Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Pleura adalah membran tipis yang terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura viseralis dan
pleura parietalis. Rongga pleura dalam keadaan normal berisi sekitar 10 20 ml cairan
yang berfungsi sebagai pelicin agar paru dapat bergerak dengan leluasa saat bernapas.
Akumulasi cairan melebihi volume normal dan menimbulkan gangguan jika cairan yang
diproduksi oleh pleura parietal dan viseral tidak mampu diserap oleh pembuluh limfe dan
pembuluh darah mikropleura viseral atau sebaliknya yaitu apabila produksi cairan
melebihi kemampuan penyerapan. Akumulasi cairan pleura melebihi normal dapat
disebabkan oleh beberapa kelainan, antara lain infeksi dan kasus keganasan di paru atau
organ luar paru. Hal pathogenesis seperti inilah yang disebut dengan efusi pleura, yang
bisa berupa hidrothoraks, pleuritis eksudativa, kilothoraks, piothoraks atau empiema1.
Efusi pleura berupa eksudat atau transudat. Transudat terjadi pada peningkatan
tekanan vena pulmonalis, misalnya pada payah jantung kongestif. Transudasi juga dapat
terjadi pada hipoproteinemia seperti pada penyakit hati dan ginjal atu penekanan tumor
pada vena kava.Sedangkan eksudat terjadi sekunder dari peradangan atau keganasan
pleura dan peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan absorpsi getah bening2.
Menurut WHO pada tahun 2008, efusi pleura merupakan suatu gejala penyakit
yang dapat mengancam jiwa. Secara geografis penyakit ini terdapat terdapat di seluruh
dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara yang sedang berkembang
termasuk Indonesia. Di negara-negara industri, diperkirakan terdapat 320 kasus efusi
pleura per 100.000 orang.3
Menurut Depkes RI pada tahun 2006, kasus efusi pleura mencapai 2,7% dari
penyakit infeksi saluran nafas lainnya. Tingginya angka kejadian efusi pleura disebabkan
keterlambatan penderita untuk memeriksakan kesehatan sejak dini dan angka kematian
akibat efusi pleura masih sering ditemukan faktor resiko terjadinya efusi pleura karena
lingkungan yang tidak bersih, sanitasi yang tidak baik.4 Di Indonesia, tuberculosis paru
adalah penyebab utama efusi pleura, disusul dengan keganasan. Distribusi berdasarkan
jenis kelamin, efusi pleura didapatkan lebih banyak pada wanita daripada pria.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Epidemiologi
Di Amerika serikat, dilaporkan 1,3 juta orang setiap tahunnya menderita efusi
pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif dan pneumonia bakteri.
Sementara di negara berkembang seperti Indonesia, diakibatkan oleh infeksi tuberculosis
disusul dengan keganasan. Distribusi berdasarkan jenis kelamin,efusi pleura didapatkan
lebih banyak pada wanita daripada pria. Efusi pleura yang disebabkan karena
tuberkulosis paru lebih banyak dijumpai pada wanita. Umur terbanyak untuk efusi pleura
karena tuberculosis adalah 21-30 tahun(rerata 30,26%).5
2.3.
