You are on page 1of 53

A.

PENDAHULUAN
1.

POKOK BAHASAN:

a. Terminology lingkungan, sejarah kepedulian lingkungan,


kelembagaan, sampai ke filosofi lingkungan

b. AMDAL sebagai perangkat untuk merencana sampai dengan


memonitor dan evaluasi pembangunan yang berdampak
sangat besar dari sudut pandang sustainable development.
(Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No. 17 Tahun 2001 Tentang : Jenis Rencana Usaha Dan/Atau
Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup)

c. UKL-UPL Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya


pemantauan lingkungan hidup, yang selanjutnya disebut UKLUPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha
dan/atau kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan
(UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009
TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP)

d. Dampak teknis dari konstruksi bangunan sipil yang harus


menjadi perhatian sejak awal mengingat dampaknya dapat
berakobat untuk pihak internal (bangunan itu sendiri) atau
pihak eksternal yaitu yang bukan dari bagian pembangunan
itu sendiri
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 1

2.

TERMINOLOGI & ISSUE


a. Terminology

Secara etimologi Ernest Kackel (1869) mengakatan bahwa


ekologi berasal dari oikos (rumah tangga) dan logos (ilmu) dan
menurut beberapa penulis ecology adalah:
De Bel

Study of the total impact of man and other animals on the


balance of nature
William H. Matthews

Ecology focuses the interrelationship between living organism


and their environment
Joseph van Vleck

Ecology is the study of such communities and how each species


takes to meet its own needs and contributes toward meeting
and need of its neibourghs
Amsyari (1981)
Ilmu yang mempelajari hubungan antara organisme dengan yang
lainnya dan antara organisme dengan lingkunggannya

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 2

Otto Soemarwoto (1981)


Ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya
b.Issue global
Pada saat ini apa yang ada 3 pokok issues yang selalu dijadikan

benchmark dalam setiap pembicaraan multilateral yaitu:


Democracy
Human Right
Environment

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 3

3.

DAMPAK EMPIRIS
a. Asap kabut (1950 an)

Mulai dirasakan pada 1950 an kabut asap menyelubungi kota Los


Angeles oleh smog = smoke + fog yang mengganggu kesehatan
dan merusak tanaman.
b. Penyakit Minamata (1953)
Pada 1953 dirasakan adanya wabah neurologist menyerang
otot, penglihatan, otak yang berakibat kelumpuhan, koma dan
kematian. Pada 1959 diketahui penyebabnya adalah metil

mercury hasil limbah pabrik CHISO Co, produsen PVC. Metil


mercury ini mengalir kesungai terus kelaut, diserap oleh
plankton, plankton dimakan ikan dan ikan dimakan manusia
terjadi akumulasi pencemar dalam tubuh manusia hingga
mencapai tingkat beracun dan berakibat seperti penyakit
tersebut diatas.
c. The Silent Spring (1962)
Pada 1962 Rachel Carson meluncurkan buku The Silent Spring
(musim semi yang kelabu) yang memaparkan kegelisahan setiap
musim panas yang biasanya bingar menjadi senyap akibat adanya
penyakit misterius yang bukan hanya menyerang manusia tapi
binatang dan juga tanaman. Ternyata hal ini akibat dari asap
yang menyelimuti kota.

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 4

d. Penyakit Minamata II (1964-1965)


Terjadi tidak di Minamata namun di Niigita, dengan dampak
yang sama dengan Minamata I, mercury berasal dari pabrik alat
listrik SHOWA ditepi S. Agano.
e. Penyakit Minamata III (1973)
Sama dengan diatas terjadi di Goshonoura di pulau Amakusa
yang berhadapan dengan teluk Minamata.
f. Kasus Fungisida (1970)
Irak sebelum 1970 mengimport benih gandum dari Mexico.
Karena benih agar tahan hama disemprot dgn fungisida air
raksa. Banyak penduduk miskin memakannya hingga banyak
korban.

