Professional Documents
Culture Documents
TAMBANG TERBUKA
Tahapan Penambangan Batubara
Disusun Oleh :
PREDDY YOHANES KRISTIANTO
PUPUT
RANDY FEBRIANTO
RENI WULANDARI
SETIAWAN
ANDREST AGRISTO
BOBBY
DBD 112
KATA PENGANTAR
Puji Tuhan kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan berkat-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah Tambang Terbuka ini dengan topik Tahapan
Penambangan Batubara.
Adapun
makalah
Tambang
Terbuka
ini
dengan
topik
Tahapan
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................
i
ii
iii
iv
BAB I
1
1
1
2
3
3
BAB II
PENDAHULUAN.............................................................................
1.1 Latar Belakang.............................................................................
1.2 Tujuan Penulisan.........................................................................
1.3 Rumusan Masalah.......................................................................
1.4 Manfaat Penulisan.......................................................................
1.5 Metode Penulisan........................................................................
PEMBAHASAN................................................................................
2.1 Tahapan-tahapan Kegiatan Penyelidikan Umum
(Prospecting)...............................................................................
2.2 Tahapan Kegiatan Eksplorasi (Exploration)................................
2.2.1..........................................................................................Met
ode Eksplorasi....................................................................
2.2.2..........................................................................................Sur
vey Tinjau...........................................................................
2.2.3..........................................................................................Pros
peksi...................................................................................
2.2.4..........................................................................................Eks
plorasi Pendahuluan...........................................................
2.2.5..........................................................................................Tah
ap Eksplorasi Detail...........................................................
2.2.6..........................................................................................Keg
iatan Lapangan (Eksplorasi)...............................................
2.3 Study Kelayakan..........................................................................
2.4 Perencanaan Tambang.................................................................
2.4.1..........................................................................................Perh
itungan Cadangan Bijih......................................................
2.4.2..........................................................................................Pert
imbangan Dasar Perencanaan Tambang.............................
2.4.3..........................................................................................Das
ar Pemilihan Sistem Penambangan....................................
2.4.4..........................................................................................Ran
cangan Teknis Penambangan.............................................
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Penyelidikan Umum....................................................................
Bentuk-bentuk dulang atau lenggang dan Serpihan mineral
pada kelokan sungai....................................................................
Gambar 2.3 Macam bentuk penampang sumur uji..........................................
Gambar 2.4 Bentuk penampang parit uji.........................................................
Gambar 2.5 Arah penggalian parit uji.............................................................
Gambar 2.6 Eksplorasi....................................................................................
Gambar 2.7 Sumur Uji (Test Pit).....................................................................
Gambar 2.8 Parit Uji (Trenching)....................................................................
Gambar 2.9 Pemboran.....................................................................................
Gambar 2.10 Studi Kelayakan...........................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tambang terbuka merupakan satu dari dua sistem penambangan yang
dikenal, yaitu Tambang Terbuka dan Tambang Bawah Tanah, dimana segala
kegiatan atau aktivitas penambangan dilakukan di atas atau relatif dekat
permukaan bumi dan tempat kerja berhubungan langsung dengan dunia luar.
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam
rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang
rneliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan,
serta kegiatan pascatambang. Kegiatan dalam usaha pertambangan meliputi
tugas tugas yang dilakukan untuk mencari, mengambil bahan galian dari
dalam kulit bumi, kemudian mengolah sampai bisa bermanfaat bagi
manusia. Secara garis besar tahapan tahapan kegiatan dalam usaha
pertambangan dijelaskan dalam gambar di bawah. Setiap melakukan tahap
tahap kegiatan usaha pertambangan, pengusaha harus memiliki surat
keputusan pemberian Kuasa Pertambangan (KP) atau Surat Izin
Penambangan Daerah (SIPD) yang sesuai dengan tahap kegiatan yang
dilakukan.
Kegiatan ini merupakan langkah awal usaha pertambangan yang
ditujukan untuk mencari endapan-endapan metal atau endapan-endapan
mineral komersil batubara atau non metal. Penyelidikan umum terbatas pada
mineral yang spesifik (tipe mineral tertentu) atau pada area tertentu (negara
atau wilayah) yang memiliki geologic anomaly (keganjilan geologi) yang
mencerminkan adanya karakteristik dari sebuah endapan bahan galian.
