You are on page 1of 45

Analisis Masalah dan Learning Issue

Skenario C Blok 16

Nama : Monica Trifitriana


Nim : 04011381320042
Kelas : B
Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya

I.

Analisis Masalah
1. Lana, anak perempuan, usia 2 tahun, dibawa ibunya ke dokter dengan keluhan
batuk dan sukar bernapas disertai demam sejak dua hari yang lalu, dan hari ini
keluhannya betambah berat.
a. Bagaimana anatomi saluran nafas bawah?
Terlampir dalam Learning Issue
b. Bagaimana fisiologi sistem pernafasan?
Terlampir dalam learning issue
c. Bagaimana etiologi dari batuk, sukar bernapas, dan demam pada kasus ini?
Penyebab terkait kasus:
a. Batuk disebabkan oleh adanya partikel benda asing (bisa virus atau
bakteri) yang merangsang otak untuk inspirasi lebih dalam sehingga
nantinya menyebabkan batuk.
b. Sukar bernafas disebabkan oleh adanya reaksi inflamasi yang
diakibatkan oleh adanya partikel asing (bisa bakteri atau virus) yang
terdapat di bronkus sehingga menyebab kan sekresi mucus, selain itu pada
alveolus yang ditandai dengan banyaknya eksudat di dalama alveolus
sehingga berakibat pada kesulitan bernafas.
c. Demam akibat inflamasi menyebabkan peningkatan mediator
inflamasi, seperti IL-1, IL-6, dan TNF alpha yang mengakibatkan
terbentuknya prostaglandin sehingga bisa menyebabkan peningkatan suhu
tubuh di hipotalamus
d. Bagaimana patofisiologi dari batuk, sukar bernapas, dan demam pada kasus
ini?
a. Batuk
Benda asing/ iritan pada saluran nafas bawah Iritasi dari salah satu saraf
sensoris nervus vagus di laring, trakea, bronkus besar , reseptor batuk di
lapisan faring dan esofagus impuls aferen dari nervus vagus ke otak
respon inspirasi udara secara cepat epiglottis dan pita suara menutup
untuk menjerat udara dalam paru otot abdomen berkontraksi
mendorong diafragma serta otot pernafasan juga berkontraksi pita suara
dan epiglotis membuka tiba-tiba udara bertekanan tinggi keluar dari
paru-paru dengan cepat disertai dengan batuk.

Pada pneumonia: Batuk produktif


Iritasi pada sal nafas bawah iritasi mukosa produksi mukus yang
berlebihan mukus akan dikeluarkan dengan tekanan intrathorakal dan
intraabdominal yang tinggi Dibatukkan, udara keluar dengan akselerasi
yg cepat beserta membawa sekret mukus.
b. Sukar Bernafas
infeksi mikroorganisme :
o di alveolus aktivasi makrofag pelepasan sitokin-stitokin
peningkatan permeabilitas vaskular & aktivasi dan kemotaksis
netrofil reaksi inflamasi di alveolus eksudat di aveolus
paru- paru lebih sulit utuk mengembang disertai gangguan
pertukaran gas di alveolus sukar bernafas/ sesak
o juga menginvasi saluran nafas (bronkiolus) respon inflamasi di
bronkiolus peningkatan sekresi mukus penyempitan saluran
nafas udara sulit lewat sukar bernafas/sesak

c. Demam
Infeksi merangsang pengeluaran mediator inflamasi seperti IL-1, IL6,
dan TNF asam arakhidonat sintesis prostaglandin homeostasis
tubuh meningkatkan suhu tubuh dengan meningkatkan set point di
hipothalamus untuk melawan infeksi
e. Mengapa keluhan Lana bertambah berat?
Kemungkinan kondisi Lana telah memasuki tahapan perkembangan
pneumonia yang kedua, yaitu hepatisasi merah dimana alveolus terisi oleh sel
darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai
bagian dari reaksi peradangan. Pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau
sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak. Hal ini mungkin
diperparah dengan demam namun mekanismenya belum diketahui
2. Pemeriksaan Fisis :

Keadaan Umum : Tampak sakit berat, kesadaran : kompos mentis, RR :


60x/menit, Nadi : 132x/menit, regular, Suhu : 38,6oC. Panjang Badan : 85cm,
Berat Badan : 12 kg
Keadaan Spesifik :
Kepala : Napas Cuping hidung (+)
Toraks : Paru : Inspeksi : Simetris, retraksi intercostal, subcostal
Palpasi : stem fremitus kiri = kanan
Perkusi : redup pada basal kedua lapang paru,
Auskultasi : peningkatan suara nafas vesiukler, ronki basah halus nyaring, tidak
terdengar wheezing
Pemeriksaan lain dalam batas normal
Informasi Tambahan : tidak ada riwayat atopi dalam keluarga
a. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik?
Interpretasi Pemeriksaan Fisik ( Keadaan Umum)
Manifestasi klinis
Kasus
Normal
Keadaan Umum
Tampak sakit berat.
Tidak sakit
Kesadaran
Compos mentis
Compos mentis
RR
60 x/menit
(1-2 tahun)
PR

132x/menit

Suhu

Regular
38,6 oC

25-50x/menit
(1-2 tahun)
80-120x/menit
36,5-37,2 oC
<35= hipotermia
37,9-38,2=subfebris
38,3-41,5=febris
>41,6=hiperpireksia

Interpretasi
Abnormal
Normal
Tachypnea
Takikardi,

akibat

kompensasi
Demam

febris,

Demam
pelepasan

karena
mediator

akibat
peradangan

Panjang badan
Berat badan

85 cm
12 kg

69,9-87cm
9,9-12,4 kg

proses
pada

parenkim paru
Normal
Normal

b. Bagaimana mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan fisik?

