Professional Documents
Culture Documents
Skenario C Blok 16
I.
Analisis Masalah
1. Lana, anak perempuan, usia 2 tahun, dibawa ibunya ke dokter dengan keluhan
batuk dan sukar bernapas disertai demam sejak dua hari yang lalu, dan hari ini
keluhannya betambah berat.
a. Bagaimana anatomi saluran nafas bawah?
Terlampir dalam Learning Issue
b. Bagaimana fisiologi sistem pernafasan?
Terlampir dalam learning issue
c. Bagaimana etiologi dari batuk, sukar bernapas, dan demam pada kasus ini?
Penyebab terkait kasus:
a. Batuk disebabkan oleh adanya partikel benda asing (bisa virus atau
bakteri) yang merangsang otak untuk inspirasi lebih dalam sehingga
nantinya menyebabkan batuk.
b. Sukar bernafas disebabkan oleh adanya reaksi inflamasi yang
diakibatkan oleh adanya partikel asing (bisa bakteri atau virus) yang
terdapat di bronkus sehingga menyebab kan sekresi mucus, selain itu pada
alveolus yang ditandai dengan banyaknya eksudat di dalama alveolus
sehingga berakibat pada kesulitan bernafas.
c. Demam akibat inflamasi menyebabkan peningkatan mediator
inflamasi, seperti IL-1, IL-6, dan TNF alpha yang mengakibatkan
terbentuknya prostaglandin sehingga bisa menyebabkan peningkatan suhu
tubuh di hipotalamus
d. Bagaimana patofisiologi dari batuk, sukar bernapas, dan demam pada kasus
ini?
a. Batuk
Benda asing/ iritan pada saluran nafas bawah Iritasi dari salah satu saraf
sensoris nervus vagus di laring, trakea, bronkus besar , reseptor batuk di
lapisan faring dan esofagus impuls aferen dari nervus vagus ke otak
respon inspirasi udara secara cepat epiglottis dan pita suara menutup
untuk menjerat udara dalam paru otot abdomen berkontraksi
mendorong diafragma serta otot pernafasan juga berkontraksi pita suara
dan epiglotis membuka tiba-tiba udara bertekanan tinggi keluar dari
paru-paru dengan cepat disertai dengan batuk.
c. Demam
Infeksi merangsang pengeluaran mediator inflamasi seperti IL-1, IL6,
dan TNF asam arakhidonat sintesis prostaglandin homeostasis
tubuh meningkatkan suhu tubuh dengan meningkatkan set point di
hipothalamus untuk melawan infeksi
e. Mengapa keluhan Lana bertambah berat?
Kemungkinan kondisi Lana telah memasuki tahapan perkembangan
pneumonia yang kedua, yaitu hepatisasi merah dimana alveolus terisi oleh sel
darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai
bagian dari reaksi peradangan. Pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau
sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak. Hal ini mungkin
diperparah dengan demam namun mekanismenya belum diketahui
2. Pemeriksaan Fisis :
132x/menit
Suhu
Regular
38,6 oC
25-50x/menit
(1-2 tahun)
80-120x/menit
36,5-37,2 oC
<35= hipotermia
37,9-38,2=subfebris
38,3-41,5=febris
>41,6=hiperpireksia
Interpretasi
Abnormal
Normal
Tachypnea
Takikardi,
akibat
kompensasi
Demam
febris,
Demam
pelepasan
karena
mediator
akibat
peradangan
Panjang badan
Berat badan
85 cm
12 kg
69,9-87cm
9,9-12,4 kg
proses
pada
parenkim paru
Normal
Normal
Diperparah dengan
Demam meningkatkan kecepatan metabolisme Oksigen demand
meningkat kompensasi dengan tachypnea
Suhu Febris
Aspirasi sekret berisi mikroorganisme patogen/ inhalasi patogen/
penyebaran hematogen ekstrapulmonal Invasi mikroorganisme ke
saluran napas bawah kolonisasi di mukosa bronkus hingga alveolus
hyperemia pelepasan mediator radang, terbawa darah hingga
menuju
perkembangan
reaksi
II.