Eksplorasi pengertian suatu bentuk kegiatan penggalian informasi atau
kumpulan data-data yang dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan
beberapa data maupun informasi-informasi yang nantinya akan diteliti atau
di informasikan kepada pihak-pihak lain yang membutuhkanya.
pembangunan
seringkali
menyebabkan
kerusakan
BAB II
PEMBAHASAN
Gambar 2.1
Penyelidikan umum
Untuk metode langsung biasanya terbatas pada cadangan permukaan
(singkapan ditemukan). Berdasarkan dari penglihatan atau pengamatan
langsung, singkapan cadangan atau dari pecahan-pecahan lepas yang
mengalami pelapukan dari singkapan tersebut. Pada metode langsung
biasanya dilakukan studi geologi beberapa data tambahan dari foto udara
maupun peta topograpi daerah tersebut. Untuk metode tidak langsung yang
mana bahan galiannya tersebunyi biasanya digunakan berupa metode
geofisika. suatu metode yang mendeteksi kejanggalan-kejanggalan yang
Gambar 2.2
(a) Bentuk-bentuk dulang atau lenggang dan (b) Serpihan mineral
pada kelokan sungai
Float adalah fragmen-fragmen atau pecahan-pecahan (potonganpotongan) dari badan bijih yang lapuk dan tererosi. Akibat adanya
gaya gravitasi dan aliran air, maka float ini ditransport ke tempattempat yang lebih rendah (ke arah hilir). Pada umumnya, float ini
banyak terdapat pada aliran sungai-sungai.
Tracing (penjejakan
pada
dasarnya
merupakan kegiatan pengamatan pada pecahan-pecahan (potonganpotongan) batuan seukuran kerakal s/d boulder yang terdapat pada
sungai-sungai, dengan asumsi bahwa jika terdapat pecahan-pecahan
yang mengandung mineralisasi, maka sumbernya adalah pada suatu
tempat di bagian hulu dari sungai tersebut. Dengan berjalan ke arah
hulu, maka diharapkan dapat ditemukan asal dari pecahan (float)
tersebut.
Intensitas, ukuran, dan bentuk butiran float yang mengandung
mineralisasi (termineralisasi) dapat digunakan sebagai indikator untuk
menduga jarak floatterhadap sumbernya. Selain itu sifat dan
karakteristik sungai seperti kuat arus, banjir, atau limpasan juga dapat
pendulangan
tracing
with
panning).
tidak
termineralisasi.
Titik-titik informasi kuantitas dan kualitas float.
Lokasi dimana float mulai hilang.
Pada lokasi dimana float mulai hilang, dapat diinterpretasikan
biasanya
digali
sumur
uji
(test
pit)
dengan
Gambar 2. 3
Macam bentuk penampang sumur uji
Test pit (sumur uji) merupakan salah satu cara dalam pencarian
endapan atau pemastian kemenerusan lapisan dalam arah vertikal.
Pembuatan sumur uji ini dilakukan jika dibutuhkan kedalaman yang
lebih (> 2,5 m). Pada umumnya suatu deretan (series) sumur uji dibuat
searah jurus, sehingga pola endapan dapat dikorelasikan dalam arah
vertikal dan horisontal. Sumur uji ini umum dilakukan pada eksplorasi
endapan-endapan yang berhubungan dengan pelapukan dan endapanendapan berlapis. Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji
ditujukan untuk mendapatkan kemenerusan lapisan dalam arah
kemiringan, variasi litologi atap dan lantai, ketebalan lapisan, dan
karakteristik variasi endapan secara vertikal, serta dapat digunakan
sebagai lokasi sampling. Biasanya sumur uji dibuat dengan kedalaman
Gambar 2.4
Bentuk penampang parit uji
Untuk menemukan urat bijih yang tersembunyi di bawah
material penutup sebaiknya digali dua atau lebih parit uji yang saling
tegak lurus arahnya agar kemungkinan untuk menemukan urat bijih
itu lebih besar. Bila kebetulan kedua parit uji itu dapat menemukan
singkapan urat bijihnya, maka jurusnya (strike) dapat segera
ditentukan. Selanjutnya untuk menentukan bentuk dan ukuran urat
bijih yang lebih tepat dibuat parit-parit uji yang saling sejajar dan
tegak lurus terhadap jurus urat bijihnya (lihat Gambar 2.5).
Gambar 2.5
Arah penggalian parit uji
Trenching (pembuatan paritan) merupakan salah satu cara dalam
observasi singkapan atau dalam pencarian sumber (badan) bijih /
endapan. Pada pengamatan (observasi) singkapan, paritan uji dila
kukan dengan cara menggali tanah penutup dengan arah relatif tegak
lurus bidang perlapisan (terutama pada endapan berlapis). Informasi
yang diperoleh antara lain ; jurus bidang perlapisan, kemiringan
lapisan, ketebalan lapisan, karakteristik perlapisan (ada split atau
sisipan), serta dapat sebagai lokasi sampling. Sedangkan pada
pencarian sumber (badan) bijih, parit uji dibuat berupa series dengan
arah paritan relatif tegak lurus terhadap jurus zona badan bijih,
sehingga batas zona bijih tersebut dapat diketahui. Informasi yang
dapat diperoleh antara lain ; adanya zona alterasi, zona mineralisasi,
arah relatif (umum) jurus dan kemiringan, serta dapat sebagai lokasi
sampling. Dengan mengkorelasikan series paritan uji tersebut
diharapkan zona bijih/minerasisasi/badan endapan dapat diketahui.