Tampak sakit berat


Gejala tampak sakit berat dapat dilihat dari gejala berikut:
- Tidak bisa menyusui
- Kejang
- Mengantuk atau tidak sadar
- Frekuensi napas < 20 kali/menit atau apnu (pernapasan berhenti
selama >15 detik)

- Frekuensi napas > 60 kali/menit


- Merintih
- Tarikan dada bawah ke dalam yang kuat
- Sianosis sentral.
RR meningkat (Takipnea)
Invasi mikroorganisme ke saluran napas bawah kolonisasi di
mukosa bronkus hingga alveolus hyperemia pelepasan mediator
radang inflamasi peningkatan permeabilitas kapiler paru
perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium edem
antar kapiler dan alveoulus dan dapat berlanjut ke konsolidasi
meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan
karbondioksida yang akan bertukar dan paru-paru mengembang tidak
sempurna pernapasan tidak efektif dan oksigen demand meningkat
kompensasi dengan tachypnea

Diperparah dengan
Demam meningkatkan kecepatan metabolisme Oksigen demand
meningkat kompensasi dengan tachypnea

Suhu Febris
Aspirasi sekret berisi mikroorganisme patogen/ inhalasi patogen/
penyebaran hematogen ekstrapulmonal Invasi mikroorganisme ke
saluran napas bawah kolonisasi di mukosa bronkus hingga alveolus
hyperemia pelepasan mediator radang, terbawa darah hingga

hipotalamus pengaturan set point hipotalamus untuk meningkatkan


suhu Febris

Nafas cuping hidung


Berupa cara pernapasan dengan ikut bergeraknya cuping hidung.
Tujuannya, untuk dapat melakukan ventilasi lebih optimal saat terjadi
gangguan pada pertukaran gas di alveoli. Nafas cuping hidung (+) dan
terjadi penarikan ke dalam otot-otot interkostal, subcostal, dan
suprasternal penggunaan otot-otot bantu pernafasan sebagai
kompensasi untuk mengeluarkan udara

Retraksi intercostals dan subcostal


Invasi mikroorganisme ke saluran napas bawah kolonisasi di
mukosa bronkus hingga alveolus hyperemia pelepasan mediator
radang inflamasi peningkatan permeabilitas kapiler paru
perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium sampai
stadium hepatisasi merah terjadi edem antar kapiler dan alveoulus
akibat konsolidasi meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh
oksigen dan karbondioksida yang akan bertukar ditambah paru yang
mengembang tidak efektif

diperlukan peningkatan tekanan

negative intrapleura yang lebih besar paru-paru mengembang dan


akan menarik sela iga ke dalam retraksi

Redup pada basal kedua lapangan paru


Normalnya suara yang didapat pada saat perkusi paru adalah sonor
karena paru yang normal berisi udara. Apabila ada perubahan menjadi
redup, artinya terdapat perbedaan massa yang ada. Paru berisikan
akumulasi cairan, kemungkinan adanya konsolidasi pada paru akibat
eksudat dalam bronkhiolus dan alveolus. Pada bronkopneumonia,
daerah paru yang terkena cenderung pada bagian basal dan bilateral.

Peningkatan suara nafas vesikuler dan terdengar ronki basah


halus nyaring
Adanya infeksi bakteri mengakibatkan keluarnya mediator-mediator
radang. Konsolidasi terjadi akibat akumulasi cairan intra-alveoler dan
peradangan. Ronki basah menjadi terdengar kalau ada sedikit cairan.
Konsolidasi juga menyebabkan suara vesikuler meningkat. Suara
vesikuler diproduksi oleh udara jalan napas di alveolus. Sementara
ronki adalah suara turbulensi udara di sekitar mukus atau debris cairan
lain di ddlaam saluran napas yang besar. Ronki basah menunjukkan
bahwa bunyi muncul dari udara yang melewati cairan. Bunyi
terdengar nyaring atau tidaknya tergantung dari substansi cairan yang

dilewati. Apabila merupakan infiltrate maka akan terdengar nyaring


karena merupakan pengantar suara yang baik. Kualitas halus ronki
pada kasus menunjukkan terjadinya pemadatan atau konsolidasi.
c. Apa tujuan ditanyakannya riwayat atopi?
Atopi adalah predisposisi genetik

menuju

perkembangan

reaksi

hipersensitivitas cepat (tipe I) terhadap antigen lingkungan umum (udara


dingin, debu, makanan tertentu, serbuk sari bunga,dll ), paling sering
bermanifestasi sebagai rhinitis alergika, asma bronkiale, dermatitis atopik, dan
alergi makanan.
Tujuannya untuk menyingkirkan diagnosis banding dengan penyakit yang
dipicu oleh alergen, seperti asma.
d. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan fisik?
Pemeriksaan Fisik Anak
Pemeriksaan fisik pada anak berbeda dengan dewasa, ada beberapa hal
yang tidak boleh diabaikan dan cara pemeriksaan harus disesesuaikan dengan
umur anak/bayi. Suasana harus tenang dan nyaman karena jika anak
ketakutan, kemungkinan dia akan menolak untuk diperiksa. Untuk anak usia 1
3 tahun, kebanyakan diperiksa dalam pelukan ibu, sedangkan pada bayi usia
< 6 bulan, biasanya bisa diperiksa di atas meja periksa.
Tata cara dan urutan pemeriksaan fisik pada anak tetap dimulai dengan
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
1. Inspeksi, ditujukan untuk melihat perubahan yang terjadi secara umum
dengan membandingkan tempat yang diperiksa dengan daerah
sekitarnya atau organ yang sama pada sisi yang berbeda.
2. Palpasi, dilakukan dengan telapak tangan dan atau jari-jari tangan.
Palpasi diperlukan untuk menentukan bentuk, ukuran, tepi, permukaan
dan untuk mengetahui intensitas nyeri serta konsistensi. Palpasi dapat
dilakukan dengan kedua tangan, terutama untuk mengetahui adanya
cairan atau ballottement.
3. Perkusi, ditujukan untuk mengetahui perbedaan suara ketukan
sehingga dapat ditentukan batas-batas organ atau massa abnormal.
Suara perkusi dibagi menjadi 3 macam yaitu sonor (perkusi paru

