You are on page 1of 6

4.

5.
6.
7.
8.
9.

Obat ototoksik
Presbikusis
Penyakit Meniere
Neuroma akustik
Sudden hearing loss
Gangguan sistemik, seperti diabetes, hipotiroid, penyakit ginjall, gangguan
autoimun, multiple sklerosis, diskrasia darah.5,8
Sedangkan Soepardi (2009) membagi tuli sensorineural (perseptif) ke dalam

tuli sensorineural koklea dan retrokoklea. Dimana berdasarkan etiologinya, tulli


sensorineural koklea disebabkan oleh aplasia (kongenital), labirinitis (oleh
bakteri/virus), intoksikasi obat streptomisin, kanamisin, garamisin, neomisin, kina,
asetosal atau alkohol. Selain itu dapat juga disebabkan oleh tuli mendadak (sudden
deafness), trauma kapitis, trauma akustik dan pajanan bising. Tuli sensorineural
retrokoklea disebabkan oleh neuroma akustik, tumor sudut pons serebelum, myeloma
multipel, cedera otak, perdarahan otak dan kelainan otak lainnya. 2
Untuk menegakkan diagnosis:
1. Riwayat, adalah sangat penting untuk mengetahui apakah penyebab
dikarenakan kongenital atau acquired, tak berubah atau progresif, berhubungan
dengan sindrom lainnya atau tidak, mempengaruhi anggota keluarga lainnya
atau tidak dan faktor etiologic yang memungkinkan.
2. Severity of deafness, (mild, moderately severe, severe, profound, total). Hal ini
dapat ditemukan pada audiometri.
3. Jenis audiogram, apakah gangguan terjadi pada frekuensi tinggi, frekuensi
rendah, frekuensi sedang atau tipe darat.
4. Letak lesi, seperti koklea, retrokoklea, atau sentral.
5. Tes laboratorium. Tergantung dari etiologi yang diduga, seperti foto radiologi
dari tulang temporal untuk bukti adanya destruksi tulang (kolesteatoma
kongenital, tumor glomus, keganasan telinga tengah atau neuroma akustik),
darah lengkap (leukemia), gula darah (diabetes), serologi sifilis, fungsi tiroid
(hipotiroidisme), tes fungsi ginjal, dll.5
Deteksi dini dari gangguan pendengaran sensorineural adalah penting karena
data dilakukan tindakan sedini mungkin untuk menghentikan progresinya,
mengembalikan atau memulai program rehabilitasi sejak awal, untuk kepentingan
komunikasi.5
Page 13

Sifilis yang mempengaruhi telinga dalam dapat diobati dengan dosis tinggi
penisilin dan steroid dengan adanya perbaikan dari pendengaran. Gangguan
pendengaran karena hipotiroid dapat ditangani dengan terapi pengganti. Labirinitis
serosa dapat ditangani dengan memberi perhatian serius terhadap infeksi telinga
tengah dan menanganinya. Penanganan dini dari penyakit Meniere dapat mencegah
episode lanjut dari vertigo dan hearing loss. Gangguan pendengaran sensorineural
karena fistula perilimfe dapat dikoreksi secara pembedahann dengan sealing the
fistula in the oval or round window with fat.5
Obat ototoksik harus dihentikan jika menyebabkan gangguan pendengaran.
Pada banyak kasus, adalah mungkin untuk memperbaiki kembali fungsi pendengaran,
total atau parsial, jika obat yang menyebabkan gangguan dihentikan penggunaannya.
Noise induce hearing loss dapat dicegah dengan menghindari paparan kebisingan.5
2.5.3. Tuli Campuran
Gangguan jenis ini merupakan kombinasi dari gangguan pendengaran jenis
konduktif dan gangguan pendengaran jenis sensorineural. Mula-mula gangguan
pendengaran jenis ini adalah jenis hantaran (misalnya otosklerosis), kemudian
berkembang lebih lanjut menjadi gangguan pendengaran jenis sensorineural. Dapat
pula sebaliknya, mula-mula gangguan pendengaran jenis sensorineural, lalu kemudian
disertai dengan gangguan hantaran (misalnya prebiskus), kemudian terkena infeksi
otitis media. Kedua gangguan tersebut dapat terjadi bersama-sama. Misalnya trauma
kepala yang berat sekaligus mengenai telinga tengah dan telinga dalam.
Gejala yang timbul juga merupakan kombinasi dari kedua komponen gejala
gangguan pendengaran jenis hantaran dan sensorineural. Pada pemeriksaan fisik atau
otoskopi tanda-tanda yang dijumpai sama seperti pada gangguan pendengaran jenis
sensorineural. Pada tes bisik dijumpai penderita tidak dapat mendengar suara bisik
pada jarak lima meter dan sukar mendengar kata-kata baik yang mengandung nada
rendah maupun nada tinggi. Tes garpu tala Rinne negatif. Webber lateralisasi ke arah
yang sehat. Schwabach memendek.
2.6. Beberapa Bentuk Spesifik dari Gangguan Pendengaran
2.6.1. Tuli Mendadak
Tuli mendadak (sudden deafness) adalah tuli yang terjadi secara tiba-tiba. Jenis
ketuliannya adalah sensorineural, penyebabnya tidak dapat langsung diketahui,
Page 14