Pembuatan trenching (paritan) ini dilakukan dengan kondisi
umum sebagai berikut :
Terbatas pada overburden yang tipis,
Kedalaman penggalian umumnya 22,5 m (dapat dengan tenaga
sehingga
dapat
terjadi
mekanisme
self
dengan
tujuan
informasi.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI)
Eksplorasi adalah kegiatan penyelidikan geologi yang dilakukan
untuk mengidentifikasi,menetukan lokasi, ukuran, bentuk, letak,
sebaran, kuantitas dan kualitas suatu endapan bahan galian untuk
kemudian dapat dilakukan analisis/kajian kemungkinan dilakukanya
penambangan.
2.2.1
Metode eksplorasi
Setelah diketahui terdapatnya bahan galian di suatu daerah dalam
kegiatan prospeksi, yang mempunyai prospek untuk dilakukan kegiatan
selanjutnya, maka dilakukanlah eksplorasi dengan metode atau cara antara
lain sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui penyebaran secara lateral dan vertical dapat
dilakukan dengan cara membuat parit uji, sumur uji, pembuatan adit
dam pemboran inti.
b. Untuk mengetahui kualitas bahan galian, diambil contoh bahan galian
yang berasal dari titik percontohan dan dianalisis di laboratorium.
c. Pada beberapa jenis bahan galian juga dapat dilakukan beberapa
penyelidikan geofisik seperti seismic, SP, IP dan resistivity.
d. Setelah titik percontohan yang dibuat dianggap cukup memadai untuk
mengetahui penyebaran lateral dan vertical bahan galian, maka dibuat
peta penyebaran cadangan bahan galian dan dilakukan perhitungan
cadangan bahan galian.
e. Selain dari itu, juga kadang-kadang diperlukan analisis contoh batuan
yang berada di lapisan atas atau bawah bahan galian untuk mengetahui
sifat-sifat fisik dan keteknikannya.
2.2.2
Survey Tinjau
Prospeksi
Pada tahap ini, dilakukan pemilihan lokasi daerah yang mengandung
endapan batubara yang potensial untuk dikembangkan dengan tujuan
untuk mengidentifikasi sebaran dan potensi endapan batubara yang akan
menjadi target eksplorasi selanjutnya. Pemboran uji pada tahap ini
bertujuan untuk mempelajari stratigrafi regional atau litologi, khususnya di
daerah yang mempunyai indikasi adanya endapan batubara. Jarak antar
titik bor berkisar dari 1000 sampai 3000 meter. Pada tahap ini peta yang
dipakai mulai dari 1:50.000 sampai 1:25.000.
2.2.4
Eksplorasi Pendahuluan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh gambaran awal
tentang endapan batubara yang meliputi jarak titik pengamatan, ketebalan,
kemiringan lapisan, bentuk, korelasi lapisan, sebaran, struktur geologi dan
sedimen, kuantitas dan kualitasnya. Jarak antar titik bor berkisar 500
1000 meter, skala peta yang digunakan mulai dari 1: 25.000 sampai
1:10.000. Sesuai dengan Keputusan Direktur Jendral Pertambangan Umum
No. 661.K/201/DDJP/1996 tentang Pemberian Kuasa Pertambangan,
Laporan Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum perlu dilampiri dengan
beberapa peta:
Peta lokasi/situasi,
Peta geologi lintasan dan singkapan (skala 1:25.000),
Peta kegiatan penyelidikan umum, termasuk lokasi sumur uji, parit uji,
atau
kemiringan
lereng
tambang.
Juga
penting
untuk
kajian geoteknik
kajuan geohidrologi
kajian penambangan
kajian pengolahan/pemurnian
kajian pengangkutan
kajian K3
kajian ekonomi
Hal lain yang harus dipahami adalah, studi kelayakan bukan hanya
kontrol
keselamatan
dan
kesehatan
kerja,
kontrol
peraturan
perundang-undangan
yang
terkait
aspek
Kajian pasar
Berkaitan dengan supply and demand, dapat dianalisis dari
karakteristik pasar, potensi, dan pesaing pasar (melalui analisis
terhadap kebutuhan pasar dan supply yang telah berjalan, maupun
dari analisis substitusi produk). Selain itu hal yang paling penting
adalah karakteristik dan standarisasi produk di pasaran.
Kajian kelayakan ekonomis
Perhitungan tentang kelayakan ekonomis, berupa estimasiestimasi dengan mempergunakan beberapa metode pendekatan.
