You are on page 1of 8

Step 1

1. Brucellosis : penyakit akibat brucella, bakteri Gram negatif


2. Zoonosis : penyakit yang bertransmisi dari hewan ke manusia, atau
penyakit yang disebabkan oleh hewan

Step 2
1. Perbedaan ular berbisa dan yang tidak berbisa
2. Faktor faktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit lewat hewan
ataupun penyakit akibat hewan
3. Mekanisme bisa ular
4. Manifestasi klinis gigitan ular
5. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui diagnosis gigitan ular
berbisa
6. Tatalaksana awal gigitan ular berbisa
7. Tindakan preventif yang dilakukan
8. Potensial hazard dari hewan

Step 3
1. Perbedaan ular berbisa dan yang tidak berbisa

Perbedaan
Mata
Kepala
Ekor
Bekas gigitan
Pengeluaran

Ular tidak berbisa


Bulat
Segiempat
Ruas lurus
Seperti huruf U, besar
Tidak terdapat

bisa

pengeluaran bisa saat

Bentuk taring

ditempelkan ke cermin
Besar

Ular berbisa
Oval
Segitiga
Ruas terbagi dan
berbisa
Kecil, dalam
Terdapat
pengeluaran bisa
saat ditempel ke
cermin
Kecil

2. Faktor yang mempengaruhi :


- Identitas (pekerjaan, usia)
- Riwayat penyakit keturunan
- Spesies ular
- Kedalaman dan jumlah gigitan
- Interval gigitan
- Kecepatan tatalaksana
3. Mekanisme bisa ular :
- Neurotoksin
- Sitolitik
- Hemolitik
- Miotoksin
- Kardiotoksin
- Sitotoksin
- Enzim lain
4. Manifestasi klinis :
- Lokal
- Sistemik
- Spesifik
5. Pemeriksaan :
- Lab (darah,urin)
- Penunjang (Rontgen, EKG)

6. Tatalaksana :
a. Pemasangan torniquet
b. Immobilisasi
c. Pembersihan dengan air mengalir
d. Rawat lanjutan (RS)
7. Tindakan preventif :
- Baju lengan panjang
- Sarung tangan tebal
- Celana panjang tebal
- Sepatu boot setinggi hampir mencapai lutut
8. Potensial Hazard hewan :
- Gigitan ular (berbisa, tidak berbisa)
- Sengatan tawon/lebah
- Laba-laba
- Kalajengking

Step 4
1. Tingkat toksisitas bisa ular juga dapat ditentukan berdasarkan tempatnya,
biasanya ular di daerah perairan lebih berbahaya dibandingkan daerah
darat.
Contoh : ular laut
Ular berbisa biasanya hidup berkelompok sedangkan ular tidak berbisa
tidak berkelompok.
2. Faktor yang mempengaruhi :
- Identitas
o Usia : semakin tua seseorang, semakin rendah imun seseorang
(kecuali pada anak)
o Pekerjaan : paling beresiko pada orang yang bekerja di bidang
-

pertanian tanpa APD


Riwayat penyakit keturunan : bisa terjadi imunodepresi, contoh pada

HIV/AIDS atau sindrom lain


Spesies ular
Kedalaman dan jumlah gigitan
Interval gigitan
Kecepatan tatalaksana

3. Mekanisme bisa ular :


- Neurotoksin : bersifat neurotoksin karena mengandung fosfolipase A2
Fosfolipase A2 mempengaruhi asetil kolin dan neuroseptik sehingga
-

mendepresi sistem pernafasan yang dapat berakibat fatal


Sitotoksin : peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan edema
Sitolitik : kerusakan jaringan dan menyebabkan nekrosis, ekimosis,

dan kerusakan jaringan sekitar


Hematotoksin : perdarahan dari lubang yang ada di tubuh, contoh :

epistaksis, hemoptisis, hematemesis, dsb


Hemolisis : kerusakan sel darah merah
Kardiotoksin : kerusakan serabut otot jantung
Enzim lain, hyalurodinase menyebabkan penyebaran bisa menjadi
lebih cepat.

4. Manifestasi klinis :
a. Lokal
o Bengkak yang cepat menyebar, progresif
o Nekrosis yang cepat

o Pallor
o Paralisis
o Pulseness
o Parestesi
b. Sistemik
o Nausea
o Vomit
o Disorientasi
o Perdarahan hidung dan telinga
c. Spesifik
o Neurotoksik
o Hemolitik
Gejala muncul tergantung pada jenis ular, contoh :
o Cobra, viper >24 jam menimbulkan kematian
o Coral > 72 jam menimbulkan kematian
5. Pemeriksaan penunjang
- Darah (pengambilan darah 5-10menit sebelum injeksi anti bisa) :
o Leukositosis PMN
o Anemia
o Koagulopati
o APTT memanjang
o Fibrinogen menurun
- Urin :
o Proteinuria
o Hematuria
- EKG :
o Aritmia
o Takikardia
- Rontgen dada (jika ada perburukan)
6. Tatalaksana :
- Perhatikan ketenangan korban (A,B,C)
- Immobilitas keadaan korban
- Tindakan menghisap bisa dan insisi TIDAK BOLEH dilakukan
- Pemakaian torniquet di sisi proksimal untuk mencegah venom masuk
ke KGB, diharapkan pemakaian tidak terlalu kuat untuk
memungkinkan jaringan tidak mati atau rusak akibat tidak ada aliran
-

darah
Tandai perluasan luka secara progresif, tandai kerusakan kulit yang
meluas

Pemberian IV line kristaloid serum dengan antivenom diberikan 2-20

vial @5ml
Koagulopati, diberikan presipitat, jika koagulopati menetap, berikan

presipitat kembali
Antivenin didapat dari serum kuda, diencerkan terlebih dahulu,
pemberian awal 15-20 vial, kemudian di infus ditambahkan 5-10 vial
untuk maintenance dose hingga bengkak berkurang.

7. Tindakan preventif :
- Baju lengan panjang
- Sarung tangan tebal
- Celana panjang tebal
- Sepatu boot setinggi hampir mencapai lutut
8. LO

Step 5

1. Potensial hazard zoonosis


2. Mekanisme bisa ular
3. Radiologi gigitan ular berbisa

You might also like