kering (-).
b. Leher
Leher simetris, retraksi suprasternal (-), deviasi trachea (-), pembesaran
kelenjar limfe (-), pembesaran kelenjar tiroid (-).
c. Thoraks
Bentuk normochest, simetris, retraksi intercostal (-), pernafasan
thoracoabdominal, sela iga melebar (-), jejas (-).
Paru-Paru
Inspeksi
Normochest, sela iga tidak melebar, gerakan pernafasan simetris kirikanan, retraksi intercostal (-).
2
Palpasi
Nyeri tekan (-), Massa tumor (-).
Perkusi
Paru kiri
: sonor
Paru kanan
: sonor
Auskultasi
Bunyi pernapasanvesikuler, bunyi tambahanRonkhi -/-,Wheezing -/-.
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Pekak
Auskultasi
d. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Hepar
: Tidak teraba.
Limpa
: Tidak teraba.
Ginjal
: Tidak teraba
e. Ekstremitas
1) Ekstremitas superior D/S : Pergerakan motorik dalam batas normal,
tanda-tanda inflamasi (-), oedem (-), deformitas (-).
2) Ekstremitas Inferior :
Dekstra
Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+), tanda-tanda inflamasi
sendi lutut (-), oedem sendi lutut (-), varus deformitas (+), nyeri gerak
(+) dan nyeri tekan (-).
Sinistra
Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+), tanda-tanda inflamasi
sendi lutut (-), oedem sendi lutut (-), varus deformitas (+), nyeri gerak
(+) dan nyeri tekan (-).
1.4 Pemeriksaan Radiologi
Hasil Pemeriksaan :
A. Foto Genu Bilateral AP/ Lateral
-
1.5 Diagnosis
-
Osteoporosis Senilis
1.6 Penatalaksanaan
-
BAB II
PENDAHULUAN
Osteoarthritis (OA) adalah penyakit sendi degeneratif yang ditandai
dengan degenerasi progresif tulang rawan sendi, pembentukan osteofit, dan
penyempitan ruang sendi. OA diakibatkan oleh kegagalan tulang rawan sendi
yang diinduksi oleh interaksi kompleks genetik, metabolisme, biokimia, dan
biomedis dengan faktor sekunder komponen peradangan. Proses ini
melibatkan interaksi antara proses degradasi dan perbaikan tulang rawan,
tulang dan sinovium. Osteoarthritis adalah bentuk umum sebagian besar
arthritis.1,2
Di Indonesia prevalensi osteoartritis mencapai 5% pada usia <40 tahun,
30% pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia >61 tahun. OA lutut yang
tampak secara radiologis mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita
yang berumur antara 40-60 tahun. Angka ini diperkirakan akan meningkat
tajam karena menurut WHO pada tahun 2025 populasi usia lanjut di
Indonesia akan meningkat 414% dibanding tahun 1990.1,2
OA biasanya mengenai sendi-sendi penyangga tubuh, seperti lutut,
panggul, tulang belakang, dan pergelangan kaki. Osteoartitis terjadi sebagai
hasil kombinasi antara degradasi rawan sendi, remodeling tulang dan
inflamasi cairan sendi. Kejadian OA cukup banyak di masyarakat, terutama
pada usia diatas 50 tahun. Kriteria diagnosis dari OA lutut berdasarkan
American College of Rheumatology yaitu adanya nyeri pada lutut dan pada
foto rontgen ditemukan adanya gambaran osteofit serta sekurang kurangnya
satu dari usia > 50 tahun, kaku sendi pada pagi hari < 30 menit dan adanya
krepitasi. Nyeri pada sendi tersebut biasanya merupakan keluhan utama yang
membuat pasien datang ke dokter. Nyeri biasanya bertambah berat dengan
gerakan dan berkurang dengan istirahat. Pada umumnya pasien OA
mengatakan bahwa keluhannya sudah berlangsung lama tetapi berkembang
secara perlahan. 3,4
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. Tulang
Sendi lutut yang kompleks terdiri dari tulang paha, tibia, fibula,
dan patella. Ujung distal femur mengembang dan membentuk kondilus
lateral dan medial, yang berfungsi untuk mengartikulasikan tibia dan
patella. Permukaan artikular kondilus medial lebih panjang dari depan ke
belakang daripada permukaan kondilus lateral. Di anterior, kedua kondilus
membentuk alur femoralis atau troklea, untuk menerima patella. Pada
akhir tibia proksimal, tibial plateau, berartikulasi dengan kondilus femur.
Pada tibial plateau terdapat dua concavitas dangkal yang berartikulasi
dengan masing-masing kondilus femoralis dan dibagi oleh fossa poplitea.
Diantara kedua conkavitas ini, terdapat area yang merupakan tempat
menempelnya ligamen cruciatum dan membentuk proses pertumbuhan
tulang tibia.