Secara umum, metode pendekatan dimaksud biasanya melalui
analisis Net Present Value (NPV), Benefit Cos Ratio (BCR),
Profitability Index (PI), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback
Period.
Kajian kelayakan lingkungan, berbentuk AMDAL dan UKLUPL.
Kajian lingkungan untuk industri pertambangan merupakan
kegiatan yang wajib AMDAL, karena baik dari sisi intensitas,
ruang lingkup kegiatan, maupun dari sisi operasional dan
pengolahan bahan galian merupakan kegiatan-kegiatan yang dapat
menimbulkan dampak serius terhadap lingkungan.
Mencermati uraian di atas, memberikan gambaran bahwa
studi kelayakan pertambangan merupakan studi yang cukup
kompleks, oleh karena itu harus dilakukan secara cermat dan
integratif dari setiap aspek yang berhubungan langsung dengan
kegiatan penambangan. Karena kegiatan penambangan adalah
salah satu kegiatan yang mempunyai sensitivitas sangat tinggi,
terutama yang berkaitan dengan masalah aspek sosial budaya
masyarakat setempat. Walaupun pada umumnya kegiatan tambang
berada di tengah hutan, tetapi untuk beberapa tahun terakhir ini,
boleh dikatakan bahwa kegiatan usaha tambang relatif berdekatan
dengan pemukiman penduduk, sehingga sering bersinggungan
dengan kepentingan masyarakat setempat.
2.4 Perencanaan Tambang
Perencanaan
adalah
penentuan
persyaratan
dalan
mencapai
dan
pertimbangan
ekonomis
dan
pertimbangan
teknis.
Untuk
2.4.2
diperlukan
sampai
2.4.3
Pertimbangan Teknologi.
Ketiga sistem penambangan yang telah disebutkan sebelumnya,
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing serta sesuai dengan
karakteristik dari endapan yang akan ditambang. Khusus dalam penelitian
ini akan dibahas sistem penambangan secara tambang terbuka. Metode
penambangan yang biasanya digunakan untuk tambang bijih adalah
metode open pit, open mine, open cut, dan open cast.
Pada kegiatan penambangan menggunakan empat metode diatas,
bijih berasal dari penggalian excavator baik dilakukan sendiri atau dengan
kombinasi alat lain cara penggalian bijih nikel yang digunakan pada
metode penambangan open pit, open cut, open cast dan open mine adalah:
a. Sistem jenjang tunggal (Single Bench) Sistem jenjang tunggal biasanya
dipakai untuk menambang bahan galian yang relatif dangkal dan
memungkinkan unutk beroperasi dengan jenjang tunggal. Tinggi
jenjang maksimum yang stabil, kemiringannya tergantung pada jenis
batuan yang ditambang. Ketinggian jenjang yang aman ditetapkan
dengan mempertimbangkan keselamatan pekerja dan peralatan.
Ketinggian jenjang berhubungan erat dengan kesetabilan permukaan
yang aman adalah apabila alat-alat yang berioperasi dan pekerja dalam
kondisi tidak aman, dimana tempat yang enjadi landasan terdapat
kemungkinan akan runtuh/longsor. Besarnya hasil produksi yang
dihasilkan dengan jenjang tunggal sangat terbatas dan ditentukan oleh
kapasitas alat. Selain itu juga ditentukan oleh luas permukaan kerja
(front).
b. Sistem jenjang bertingkat (Multiple bench) Penambangan dengan
jenjang bertingkat umumnya digunakan untuk menambang bahan galian
yang kompak (massive) dan endapan bijih tebal yang sanggup
ditambang jika menggunakan cara penambangan dengan jenjang
tunggal. Jenis batuannya harus kuat dan keras agar dapat mendukung
beban yang ada diatasnya.
pada dinding
jenjang, mengetahui
daerah
kritis,
perbandingan
antara
volume
tanah
penutup
yang
Persiapan Penambangan
Persiapan penambangan merupakan kegiatan pendahuluan dari
aktivitas
penambangan.