Etiologi
Akumulasi cairan di rongga pleura terjadi akibat peningkatan permeabilitas
pembuluh darah karena reaksi inflamasi oleh infiltrasi sel kanker pada pleura parietal dan
visceral. Mekanisme yang lain adalah invasi langsung sel tumor yang berdekatan dengan
pleura, obstruksi kelenjar limfe dan gangguan absorbsi oleh pembuluh limfe pleura
parietal. Dengan terjadinya efusi pleura pada umumnya ialah kenaikan tekanan
hidrostatik dan penurunan tekanan onkotik pada sirkulsi kapiler, penurunan tekanan
kavum pleura, kenaikan permeabilitas kapiler dan penurunan aliran limfe dari rongga
pleura.6
Hambatan reasorbsi cairan dari rongga pleura terjadi pada dekompensasi kordis,
penykit ginjl, tumor mediastinum. Produksi cairan berlebihan misalnya karena radang
Patofisiologi
Pleura adalah membran serous yang menutupi permukaan parenkim paru,
mediastinum, diafragma, dan rongga toraks. Struktur tersebut terbagi atas pleura viseralis
dan pleura parietalis. Pleura viseralis melindungi permukaan parenkim paru terhadap
dinding toraks, diafragma, mediastinum dan fisura interlobaris. Pleura parietalis melapisi
permukaan rongga toraks, yang terbagi atas pleura parietalis kostalis, mediastinalis, dan
diafragmatik. Kedua pleura membran tersebut bertemu di akar hilus paru. Diantara
keduanya terdapat rongga ataupun rongga potensial yang disebut sebagai rongga pleura.1
Pleura terdiri dari lima bagian utama, yaitu: sirkulasi sistemik parietal
(percabangan arteri interkostalis dan arteri mamaria interna), ruang interstisial parietal,
rongga pleura yang sisi-sisinya dibatasi oleh sel mesotelial, interstisial paru, dan sirkulasi
viseral (arteri bronkial dan arteri pulmonalis). Pada keadaan normal, rongga pleura berisi
sekitar 10-20 ml cairan yang bermanfaat sebagai pelicin agar paru dapat bergerak dengan
leluasa saat bernapas. Produksinya sekitar 0,01 mg/kgBB/jam hampir sama dengan
kecepatan penyerapan. Dari sirkulasi sistemik, cairan normal dan protein memasuki
rongga pleura. Cairan pleura tersebut mengandung kadar protein rendah (<1,5 g/dl) yang
dibentuk oleh pleura viseral dan parietal.7
Cairan pleura difiltrasi di kompartemen pleura parietalis dari kapiler sistemik
menuju rongga pleura karena terdapat sedikit perbedaan tekanan diantarakeduanya.
Rongga pleura bertekanan sub-atmosfer dan mendukung inflasi paru. Cairan yang
diproduksi oleh pleura parietal dan viseral selanjutnya akan diserap oleh pembuluh limfe
dan pembuluh darah mikro pleura viseral. Mekanisme ini mengikuti hukum Starling yaitu
jumlah pembentukan dan pengeluaran seimbang sehingga volume dalam rongga pleura
tetap. Jika produksi cairan melebihi kemampuan penyerapan dan sebaliknya maka akan
terjadi akumulasi cairan melebihi volume normal, dimana hal tersebut dapat disebabkan
oleh beberapa kelainan antara lain infeksi dan kasus keganasan di paruatau organ luar
paru. Terjadinya penumpukan cairan pleura dalam rongga pleura dapat disebabkan halhal sebagai berikut: 6
1.
2.
3.
4.
5.
Klasifikasi
Berdasarkan jenis cairan yang dibentuk, cairan pleura dibagi menjadi transudat,
eksudat
dan
hemoragis.
Transudat
dapat
disebabkan
oleh
gagal
jantung
kongestif,sindroma nefrotik, asites, dan tumor. Sedangkan untuk eksudat dapat terjadi
pada infeksi, tumor, infark paru dan radiasi. Hemoragis dapat terjadi pada tumor dan
trauma5.
: jernih, kekuningan
- Eksudat
Berdasarkan perhitungan sel dan sitologi, yaitu jika leukosit 25.000/mm3 maka
itu adalah empiema. Jika banyak netrofil, yaitu pada kasus pneumonia,infark paru, tb
paru dini. Sedangkan jik banyak limfosit terjadi pada keganasan dan limfoma.
Tabel 1. Perbedaan antara eksudat dan transudat
Jenis Pemeriksaan
Rivalta
Berat Jenis
Protein
Ratio protein pleura dan
Transudat
-/+
<1,016
<3gr/100cc
<0,5
Eksudat
>1,016
>3gr/100cc
>0,5
protein serum
LDH
Leukosit
<200IU
<1000/mm3
>200IU
>1000/mm3
2.6.