normal), timpani (perkusi abdomen), dan pekak (perkusi otot). Suara


lain yang terdapat diantara dua suara tersebut seperti redup (antara
sonor dan pekak) dan hipersonor (antara sonor dan timpani).
4. Auskulatasi, pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop untuk
mendengar suara pernafasan, bunyi dan bising jantung, peristaltic usus
dan aliran darah dalam pembuluh darah.
e. Bagaimana klasifikasi suara nafas normal dan tambahan?
I.
Suara Nafas Dasar
a. vesikular, merupakan suara napas normal yang ditandai dengan
adanya udara masuk dan keluar melalui jalan napas serta suara
inspirai lebih keras dan panjang daripada suara ekspirasi. Apabila
suara vesikular ini melemah, maka terjadi penyempitan pada
daerah bronkus atau keadaan ventilasi yang kurang, seperti pada
pneumonia, atelektaksis, edema paru, efusi pleura, emfisema, dan
pneumotorak. Vesikular mengeras apabila konsolidasi bertambah,
seperti pneuminia, adanya tumor, dan lain-lain. Khusus pada asma
didapatkan suara vesikular ekspirasi yang memanjang.
b. Suara napas bronkial, merupakan suara napas yang ditandai
dengan inspirasi keras kemudian disusul dengan ekspirasi yang
keras pula. Suara ini terdengar normal pada daerah bronkus besar
kanan dan kiri, daerah parasternal atas di dada depan, dan daerah
interskapular di belakang. Akan tetapi, apabila terjadi pada daerah
lain maka kemungkinan terjadi konsolidasi paru.
c. Suara napas amforik, merupakan bunyi suara yang ditandai dengan
suara menyerupai bunyi tiupan di atas mulut botol kosong,
sehingga suara tersebut dikatakan sebagai suara nafas amforik.
d. Suara napas cog wheel breath sound, merupakan suara napas yang
terdengar secara terputus-putus, tidak terus menerus pada saat
inspirasi maupun saat ekspirasi yang dapat terjadi pada kelalinan
bronkus kecil.
e. 5Metamorphosing breath sound, merupakan suara napas ditandai
dengan suara awal yang halus kemudian mengeras dan dapat
dimulai dari suara vesikular kemudian menjadi bronkial.

II.

Suara Napas Tambahan


Suara napas tambahan merupakan suara napas yang dapat didengar
selain napas dasar dengan bantuan auskultasi.
a. Ronki basah (rales)/ ronki kering mempunyai arti bahwa suara
napas seperti vibrasi terputus-putus yang tidak terus-menerus. Hal
ini terjadi akibat getaran karena keberadaan cairan dalam jalan
napas yang dilalui oleh udara. Suara ronki kering disebut sebagai
rhonchi, merupakan suara terus-menerus yang terjadi karena udara
melalui jalan napas yang menyempit akibat proses penyempitan
jalan napas atau adanya jalan napas yang obstruksi, sehingga lebih
terdengar pada saat ekspirasi daripada saat inspirasi.
b. Suara wheezing merupakan suara napas yang termasuk dalam ronki
kering, akan tetapi tersengar secara musikal atau sonor apabila
dibandingkan dengan ronki kerig, suaranya lebih terdengar pada
saat ekspirasi.
c. Suara krepitasi merupakan suara napas yang terdengar akibat
membukanya alveoli. Suara krepitasi terdengar normal pada daerah
belakang bawah dan samping paru pada saat inspirasi yang dalam,
sedangkan patologis terdapat pada pneumonia lobaris.
d. Bunyi gesekan pleura (pleural friction rub) merupakan suara
akibat gesekan pleura yang terdengar kasar seolah-olah dekat
dengan telinga pemeriksa. Suara ini dapat terjadi pada saat
inspirasi maupun saat ekspirasi, namun lebih jelas pada akhir
inspirasi.

3. Pemeriksaan Laboratorium :
Hb : 12,1 gr/dl, Ht : 36 vol%, Leukosit : 18.000/mm3, LED : 25 mm/jam,
Trombosit : 220.000/mm3, Hitung jenis : 0/2/1/74/20/3, CRP : (-)
a. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan laboratorium?

Pemeriksaan
Hb
Ht
Leukosit
Diff.count
- Basofil
- Eosinofil
- Netrofil Batang
- Netrofil segmen
- Limfosit
- Monosit
LED

Nilai Hasil
12,1 gr/dl
36%
18.000/mm3
0
2
1
74
20
3
25 mm/jam

Nilai Normal
10,5 13,0 gr/dl
35 41 %
6000-10.000 mm3
01
03
5 11
15 35
45 76
36
Dengan 2 cara
1. Westergreen

Kesimpulan
Normal
Normal
Meningkat
Normal
Normal
Menurun
Meningkat
Menurun
Normal
Normal

anak- anak 0-20


mm/jam

Meningkat

2. Wintrobe anak-

anak
Trombosit
CRP

0 13

220.000mm3

mm/jam
250.000

600.000 / mm3
-

Menurun
Normal

b. Bagaimana mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan laboratorium?


Mekanisme abnormal:

LED : 18 mm/jam
Peningkatan LED menunjukkan reaksi inflamasi akut. LED meningkat
dikarenakan oleh banyaknya neutrofil, dan sel radang lainnya yang
terakumulasi di darah akibat proses inflamasi, sehingga kadar zat terlarut
dalam darah menjadi lebih besar dibandingkan cairan (plasma). Keadaan ini
akan meningkatkan laju endap darah (LED).

Diff count : 0/2/1/74/20/3


Terjadinya peningkatan jumlah neutrofil segmen menandakan jadi
infeksi dalam fase akut. Selain makrofag, PMN yang akan bekerja adalah
neutrofil. Neutrofil akan dikirim ke pusat infeksi dalam upaya untuk
menghilangkan focus infeksi. Hal inilah yang mengakibatkan peningkatan
jumlah neutrofil dalam darah.

Monosit dan limfosit berperanan pada infeksi kronis. Monosit


berespon lambat selama fase infeksi akut dan proses inflamasi sehingga pada
kasus ini monosit tidak meningkat.

Leukosit
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit.
Hitung leukosit dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial.
Infeksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi 20.000/mm3
dengan limfosit predominan) dan bakteri leukosit meningkat 15.00040.000 /mm3 dengan neutrofil yang predominan.

CRP
CRP negative Kemungkinannya:
CRP diklasifikasikan sebagai reaktan fase akut, yang berarti tingkat
protein akan naik sebagai respon terhadap peradangan. Protein C-reactif (Creactive protein, CRP) dibuat oleh hati dan dikeluarkan ke dalam aliran darah
dalam menanggapi factor yang dilepaskan oleh makrofag dan sel-sel lemak
(adipocytes).
Selama respon fase akut, tingkat CRP meningkat pesat dalam waktu 2
jam dari tahap akut dan mencapai puncaknya pada 48-72 jam. Dengan resolusi
dari respon fase akut, CRP menurun dengan relatif pendek selama 18 jam dan
lalu segera kembali ke kadar normalnya.

4. Pemeriksaan Radiologi :
Thoraks AP : Infiltrat di parahilar kedua paru
a. Bagaimana Interpretasi dan Mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan
radiologi?