3. Pemeriksaan Laboratorium :
Hb : 12,1 gr/dl, Ht : 36 vol%, Leukosit : 18.000/mm3, LED : 25 mm/jam,
Trombosit : 220.000/mm3, Hitung jenis : 0/2/1/74/20/3, CRP : (-)
a. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan laboratorium?
Pemeriksaan
Hb
Ht
Leukosit
Diff.count
- Basofil
- Eosinofil
- Netrofil Batang
- Netrofil segmen
- Limfosit
- Monosit
LED
Nilai Hasil
12,1 gr/dl
36%
18.000/mm3
0
2
1
74
20
3
25 mm/jam
Nilai Normal
10,5 13,0 gr/dl
35 41 %
6000-10.000 mm3
01
03
5 11
15 35
45 76
36
Dengan 2 cara
1. Westergreen
Kesimpulan
Normal
Normal
Meningkat
Normal
Normal
Menurun
Meningkat
Menurun
Normal
Normal
Meningkat
2. Wintrobe anak-
anak
Trombosit
CRP
0 13
220.000mm3
mm/jam
250.000
600.000 / mm3
-
Menurun
Normal
LED : 18 mm/jam
Peningkatan LED menunjukkan reaksi inflamasi akut. LED meningkat
dikarenakan oleh banyaknya neutrofil, dan sel radang lainnya yang
terakumulasi di darah akibat proses inflamasi, sehingga kadar zat terlarut
dalam darah menjadi lebih besar dibandingkan cairan (plasma). Keadaan ini
akan meningkatkan laju endap darah (LED).
Leukosit
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit.
Hitung leukosit dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial.
Infeksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi 20.000/mm3
dengan limfosit predominan) dan bakteri leukosit meningkat 15.00040.000 /mm3 dengan neutrofil yang predominan.
CRP
CRP negative Kemungkinannya:
CRP diklasifikasikan sebagai reaktan fase akut, yang berarti tingkat
protein akan naik sebagai respon terhadap peradangan. Protein C-reactif (Creactive protein, CRP) dibuat oleh hati dan dikeluarkan ke dalam aliran darah
dalam menanggapi factor yang dilepaskan oleh makrofag dan sel-sel lemak
(adipocytes).
Selama respon fase akut, tingkat CRP meningkat pesat dalam waktu 2
jam dari tahap akut dan mencapai puncaknya pada 48-72 jam. Dengan resolusi
dari respon fase akut, CRP menurun dengan relatif pendek selama 18 jam dan
lalu segera kembali ke kadar normalnya.
4. Pemeriksaan Radiologi :
Thoraks AP : Infiltrat di parahilar kedua paru
a. Bagaimana Interpretasi dan Mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan
radiologi?
KRITERIA GAMBAR :
2.
Foto mencakup keseluruhan thorax, bagian atas: apeks paru-paru tidak terpotong
Bagian bawah: kedua sinus costophrenicus tidak terpotong
Diafragma mencapai iga ke- 9 belakang
Kedua Os scapula terlempar ke arah lateral
Tampak bayangan bronchus
Foto simetris
Foto simetris
FFD: 150 cm, CR : horizontal, CP kira-kira satu inci ke depan dari MCL setinggi
CV TH VI
5. Template
a. Bagaimana cara penegakkan diagnosis?
a) Anamnesis
- Apa keluhan yang dialami?
- Sejak kapan terjadi sesak napas?
- Sesak napas muncul hilang timbul atau terus-menerus?
- Sesak napas diperberat/dihilangkan dengan cara?
- Keluhan lain? (nafas cuping hidung, retraksi, demam)
- Sejak kapan terjadi gejala-gejala lain?
- Sudah pernah minum obat?
- Ada kontak dengan penderita?
- Riwayat sosial ekonomi keluarga?