Patella adalah tulang sesamoid (floating bone) terbesar dari tubuh.
Terletak di tendon quadriceps femoris otot dan dibagi menjadi tiga aspek
medial dan aspek lateral yang berartikulasi dengan tulang paha. Aspek
lateral patella lebih lebar dari aspek medial. Patela mengartikulasikan
kedua cekungan kondilus femoralis.
2. Sendi
1) Sendi lutut memberikan fleksi, ekstensi, rotasi medial, dan rotasi
lateral kaki. Sendi lutut terdiri dari tiga artikulasi, yaitu:
a) Kondilus femoralis medial berartikulasi dengan tibia kondilus
medial dan meniscus medial
b) Kondilus femoralis lateralis
berartikulasi
dengan
tibia
dari
metabolisme
kartilago
dengan
kerusakan
struktur
11
iskemia
dan
nekrosis
jaringan
subkondral
tersebut.
Ini
12
menjadi
sedikit
kaku,
kerusakan
sekunder
kondrosit
dapat
13
14
Demikian juga cedera sendi dan olahraga yang sering menimbulkan cedera
sendi berkaitan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.
15
Nyeri Sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakan dan sedikit berkurang saat istirahat. Nyeri pada OA
dapat berupa penjalaran atau akibat radikulopati, misalnya pada OA
servikal dan lumbal.
Hambatan Gerak
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan
sejalan dengan bertambahnya nyeri. Hambatan gerak dapat konsentris
(seluruh arah gerakan) maupun eksentris (salah satu arah gerakan
saja).
Kaku Pagi
Pada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah
imobilitas, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu kurang
lebih 30 menit atau bahkan setelah bangun tidur.
Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang
sakit. Gejala ini lebih berarti untuk pemeriksaan klinis OA lutut.
Awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau
remuk. Dengan bertambah beratnya penyakit, krepitasi dapat
terdengar sampai jarak tertentu. Gejala ini timbul karena gesekan
kedua permukaan tulang sendi pada saat sendi digerakkan atau secara
pasif dimanipulasi.
17
Kista periartikuler
Predileksi Osteoartritis
1. Osteoartritis pada Genu Dextra dan Sinistra
Gambar 4.
Posisi anteroposterior lutut menunjukkan (A) penyempitan ruang sendi, (B) adanya osteofit
18
Gambar 5.
Foto lateral genu memperlihatkan kompartemen patellofemoral menyempit dan osteofitosis.
Tonjolan Parson prominen juga terlihat. Corpus intra-articular besar yang mengeras sebagai
buktinya.
Gambar 6. (A) anteroposterior pandangan lutut. Kiri menunjukkan ruang sendi medial
menyempitan (panah putih). (B) tampilan lateral lutut kiri menunjukkan sclerosis dengan
pembentukan osteofit (panah besar) (C) perubahan osteoarthritic dengan ruang sendi medial
menyempitan (panah putih) menyebabkan deformitas lutut dengan kerusakan tulang rawan medial
dan korteks subchondral (panah terbuka) (D) kista subchondral (panah padat)
19
Gambar 7. Foto manus posisi oblique (kiri) danAP (kanan) menunjukkan penurunan ruang sendi
dan subchondral sclerosis bersama metacarpal (panah putih). Pembentukan osteofit dengan
pembengkakan jaringan lunak dan subchondral sclerosis tercatat di 2 dan 3sendi DIP kompatibel
dengan batang heberden (panah terbuka) .(PIP=proksimalinterphalangeal,
DIP=distalinterphalangeal, MCP=metakarpalphalangeal)
20
Gambar 9. Radiografi anteroposterior hip menggambarkan pergeseran superior pada caput femur
(yang menunjukkan berkurangnya kartilago articular), sklerosis subchondral, osteofit prominen
dan kista engger besar pada acetabulum superior. Flattening pada aspek superior caput femur juga
terlihat.
21
Gambar 12 . Proyeksi obliq menunjukkan penyempitan gradual dan sklerosis pada facet joint
lumbar spine.
22
Gambar 13. MRI menunjukkan perubahan degeneratif lutut dengan efusi, kehilangan meniscus
medial, osteofitosis marjinal dan tubuh yang longgar besar terletak medial dalam sendi.
c) Pemeriksaan Laboratorium 3
Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna.
Darah tepi (hemoglobin, leukosit, Laju Endap Darah) dalam batas normal.
Pemeriksaan imunologi (ANA, faktor rheumatoid, dan komplemen) juga
normal. Pada OA yang disertai dengan peradangan mungkin didapatkan
penurunan viskositas, peningkatan ringan sel peradangan (<8000/m), dan
peningkatan protein.
3.8 Diagnosis Banding Osteoarthritis
a.
daripada
laki-laki.