Gambaran radiologis pada bronkopneumonia, biasanya ditandai dengan gambaran


difus merata pada kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas
hingga daerah perifer paru, disertai dengan peningkatan corakan peribronkial.
Pada kasus ini hasil pemeriksaan radiologis menunjukkan adanya infiltrat
parahilar pada kedua paru, gambaran ini mengarah pada bronkopneumonia.
Mekanisme Abnormal :
Infeksi mikroorganisme :
Di alveolus aktivasi makrofag pelepasan sitokin-stitokin peningkatan
permeabilitas vaskular & aktivasi dan kemotaksis netrofil reaksi inflamasi di
alveolus eksudat di aveolus gambaran infiltrat pada rontgen.
Menginvasi saluran nafas (bronkiolus) respon inflamasi di bronkiolus
eksudat di bronkiolus gambaran infiltrat pada rontgen.
b. Mengapa foto thorax yang di ambil Anterior-Posterior?
Foto thorax PA memang lebih baik dibandingkan dengan foto thorax AP. Hal
ini di karena kan foto thorax PA di ambil pada saat berdiri, sehingga:
1. Agar diafragma dapat bergerak ke bawah secara maksimal.
Posisi pasien yang tegak akan menyebabkan liver dan organ-organ dalam
rongga abdomen bergerak turun sehingga memungkinkan diafragma
bergerak turun pada saat inspirasi maksimal, sehingga memungkinkan
paru-paru terisi udara secara penuh.

2. Untuk menunjukkan batas ketinggian antara cairan dan udara


apabila dicurigai adanya cairan di daerah paru.A
Cairan tersebut akan tertarik gravitasi dan bergerak ke posisi terendah
ketika volume udara meningkat.
3. Untuk mencegah Engorgement dan Hyperemia pada pembuluh
darah paru.
Engorgement, merupakan penggelembungan atau pembengkakan
akibat penumpukan cairan. Hyperemia merupakan sebuah kondisi
kelebihan darah pada sebagian organ sebagai akibat dari relaksasi
pada bagian distal dari pembuluh darah kecil atau arteriol.
Akan tetapi ada berbagai alasan pula mengapa seseorang
dianjurkan untuk melakukan foto thorax AP. Biasanya pemeriksaan foto
thorax AP dilakukan bila pasien sudah dalam kondisi berat (sulit berdiri)
sehingga pengambilan foto thorax dilakukan dengan posisi berbaring/AP.
c. Apa saja jenis foto thorax?
Jenis-Jenis foto thorax:
1. FOTO THORAX POSISI PA
Pasien diposisikan menghadap bucky stand (kaset vertikal), MSL // garis tengah
kaset.
Kedua punggung tangannya diletakkan di atas panggul dan siku ditekan ke
depan.
FFD 150 cm, CR horizontal, CP pada MSL setinggi CV thoracal VI
Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah inspirasi penuh, berikan aba- aba :
tarik napas tahan ! ... Nafas biasa...!

KRITERIA GAMBAR :

2.

Foto mencakup keseluruhan thorax, bagian atas: apeks paru-paru tidak terpotong
Bagian bawah: kedua sinus costophrenicus tidak terpotong
Diafragma mencapai iga ke- 9 belakang
Kedua Os scapula terlempar ke arah lateral
Tampak bayangan bronchus
Foto simetris

FOTO THORAX POSISI AP

pasien diposisikan setengah duduk atau supine di atas meja pemeriksaan/brandcar.


Kedua lengan lurus disamping tubuh.
Kaset di belakang tubuh, MSL // garis tengah kaset
FFD: 150 cm, CR tegak lurus kaset, CP pada MSL setinggi CV TH VI
Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah inspirasi penuh

KRITERIA FOTO THORAX POSISI AP :

Tampak gambaran thorax proyeksi AP

Batas atas apex paru

Batas bawah sinus costophrenicus

Dinding lateral tidak terpotong

CV TH sampai ruas ke empat

Diafragma mencapai iga IX belakang

Tampak bayangan bronchus

Foto simetris

3. FOTO THORAX POSISI LATERAL

Pasien diposisikan erect, MSP // kaset

Kedua lengan dilipat di atas kepala

FFD: 150 cm, CR : horizontal, CP kira-kira satu inci ke depan dari MCL setinggi
CV TH VI

Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah inspirasi penuh

KRITERIA GAMBARAN POSISI LATERAL:

Tampak gambaran thorax proyeksi lateral

Bagian Anterior mencakup gambaran sternum

Bagian Posterior mencakup Col.Vert. Thoracalis

Batas atas apex paru

Batas bawah sinus coctoprhenicus dan paru posterior

Gambaran iga-iga kiri dan kanan superposisi

Gambaran bahu tidak menutupi apex paru

5. Template
a. Bagaimana cara penegakkan diagnosis?
a) Anamnesis
- Apa keluhan yang dialami?
- Sejak kapan terjadi sesak napas?
- Sesak napas muncul hilang timbul atau terus-menerus?
- Sesak napas diperberat/dihilangkan dengan cara?
- Keluhan lain? (nafas cuping hidung, retraksi, demam)
- Sejak kapan terjadi gejala-gejala lain?
- Sudah pernah minum obat?
- Ada kontak dengan penderita?
- Riwayat sosial ekonomi keluarga?
- Lingkungan tempat tinggal?
b) Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum (sehat, sakit ringan, sakit sedang, sakit berat,
-

kesadaran)
Respiratory rate
Denyut nadi
Suhu
Nafas cuping hidung
Inspeksi thoraks : retraksi otot-otot interkostal
Palpasi thoraks: stem fremitus meningkat atau menurun, bandingkan

sisi kanan dan kiri


Perkusi thoraks: redup pada basal (seharusnya sonor)

Auskultasi thoraks: suara vesikular meningkat (ada kavitas, infiltrat),


ada ronki basah, tidak ada wheezing (menghilangkan diagnosis asma

anak)
- Rontgen thoraks: memastikan adanya ilfiltrat di parenkim paru
c) Pemeriksaan Laboratorium
- Biasanya pemeriksaan Hb normal atau sedikit menurun
- Hematokrit normal (bayi 1-3 tahun = 29-40%)
- Peningkatan leukosit (leukositosis)
- Laju endap darah meningkat (ada inflamasi)
- Diff count: neutrofil segmen meningkat (adanya infeksi akut)
- CRP: negatif atau <1,0 mg/L
d) Pemeriksaan Penunjang
- Analisa Gas Darah
- Kultur darah/sputum/bilasan lambung
- Pewarnaan gram
- Tes fungsi paru
- Tes tuberkulin
- Spirometri statik
b. Apa diagnosis banding pada kasus ini?
Gejala

Bronkopneumonia

Bronchitis akut

Bronchiolitis akut

Batuk

Sulit Bernapas

Demam

+/sedikit

-/ subfebris

Retraksi

meningkat
-

Dullness

(redup)

Peningkatan

leukosit
Peningkatan suara

nafas vesikuler
Infiltrat di

parahilar paru

Napas cuping

Hidung

c. Apakah ada pemeriksaan penunjang lainnya?


