Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
PENDAHULUAN
Diperkirakan 36,1% balita menderita Kurang Energi Protein (KEP) total,
dan sekitar 14,6% diantaranya menderita KEP nyata atau di bawah garis merah
Kartu Menuju Sehat (KMS). Kondisi tersebut timbul sebagai dampak dari status
gizi ibu sebelum dan setelah hamil, tidak diberikannya Air Susu Ibu (ASI) dan
pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang salah dan terlalu dini serta
penyakit infeksi yang disebabkan oleh keadaan lingkungan yang tidak memadai.
Berdasarkan Survei Konsumsi Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992 diketahui
pada usia kurang dari 3 bulan, hanya duapertiga (63,7%) dari jumlah balita
mendapat ASI secara eksklusif (tanpa makanan pendamping lain), selebihnya
mereka sudah diberi MP-ASI pada usia tersebut. Hasil SKRT tahun 1992
menunjukkan 10% anak balita di Jawa Tengah sejak usia 2 bulan sudah mulai
diberi pengganti ASI (16% berupa makanan lumat)
Adanya praktik pemberian makanan selain ASI pada usia dini perlu
mendapat perhatian serius, karena pada usia tersebut kebutuhan zat gizi bayi
sesungguhnya masih dapat seluruhnya dipenuhi dari ASI. Pemberian makanan
dini yang kurang bersih memungkinkan bayi mendapat infeksi pada saluran
pencernaan. Infeksi yang berlanjut menyebabkan penurunan motilitas villi usus
yang pada meningkatkan pertumbuhan bakteri patogen pada saluran pencernaan.
Bayi yang menderita diare kronis dapat menyebabkan malnutrisi. Pada prinsipnya
1
2.
3.
32,5%
38,2%
11,5%
18,5%
17,2%
-
Dari hasil wawancara diketahui, setidaknya terdapat 5 alasan mengapa MPASI tradisional diberikan :
1. Ibu merasa bayi sudah cukup umur untuk dicoba diberi makanan sapihan
2. Bayi perlu dipersiapkan untuk ditinggal kerja, terutama pada ibu-ibu yang
bekerja
3. Beberapa ibu merasa ASI yang dihasilkan tidak cukup lagi
4. Beberapa ibu ingin agar bayinya cepat besar
5. Mengikuti saran orang tua/nenek
Dari hasil observasi diketahui bahwa aspek kebersihan atau hygiene individu
dalam penanganan pangan pada ibu-ibu responden kurang terjaga, misalnya :
sejumlah ibu masih melakukan kebiasaan meniup makanan agar cepat dingin atau
proteksi makanan bayi dari serangga/lalat yang kurang atau beberapa kebiasaan
lain yang kurang baik. Selain membuka peluang masuknya mikrooorganisme
pategen dalam pencernaan bayi, dengan pemberian MP-ASI tradisional diduga
dapat mengakibatkan iintake ASI berkurang karena dalam perut bayi telah masuk
makanan lain, sehingga aspek protektif yang diperoleh dari ASI (kolostrum)
berkurang.
Pengaruh Pemberian MP-ASI Tradisional dan Infeksi ISPA/Diare terhadap
Perubahan Status Gizi Bayi
Dari penghitungan dengan menggunakan nilai Z-score BB/Untuk per bulan
diperoleh hasil pemberian MP-ASI tradisional ternyata tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap rata-rata perubahan nilai Z-score BB/Untuk dari bulan
sebelumnya ke bulan berikutnya (p>0,05), sedangkan episode diare bayi diketahui
memiliki pengaruh yang signifikan (pengaruh negatif) terhadap rata-rata
perubahan nilai Z-score dari bulan sebelumnya ke bulan berikutnya (p<0,05).
Namun untuk episode ISPA bayi ternyata diketahui tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap rata-rata perubahan nilai Z-score BB/Untuk dari bulan
sebelumnya ke bulan berikutnya (p>0,05). Diketahui pula bahwa peningkatan
satu episode diare bayi akan dapat menurunkan status gizi sebesar 0.139 SD Zscore BB/Untuk dari bulan sebelumnya ke bulan berikutnya.
