Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Satuan Polisi
penegakan
Perda,
menyelenggarakan
ketertiban
umum,
dan
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan tugas satuan polisi pamong praja di bidang
ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat berdasarkan Peraturan Daerah
Nomor 9 Tahun 2012 di Provinsi Sumatera Barat.
4
C. Manfaat Penelitian.
Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai berupa :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran ilmiah bagi pengembangan ilmu pengetahuan hukum tata
negara pada umumnya, khususnya yang berkaitan dengan pemerintahan di
daerah.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pemikiran dan
pertimbangan, serta sumbangan pemikiran bagi masyarakat umumnya
terutama bagi Satuan Polisi Pamong Praja di Provinsi Sumatera Barat.
D. Metode Penelitian
1. Pendekatan Masalah
Penelitian ini peneliti memakai metode yuridis sosiologis.
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, bertujuan
untuk
populasi atau daerah tertentu, mengenai sifat-sifat, karakteristikkarakteristik atau faktor-faktor tertentu.
3. Jenis dan Sumber Data
Dalam menjawab permasalahan penelitian, dibutuhkan data sebagai
sebagai berikut :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung di lapangan (field
reserch) dari masyarakat dengan mendatangi sumber data yang relevan
dengan masalah penelitian yaitu Satuan Polisi Pamong Praja Propinsi
Sumatera Barat.
b. Data Sekunder
Data sekunder yang diperoleh melalui penelitian pustaka dan studi
dokumen berupa bahan hukum. Terdiri atas :
1. Bahan Hukum Primer, yaitu Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Satuan Polisi Pamong
Praja dan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 9
Tahun 2012Tentang Organisasi Dan Tata Kerja
Satuan Polisi
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DAN
SATUAN POLISI PAMONG PRAJA
para ahli. Salah satunya adalah pendapat dari Inu Kencana Syafiie yang
berkata:
Ilmu pemerintahan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana
menyeimbangkan
pelaksanaan
kepengurusan
(eksekutif),
kepengurusan (legislatif), kepemimpinan dan
koordinasi
pemerintahan (baik pusat dengan daerah maupun rakyat dengan
pemerintahannya) dalam berbagai peristiwa dan gejala
pemerintahan, secara baik dan benar.
Ada
dua
macam
konsep
pengertian
pemerintahan,
yailu
pemerintahan dalam arti luas dan pemerintahan dalam arti sempit. Dalain arti
sempit, pemerintahan negara itu tidak meliputi kekuasaan perundang
undangan, peradilan dan polisi yang disebut "bestuur". Dalam arti yang
luas, pemerintahan merupakan semua aparatur/ alat perlengkapan negara
dalam rangka menjalankan segala tugas dan kewenangan/kekuasaan
negara, baik kekuasaan legislatif, eksekutif, kekuasaan yudikatif. Istilah
"Pemerintahan Daerah" dan "Pemerintah Daerah", menurut Pasal 1 angka
(2) dan (3) Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 adapun arti secara
yuridis adalah, pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan dengan prinsjp otonomi seluas-luasnya dalam
sistem dan prinsip Negara Kesatuan RI sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945.
Sementara Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau
Walikota,
dan
perangkat
daerah
sebagai
unsur
penyelenggara
pemerintahan daerah.
2. Sejarah Pemerintahan Daerah di Indonesia
Lebih dari setengah abad lembaga pemerintah lokal ini telah mengisi
perjalanan bangsa. Dari waktu ke waktu pemerintahan daerah telah
mengalami perubahan bentuknya. Yang amat penting untuk segera
diselenggarakan
ialah
pemerintahan
daerah-daerah.
Karena
pemerintah daerah merupakan sendi negara kesatuan, sendi ini harus baik
dan sentosa agar negara kesatuan mempunyai pemerintahan yang stabil.
Daerah-daerah menunjukkan keinginannya untuk mendapat otonomi yang
teratur baik harus segera diberi otonomi itu agar mereka dapat merasakan
bahwa
daerah-daerah
itu
dalam
ketatanegaraan
tidak
mengalami
kemunduran.
Penulis memuat konsep pemerintahan daerah sesuai yang telah diatur
Undang-Undang, yakni:
1. Undang-Undang Nomor I tahun 1945 tentang Kedudukan Komite
Nasional Daerah yang ditetapkan tanggal 23 November tahun 1945.
Ketentuan undang-undang inilah yang pertama-tama menerapkan
demokrasi di daerah-daerah.
2. Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1948 tentang Pemerintahan
Daerah, yang ditetapkan pada tanggal 10 Juli tahun 1948. Undangundang ini menghapuskan perbedaan antara cara pemerintahan di
Daerah Jawa dan Daerah Madura. Undang-undang ini berlaku
satu tahun setelah Aksi Militer I tahun 1947.
3. Undang-Undang Nomor 44 tahun 1950 tentang Pemerintahan Negara
Indonesia Timur (NIT) yang ditetapkan pada tanggal 15 Juni 1950.
4. Undang-Undang RI Nomor 1 tahun 1957 tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan Daerah yang ditetapkan pada tanggal 18 Januari 1957.
5. Undang-Undang RI Nomor 18 tahun 1965 tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan Daerah yang ditetapkan pada tanggal 1 September 1965.
9
Tahun
1620
Gubernur
Jenderal
VOC,
Pieter Both
menjadi
Kesatuan
Pagar
Praja
dengan
Peraturan
Menteri
BAB III
PELAKSANAAN TUGAS SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DI BIDANG
KETERTIBAN UMUM DAN KETENTERAMAN MASYARAKAT
BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2012 DI
PROVINSI SUMATERA BARAT
dihadapi oleh Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Sumatera Barat dalam
eksistensinya sebagai SKPD penegak Perda dan juga penyelenggara ketertiban
umum dan ketenteraman masyarakat, bahkan tantangan dan kesulitan-kesulitan
yang dihadapi di kala menjalankan tugasnya di lapangan. Dapatlah
dikategorikan, bahwa kendala-kendala itu adalah kendala dari dalam dan
kendala dari luar.
program
dan
melaksanakan
penegakan
Perda,
4. Melaporkan
kepada
Kepolisian
Negara
Republik
Indonesia
atas
Tugas
Di
Bidang
Ketertiban
Umum
Dan
Ketenteraman Masyarakat.
Kendala internal adalah minimnya personil Satpol PP yaitu 138
orang. Sementara jumlah personil sebanyak ini tidak sepadan dengan
tuntutan lapangan yang sangat besar. Kendala lainnya yang tergolong
internal adalah, lemahnya sarana prasarana penunjang operasional. Masih
rendahnya SDM yang dimiliki oleh personil Satpol PP, adalah juga sangat
memengaruhi kinerja Satpol PP Provinsi. Dari jumlah itu, sekitar 58%,
yakni 80 orang berpendidikan tidak sarjana atau tamatan SLTA. Juga 25%,
dari jumlah itu, yakni sebanyak 27 orang adalah Pegawai Tidak Tetap
(PTT). Hal ini disebabkan karena belum adanya rekruitmen khusus
personil Satpol PP dan belum adanya sekolah khusus Satpol PP.
Selain itu, lemahnya sarana prasarana penunjang operasional
adalah juga kendala internal yang dialami.
Kendala eksternal saya kira adalah belum terjalinnya koordinasi
yang baik antara SKPD-SKPD dengan Satpol PP. Satpol PP dipandang
16
hanya sebagai pengawal saja. Ini sikap-sikap skeptis bukan saja dari
masyarakat biasa, tetapi dari SKPD yang ada. Selain itu saya pikir adalah
terdapatnya rasa kurang senang masyarakat terhadap Satuan Polisi
Pamong Praja yang kadangkala memperlihatkan sikap permusuhan.
BAB IV
PE N UTU P
A. Kesimpulan
Setelah penulis memaparkan bab demi bab dalam tulisan ini, dan berdasarkan
hasil penelitian dan analisa masalah yang ada, penulis berkesimpulan, bahwa:
1. Pelaksanaan tugas Satuan Polisi Pamong Praja di Bidang Ketertiban
Umum dan Ketenteraman Masyarakat Berdasarkan Peraturan Daerah
Nomor 9 Tahun 2012 di Provinsi Sumatera Barat adalah dilaksanakan
berdasarkan Standar Operasional Polisi Pamong Praja, baik Standar
Operasional Polisi Pamong Praja dalam Penegakan Hukum maupun
Standar Operasional Polisi Pamong Praja dalam Penyelenggaraan
Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat.
2. Kendala-kendala yang dihadapi Satuan Polisi Pamong Praja dalam
melaksanakan tugas di bidang ketertiban umum dan ketentraman
masyarakat berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2012 di
Provinsi Sumatera Barat adalah kendala internal dan kendala eksternal
sedangkan upaya yang dilakukan dalam menghadapi kendala-kendala
tersebut adalah melakukan pembinaan internal secara intensif, yaitu
mengadakan penyuluhan-penyuluhan internal dan pelatihan, serta
17
18