Untuk dapat menegakkan diagnosis, diperlukan pemeriksaan penunjang
lainnya dapat digunakan cara:
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil).
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam.
Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta
tes sensifitas untuk mendeteksi agen infeksius
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status
asam basa.
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi
antigen mikroba.
2. Pemeriksaan radiologi
a. Rontgenogram thoraks
Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi
pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali dijumpai
pada infeksi stafilokokus dan haemofilus
3. Laringoskopi / bronkoskopi untuk menentukan apkah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat
d. Apa diagnosis kerja pada kasus ini?
Bronkopneumonia
e. Apa faktor resiko dari hasil diagnosis pada kasus ini?
- Faktor anak
Umur
Jenis kelamin
Riwayat bayi berat lahir rendah (BBLR)
Pemberian ASI
Status gizi
Status imunisasi
Defisiensi vitamin A
Pemberian makanan terlalu dini
- Faktor orang tua
Pendidikan ibu
Pengetahuan ibu

Sosial ekonomi
Faktor lingkungan
Polusi udara di dalam rumah
Kepadatan hunian
Ventilasi rumah
Kondisi fisik rumah

f. Apa etiologi dari diagnosis pada kasus ini?

Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikrorganisme


(bakteri, virus, mycoplasma dan jamur) atau dapat juga karena hal lain,
seperti akibat aspirasi benda asing.

Berdasarkan usia, etiologi bronkopneumonia pada

Neonatus dan bayi kecil meliputi Streptococcus grup B dan bakteri gram negatif seperti E.coli,
Pseudomonas sp, dan Klebsiella sp.

Pada bayi yang lebih besar dan anak balita, pneumonia sering disebabkan karena Streptococcus
pneumonia, Haemophillus influenzae tipe B, dan Staphylococcus aureus.

Pada anak yang lebih besar dan remaja , selain bakteri tersebut, sering juga ditemukan infeksi
Mycoplasma pneumoniae.

Di negara berkembang pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh


bakteri. Bakteri yang paling sering menyebabkan pneumonia adalah
Streptococcus pneumonia, Haemophillus influenzae , dan Staphylococcus
aureus.

g. Bagaimana patofisiologi dari hasil diagnosis pada kasus ini?

Sumber: Jurnal USU mengenai Bronkopneumonia pada anak tahun 2013


h. Apa manifestasi klinis dari hasil diagnosis pada kasus ini?

Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat
ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut:
Gejala infeksi umum seperti demam, sakit kepala, gelisah, malaise,
penurunan nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual muntah atau
diare, kadang-kadang dijumpai gejala infeksi ekstrapulmoner.
Gejala gangguan respiratori yaitu batuk, sesak nafas, retraksi dada,
takipnea, dan nafas cuping hidung,
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis seperti redup pada
saat perkusi paru, suara nafas melemah, dan ronki.
i. Bagaimana tatalaksana dari kasus ini?
Pedoman dari WHO untuk diagnosis dan tatalaksana :
Tanda dan gejala
- Sianosis sentral

Klasifikasi
Pneumonia

Penatalaksanaan
- harus di rawat di RS

sangat berat

diberi antibiotik.

distress (contoh : kepala

berikan terapi oksigen

mengangguk-angguk)

atur jalan nafas

Tidak sanggup minum

turunkan panas badan, jika

ada
harus di rawat di RS

diberi antibiotik.

berikan terapi oksigen

atur jalan nafas

turunkan panas badan, jika

ada
tidak perlu dirawat

berikan antibiotik selama 5

Severe

respiratory

Chest indawing

Pneumonia berat

Nafas cepat :
-

Pneumonia

60 x/menit (pd usia


anak < 2 bln)

hari

- >50 x/menit (anak usia 2

bln- 11 bln)

dan

- > 40 X/menit (anak usia


auskultasi

definite crackles

terdapat

batuk

tenggorokan
dengan

pengobatan yang aman


-

1th- 5 th)
Pada

melegakan

memberikan

nasehat

kepada orang tua kapan


harus kembali segera

Hanya batuk

Tidak

terdapat

pneumonia

Bukan
tanda pneumonia
(batuk

melakukan

selama 2 hari.
Tidak perlu dirawat

melegakan

atau

dan

pilek)

follow

up

tenggorokan

batuk

dengan

pengobatan yang aman


-

memberikan

nasehat

kepada orang tua kapan


harus kembali segera
-

melakukan

follow

up

selama 5 hari jika tidak


ada perbaikan.

a. Kausatif : antibiotik berdasarkan hasil biakan/etiologi


Ampicillin 25 mg/kg BB IV setiap 8 jam selama 5 hari. Jika anak berespon baik, beri amoxicillin

oral 15 mg/ kgBB 3xsehari.


Untuk penurun panas diberi parasetamol 120 mg 3x/hari

Dr. Monica Trifitriana


S I D : 0135/2001
S I P : 0213/2004
PRAKTEK :
RUMAH :
Jl.Gajah No.10
JL.Nuri No.4
Palembang
Palembang

Palembang, 18-04-2015
Rx Amoxicillin inj. Vial IV
s.i.m.m
Rx Paracetamol inj.vial IV
s.i.m.m
F
Pro : Lana (2 tahun)

j. Apa komplikasi dari hasil diagnosis pada kasus ini?


Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
1. Atelektasis
adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru yang
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang
2. Empyema
adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm rongga pleura
yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru
adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang meradang
4. Endokarditis
yaitu peradangan pada setiap katup endokardial
5. Meningitis
yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
k. Bagaimana Prognosis dari kasus ini?
Quo et vitam
: bonam
Quo et fungsionam
: bonam
Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat, mortalitas kurang dari
1 %, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan
malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk pengobatan.
l. Apa SKDI dari kasus ini?
Tingkat Kemampuan 3B
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan tambahan (misal labor sederhana dan x ray). Dokter dapat
memutuskan dan memberikan terapi awal serta merujuk kepada spesialis yang
relevan dan menangani kasus gawat darurat.

II.