Manifestasi Klinis
Efusi pleura bisa saja tanpa gejala klinis, tergantung pada banyaknya cairan dan
juga bergantung pada penyakit dasar. Pasien terkadang mengeluhkan demam, kemudian
ada nyeri dada dan rasa tidak enak di dada. Bisa juga disertai batuk dan sesak nafas.
Posisi tidur lebih nyaman ke sisi yan sakit. Pada pemeriksaan fisis baru terlihat jka cairan
lebih dari 500 cc. Pada inpeksi saat statis dada yang terkena tampak lebih cembung, saat
dinamis terdapat gerakan tertinggal pada dada yang sakit. Pada saat palpasi,stem fremitus
menurunn di sisi yang sakit. Pada perkusi ditemukan suara redup sampai pekak.
Sementara pada auskultasi terdengar suara vesikuler melemah.1,2
2.7.
Diagnosis
Penatalaksanaan
Tatalaksana pada efusi pleura terfokus pada penyakit dasar dan pengosongan
cairan. Pengosongan cairan dapat dilakukan menggunakan pipa intubasi melaui sela
iga(torakosintesis). Indikasinya adalah untuk mengurangi sesak pada pasien, bila terapi
spesifik pada penyakit primer tidak efektif dan bila terjadi reakumulasi cairan.Sedangkan
kerugian dari tindakan ini adalah dapat menghilangkan protein pada cairan pleura, dapat
menimbulkan infeksi pada pleura dan dapat terjadi pneumothoraks5.
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn. Z
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 30 tahun
Status
: Belum menikah
Suku
: Aceh
Agama
: Islam
Alamat
: Lampulo
Pekerjaan
: Swasta (berdagang)
Tanggal Masuk
: 18 November 2013
Tanggal Pemeriksaan
: 21 November 2013
:
:
:
:
:
:
:
Lemah
Compos Mentis
110/70 mmHg
88 x/menit
20 x/menit
36,8 oC di axilla
50 Kg
:
:
:
:
:
:
Sawo matang
Cepat kembali (normal)
(-)
(-)
(-)
(-)
2. Kepala
Rambut
Wajah
Mata
(+/+)
Hiperemis (-)
3. Leher
Pembesaran KGB
Kelenjar thyroid
Trakhea
JVP
4.
(-)
Pembesaran (-)
Letak medial
: R 2 cmH2O
Axilla : Pembesaran KGB (-)
5. Thorax Anterior
Inspeksi
Simetris, pernafasan abdominothoracal, retraksi intercostal (-)
Palpasi
Stem Fremitus
Paru Kanan
Paru Kiri
Perkusi
Paru Kanan
Paru Kiri
Sonor
Sonor
Redup
Sonor
Sonor
Sonor
Paru Kanan
Ves (+), Rh (-), Wh (-)
Ves (+), Rh (-), Wh (-)
Ves (), Rh (-), Wh (-)
Paru Kiri
Ves (+), Rh (-), Wh (-)
Ves (+), Rh (-), Wh (-)
Ves (+), Rh (-), Wh (-)
Auskultasi :
Lap. Paru Atas
Lap. Paru Tengah
Lep. Paru Bawah
6. Thorax Posterior
Inspeksi
Simetris, retraksi intercostal (-)
Palpasi
Stem Fremitus
Paru Kanan
Paru Kiri
Perkusi
Lap. Paru Atas
Lap. Paru Tengah
Lap. Paru Bawah
Paru Kanan
Sonor
Sonor
Redup
Paru Kiri
Sonor
Sonor
Sonor
Paru Kanan
Ves (+), Rh (-), Wh (-)
Ves (+), Rh (-), Wh (-)
Ves (), Rh (-), Wh (-)
Paru Kiri
Ves (+), Rh (-), Wh (-)
Ves (+), Rh (-), Wh (-)
Ves (+), Rh (-), Wh (-)
Auskultasi :
Lap. Paru Atas
Lap. Paru Tengah
Lep. Paru Bawah
7. Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: batas-batas jantung
Atas : ICS II
10
Palpasi
Perkusi
: Tympani (+)
Superior
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Sianosis
Edema
III.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Inferior
11
KV
Soft Tissue
Tulang-Tulang
Klavikula
: Letak Simetris
Sela Iga
Trakea
: Letak Medial
Jantung
: Tidak membesar
Diafragma
Sinus Kostofrenikus
Hilus Paru
Paru
Kesan
: Cukup
: kuning
- Kejernihan : Keruh
- Bekuan
: Negatif
- Protein
: 5,3
- Glukosa
: 91 mg/dl
- Hitung sel
: 5.500
-PMN
: 10%
- MN
: 90%
DIAGNOSIS BANDING
Efusi pleura dextra ec dd/
1. TB Paru
2. Keganasan
V.