Persiapan
penambangan
ini
berupa
mencakup
pembuatan
saluran,
sumuran,
dan
kolam
menggunakan alat bulldozer. Pekerjaan ini dimulai dari tepat yang lebih
tinggi, dan tanah penutup didorong ke bawah ke arah yang lebih rendah
JP
= Jangkauan penumpahan BH
JA
= Jarak aman
c. Tinggi jenjang
Tinggi jenjang adalah jarak vertikal yang diukur dari kaki
jenjang ke puncak jenjang tersebut. Tinggi jenjang dibuat tergantung
dari faktor keamanan suatu lereng dan tinggi maksimum penggalian
dari alat gali yang digunakan. Analisis kemantapan lereng (slope
stability) diperlukan sebagai pendekatan untuk memecahkan masalah
kemungkinan longsor yang akan terjadi pada suatu lereng. Lereng
pada daerah penambangan dapat mengalami kelongsoran apabila
terjadi perubahan gaya yang bekerja pada lereng tersebut. Perubahan
gaya ini dapat terjadi karena pengaruh alam atau karena aktivitas
penambangan. Kemantapan lereng tergantung pada gaya penggerak
(driving force) yaitu gaya yang menyebabkan kelongsoran dan gaya
penahan (resisting force) yaitu gaya penahan yang melawan
kelongsoran yang ada pada bidang gelincir tersebut serta tergantung
pada besar atau kecilnya sudut bidang gelincir atau sudut lereng.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemantapan dari
lereng diantaranya adalah:
Geometri lereng
Sifat fisik dan mekanik tanah/batuan
Struktur geologi
Pengaruh air tanah
Pengaruh gaya-gaya luar
Kedudukan lereng terhadap bidang perlapisan batuan
Faktor waktu.
Longsoran pada suatu lereng dapat terjadi dengan beberapa
bentuk atau cara. Hal ini yang membuat analisa dari kemantapan lereng
sangat penting menurut Hoek & Bray (1981), klasifikasi longsoran
dapat dibagi atas :
1. Longsoran busur
Bidang gelincir dari longsoran ini mempunyai bentuk busur
lingkaran. Longsoran ini biasanya terjadi pada lereng dengan batuan
yang sudah mengalai pelapukan, tanah atau batuan yang ikatan
lingkungan,
agar
setelah
penambangan
selesai
dilakukan,
peerlu
dipindahkan
agar
tidak
mengganggu
dalam
penambangan batubara.
9. Backfilling (dari tempat penyimpanan sementara)
Tanah penutup maupun tanah pucuk yang sebelumnya disimpan
di tempat penyimpanan sementara akan diangkut kembali ke daerah
yang telah tertambang (mined out). Kegiatan ini dimaksudkan agar pit
bekas tambang tidak meninggalkan lubang yang besar dan digunakan
untuk rehabilitasi lahan pasca tambang.
10. Perataan dan Rehabilitasi Tanah (spreading)
Terdiri dari pekerjaan penimbunan, perataan, pembentukan, dan
penebaran tanah pucuk diatas disposal overburden yang telah di
energi
tersebut
disebabkan
oleh
adanya
perubahan
oleh
cara
mengusahakan
agar
lubang
bukaan
dapat
dengan metode tambang terbuka, lebih-lebih setelah digunakannya alatalat besar yang mempunyai kapasitas muat dan angkut yang besar untuk
membuang lapisan penutup batubara menjadi lebih murah dan menekan
biaya ekstraksi batubara.
Selain itu prosentase batubara yang diambil jauh lebih besar
dibandingkan dengan batubara yang dapat diekstraksi dengan cara
tambang dalam. Penambangan batubara dengan metode tambang terbuka
saat ini diperoleh 85% dari total mineable reserve, sedang dengan metode
tambang dalam paling besar hanya 50% saja.
Walaupun
demikian
penambangan
secara
tambang
terbuka
Dragline
Baik yang dengan scrawler maupun walking dragline.
Alat
ini
mengeruk
dan
langsung
membuang
sendiri.
Face Shovel
Ada dua tipe yaitu :
a. Stripping Shovel
Mempunyai kapasitas mangkok (bucket) yang besar
dan jangkauan yang panjang digunakan sebagai alat
pembuangan lapisan penutup batubara tanpa perlu bantuan
alat angkut yang lain. Pada umumnya kapasitas mangkok
berukuran lebih besar dari 20 m , dengan jangkauan buang
lebih dari 25 m.
b. Loading Shovel
Yang dipergunakan sebagai alat muat yang umunya
kapasitas isi mangkok dan panjang jangkauan lebih pendek.
c. Bucket Wheel Excavator
Adalah alat penggali dan pengangkut sekaligus. Alat
ini dapat bekerja sendiri atau dibantu alat lain berupa belt
conveyor dan dapat dibantu dengan alat yang dinamakan
belt transfer, dan selanjutnya pada ujung belt conveyor
dipasang alat yang dinamakan belt spreader yang digunakan
untuk menyebarkan hasil galian batuan penutup ketempat
pembuangan dumping disposal area.
Stripping Mining
Tipe penambangan terbuka yang diterapkan pada
endapan batubara yang lapisannya datar dekat permukaan
tanah. Alat yang digunakan dapat berupa alat yang sifatnya
mobil atau alat penggalian yang dapat membuang sendiri.
Penambangan batubara khususnya di Kalimantan akan dimulai
lapisan
atap
diatap
dibelakang
penyangga.