Maka

regulasi

pemerintah

adalah

barang

siapa

menyimpan gandum benih akan dihukum. Maka karena merasa


takut hampir seluruh benih yang berada dipihak rakyat dibuang
keselokan/sungai dan tercemarlah sungai sungai di irak. Korban
5.000 s/d 20.000 meninggal dan 100.000 s/d 500.000 yang
keracunan.
g. Waduk Aswan (1970)
Sungai Nil dibendung di Aswan dan dampaknya terjadi
penggaraman di lahan sawah karena temperature tinggi,
kemudian terhentinya suplai lumpur yang biasa terjadi saat
banjir. Kemudian terjadinya sedimantai/erosi dihilir bendungan.

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 5

h. Hama Wereng dan Kasus Buyat

Pada 1980 an terjadi serangan besar besaran


binatang wereng pada tanaman padi hingga puso

Tahun 2000 an mencuat kasus Buyat, di Sulawesi


Utara yang menyebabkan penyakit akibat tambang
emas Newmont Minahasa

Waduk Gadjahmungkur
Didisain utk pola tanam p-p-p, kurang lebih enam tahun
kemudian setelah dibangun diubah menjadi pola p-p-pw.
Akibatnya kelebihan air 105 jt m3/thn
Padahal daerah irigasi yg ideal telah dijadikan sawah dan lebar
saluran tidak memperhitungkan tambahan kelebihan debit ini.
Akibatnya terjadi redisain saluran, pintu air dan menggunakan
pompa untuk mengairi sawah yang berelevasi lebih tinggi.

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 6

4.

Kelembagaan Internasional
a. Wakil Swedia pada 28 Mei 1968 menyarankan ke PBB agar
ada konferensi internasional ttg lingkungan hidup
b. Dalam

Strategy

Pembangunan

International

bagi

Dasawarsa Pembangunan Dunia ke 2 pada 1 Juni 1970 PBB


menyerukan

penanggulangan

kemerosotan

kualitas

lingkungan
c. STOCKHOLM (1972)
Pada 5-16 Juni 1972 diadakan United Nation Confrerence
on the Human Environment di Stockholm diikuti 113
negara, dan tanggal 5 Juni ditetapkan sebagai Hari
Lingkungan Hidup Sedunia
Hasil:
o Deklarasi tentang Lingkungan Hidup Manusia atau
Stockholm Declaration (Preambul dan 26 Asas)
o Action Plan dari Lingkungan Hidup Manusia (119
rekomendasi)
o Rekomendasi tentang Kelembagaan dan Keuangan utk
Action Plan
d. WECD
Pada Desember 1983 Sidang Umum PBB No. 38/161
dibentuk

World

Commission

on

Environment

and

Development (WECD) dan Indonesia termasuk duduk


dalam

WECD yang sekretariatnya di Geneve. WECD

menerapkan 6 approches:
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 7

o
o
o
o
o
o

Interdependency
Sustainability
Equality
Security and Environment Risk
Education and Communication
International Cooperation

e. Rio (1992)
Pada 3 -14 Juni 1992 Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di
Rio de Janeiro sbg peringatan 20 thn Konferensi
Stockholm 1972. Konferensinya disebut: United Nation
Conference on Environment and Development (UNCED)
diikuti 177 kepala Negara dan wakil pemerintah.
o Hasil yang menonjol adalah disepakainya Agenda 21,
yaitu suatu kerangka kerja yang disepakati masyarakat
international
berkelanjutan

untuk
pada

mencapai
abad

21.

yang

pembangunan
seharusnya

dipergunakan semua pihak baik pemerintah, organisasi


international maupun kalangan industri dan masyarakat
dalam penintegrasian lingkungan kedalam kegiatan social
ekonomi.

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 8

f. Rio+10 (2002)
Main article: World Summit on Sustainable Development
The Johannesburg Plan of Implementation, agreed at the
World

Summit

on

Sustainable

Summit 2002)

affirmed

implementation"

of

Development

UN commitment

Agenda 21

for

culture,

(Earth

to

"full

alongside

achievement of the Millennium Development Goals and other


international agreements.
Elements of Agenda 21
Economic Poverty, Production and
Consumption, Health, Human
dimensions to development
Settlement, Integrated Decision Making
Social

and

Conservation and management Atmosphere, Oceans and Seas, Land,


of natural resources
Forests, Mountains, Biological
Diversity, Ecosystems,
Biotechnology, Freshwater resources,
Toxic
Chemicals, Hazardous Radioactive
and Solid Waste
Strengthening role of Major Groups Youth, Women, Indigenous
Peoples, Non-Government
Groups
Organisations, Local Authorities,
Trade Unions, Business, Scientific
and Technical Communities, Farmers
Implementation Finance,
Means of Implementation
Technology transfer, Information,
Public Awareness, Capacity
Building, Education, Legal
Instruments, Institutional Frameworks

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 9

g.