DIAGNOSIS SEMENTARA
Efusi pleura dextra ec. TB Paru
12
VI. PENATALAKSANAAN
Bed rest
IVFD RL 20 gtt/menit
Torakosintesis (WSD)
Ceftriaxon 1 g/ 12 jam
Coditam tab 3 x 1
Inadryl Syr 3 x 1C
Sputum BTA
Planning Evaluasi
VII.
PROGNOSIS
Dubia ad bonam
FOLLOW UP HARIAN
Tgl/Hari
Rawatan
18/11/2013
H-1
S
Batuk, nyeri
tempat
pemasangan
WSD
Vital Sign :
Kes : CM
TD : 120/80 mmHg
N
: 108 x/mnt
RR : 24 x/mnt
T
: 36,5 C
PF :
Kepala, Telinga, Mulut,
Leher : dbn
Toraks
I : Simetris (-), Retraksi (-)
13
P
Therapi :
Bed rest
IVFD RL 20
gtt/menit
Torakosintesis
(WSD)
Ceftriaxon 1 g/ 12
jam
Tramadol 1 amp/
12 jam
19/11/2013
H-2
20/11/2013
H-3
21/11/2013
H-4
Batuk, demam
Batuk, Demam
Demam
14
Coditam tab 3 x 1
Inadryl Syr 3 x 1C
Therapi :
Bed rest
IVFD RL 20
gtt/menit
Torakosintesis
(WSD)
Ceftriaxon 1 g/ 12
jam
Tramadol 1 amp/
12 jam
Coditam tab 3 x 1
Inadryl Syr 3 x 1C
i.
Therapi :
Bed rest
IVFD RL 20
gtt/menit
Torakosintesis
(WSD)
Ceftriaxon 1 g/ 12
jam
Tramadol 1 amp/
12 jam
Coditam tab 3 x 1
Inadryl Syr 3 x 1C
Rimstar 1x4 tab
Therapi :
Bed rest
IVFD RL 20
gtt/menit
Torakosintesis
(WSD)
Ceftriaxon 1 g/ 12
jam
Tramadol 1 amp/
12 jam
Coditam tab 3 x 1
Inadryl Syr 3 x 1C
BAB III
KESIMPULAN
1.
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga
pleura. Timbulnya efusi pleura didahului oleh keradangan pleura atau pleuritis.
Dimana pleuritis terdiri dari pleuritis sicca(tanpa cairan), pleuritis eksudativa,
2.
3.
4.
15
5.
Tatalaksana pada efusi pleura terfokus pada penyakit dasar dan pengosongan
cairan. Pengosongan cairan dapat dilakukan menggunakan pipa intubasi melaui sela
iga(torakosintesis). Indikasinya adalah untuk mengurangi sesak pada pasien
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
K.,
16
2007.
Indikasi
dan
Prosedur
9.
Syahruddin E. Efusi Pleura Ganas dan Stadiun TNM untuk Staging Kanker Paru
Jenis Karsinoma bukan Sel Kecil (KPKBSK) Versi 7, UUIC 2009. J Respir Indo.
2010.
17