Tidak adanya pengaruh pemberian MP-ASI tradisional terhadap perubahan
status gizi bayi selama 4 bulan pertama kehidupannya, menunjukkan bahwa
pemberian ASI secara eksklusif maupun MP-ASI tradisional tidak selalu
berimplikasi terhadap peningkatan status gizi selama 4 bulan pertama khidupan
bayi.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :
1. Secara keseluruhan pemberian MP-ASI tradisional secara signifikan
berpengaruh terhadap episode diare bayi pada 4 bulan kehidupan bayi.
2. Pemberian MP-ASI tradisional secara signifikan berpengaruh terhadap
episode ISPA bayi pada 4 bulan kehidupan bayi.
3. Terdapat indikasi bahwa pemberian MP-ASI tradisional tidak secara
langsung berpengaruh terhadap perubahan status gizi bayi pada 4 bulan
kehidupan bayi, tetapi melalui peningkatan episode diare.
4. Terjadinya peningkatan episode diare secara signifikan berpengaruh
terhadap penurunan status gizi bayi pada 4 bulan pertama kehidupan bayi.
Implikasi Keperawatan
Pemberian MP-ASI tradisional yang sering dilakukan oleh para ibu adalah
dengan memberikan makanan padat secara dini berupa pisang yang dihaluskan
atau dikunyah, madu, kelapa muda dan bubur, dsb.
Adanya praktik pemberian makanan selain ASI pada usia dini perlu
mendapat perhatian serius, karena pada usia tersebut kebutuhan zat gizi bayi
sesungguhnya masih dapat seluruhnya dipenuhi dari ASI. Adapaun manfaat atau
keuntungan memberikan ASI eksklusif pada 4 bulan kehidupan bayi antara lain
sebagai berikut :
1. Mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi, untuk pertumbuhan dan
perkembanganya.
2. Mengandung zat kekebalan terhadap infeksi, Mudah dicerna, Mudah
diberikan
3. Tidak usah membeli, menyehatkan ibu
4. Merupakan kasih sayang ibu terhadap anaknya, Bersih dan tidak pernah basi
5. Menghindarkan bayi dari diare
6. Bagi bayi, menghisap ASI dapat membantu pertumbuhan gigi, langit langit
dan rahangnya secara sempurna.
ASI eksklusif artinya bayi harus diberikan ASI saja sejak bayi lahir hingga
bayi berumur 4 bulan, dan berdasarkan penelitian terbaru, ASI eksklusif dapat
diberikan sampai bayi berumur 6 bulan, mempunyai banyak keuntungan yaitu :
1. ASI satu satunya makanan yang terbaik bagi bayi umur 0 4 bulan, karena
mengandung cukup zat gizi untuk tumbuh kembang bayi.
2. Pencernaan bayi belum kuat mencerna makanan lain selain ASI.
Pemberian makanan dini yang kurang bersih memungkinkan bayi mendapat
infeksi pada saluran pencernaan. Infeksi yang berlanjut menyebabkan penurunan
motilitas villi usus yang pada meningkatkan pertumbuhan bakteri patogen pada
saluran pencernaan. Bayi yang menderita diare kronis dapat menyebabkan
malnutrisi. Pada prinsipnya pemberian MP-ASI terlalu dini berbahaya, karena
organ pencernaan secara anatomis dan fisiologis belum berfungsi sempurna.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pemberian MP-ASI tradisional secara
umum berpengaruh signifikan terhadap episode diare, ISPA dan penurunan status
gizi bayi pada 4 bulan pertama kehidupannya. Penurunan status gizi tersebut dapat
terjadi karena ketika makanan lain selain ASI diperkenalkan pada bayi, akan
terjadi pengurangan terhadap konsumsi ASI. Terlebih lagi, jika nakanan yang
diberikan tersebut hanya mengandung zat gizi tunggal atau gizi yang tidak
lengkap atau berupa pengenceran formula yang tidak sesuai aturan.
Penurunan status gizi bayi juga dipengaruhi oleh peningkatan episode diare,
hal ini dikarenakan terjadinya diare pada bayi dapat menyebabkan :
1. Menurunnya asupan makanan
2. Menurunnya absorbsi nutrien
Lampiran
POLA MAKAN BALITA
Umur Balita
0 4 bln
4 6 bln
6 12 bln
1 2 thn
> 2 thn
ASI
Jenis Makanan
Lumat Lembek
Keluarga
+ susu