biasanya terjadi pada satu telinga. Beberapa ahli mendefinisikan tuli mendadak
sebagai penurunan pendengaran sensorineural 30 dB atau lebih, paling sedikit tiga
frekuensi berturut-turut pada pemeriksaan audiometri dan berlangsung dalam waktu
kurang dari 3 hari.2
Kerusakan terutama di koklea dan biasanya bersifat permanen, keluhan ini
dimasukkan kedalam keadaan darurat neurotologi.2
Gejala
Timbulnya tuli pada iskemia koklea dapat bersifat mendadak atau menahun secara
tidak jelas. Kadang-kadang bersifat sementara atau berulang dalam serangan, tetapi
biasanya menetap. Tuli yang bersifat sementara biasanya tidak berat dan tidak
berlangsung lama. Kemungkinan sebagai pegangan harus diingat bahwa perubahan
yang menetap akan terjadi sangat cepat. Tuli dapat unilateral atau bilateral, dapat
disertai dengan tinitus dan vertigo.2
Diagnosis
Diagnosis tuli mendadak ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
THT, audiologi, laboratorium serta pemeriksaan penunjang lain. Anamnesis yang teliti
mengenai proses terjadinya ketulian, gejala yang menyertai serta faktor predisposisi
penting untuk mengarahkan diagnosis. Pemeriksaan fisik termasuk tekanan darah
sangat diperlukan. Pada pemeriksaan otoskopi tidak dijumpai kelainan pada telinga
yang sakit.2
Penatalaksanaan
Tirah baring sempurna (Total bed rest) istirahat fisik dan mental selama dua
minggu untuk menghillangkan atau mengurangi stress yang besar pengaruhnya
pada keadaan kegagalan kardiovaskular.
Vasodilatansia injeksi yang cukup kuat disertai dengan pemberian tablet

vasodilator oral tiap hari.


Prednisone (kortikosteroid) 4x10 mg (2 tablet), tappering off tiap 3 hari.
Vitamin C 500 mg 1x1 tablet/hari, vitamin E 1x1 tablet
Neurobion (neurotonik) 3x1 tablet/hari
Diet rendah garam dan rendah kolesterol.
Inhalasi oksigen 4x15 menit (2 liter/menit). Obat antivirus sesuai dengan virus