Learning Issue

Anatomi Saluran Nafas Bawah dan Fisiologi Pernafasan


A. Anatomi sistem pernafasan bawah
Saluran Pernapasan Bawah
Saluran pernapasan bagian bawah (tracheobronchial tree) terdiri atas:
a. Trakhea
Trakhea merupakan perpanjangan laring pada ketinggian tulang vertebre torakal ke-7
yang bercabang menjadi dua bronkhus. Ujung cabang trakhea disebut carina. Trakhea bersifat
sangat fleksibel, berotot, dan memiliki panjang 12 cm dengan cincin kartilago berbentuk huruf C.
b. Bronkhus dan Bronkhiolus

Cabang bronkhus kanan lebih pendek, lebih lebar, dan

cenderung

lebih vertikal daripada cabang yang kiri. Hal

tersebut

menyebabkan benda asing lebih mudah

masuk

ke dalam cabang sebelah kanan daripada


bronkhus sebelah kiri.
Segmen

dan

subsegmen

bronkhus bercabang lagi dan berbentuk


seperti ranting masuk ke setiap parudisusun

oleh

jaringan

paru.

Bronkhus

kartilago

sedangkan bronkhiolus, yang berakhir di


mengandung kartilago. Tidak adanya

alveoli,

tidak

kartilago menyebabkan bronkhiolus

mampu menangkap udara, namun juga dapat mengalami kolaps. Agar tidak kolaps alveoli
dilengkapi dengan poros/lubang kecil yang terletak antar alveoli yang berfungsi untu mencegah
kolaps alveoli.
Saluran pernapasan mulai dari trakhea sampai bronkhus terminalis tidak mengalami
pertukaran gas dan merupakan area yang dinamakan Anatomical Dead Space. Awal dari proses
pertukaran gas terjadi di bronkhiolus respiratorius.

c. Alveoli
Parenkim paru-paru merupakan area yang aktif bekerja
dari

jaringan

mengandung

paru-paru.

Parenkim

tersebut

berjuta-juta

unit

alveolus.

Alveolimerupakan kantong udara yang berukuran


sangat kecil, dan merupakan akhir dari bronkhiolus
respiratorus sehingga memungkinkan pertukaran O2
dan CO2. Seluruh dari unit alveoli (zona respirasi)
terdiri ats bronkhiolus respiratorius, duktus alveolus,
dan alveolar sacs (kantong alveolus). Fungsi utama dari unit alveolus adalah pertukaran O2 dan
CO2 diantara kapiler pulmoner dan alveoli.
d. Paru-paru

Pada anak-anak, paru berwarna merah muda


tetapi dengan bertambahnya usia paru menjadi
gelap dan berbintik-bintik akibat inhalasi
partikel debu yang terperangkap di dalam fagosit paru. Paru-paru terletak pada rongga dada,
berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas

tulang iga pertama dan dasarnya berada pada diafragma.

Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua lobus. Kelima
lobus tersebut dapat terlihat dengan jelas. Setiap paru-paru terbagi lagi menjadi beberapa
subbagian menjadi sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary segments.
Paru-paru kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang disebut mediastinum. Jantung, aorta, vena
cava, pembuluh paru-paru, esofagus, bagian dari trakhea dan bronkhus, serta kelenjar timus
terdapat pada mediastinum.

e.

Alveoli
Jaringan elastis pada septum alveoli merupakan elastic recoil untuk
mempertahankan alveoli tetap terbuka.Pada anak, alveoli agak relatif lebih besar dan
mudah kolaps. Dengan makin besarnya usia bayi dan anak, jumlah alveoli bertambah
sehingga menambah elastic recoil

Adapun perbedaan lainnya adalah sebagai berikut :


a.
b.
c.
d.

Posisi laring lebih tinggi dan lebih anterior


Sedikit surface area untuk pertukaran gas
Dinding dada bulat dan akan menjadi oval pada pertumbuhan
Diafragma lebih tinggi dan sedikit berbentuk kurva

B. Fisiologi sistem pernafasan


Paru merupakan organ respirasi yang berfungsi menyediakan O2 dan mengeluarkan CO 2.
Selain itu paru juga membantu fungsi nonrespirasi, yaitu:

Pembuangan air dan eliminasi panas

Membantu venus return

Keseimbangan asam basa

Vokalisasi

Penghidu

Terdapat dua jenis respirasi, yaitu:


1. Respirasi internal (seluler), merupakan proses metabolisme intraseluler, menggunakan O 2
dan memproduksi CO2 dalam rangka membentuk energi dari nutrien
2. Respirasi eksternal, merupakan serangkaian proses yang melibatkan pertukaran O2 dan
CO2 antara lingkungan luar dan sel tubuh. Tahap respirasi ekstrenal:
a. Pertukaran udara atmosfir dan alveoli dengan mekanisme ventilasi
b. Pertukaran O2 dan CO2 alveoli dan kapiler pulmonal melalui mekanisme difusi
c. O2 dan CO2 ditranspor oleh darah dari paru ke jaringan
d. Pertukaran O2 dan CO2 antara jaringan dan darah dengan proses difusi melintasi
kapiler sistemik
Tahap a & b oleh sistem respirasi, sedangkan tahap c & d oleh sistem sirkulasi
Proses respirasi dapat dibagi menjadi tiga kelompok :
1. Ventilasi pulmonar adalah proses keluar masuknya udara antara atmosfer dan alveoli
paru-paru.
2. Difusi adalah proses pertukaran O2 dan CO2 antara alveoli dan darah.
3. Transportasi adalah proses beredarnya gas (O2 dan CO2) dalam dan cairan tubuh ke dan
dari sel-sel.

Pneumonia
A. Definisi Pneumonia
Suatu proses peradangan dimana terdapat konsilidasi disebabkan pengisian rongga
alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang
mengalami konsolidasi dan darah dialirkan ke sekitar alveoli yang tidak berfungsi.
Hipoksemia dapat terjadi tergantung banyaknya jaringan paru-paru yang sakit. (Irman
somantri.2007). Pneumonia adalah infeksi pada kantung udara kecil pada paru-paru
(alveoli) dan jaringan di sekitarnya. (Merck Manual.2011)
Pneumonia adalah infeksi paru-paru biasa yang disebabkan oleh bakteri, virus atau
jamur. Pneumonia dan gejalanya dapat bervariasi dari ringan sampai parah. Banyak
perawatan untuk pneumonia tersedia. Pengobatan tergantung pada penyebab pneumonia
Anda, seberapa parah gejala Anda, dan usia dan kesehatan secara keseluruhan.
Kebanyakan orang sehat bisa sembuh dari pneumonia dalam satu sampai tiga minggu,