Dengan
secrafisikadankimiadenganekstraksimetal.Pengolahanbahangalian
secara fisika ialah pengolahan bahan galian dengan cara memberikan
perlakuanfisikasepertiperemukan,penggerusan,pencucian,pengeringan,
danpembakarandengansuhurendah.Contohyangtergolongpengolahan
inisepertipencucianbatubara.Yangkeduapengolahansecarafisikadan
kimiatanpaekstraksimetal,yaitupengolahandengancarafisikadankimia
tanpa adanya proses konsentrasi dan ekstraksi metal. Contohnya,
pengolahan batubara skala rendah menggunakan reagen kimia. Ketiga,
pengolahanbahangaliansecarafisikadankimiadenganekstraksimetal,
yaitupengolahanlogammuliadanlogamdasar.
2.6.1
didalamnya
pembersihan
untuk
mengurangi
impurities
iron pyrite, selain itu dikenal sebagai fools gold dapat dipisahkan dari
batubara. Secara khusus pada proses satu kali, bongkahan batubara
dimasukkan ke dalam tangki besar yang terisi air , batubara mengambang
ke permukaan ketika kotoran sulfur tenggelam. Fasilitas pencucian ini
dinamakan coal preparation plants yang membersihkan batubara dari
pengotor-pengotornya.
Tidak semua sulfur bisa dibersihkan dengan cara ini, bagaimanapun
sulfur pada batubara adalah secara kimia benar-benar terikat dengan
molekul karbonnya, tipe sulfur ini disebut organic sulfur, dan pencucian
tak akan menghilangkannya. Beberapa proses telah dicoba untuk
mencampur batubara dengan bahan kimia yang membebaskan sulfur pergi
dari molekul batubara, tetapi kebanyakan proses ini sudah terbukti terlalu
mahal, ilmuan masih bekerja untuk mengurangi biaya dari prose pencucian
kimia ini.
Kebanyakan pembangkit tenaga listrik modern dan semua fasilitas
yang dibangun setelah 1978 telah diwajibkan untuk mempunyai alat
khusus yang dipasang untuk membuang sulfur dari gas hasil pembakaran
batubara sebelum gas ini naik menuju cerobong asap. Alat ini sebenarnya
adalah flue gas desulfurization units, tetapi banyak orang menyebutnya
scrubbers karena mereka men-scrub (menggosok) sulfur keluar dari
asap yang dikeluarkan oleh tungku pembakar batubara.
Dalam pencucian batubara, yang harus dipertimbangkan ialah
metode pencucian mana yang akan diterapkan untuk mempersiapakan
batubara sesuai keperluan pasar, dan apakah pencucian masih diperlukan,
karena pada prinsipnya batubara dapat dijual langsung setelah ditambang.
Kenyataannya penjualan langsung setelah ditambang tidak berarti produser
memperoleh keuntungan maksimum. Oleh karena itu dalam memutuskan
ini perlu dimasukan juga pertimbangan komersial.Untuk menentukan
kesesuaian alat yang digunakan dalam mencuci batubara syarat yang
diperlukan adalah ukuran butir dari batubara yang akan dicuci, spesifik
gravity dan kapasitas produksi yang digunakan. Alat-alat tersebut antara
lain dapat dipilih Dense Medium Separation, Concentration Table, Jig dan
Flotasi.
Dalam proses pencucian batubara untuk memisahkan dari mineral
pengotor, dipakai berbagai jenis peralatan konsentrasi berdasarkan sifatsifat batubara dari mineral pengotor. Perbedaan tersebut dapat berupa sifat
fisik atau mekanik dari butiran tersebut, seperti halnya berat jenis, ukuran,
warna, gaya sentripetal, gaya sentrifugal ataupun desain peralatan itu
sendiri.
Pencucian batubata dilakukan karena batubara hasil penambangan
bukanlah batubara yang bersih, tetapi masih banyak mengandung material
pengotor. Pengotor batubara dapat berupa pengotor homogen yang terjadi
di alam saat pembentukan batubara itu sendiri, yang disebut dengan
Inherent Impurities, maupun pengotor yang dihasilkan dari operasi
penambangan itu sendiri, yang disebut extraneous impurities.
Dengan demikian pencucian batubara bertujuan untuk memisahkan
dari material pengotornya dalam upaya meningkatkan kualitas batubara
sehingga nilai panas berrtambah dan kandungan air serta debu berkurang.
Batubara yang terlalu banyak pengotor cenderung akan menurunkan
kualitas batubara itu sendiri sehingga tidak dapat diandalkan dalam upaya
penjualan ke konsumen. Pada umumnya persyaratan pasar menghendaki
kandungan abu tidak lebih dari 10 %, dan pada umumya menghendaki
nilai panas yang berkisar antara 6000-6900 kcal/kg.
