Professional Documents
Culture Documents
A. Identifikasi Jurnal
Judul Jurnal : Effect of topical treatments on irritant hand dermatitis in health care workers
Penulis
: Marty Visscher, PhD, Jennifer Davis, BS, and Randy Wickett, PhD,
Cincinnati, Ohio
Tahun terbit
: 2009
Penerbit
B. Resume Jurnal
Latar Belakang
Pemakaian pembersih tangan secara rutin efektif falam mencegah terjadinya infeksi
sekitar 30%-57%. Dermatitis kontak iritan (DKI) dari pemakaian pembersih tangan
berulang merupakan alasan utama dari kegagalan kepatuhan diantara tenaga medis.
DKI muncul akibat efek buruk dari penggunaan pembersih tangan secara berulang dan
beberapa produk tertentu. Lebih dari 85% dari perawat memiliki riwayat DKI dan 25%
diantaranya dilaporkan mengeluhkan gejala DKI. 55% dari perawat bangsal dan 65%
dari perawat ICU terjangkit DKI pada tangannya.Tangan yang teriritasi memiliki lebih
banyak koloni bakteri.
Tingginya frekuensi kolonisasi Staphylococcus hominis, Staphylococcus aureus,
gram-negative bacteria, Enterococci, dan Candida
dengan dermatitis. Sabun dan air permbersih tidak efektif untuk mengurangi kontaminasi
mikroorganisme yang dapat merusak tangan. Kami baru saja menemukan bahwa kulit
tenaga medis lebih rentan terkena DKI pada musim dingin dan musim semi
dibandingkan dengan orang yang bukan tenaga medis. Eritema, kulit kering dan
berkurangnya kelembaban dan stratum korneum tidak kembali membaik akibat efek
pemaparan secara terus menerus, khususnya pada musim dingin, mengindikasikan
terjadinya kerentanan barrier stratum korneum kronik.
Pedoman yang ada merekomendasikan penggunan krim atau pelembab untuk
mengurangi iritasi. Lotion atau krim tangan dapat meningkatkan kelembaban kulit dan
menggantikan lipid stratum korneum. Kami berhipotesis bahwa penggunaan lotion/krim
dapat memfasilitasi perbaikan kerusakan barier epidermal dari tingginya frekuensi
penggunaan pembersih tangan. Kami menggunakan single blind parallel group design
untuk mengevaluasi efek dari penggunaan 5 sampai 10 kali dari test cream/ krim A
(krim yang di buat untuk kulit yang rentan, bebas petrolatum, dan kompatibel dengan
chlorhexidine glukonat) dan lotion biasa/krim B dibandingkan dengan perawatan kulit
normal sebagai kontrol.
Metode
Tenaga medis dari Regional Center Neonatal ICU di Cincinnati Childrens Hospital
Medical Centre berpartisipasi di penelitian ini pada bulan Maret hingga Juni 2008.
Penelitian ini telah diterima oleh the Institutional Review Board, dan subyek telah
diberikn inform consent secara tertulis. Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah kurang
dari 2 kali shift 12 jam secara berturut-turut, jarak antar shift lebih dari 14 hari dan
penggunaan pembersih tangan kurang dari 20 kali selama 8 jam bekerja.
Subyek mengumpulkan informasi tentang riwayat alergi, asma, dermatitis atopi, kulit
kering, gatal, ruam flexural dan dermatitis pada masa kanak-kanak kemudian subyek
diklasifikasikan sebagai dermatitis atopi, atopi umum atau non atopi. Kulit di evaluasi
selama 2 minggu untuk memperoleh data kontrol. Kemudian pengobatan baru diberikan
dan kulit di evaluasi kembali selama 2-4minggu. Subyek dimasukkan ke dalam
kelompok produk test atau produk perawatan tangan biasa berdasarkan skor kekeringan
telapak tangan untuk mengelompokkan dan menyeimbangkan kelompok sebagai kondisi
kulit awal.
Outcome primer dari penelitian ini adalah pengukuran kondisi kulit yaitu
penampakan eritema, kekeringan pada kulit dan excess eritema yang dilihat dari
gambaran digital selama 2 minggu pengobatan. Outcome sekunder dari penelitian ini
adalah kelembaban punggung tangan dan kondisi kulit setelah 4 minggu pada kelompok
pengguna krim tes. Telapak dan punggung tangan diberikan skor secara individual
dengan skala yang telah divalidasi untuk eritema dan kekeringan (0-5) oleh penilai yang
blind terhadap pengobatan. Jumlah besar sampel sebanyak 40 subyek per kelompok
kami peroleh dari evaluasi efek 2 pembersih tangan (cleanser dan hand sanitizer) saat
pemaparan (bekerja) dan pengurangan (waktu libur).