namun pneumonia bisa mengancam jiwa. Kabar baiknya adalah pneumonia yang dapat
dicegah-dengan mendapatkan vaksinasi flu tahunan (sebagai flu sering menyebabkan
pneumonia), sering mencuci tangan Anda, dan untuk orang 3 yang berisiko tinggi,
mendapatkan vaksin untuk pneumonia pneumokokus.( American Lung
Association.2011).
Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan
oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Pneumonia yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk. Sedangkan peradangan paru yang
disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik, obatobatan dan lain-lain) disebut pneumonitis. (PDPI.2003).
Klasifikasi Pneumonia :
1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis
a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
b. Pneumonial nosokomial (hospital-acquired pneumonia / nosocomial pneumonia
c. Pneumonia aspirasi
d. Pneumonia pada penderita Immunocompromised
2. Berdasarkan bakteri penyebab
a. Pneumonia bakterial / tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. beberapa
bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya
klebsiella pada penderita alkoholik, Staphyllococcus pada penderita pasca
infeksi influenza
b. Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia
c. Pneumonia virus
d. Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutma
pada penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised).
3. Berdasarkan predileksi infeksi
a. Pneumonia lobaris. Sering pada pneumonia bakterial, jarang pada bayi dan
orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan
sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya : pada aspirasi benda asing
atau proses keganasan
b. Bronkopneumonia. Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru.
Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus. Sering pada bayi dan orang tua.
Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus
c. Pneumonia interstisial
B. Etiologi Pneumonia

dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, yaitu bakteri, virus, jamur
dan protozoa. Dari kepustakaan pneumonia komuniti yang diderita oleh masyarakat luar
negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif, sedangkan pneumonia di rumah sakit
banyak disebabkan bakteri Gram negatif sedangkan pneumonia aspirasi banyak
disebabkan oleh bakteri anaerob. Akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di Indonesia
menunjukkan bahwa bakteri yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita
pneumonia komuniti adalah bakteri Gram negatif. (PDPI.2003). Bakteri dan virus
pneumonia yang sering menyerang pada anak 4 bulan -5 tahun, dari bakteri
Streptococcus pneumoniae, Clamydia pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae, sedangkan
virus Respiratory syncitial virus, influenza virus, parainfluenza virus, rhinovirus,
adenovirus, measles virus. (Retno.2006).
C. Epidemiologi Pneumonia
adalah salah satu penyebab kematian paling umum di seluruh dunia. Seringkali,
pneumonia merupakan akhir penyakit pada orang yang memiliki lain yang serius,
penyakit kronis. Beberapa jenis pneumonia dapat dicegah dengan imunisasi. Infeksi
bakteri yang paling sering meliputi S Pneumonia, H.Influenza, M.Pneumonia, C.
Pneumonia, dan M. Catarrharis, influenza merupakan virus yang paling sering didapat di
komunitas. Di Amerika Serikat, sekitar 2 sampai 3 juta orang mengembangkan
pneumonia setiap tahun, dan 45.000 dari mereka meninggal. Pneumonia adalah penyebab
paling umum keenam kematian secara keseluruhan, dan infeksi fatal yang paling umum
diperoleh di rumah sakit.
D. Manifestasi klinis
1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
a. Nyeri pleuritik
b. Nafas dangkal dan mendengkur
c. Takipnea
2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
a. Mengecil, kemudian menjadi hilang
b. Krekels, ronki, egofoni
3. Gerakan dada tidak simetris
4. Menggigil dan demam 38,8 C sampai 41,1C, delirium
5. Diaforesis
6. Anoreksia
7. Malaise
8. Batuk kental, produktif : Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi
kemerahan atau berkarat

9. Gelisah
10. Cyanosis
a. Area sirkumoral
b. Dasar kuku kebiruan
11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati
E. Patofisiologi Pneumonia

F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi :

Efusi pleura.
Empiema.
Abses Paru.
Pneumotoraks.
Piopneumotoraks
Pneumatosel
Gagal napas.
Sepsis
Ileus paralitk fungsional
G. Pemeriksaan diagnostic
a. Anamnesis
Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam, menggigil, suhu tubuh
meningkat dapat melebihi 40 C, batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadangb.

kadang disertai darah, sesak napas dan nyeri dada.


Pemeriksaan fisik
Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada inspeksi dapat
terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, pasa palpasi fremitus dapat
mengeras,

pada

perkusi

redup,

pada

auskultasi

terdengar

suara

napas

bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang
kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi.
c. Gambaran radiologis Foto toraks (PA/lateral)
merupakan pe meriksaan penunjang utama untuk menegakkan diagnosis. Gambaran
radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan " air broncogram",
penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti. Foto toraks saja tidak
dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke
arah diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan
oleh Steptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan
infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia
sering menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat
mengenai beberapa lobus.
d. Pemeriksaan labolatorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya lebih
dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit
terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan
diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur
darah dapat positif pada 20-25% penderita yang tidak diobati. Analisis gas darah

menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis
respiratorik.
H. Penatalaksanaan
1. Kemoterapi
Pemberian kemoterapi harus berdasarkan pentunjuk penemuan kuman penyebab
infeksi (hasil kultur sputum dan tes sensitivitas kuman terhadap antibodi). Bila
penyakitnya ringan antibiotik diberikan secara oral, sedangkan bila berat
diberikan secara parenteral. Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal akibat
proses penuaan, maka harus diingat kemungkinan penggunaan antibiotik tertentu
perlu penyesuaian dosis (Harasawa, 1989).
2. Pengobatan Umum
a. Terapi Oksigen
b. Hidrasi Bila ringan hidrasi oral tetapi jika berat hidrasi dilakukan secara
parenteral
c. Fisioterapi Penderita perlu tirah baring dan posisi penderita perlu diubah-ubah
untuk menghindari pneumonia hipografik, kelemahan dan dekubitus.