- Lingkungan tempat tinggal?
b) Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum (sehat, sakit ringan, sakit sedang, sakit berat,
-
kesadaran)
Respiratory rate
Denyut nadi
Suhu
Nafas cuping hidung
Inspeksi thoraks : retraksi otot-otot interkostal
Palpasi thoraks: stem fremitus meningkat atau menurun, bandingkan
anak)
- Rontgen thoraks: memastikan adanya ilfiltrat di parenkim paru
c) Pemeriksaan Laboratorium
- Biasanya pemeriksaan Hb normal atau sedikit menurun
- Hematokrit normal (bayi 1-3 tahun = 29-40%)
- Peningkatan leukosit (leukositosis)
- Laju endap darah meningkat (ada inflamasi)
- Diff count: neutrofil segmen meningkat (adanya infeksi akut)
- CRP: negatif atau <1,0 mg/L
d) Pemeriksaan Penunjang
- Analisa Gas Darah
- Kultur darah/sputum/bilasan lambung
- Pewarnaan gram
- Tes fungsi paru
- Tes tuberkulin
- Spirometri statik
b. Apa diagnosis banding pada kasus ini?
Gejala
Bronkopneumonia
Bronchitis akut
Bronchiolitis akut
Batuk
Sulit Bernapas
Demam
+/sedikit
-/ subfebris
Retraksi
meningkat
-
Dullness
(redup)
Peningkatan
leukosit
Peningkatan suara
nafas vesikuler
Infiltrat di
parahilar paru
Napas cuping
Hidung
Sosial ekonomi
Faktor lingkungan
Polusi udara di dalam rumah
Kepadatan hunian
Ventilasi rumah
Kondisi fisik rumah
Neonatus dan bayi kecil meliputi Streptococcus grup B dan bakteri gram negatif seperti E.coli,
Pseudomonas sp, dan Klebsiella sp.
Pada bayi yang lebih besar dan anak balita, pneumonia sering disebabkan karena Streptococcus
pneumonia, Haemophillus influenzae tipe B, dan Staphylococcus aureus.
Pada anak yang lebih besar dan remaja , selain bakteri tersebut, sering juga ditemukan infeksi
Mycoplasma pneumoniae.
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat
ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut:
Gejala infeksi umum seperti demam, sakit kepala, gelisah, malaise,
penurunan nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual muntah atau
diare, kadang-kadang dijumpai gejala infeksi ekstrapulmoner.
Gejala gangguan respiratori yaitu batuk, sesak nafas, retraksi dada,
takipnea, dan nafas cuping hidung,
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis seperti redup pada
saat perkusi paru, suara nafas melemah, dan ronki.
i. Bagaimana tatalaksana dari kasus ini?
Pedoman dari WHO untuk diagnosis dan tatalaksana :
Tanda dan gejala
- Sianosis sentral
Klasifikasi
Pneumonia
Penatalaksanaan
- harus di rawat di RS
sangat berat
diberi antibiotik.
mengangguk-angguk)
ada
harus di rawat di RS
diberi antibiotik.
ada
tidak perlu dirawat
Severe
respiratory
Chest indawing
Pneumonia berat
Nafas cepat :
-
Pneumonia
hari
bln- 11 bln)
dan
definite crackles
terdapat
batuk
tenggorokan
dengan
1th- 5 th)
Pada
melegakan
memberikan
nasehat
Hanya batuk
Tidak
terdapat
pneumonia
Bukan
tanda pneumonia
(batuk
melakukan
selama 2 hari.
Tidak perlu dirawat
melegakan
atau
dan
pilek)
follow
up
tenggorokan
batuk
dengan
memberikan
nasehat
melakukan
follow
up
Palembang, 18-04-2015
Rx Amoxicillin inj. Vial IV
s.i.m.m
Rx Paracetamol inj.vial IV
s.i.m.m
F
Pro : Lana (2 tahun)
II.
Learning Issue
cenderung
tersebut
masuk
dan
subsegmen
oleh
jaringan
paru.