Rio+20 (2012)

In 2012, at the United Nations Conference on Sustainable


Development

the

attending

members

reaffirmed

their

commitment to Agenda 21 in their outcome document called


"The Future We Want" main issue: Green Economy
Ekonomi Hijau adalah sebuah rezim ekonomi yang meningkatkan
kesejahteraan manusia dan kesetaraan sosial, sekaligus
mengurangi risiko lingkungan secara signifikan. Ekonomi Hijau
juga berarti perekonomian yang rendah atau tidak menghasilkan
emisi karbon dioksida dan polusi lingkungan, hemat sumber daya
alam dan berkeadilan sosial. Sedangkan ekonomi hijau ekologis
merupakan sebuah model pembangunan ekonomi yang
berlandaskan pembangunan berkelanjutan dan pengetahuan
ekonomi ekologis.
Ciri ekonomi hijau yang paling membedakan dari rezim ekonomi
lainnya adalah penilaian langsung kepada modal alami dan jasa
ekologis sebagai nilai ekonomi dan akuntansi biaya di mana biaya
yang diwujudkan ke masyarakat dapat ditelusuri kembali dan
dihitung sebagai kewajiban, kesatuan yang tidak membahayakan
atau mengabaikan aset. Untuk tinjauan umum tentang kebijakan
pembangunan lingkungan internasional yang menuju ke laporan
Ekonomi Hijau Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa
(UNEP).

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 10

h.

Konvensi

Indonesia juga telah menandantangani, meratifikasi dan


menyetujui berbagai perjanjian lingkungan multilateral
termasuk:
o Convention on International Trade of Endangered Species
(CITES), Basel
o Convention on Hazardours Waste, Vienna Convention on
the Protection of the Ozone Layer
o Montreal Protocol, United Nations Convention on
Biological Diversity (UNCBD) Cartagena Protocol on
Biosafety, dan United Nations Framework Convention on
Climate Change (UNFCCC)
o Kyoto Protocol, serta United Nations Convention to
Combat Desertification (UNCCD).

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 11

5. AGENDA 21 INDONESIA
Agenda 21 Indonesia terdiri atas 4 (empat) bagian, yaitu:
Bagian I:
Pelayanan masyarakat, dan ini dibagi ke dalam 6 (enam) Bab,
yaitu :
Bab 1 tentang Pengentasan Kemiskinan;
Bab 2 tentang Perubahan Pola Konsumsi;
Bab 3 tentang Dinamika Kependudukan;
Bab 4 tentang Pengelolaan dan Peningkatan Kesehatan;
Bab 5 tentang Pengembangan Perumahan dan Pemukimam;
Bab 6 tentang Sistem Perdagangan Global, Instrumen
Ekonomi, serta Neraca Ekonomi dan Lingkungan Terpadu.
Bagian II:
Pengelolaan Limbah, yang dibagi ke dalam 5 (lima) Bab, yaitu:
Bab (7) Perlindungan Atmosfir;
Bab (8) Pengelolaan Bahan Kimia Beracun;
Bab (9) Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;
Bab (10) Pengelolaan Limbah Radioaktif;
Bab (11) Pengelolaan Limbah Padat dan Cair.

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 12

Bagian III :
Pengelolaan Sumber daya Tanah, yang dibagi ke dalam 4 (empat)
Bab, yaitu:
Bab (12) Perencanaan Sumberdaya Tanah;
Bab (13) Pengelolaan Hutan;
Bab (14) Pengembangan Pertanian dan Pedesaan;
Bab (15) Pengelolaan Sumberdaya air.

Bagian IV:
Pengelolaan Sumber daya Alam, dibagi ke dalam 3 (tiga) Bab,
yaitu:
Bab (16) Konservasi Keanekaragaman Hayati;
Bab (17) Pengembangan Teknologi;
Bab (18) Pengelolaan Terpadu Wilayah Pesisir dan Lautan.