Batubara dari tambang terbuka dan tambang dalam harus dipisahkan
terlebih dahulu dari material pengotornya yang ditimbun terlebih dahulu di
Coal Yard. Dengan bantuan Whell Looader, raw coal dimuat ke hopper,
umpan dari hopper ini dipisahkan melalui grizzly, sehingga batubara yang
memiliki ukuran diatas 75 mm akan dimuat ke Picking Belt yang
selanjutnya akan dipisahkan dari material pengotornya melalui hand
picking secara manual, sedangkan batubara yang berukuran -75 mm akan
dijadikan umpan pencucian.
2.6.2
Macam-Macam Alat Pencucian Batubara
1. Jig
kembali oleh Coalindo. Dari sana, 10% harga tertinggi dan terendah akan
dibuang, sisanya akan dihitung rata-ratanya sehingga didapatkan nilai jual
dari 4 macam batubara. Kemudian coalindo akan mengirimkan hasilnya ke
Argus Media di inggris, dan Argus Media di Singapura akan mengajukan
harga jual berdasarkan analisis harga harian dan data transaksi di pasar.
Kedua nilai yang didapat Argus Media di Inggris kemudian akan dirataratakan dan akan mendapat nilai akhir ICI.
memperbaiki
lahan
yang
terganggu
Ekologinya,
dan
lahan
pertambangan,
yang
agar
terganggu
dapat
sebagai
berfungsi
dan
akibat
kegiatan
berdaya
guna
usaha
sesuai
kemiringan stabil, top soil spreading agar memenuhi syarat sebagai media
pertumbuhan tanaman, untuk memperbaiki tanah sebagai media tanam,
revegetasi dengan tanaman cepat tumbuh, tanaman asli lokal dan tanaman
kehutanan introduksi. Perlu juga direncanakan pengembangan tanaman
pangan, tanaman perkebunan dan atau tanaman hutan industri, jika
perencanaan penggunaan lahan memungkinkan untuk itu (Djati, 2011).
Teknologi dan langkah-langkah reklamasi
Menurut Dariah (2010), bahwa Reklamasi lahan perlu dilakukan
diantaranya untuk meningkatkan daya dukung dan daya guna bagi
produksi biomassa. Penentuan jenis pemanfaatan lahan antara lain perlu
didasarkan atas status kepemilikan dan kondisi bio-fisik lahan, serta
kebutuhan masyarakat atau Pemda setempat. Ke depan, persyaratan
pengelolaan lahan tambang tidak cukup hanya dengan study kelayakan
pembukaan usaha penambangan saja, namun perlu dilengkapi juga dengan
perencanaan penutupannya (planning of closure), yang mencakup
perlindungan lingkungan dan penanggulangan masalah sosial-ekonomi.
Hal ini perlu dijadikan salah satu persyaratan dalam pemberian izin
penambangan. Reklamasi lahan bekas tambang memerlukan pendekatan
dan teknologi yang berbeda tergantung atas sifat gangguan yang terjadi
dan juga peruntukannya (penggunaan setelah proses reklamasi). Namun
secara umum, garis besar tahapan reklamasi adalah sebagai berikut:
1. Konservasi Top Soil
Lapisan tanah paling atas atau tanah pucuk, merupakan lapisan
tanah yang perlu dikonservasi, karena paling memenuhi syarat untuk
dijadikan media tumbuh tanaman. Hal ini mencerminkan bahwa proses
reklamasi harus sudah mulai berjalan sejak proses penambangan
dilakukan, karena konservasi tanah pucuk harus dilakukan pada awal
penggalian. Namun banyak perusahaan tambang yang tidak mematuhi
hal ini, akibatnya harus mengangkut tanah pucuk dari luar dengan biaya
tinggi, dan menimbulkan permasalahan di lokasi tanah pucuk berada.
Beberapa hal yang harus diperhatikan, adalah:
juga relatif mudah tumbuh pada kondisi lahan buruk sehingga bertindak
sebagai tanaman pioner.
4. Penanaman Cover Crop
Penanaman cover crop (tanaman penutup) merupakan usaha
untuk memulihkan kualitas tanah dan mengendalikan erosi. Oleh karena
itu keberhasilan penanaman penutup tanah sangat menentukan
keberhasilan reklamasi lahan pasca penambangan. Karakteristik cover
crop yang dibutuhkan, sebagai berikut : mudah ditanam, cepat tumbuh
dan rapat, bersimbiosis dengan bakteri atau fungi yang menguntungkan
(rhizobium,
biomassa
frankia,
yang
azospirilum,
melimpah
dan
dan
mikoriza),
mudah
menghasilkan
terdekomposisi,
tidak
berkompetisi dengan tanaman pokok dan tidak melilit. Pada areal bekas
tambang nikel PT Inco (Ambodo, 2008) menggunakan dua jenis rumput
(Echinocloa sp. dan Cynodon dactylon) serta dua jenis legum
(Macroptilium bracteatum dan Chamaecrista sp.) sebagai cover crop.