Bronkhus
kartilago
alveoli,
tidak
mampu menangkap udara, namun juga dapat mengalami kolaps. Agar tidak kolaps alveoli
dilengkapi dengan poros/lubang kecil yang terletak antar alveoli yang berfungsi untu mencegah
kolaps alveoli.
Saluran pernapasan mulai dari trakhea sampai bronkhus terminalis tidak mengalami
pertukaran gas dan merupakan area yang dinamakan Anatomical Dead Space. Awal dari proses
pertukaran gas terjadi di bronkhiolus respiratorius.
c. Alveoli
Parenkim paru-paru merupakan area yang aktif bekerja
dari
jaringan
mengandung
paru-paru.
Parenkim
tersebut
berjuta-juta
unit
alveolus.
Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua lobus. Kelima
lobus tersebut dapat terlihat dengan jelas. Setiap paru-paru terbagi lagi menjadi beberapa
subbagian menjadi sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary segments.
Paru-paru kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang disebut mediastinum. Jantung, aorta, vena
cava, pembuluh paru-paru, esofagus, bagian dari trakhea dan bronkhus, serta kelenjar timus
terdapat pada mediastinum.
e.
Alveoli
Jaringan elastis pada septum alveoli merupakan elastic recoil untuk
mempertahankan alveoli tetap terbuka.Pada anak, alveoli agak relatif lebih besar dan
mudah kolaps. Dengan makin besarnya usia bayi dan anak, jumlah alveoli bertambah
sehingga menambah elastic recoil
Vokalisasi
Penghidu
Pneumonia
A. Definisi Pneumonia
Suatu proses peradangan dimana terdapat konsilidasi disebabkan pengisian rongga
alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang
mengalami konsolidasi dan darah dialirkan ke sekitar alveoli yang tidak berfungsi.
Hipoksemia dapat terjadi tergantung banyaknya jaringan paru-paru yang sakit. (Irman
somantri.2007). Pneumonia adalah infeksi pada kantung udara kecil pada paru-paru
(alveoli) dan jaringan di sekitarnya. (Merck Manual.2011)
Pneumonia adalah infeksi paru-paru biasa yang disebabkan oleh bakteri, virus atau
jamur. Pneumonia dan gejalanya dapat bervariasi dari ringan sampai parah. Banyak
perawatan untuk pneumonia tersedia. Pengobatan tergantung pada penyebab pneumonia
Anda, seberapa parah gejala Anda, dan usia dan kesehatan secara keseluruhan.
Kebanyakan orang sehat bisa sembuh dari pneumonia dalam satu sampai tiga minggu,
namun pneumonia bisa mengancam jiwa. Kabar baiknya adalah pneumonia yang dapat
dicegah-dengan mendapatkan vaksinasi flu tahunan (sebagai flu sering menyebabkan
pneumonia), sering mencuci tangan Anda, dan untuk orang 3 yang berisiko tinggi,
mendapatkan vaksin untuk pneumonia pneumokokus.( American Lung
Association.2011).
Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan
oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Pneumonia yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk. Sedangkan peradangan paru yang
disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik, obatobatan dan lain-lain) disebut pneumonitis. (PDPI.2003).
Klasifikasi Pneumonia :
1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis
a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
b. Pneumonial nosokomial (hospital-acquired pneumonia / nosocomial pneumonia
c. Pneumonia aspirasi
d. Pneumonia pada penderita Immunocompromised
2. Berdasarkan bakteri penyebab
a. Pneumonia bakterial / tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. beberapa
bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya
klebsiella pada penderita alkoholik, Staphyllococcus pada penderita pasca
infeksi influenza
b. Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia
c. Pneumonia virus
d. Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutma
pada penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised).
3. Berdasarkan predileksi infeksi
a. Pneumonia lobaris. Sering pada pneumonia bakterial, jarang pada bayi dan
orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan
sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya : pada aspirasi benda asing
atau proses keganasan
b. Bronkopneumonia. Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru.
Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus. Sering pada bayi dan orang tua.
Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus
c. Pneumonia interstisial
B. Etiologi Pneumonia
dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, yaitu bakteri, virus, jamur
dan protozoa. Dari kepustakaan pneumonia komuniti yang diderita oleh masyarakat luar
negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif, sedangkan pneumonia di rumah sakit
banyak disebabkan bakteri Gram negatif sedangkan pneumonia aspirasi banyak
disebabkan oleh bakteri anaerob. Akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di Indonesia
menunjukkan bahwa bakteri yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita
pneumonia komuniti adalah bakteri Gram negatif. (PDPI.2003). Bakteri dan virus
pneumonia yang sering menyerang pada anak 4 bulan -5 tahun, dari bakteri
Streptococcus pneumoniae, Clamydia pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae, sedangkan
virus Respiratory syncitial virus, influenza virus, parainfluenza virus, rhinovirus,
adenovirus, measles virus. (Retno.2006).
C. Epidemiologi Pneumonia
adalah salah satu penyebab kematian paling umum di seluruh dunia. Seringkali,
pneumonia merupakan akhir penyakit pada orang yang memiliki lain yang serius,
penyakit kronis. Beberapa jenis pneumonia dapat dicegah dengan imunisasi. Infeksi
bakteri yang paling sering meliputi S Pneumonia, H.Influenza, M.Pneumonia, C.
Pneumonia, dan M. Catarrharis, influenza merupakan virus yang paling sering didapat di
komunitas. Di Amerika Serikat, sekitar 2 sampai 3 juta orang mengembangkan
pneumonia setiap tahun, dan 45.000 dari mereka meninggal. Pneumonia adalah penyebab
paling umum keenam kematian secara keseluruhan, dan infeksi fatal yang paling umum
diperoleh di rumah sakit.
D. Manifestasi klinis
1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
a. Nyeri pleuritik
b. Nafas dangkal dan mendengkur
c. Takipnea
2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
a. Mengecil, kemudian menjadi hilang
b. Krekels, ronki, egofoni
3. Gerakan dada tidak simetris
4. Menggigil dan demam 38,8 C sampai 41,1C, delirium
5. Diaforesis
6. Anoreksia
7. Malaise
8. Batuk kental, produktif : Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi
kemerahan atau berkarat
9. Gelisah
10. Cyanosis
a. Area sirkumoral
b. Dasar kuku kebiruan
11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati
E. Patofisiologi Pneumonia
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi :
Efusi pleura.
Empiema.
Abses Paru.
Pneumotoraks.
Piopneumotoraks
Pneumatosel
Gagal napas.
Sepsis
Ileus paralitk fungsional
G. Pemeriksaan diagnostic
a. Anamnesis
Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam, menggigil, suhu tubuh
meningkat dapat melebihi 40 C, batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadangb.
pada
perkusi
redup,
pada
auskultasi
terdengar
suara
napas
bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang
kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi.
c. Gambaran radiologis Foto toraks (PA/lateral)
merupakan pe meriksaan penunjang utama untuk menegakkan diagnosis. Gambaran
radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan " air broncogram",
penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti. Foto toraks saja tidak
dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke
arah diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan
oleh Steptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan
infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia
sering menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat
mengenai beberapa lobus.
d. Pemeriksaan labolatorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya lebih
dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit
terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan
diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur
darah dapat positif pada 20-25% penderita yang tidak diobati. Analisis gas darah
menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis
respiratorik.
H. Penatalaksanaan
1. Kemoterapi
Pemberian kemoterapi harus berdasarkan pentunjuk penemuan kuman penyebab
infeksi (hasil kultur sputum dan tes sensitivitas kuman terhadap antibodi). Bila
penyakitnya ringan antibiotik diberikan secara oral, sedangkan bila berat
diberikan secara parenteral. Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal akibat
proses penuaan, maka harus diingat kemungkinan penggunaan antibiotik tertentu
perlu penyesuaian dosis (Harasawa, 1989).