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 13

6.

PROTOKOL KYOTO

Ide dasar:
Negara-negara industri mengurangi minimal 5% atau seperti
keadaan 150 thn yg lalu dari tingkat emisi 1990 menjelang
2008-2012
Mengapa:
Pada 1850 ketika revolusi industri mulai konsentrasi gas rumah
kaca (grk) penting CO2 diatmosfer adlh 290 ppmv (part per
million by volume). Thn 2000 telah 350 ppmv dan 2100 akan jadi
580 ppmv dengan kenaikan temperature bumi 4,500 C, bila
konsumsi energi tetep spt sekarang,

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 14

7.

KONSEP DAN HUKUM LINGKUNGAN

a. Konsep
1). Egoisme etis
Dalam egoisme etis yang dianggap relevan secara hakiki dalam
pertimbangan moral ialah dan hanyalah si pelaku moral (moral

agent). Hal-hal lain termasuk orang lain dari generasi


sebelumnya, generasi sebaya maupun generasi berikutnya tidak
secara hakiki relevan melainkan hanya sebagai fungsional atau
instrumental yang berarti perlakuan terhadap lingkunganpun
demikian juga adanya
2). Humanisme
Dalam humanisme, yang mempunyai wilayah moral patiency yang
lebih luas dari egoisme etis. Rekan-rekan satu species dari
berbagai generasi mutlak perlu dipertimbangkan dan bila perlu
dengan pengorbanan
3). Vitalisme
Dalam vitalisme, lingkungan alam dalam hal ini makluk hidup
lainnya telah menjadi perhatian mengingat sesama makluk
mempunyai rasa yang sama dalam menikmati enak, sakit dll.
Hingga makluk hidup lainnya ini diperlakukan keberadaannya
bukan sekedar secara fungsional atau instrumental namun lebih
pada tahap kesetaraan paling tidak equilibrium existency

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 15

4). Altruisme planeter


Mengingat dari ketiga etika tersebut masih mungkin
ditingkatkan etika baru yang mana dalam paradigma ini bahwa
apa saja yang memiliki relevansi moral secara hakiki, tidak
hanya yang insani, hewani dan nabati tetapi juga pengadapengada ragawi. Konsep ini punya dua sub:

altruisme planeter non holistis

altruisme planeter holistis = hamemayu hayuning

bawono (Sunjoto, 2009)


b.

Hukum
Di Indonesia dengan Hukum Tata Lingkungan dengan asas,
yaitu principe of:

legal security: kepastian hukum


proportionality: keseimbangan
equality: kesetaraan
carefulness: kecermatan
motivation: motivasi akan kepeutusan pangreh
nonmisuse of competence: tak mencampur adukkan

wewenang
fairplay: permainan layak
reasonbleness: keadilan dan kewajaran
meeting raised expectation: menanggapi harapan
yang ditimbulkan
undoing the consequences of an annuled decession:
meniadakan akibat keputusan yang batal
protecting the personal way of live: perlindungan
atas pandangan hidup
wisdom or sapientia: kebijaksanaan
public service: penyelenggaraan kepentingan umum
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 16

B. AMDAL
Dalam konsep Amdal akan selalu dibahas untuk ketiga hal
masalah yaitu Geofisik-kimia,

Biotis dan Sosial ekonomi

budaya serta kesehatan masyarakat. Untuk itu harus dicari


landasan

dasar ilmu yang terkait terhadap setiap perubahan

dalam pembangunan
1. Usaha-usaha
adalah:

yang

diperkirakan

berdampak

penting

Pengubahan bentuk dan bentang alam


Eksploitasi sda terbarui maupun tak terbarui
Proses dan kegiatan yg merusak sda.
Proses dan kegiatan yg berdampak sosial dan budaya.
Proses dan kegiatan yg berdampak kawasan konservasi
sda dan atau cagar budaya.
Introduksi jenis tumbuhan , jenis hewan dan jasad
renik.
Pembuatan dan penggunaan bahan hayati maupun
nonhayati.
Penerapan teknologi
Kegiatan yg beresiko tinggi pd pertahanan negara.