Selain itu juga dicampurkan tanaman legum lokal seperti Clotalaria
sp., Theprosia sp., Calindra sp., dan Sesbania rostata. Dengan
campuran jenis tersebut dalam waktu dua bulan setelah penanaman
didapatkan penutupan lebih dari 80%. Kemampuan tanaman penutup
untuk mendukung pemulihan kualitas tanah sangat tergantung pada
tingkat kerusakan tanah.
Santoso (2008).
menyatakan bahwa
sebaiknya cover crop ditanam pada tahun pertama dan kedua proses
reklamasi.
5. Penanaman Tanaman Pionir
Untuk mengurangi kerentanan terhadap serangan hama dan
penyakit, serta untuk lebih banyak menarik binatang penyebar benih,
khususnya burung, lebih baik jika digunakan lebih dari satu jenis
tanaman pionir/multikultur (Ambodo, 2008). Beberapa jenis tanaman
pionir adalah : sengon buto (Enterrolobium cylocarpum), Sengon
(Paraserianthes falcataria), johar (Casia siamea), Cemara (Casuarina
sp.), dan Eukaliptus pelita. Dalam waktu dua tahun kerapatan tajuk
baik
hanya
pada
awal
pertumbuhan,
selanjutnya
hutan, diantaranya Betula spp. dan Salix spp. yang dapat bertahan hidup
di areal bekas tambang yang mengandung Pb sampai 30.000 mg/kg dan
Zn sampai 100.000 mg/kg. Kemampuan ini ternyata dibangkitkan oleh
asosiasi pohon dengan mikoriza (Notohadiprawiro, 2006).
Perlu
rencana
reklamasi
direklamasikan
sebelum
sama
pelaksanaan
dengan
luas
areal
penambangan,
c. Memindahkan dan menempatkan tanah pucuk pada tempat tertentu
dan mengatur sedemikian rupa untuk keperluan revegetasi,
d. Mengembalikan/memperbaiki pola drainase alam yang rusak,
e. Menghilangkan/memperkecil kandungan (kadar) bahan beracun
sampai tingkat yang aman sebelum dapat dibuang ke suatu tempat
pembuangan,
f. Mengembalikan lahan seperti keadaan semula dan/atau sesuai
dengan tujuan penggunaannya,
g. Memperkecil erosi selama dan setelah proses reklamasi,
h. Memindahkan semua peralatan yang tidak digunakan lagi dalam
aktifitas penambangan,
i. Permukaan yang padat harus digemburkan namun bila tidak
memungkinkan agar ditanami dengan tanaman pionir yang akarnya
mampu menembus tanah yang keras,
j. Setelah penambangan maka pada lahan bekas tambang yang
diperuntukkan bagi revegetasi, segera dilakukan penanaman kembali
dengan jenis tanaman yang sesuai dengan rencana rehabilitasi dari
Departemen Kehutanan dan RKL yang dibuat,
k. Mencegah masuknya hama dan gulma yang berbahaya,
l. Memantau dan mengelola areal reklamasi sesuai dengan kondisi
yang diharapkan.
Setiap lokasi pertambangan mempunyai kondisi tertentu yang
mempengaruhi
pelaksanaan
reklamasi.
Pelaksanaan
reklamasi
tambang
dimanfaatkan.
kadar
rendah
(lowgrade)
yang
belum
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari makalah ini penulis dapat menarik kesimpulan bahwa:
merupakan
kegiatan
untuk
merehabilitasi
kembali
lingkungan yang telah rusak baik itu akibat penambangan atau kegiatan
yang lainnya. Reklamasi ini dilakukan dengan cara penanaman kembali
atau penghijauan suatu kawasan yang rusak akibat kegiatan
penambangan tersebut.
3.2 Saran
Dengan mengucap syukur alhamdulillah pada Allah SWT kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tentunya masih jauh
dari harapan, oleh karena itu kami masih perlu kritik dan saran yang
membangun serta bimbingan, terutama dari Dosen. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca dan bagi kami selaku penulis makalah ini
.
DAFTAR PUSTAKA
Sulun, 2010. Makalah Batubara.http://sulunshare.blogspot.com/2010/11/makalahbatu-bara.html. Di akses pada tanggal 02 April 2015.
Tri,
Gerry.
2014.
Tahapan
Kegiatan
Penambangan.
Batubara.
Zozon,
2014.
Metode
Penambangan
Batubara.
2010.
Rincian
Kegiatan
Penyelidikan
Umum.
Batubara.
http://mineritysriwijaya.blogspot.com/2014/03/perencanaan-tambangRizky,
Batubara.