Tenaga medis menggunakan produk rumah sakit (cleanser dan handrubs) selama
percobaan sesuai peraturan rumah sakit untuk tehnik kebersihan tangan, indikasi, pencuci
tangan seperti sabun atau sabun antimikroba dan air untuk tangan yang terkontaminasi
dibandingkan dengan penggunaan antiseptik. Jenis dari pembersih tangan tidak dicatat
karena keterbatasan waktu. Perbedaan penggunaan pencuci tangan dengan antiseptik
dimasukkan sebagai variabel penelitian. Perbedaan kondisi kulit dihitung sebagai salah
satu prosedur randomisasi. Selama 2-4 minggu pengobatan, kulit mereka di evaluasi
sebanyak 3 kali pada awal siklus jaga shift 12 jam 2-3 kali berturut-turut setelah 3-4 hari
libur. Subyek tetap menggunakan lotion atau krim rutin yang digunakannya di tempat
kerja dan rumah. Setelah 2 minggu, kulit subyek dievaluasi dan dikelompokkan
berdasarkan skor kekeringan telapak tangan kanan untuk mendapat krim A atau krim B.
Untuk memperoleh pengobatan yang intensif subyek di instruksikan untuk menggunakan
pengobatan minimal 10 kali saat tidak bekerja dan 5 kali saat sedang bekerja.
Penggunaan lebih ketika tidak bekerja diminta untuk memaksimalisasi pengobatan pada
saat frekuensi penggunaan pencuci tangan sedikit. Saat bekerja periode penggunaan
pengobatan lebih singkat.
(p<0.02) setelah 2 minggu. Kemerahan pada kulit lebih banyak berkurang pada
perawatan dengan krim A dibandingkan krim B dan kontrol (p<0.03). Eritema berat pada
pekerja medis
perawatan dengan krim B dan kontrol (p<0.04). Eritema berat lebih berkurang pada
pekerja yang menggunakan krim A dan B dengan kontrol (0.003).
Simpulan
Pengurangan eritema menunjukkan penggunaan krim A dapat mengurangi efek
kerusakan dari penggunaan pembersih tangan secara berulang dan membantu perbaikan
kulit. Perawatan intensif pada tenaga medis dapat digunakan untuk melawan kerentanan
kulit dan meminimalisasi akibat negatif fari kontrol infeksi.
C. Critical Appraisal
A/ Are the results f the trial valid?
Screening Questions
1
Yes
Irritant contact dermatitis (ICD) from
repetitive hand hygiene is the primary reason
for compliance failure among health care
workers (HCWs). Chronic ICD has
implications for infection control because
higher bacterial counts are associated with
increased skin compromise. Guidelines
recommend lotions/creams to lessen irritation.
We evaluated the effects of 5 to 10 daily
applications of a test cream (A, glove and
chlorhexidine gluconate compatible) and
current lotions/creams (B) compared with a
control of normal skin care.
Outcomes were visual skin erythema and
dryness, excess erythema (quantitative image
analysis), and hydration among 80 HCWs in
an intensive care unit.
Detailed questions
4
Yes
We used a single-blind parallel group design
to assess exaggerated use of a test cream
(commercially available, designed for use on
compromised
skin,
petrolatum
free,
compatible with chlorhexidine gluconate
[CHG]) and HCW current lotions/creams
(representing the current standard) over
2weeks. Bothwere applied 5 to 10 times daily
and compared with skin condition for a control
period of normal skin care
Terdapat pada methods halaman 2
Yes
HCWs from the Regional Center for
Newborn Intensive Care (59-bed, level III,
neonatal ICU) at Cincinnati Childrens
Hospital Medical Center participated from
March to June of 2008. The research was
approved by the Institutional Review Board,
and subjects provided written informed
consent. Exclusions were fewer than 2
consecutive 12-hour shifts,more than14 days
between work shifts, and fewer than 20 hand
hygiene procedures over 8 hours at work. The
subjects provided information about histories
of allergies, asthma, atopic dermatitis, dry
skin, pruritus, flexural rash, and childhood
dermatitis and classified as to classify them as
atopic dermatitis, general atopic, or
nonatopic.25 The skinwas evaluated at
approximately weekly intervals over 2 weeks
to obtain control data. Treatments were
assigned, and the skin was assessed weekly for
2 to 4 weeks.