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 17

2. Dampak penting ditentukan oleh:


Jumlah manusia yang terkena dampak
Luas wilayah penyebaran
Lama dampak berlangsung
Intensitas dampak
Banyaknya komponen lingkungan terkena dampak
Sifat kumulatif dampak
Reversibelitas dampak (terpulihkan atau tidak)
3. Sifat kerusakan lingkungan (Emil Salim, 1993)
a. Perubahan lingkungan dimasa lampau berjalan lamban
sehingga kehidupan di bumi dapat menyesuaikan diri
dengan evolusi perubahan ini. Sebaliknya perubahan
lingkungan yang terjadi sekarang berlangsung cepat dalam
kurun waktu pendek, sehingga dampak perubahan ini pada
kehidupan lingkungan sangat intensif.
Contoh: kenaikan suhu bumi akibat efek rumah kaca, banjir
akibat penggundulan hutan dll

b. Kerusakan lingkungan bersifat global melewati batas


negara.

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 18

Contoh: Pelumpuran sungai di India menyebabkan banjir di


Bangladesh. Pencemaran di pantai timur Sumatra atau di
pantai barat Malaysia akan mencemari selat Malaka.
Pencemaran udara di USA kan menyebabkan hujan asam di
Canada. Penciutan luas hutan di Indonesia, Brazilia dll
mempengaruhi cadangan oxigen di seluruh dunia.
c. Kerusakan lingkungan saat ini menjangkau batas generasi
hingga mencapai lintas generasi.
Contoh:

penciutan

sumbardaya

hayati

saat

ini

akan

mengurangi kemungkinan digunakan oleh generasi masa


depan. Penyusutan cadangan air dengan turunnya muka air
tanah di pulau Jawa akan merampas hak generasi masa
depan. Eksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan
masa kini terutama yang tak terbaharui akan merampas
hak generasi masa datang.
d. Kerusakan lingkungan saat ini bersifat irreversible/tak
terpulihkan. Ini berlaku bagi sumbardaya alam yang tak
terpulihkan dan sumberdaya alam terpulihkan namun
eksploitasinya melampaui batas pemulihan.
Contoh: Untuk yang tak terpulihkan semisal tambang
mineral:

emas,

batubara,

minyak

dll.

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Untuk

yang

Page 19

terpulihkan namun melampaui batas pemulihan adalah air,


hutan dll.
e. Kerusakan lingkungan tidak hanya terbatas dalam bidang
ekologi yang dapat ditangani secara ilmiah semata namun
merambah ke ranah sosekbudpol. Masa lampau masalah
lingkungan

dipandang

sebagai

problematik

sains

dan

teknologi. Saat ini kepentingan kelompok politik sangat


mempengaruhi area lingkungan hingga dampak sangat besar
dan sulit dalam solusi.

4. Sebab kerusakan lingkungan (Emil Salim, 1933)


a. Akibat pandangan ilmu ekonomi

Cara penglihatan ekonomi yang mempengaruhi proses


pembangunan. Pandangan ekonomi klasik maupun neoklasik yang dikoreksi oleh Keynesian bersifat jangka
pendek. Dalam waktu pendek perkembangan ekonomi
dianalisis akibatnya semua aspek jangka pendek menjadi
penting namun perubahan jangka panjang terdesak
kebelakang.

Akibatnya

inflasi

tahunan

memperoleh

perhatian besar dan sebaliknya analisis konjungtur


jangka

panjang terabaikan.

Dalam hal

ini masalah

kependudukan maupun lingkungan bersifat jangka panjang


dan pengaruh terhadap ekonomi juga jangka panjang.
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 20