Pemeriksaan Fisik Thorax


Pemeriksaan Thorax
1. memperkenalkan diri pada pasien dan jelaskan tindakan yang akan dilakukan *minta
persetujuan pasien
2. minta pasien melepas baju, perhiasan, dan alat lain yang terbuat dari logam (misalnya,
ikat pinggang)
Pemeriksaan Thorax ada4, yaitu:
Inspeksi

melihat bentuk dada anterior dan posterior

melihat ada tidaknya deviasi

melihat ada tidaknya bendungan vena pada dinding dada

Palpasi
Mulai dari palpasi hingga auskultasi, Posisi kedua skapula harus dalam keadaan terbuka untuk
memperluas lapang pemeriksaan. (minta pasien untuk meletakkan kedua tangannya pada bahu)

membandingkan gerakan dada posterior kanan - kiri

merasakan fremitus taktil suara dengan cara meminta pasien mengucapkan "tujuh tujuh"

posisi kedua tangan pada pemeriksaan dada posterior :

Perkusi
Tujuan dari perkusi adalah berusaha menangkap getaran suara yang dihasilkan dari phalange
(tulang jari). ada beberapa jenis suara yang mungkin dihasilkan dari perkusi

NOTE : Jurnal Kedokteran di Indonesia menggunakan istilah dull sebagai "pekak", karena itu
pekak hati bukan di terjemahkan menjadi liver flatness melainkan liver dullness.
Prosedur perkusi

Tempatkan jari pleksimeter pada dinding dada yang akan diperiksa *untuk menghasilkan
bunyi perkusi yang lebih keras, tekan jari dengan kuat. Cara ini lebih baik daripada
melakukan pengetukan lebih keras

pada tangan lainnya, lakukan pengetukan tanpa pergerakan siku (lakukan pengetukan
dengan cepat dan seperti refleks)

pengetukan dilakukan di bagian paling ujung (pada gambar), kemudian pindahkan jari
dengan cepat agar getaran tidak teredam.

Pemeriksaan :

membandingkan bunyi perkusi paru kanan dan kiri secara berurutan

menentukan batas bawah paru

NOTE (secara normal : orang


Indonesia batas bawah pulmo dextra
posterior terletak sejajar dengan processus spinosus thoracal IX atau thoracal X, batas bawah
pulmo sinistra posterior terletak sejajar dengan processus spinosus thoracal VIII atau IX)

Auskultasi

Auskultasi dinding dada posterior kurang kuat terdengar dibandingkan auskultasi anterior.
(kecuali di triangle of auscultation) walau begitu biasanya, pemeriksaan ini tetap dilakukan oleh
para dokter muda.

Posisi steshoscope sewaktu auscultasi adalah sama seperti pada palpasi fremitus suara

Auskultasi pada pernafasan normal :

Pemeriksaan Radiologi Thorax

Ada beberapa Pemeriksaaan Radiologi, yaitu:


1. Radiografi Konvensional
Pemeriksaan radiologi konvensional tanpa kontras, yaitu pemeriksaan sederhana
menggunakan sinar Roentgen (sinar X) dengan berbagai posisi pemeriksaan.
Pemeriksaan ini dilakukan pada berbagai organ tubuh, antara lain jantung dan paru
(toraks) serta tulang-tulang pada seluruh bagian tubuh. Pemeriksaan radiologi
konvensional dengan kontras, yaitu pemeriksaan sederhana menggunakan sinar
Roentgen (sinar X) disertai dengan penggunaan obat kontras yang dapat membantu
memperlihatkan kelainan yang ada, sehingga mempertajam diagnosis. Misalnya
pemeriksaan saluran cerna (barium meal & enema), saluran kemih (urografi intravena,
sistografi), organ kandungan (histerosalpingografi), saluran kelenjar liur (sialografi),

pembuluh darah (angiografi/venografi), saluran getah bening (limfografi), sumsum


tulang belakang (myelografi), dan lain sebagainya.
2. CT Scan (Computed Tomography)
Pemeriksaan CT Scan yaitu pemeriksaan sinar X yang lebih canggih dengan bantuan
komputer, sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran
secara 3 dimensi. Pemeriksaan ini diterapkan pada berbagai organ tubuh seperti
kepala, toraks, perut/abdomen pada berbagai kasus seperti trauma, tumor, infeksi, dan
lain-lain.
3. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Pemeriksaan MRI yaitu pemeriksaan dengan menggunakan gelombang magnet,
sehingga dapat diperoleh gambaran tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih
detail. Pemeriksaan ini diterapkan pada berbagai organ tubuh, seperti susunan saraf,
otot dan sendi, saluran empedu, dan lain sebagainya.
4. USG (Ultrasonografi)
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) yaitu pemeriksaan dengan menggunakan
gelombang suara. Pemeriksaan ini terutama dipergunakan untuk dalam
memperlihatkan kelainan-kelainan dalam perut/abdomen dan otot pada berbagai kasus,
seperti trauma dan tumor.
5. Kedokteran Nuklir
Pemeriksaan skintigrafi (kedokteran nuklir) yaitu pemeriksaan yang menggunakan zat
radioaktif yang disuntikkan kedalam tubuh melalui pembuluh darah. Pemeriksaan ini
sangat efektif dalam memperlihatkan fungsi organ-organ tubuh yang mempunyai
kelainan, seperti pada organ tiroid/gondok, tulang, ginjal, dan sebagainya.
Pemeriksaan ini dikerjakan oleh dokter-dokter spesialis radiologi yang berpengalaman
dibidangnya.

Daftar Pustaka
1. Staf pengajar IKA FK UI. 2005. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Infomedika.

2. Suyono, Slamet ,dkk. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai penerbit
FKUI.
3. Sari Pediatri, Vol. 12, No. 3, Oktober 2010
4. Guyton, Arthur C, Hall, John E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedoteran Edisi 11. Jakarta :
EGC
5. Rahajoe, Nastini.N.2008.Buku Ajar Respirologi,Edisi 1.Jakarta : IDAI.
6. The management of Community-Acquired Pneumonia in Infants and Children Older
Than 3 Months of Age: Clinical Practice Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases
Society and the Infectious Diseases Society of America. John S. Bradley,1,a Carrie L.
Byington,2,a Samir S. Shah,3,a Brian Alverson,4 Edward R. Carter,5 Christopher
Harrison,6 Sheldon L. Kaplan,7 Sharon E. Mace,8 George H. McCracken Jr,9 Matthew
R. Moore,10 Shawn D. St Peter,11 Jana A. Stockwell,12 and Jack T. Swanson13.
Clinical Infectious Diseases Advance Access published August 30, 2011.
7. Guidelines for the management of community acquired pneumonia. British Thoracic
Society Standards of Care Committee. Thorax 2002;57(Suppl I):1-24. http://www.britthoracic.org.uk/Portals/0/Clinical
%20Information/Pneumonia/Guidelines/paediatriccap.pdf
8. Craig JC, Williams GJ, Jones M et al. The accuracy of clinical symptoms and signs for
the diagnosis of serious bacterial infection in young febrile children: prospective cohort
study of 15781 febrile illnesses. BMJ 2010;340:c1594.
9. WHO. The management of acute respiratory infections in children. Practical guidelines
for outpatient care. World Health Organization 1995;Geneva:14-35.
10. Robbins, Kumar, Ramzi S.Cotran. 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7. Jakarta: EGC.
11. Snell, S.Richard.2006.Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta:
EGC.

You might also like