penyebab.
Hiperbarik oksigen terapi.2
Page 15

2.6.2. Noise Induced Hearing Loss


Gangguan pendengaran akibat bising (Noise Induced Hearing Loss) ialah
gangguan pendengaran yang disebabkan akibat terpajan oleh bising yang cukup keras
dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bising
lingkungan kerja. Sifat ketuliannya adalah tuli sensorineural koklea dan umumnya
terjadi pada kedua telinga.2
2.6.3. Gangguan Pendengaran Akibat Obat Ototoksik
Ototksik sudah lama dikenal sebagai efek samping pengobatan kedokteran, dan
dengan bertambahnya obat-obatan yang lebih poten daftar obat-obatan ototoksik
makin bertambah.2
Contoh obat-obatannya:
Aminoglikosida
Eritromisin
Loop diuretics
Obat anti inflamasi
Obat anti malaria
Obat ototoksik harus dihentikan jika menyebabkan gangguan pendengaran.
Pada banyak kasus, adalah mungkin untuk memperbaiki kembali fungsi pendengaran,
total atau parsial, jika obat yang menyebabkan gangguan dihentikan penggunaannya.

Page 16

BAB III
KESIMPULAN
Deafness atau ketulian adalah ketidakmampuan secara parsial atau total untuk
mendengarkan suara pada salah satu atau kedua telinga.
Tuli dibagi atas tuli konduktif, tuli sensorineural (Sensorineural deafness) serta
tuli campur (mixed deafness). Gangguan telinga luar dan telinga tengah dapat
menyebabkan tuli konduktif, sedangkan gangguan telinga dalam menyebabkan
tuli sensorineural, yang dibagi atas tuli koklea dan retrokoklea.
Pada tuli konduktif terdapat gangguan hantaran suara, disebabkan oleh kelainan
penyakit di telinga luar atau di telinga tengah. Pada tuli sensorineural (perseptif)
kelainan terdapat pada koklea (telinga dalam), nervus VII atau di pusat
pendengaran, sedangkan tuli campuran disebabkan oleh kombinasi tuli konduktif
dan tuli sensorineural. Tuli campur dapat merupakan satu penyakit, misalnya
radang telinga tengah dengan komplikasi ke telinga dalam atau merupakan dua
penyakit yang berlainan, misalnya tumor nervus VII (tuli saraf) dengan radang
telinga tengah (tuli konduktif).
Diagnosa dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, ditambah dengan
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan yaitu berupa
pemeriksaan dengan garpu tala, audiometri, audiometri ambang bicara,
diskriminasi, timpanometri, respon auditoris batang otak dan elektrokokleografi.
Pengobatan untuk gangguan fungsi pendengaran tergantung pada penyebabnya.
Jika gangguan pendengaran konduktif disebabkan oleh adanya cairan di telinga
tengah atau kotoran di saluran telinga, maka dilakukan pembuangan cairan dan
kotoran tersebut. Jika penyebabnya tidak dapat diatasi, maka digunakan alat bantu
dengar atau kadang dapat dilakukan pencangkokan koklea.

Page 17

DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi EA. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &
Leher Edisi Keenam. 2009. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Boies L. R, Adams G L, Higler P A, Wijaya C, Effendi H, Santoso R A K, dkk.
Boies Buku Ajar Penyakit THT; Penerbit buku kedokteran EGC. 1997. Jakarta.
3. Anonym. Gangguan pendengaran. 2007. Fakultas kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
4. Dhingra PL. Disease of Ear, Nose and Throat Fourth Edition. ElSevier. 2010.
5. Munilson J, Yurni. Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuli Mendadak. Departemen
Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher. Fakultas Kedokteran Unand.
6. Acoem Evidence-Based Statement. Nose-induced Hearing Loss. JOEM. Volume
45, number 6, June 2003.
7. World Health Organization. Deafness and Hearing Loss. Updated Februari 2014.
Accessed from: http://www.emedicinehealth.com/hearing_loss/article_em.htm
8. Better Health Channel. Deafness a range of causes. Updated 2014. Accessed
from:

http://www.betterhealth.vic.gov.au/bhcarticles.nsf/pages/Deafness_-

_a_range_of_causes
9. CDC Centers for Disease Control and Prevention. Hearing Loss in Children.
Updated

2013.

Accessed

from:

http://www.cdc.gov/ncbddd/hearingloss/articles.html
10. MNT. What is deafness? What is hearing loss? Updated: 21 August 2012.

Accessed from: http://www.medicalnewstoday.com/articles/249285.php

Page 18

You might also like