2. Pengobatan Umum
a. Terapi Oksigen
b. Hidrasi Bila ringan hidrasi oral tetapi jika berat hidrasi dilakukan secara
parenteral
c. Fisioterapi Penderita perlu tirah baring dan posisi penderita perlu diubah-ubah
untuk menghindari pneumonia hipografik, kelemahan dan dekubitus.
Palpasi
Mulai dari palpasi hingga auskultasi, Posisi kedua skapula harus dalam keadaan terbuka untuk
memperluas lapang pemeriksaan. (minta pasien untuk meletakkan kedua tangannya pada bahu)
merasakan fremitus taktil suara dengan cara meminta pasien mengucapkan "tujuh tujuh"
Perkusi
Tujuan dari perkusi adalah berusaha menangkap getaran suara yang dihasilkan dari phalange
(tulang jari). ada beberapa jenis suara yang mungkin dihasilkan dari perkusi
NOTE : Jurnal Kedokteran di Indonesia menggunakan istilah dull sebagai "pekak", karena itu
pekak hati bukan di terjemahkan menjadi liver flatness melainkan liver dullness.
Prosedur perkusi
Tempatkan jari pleksimeter pada dinding dada yang akan diperiksa *untuk menghasilkan
bunyi perkusi yang lebih keras, tekan jari dengan kuat. Cara ini lebih baik daripada
melakukan pengetukan lebih keras
pada tangan lainnya, lakukan pengetukan tanpa pergerakan siku (lakukan pengetukan
dengan cepat dan seperti refleks)
pengetukan dilakukan di bagian paling ujung (pada gambar), kemudian pindahkan jari
dengan cepat agar getaran tidak teredam.
Pemeriksaan :
Auskultasi
Auskultasi dinding dada posterior kurang kuat terdengar dibandingkan auskultasi anterior.
(kecuali di triangle of auscultation) walau begitu biasanya, pemeriksaan ini tetap dilakukan oleh
para dokter muda.
Posisi steshoscope sewaktu auscultasi adalah sama seperti pada palpasi fremitus suara
Daftar Pustaka
1. Staf pengajar IKA FK UI. 2005. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Infomedika.
2. Suyono, Slamet ,dkk. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai penerbit
FKUI.
3. Sari Pediatri, Vol. 12, No. 3, Oktober 2010
4. Guyton, Arthur C, Hall, John E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedoteran Edisi 11. Jakarta :
EGC
5. Rahajoe, Nastini.N.2008.Buku Ajar Respirologi,Edisi 1.Jakarta : IDAI.
6. The management of Community-Acquired Pneumonia in Infants and Children Older
Than 3 Months of Age: Clinical Practice Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases
Society and the Infectious Diseases Society of America. John S. Bradley,1,a Carrie L.
Byington,2,a Samir S. Shah,3,a Brian Alverson,4 Edward R. Carter,5 Christopher
Harrison,6 Sheldon L. Kaplan,7 Sharon E. Mace,8 George H. McCracken Jr,9 Matthew
R. Moore,10 Shawn D. St Peter,11 Jana A. Stockwell,12 and Jack T. Swanson13.
Clinical Infectious Diseases Advance Access published August 30, 2011.
7. Guidelines for the management of community acquired pneumonia. British Thoracic
Society Standards of Care Committee. Thorax 2002;57(Suppl I):1-24. http://www.britthoracic.org.uk/Portals/0/Clinical
%20Information/Pneumonia/Guidelines/paediatriccap.pdf
8. Craig JC, Williams GJ, Jones M et al. The accuracy of clinical symptoms and signs for
the diagnosis of serious bacterial infection in young febrile children: prospective cohort
study of 15781 febrile illnesses. BMJ 2010;340:c1594.
9. WHO. The management of acute respiratory infections in children. Practical guidelines
for outpatient care. World Health Organization 1995;Geneva:14-35.
10. Robbins, Kumar, Ramzi S.Cotran. 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7. Jakarta: EGC.
11. Snell, S.Richard.2006.Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta:
EGC.