Insiden
meningkat
dengan
23
Kekakuan dipagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat generalisata
tetapi terutama menyerang sendi-sendi.
Terlihat erosif awal berada di sisi radial dari kepala metakarpal dan
basis proksimal falang. Sendi interphalangeal distal tidak terpengaruh
pada awal penyakit.
Awalnya muncul di pergelangan tangan yang berada di styloid ulnaris,
styloid radial, pinggang skafoid, triquetrum dan berbentuk kacang.
Kemudian terakhir di tangan akan terlihat ulnaris deviasi / subluksasi
kedua untuk kelima metacarpophalangeal sendi.
Foto manus sinistra dextra posisi AP
24
Gambar 14.
Pembengkakan
jaringan lunak
ditunjukkan,
terutama
pada styloids ulnaris. Erosi
ditunjukkan pada tulang pergelangan tangan, jari-jari distal danu lna, dengan penyempitan
ruang sendi dan erosi tulang. Erosi metacarpophalangeal juga terliha terkaitdengan
penyempitan ruang sendi.Adadeformitas pada kelimadistal interphalangeal sendi.
b. Gout Arthritits3,17,19
Gout merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok
gangguan metabolik. Gout dapat bersifat primer maupun sekunder.
Gout primer merupakan akibat langsung pembentukan asam urat
tubuh yang berlebihan atau akibat penurunan ekskresi asam urat. Gout
sekunder disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebihan
atau ekskresi asam urat yang berkuran akibat proses penyakit lain atau
pemakaian obat-obat tertentu.
Gambaran klinis :
-
Pada keadaan normal kadar urat serum pada laki-laki mulai meningkat
setelah puberitas. Pada perempuan kadar urat tidak meningkat sampai
setelah menopause karena estrogen meningkatkan ekskresi asam urat
melalui ginjal. Gout jarang ditemukan pada perempuan, sekitar 95%
adalah laki-laki
- Penyakit ini paling sering mengenai sendi di pangkal ibu jari kaki dan
menyebabkan suatu keadaan yang disebut podagra; tetapi penyakit ini
25
Gambaran
Radiologi
Daerah
Predileksi
Osteoartritis (OA)
Artritis
Sendi penyangga
Reumatoid (AR)
Mengenai sendi-
coxae, genu,
MCP,
vertebre , manus,
pergelangan siku,
pedis
pergelangan kaki,
Gout Artritis
Paling sering pada MTP 1
dll
Celah sendi
Menyempit
Menyempit
26
Tidak ada
Erosi
Erosif sekitar
sendi
Simetri
Kista
Osteofit
Tidak simetris
Simetris dan
Ada
bilateral
Ada (pseudocyst)
Tidak Ada
Tidak ada
Tidak ada
sendi
Tabel 1. Perbandingan karakteristik penyakit antara osteoarthtritis, Reumatoid
Artritis dan Gout Artritis
b.
c.
2)
Terapi farmakologis:
a.
b.
c.
d.
27
Disease Modifying
(DMOADs):
i)
ii)
iii)
iv)
v)
vi)
vii)
sehingga
mampu
mengurangi
rasa
sakit,
tetapi
28
Diskusi Status
Seorang wanita umur 52 tahun, datang ke Poli Bedah Orthopedi dengan
keluhan nyeri pada lutut kanan dan kiri. Nyeri lutut ini dialami sejak 2 tahun
yang lalu. Nyeri dirasakan seperti tertusuk jarum dan berdenyut-denyut sehingga
pasien sulit berjalan. Nyeri semakin memberat saat pasien beraktivitas dan sedikit
berkurang saat pasien beristirahat dan minum obat. Pasien juga merasa kaku dan
nyeri lutut terutama pada pagi hari setelah bangun tidur.
Pemeriksaan Radiologi
29
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Nasution AR, Sumariyono. Reumatologi. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta: Interna Publishing; 2006.
2. Soeroso Joewono IH, Kalim Handono, Broto Rawan, Pramudiyo
Riardi. Osteoartritis. In: Sudoyo W. SB, Alwi Idrus, editor. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing; 2009. p. 2538-49.
3. Srikulmontree, T. 2012. Osteoarthritis. American College of
Rheumatology Research and Education Foundation.
4. Hill, McGraw. Chapter 20 The Knee and Related Structures.
5. Carter Michael A. Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi.
Patofisiologi Edisi 6 Volume 2.2012. Jakarta: EGC
31
Januari
2015
Available
From:
http://emedicine.medscape.com/article/392096-overview
17. Ostensen, Pettersson, Davies,M et al. 2002. The WHO Manual of
Diagnostic Imaging Radiographic: Anatomy and Interpretationof the
Musculoskeletal System. Word Health Organization
32
33