Oleh karena itu kependudukan dan lingkungan tak


memperoleh fokus perhatian dalam analisis ekonomi
modern. Dengan pengabaian kependudukan dan lingkungan
dalam analisis ekonomi akan melahirkan cara berfikir
yang mengabaikan peranannya dalam rumusan kebijakan
pembangunan.
Ilmu ekonomi mengabaikan interaksi dari suatu ekosistem.
Semua produksi pertanian adalah hasil pengolahan tanah.
Semua

produksi

plywood

adalah

hasil

pengolahan

hutan/kayu. Tanah, hutan dll mempunyai dampak terhadap


kehidupan manusia yaitu penyediaan sumber air dll.
Dengan diabaikannya tanah maupun hutan maka akan
berakhir pula fungsi tanah maupun hutan dan beraskibat
terputusnya rantai sistem ekologi.
Kegagalan mekanisme pasar untuk berfungsi secara utuh
dalam kaitannya dengan lingkungan. Sesuai hukum alam
bahwa suatu proses akan menhasilkan sisa seperti dalam
proses produksi yang akan mengahsilkan selain produk
juga limbah buangan yang berupa padat, cair maupun gas.
Produk buangan ini tak punya kegunaan secara ekonomi
karena tak masuk dalam mekanisme pasar. Mekanisme
pasar menolak kehadirannya hingga valueless, hingga
produk buangan ini hanya dibuang saja ke alam bebas yang
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 21

sejatinya milik bersama (common resources) seperti


sungai, tanah, udara.
Ilmu ekonomi cenderung memperhatikan kepentingan
individu dan mengabaikan sumberdaya milik bersama
(common

resources).

Karena

air

tanah

dan

udara

merupakan milik bersama dan ilmu ekonomi memandang


dapat memanfaatkannya sebagai milik sendiri maka lahir
gejala the tragedy of the common atau rusaknya
sumberdaya milik bersama tersebut. Yang terjadi adalah
eksploitasinya gratis dan juga pencemarannya pun juga
gratis hingga dampak ganda yang terjadi.
Ilmu ekonomi mengabaikan peranan komponen lingkungan
dalam perhitungan Produk Nasional Bruto (Gross National

Product).

Dalam

suatu

perhitungan

investasi

selalu

diperhitungkan penyusutan dari modal terutama modal


buatan manusia seperti pabrik, mesin dll. Namun bahan
baku tak pernah diperhitungkan nilai penyusutannya dalam
perhitungan BCR maupun IRR dari suatu investasi,
b. Akibat pandangan/wawasan manusia dalam tantangan
kehidupan dan pembangunan.
Menempatkan manusia terpisah dari ekosistem

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 22

Manusia

melihat

lingkungan

sebagai

obyek

untuk

dieksploitasi bagi kepentingan manusia semata tanpa acuh


terhadap kehidupan makhluk lain dilingkungannya. Padahal
hakikat

lingkungan

adalah

interdependensi

manusia,

manusia

mempengaruhi

termasuk

makhluk
dan

juga

dipengaruhi oleh lingkungannya. Diabaikannya kenyataann


ini akan melahirkan perilaku manusia yang merusak
lingkungan.
Kecenderungan manusia bersikap rasional
Kadar rasionalitas ditentukan oleh tingkat informasi yang
lengkap tersedia. Persoalan adalah informasi lingkungan
tidak

cukup

tersedia,

informasi

lingkungan

melalui

mekanisme pasar tidak lengkap hingga hasil pikiran


rasional juga tak lengkap pula. GIGO
Teknologi yang mengabaikan lingkungan
Gas rumah kaca saat ini dihasilkan dari teknologi industri,
transportasi

dan

energi.

Sejak

peradaban

dumulai

lingkungan tak terusik oleh dampak teknologi namun sejak


Revolusi Industri 200 thn yang lalu dan dengan akselerasi
pada 50 tahun terakhir ini karena dampak teknologi.

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 23

Sifat pendewaan terhadap kehidupan serba materi


Sistem ekonomi maupun system social saat ini tercurahkan
pada keperluan memenuhi kebutuhan materi manusia.
Makin tinggi tingkat ekonomi sosial manusia makin tinggi
tingkat konsumsi materi manusia. Materi yang dikonsumsi
berasal

dari

lingkungan

hingga

hakekatnya

adalah

pengurasan sumberdaya alam.


Kecenderungan more is prefered rather than less > homo

serrakus.
Ilmu ekonomi bertolak dari paradigma bahwa manusia
menghasrati lebih
pengusaha

perlu

(more). Maka timbul dalil : bagi


mengejar

laba

maksimal.

Iklan

meprovokasi manusia untuk membeli walaupaun bukan yang


dibutuhkan.

Akibatnya

pengurasan

lingkungan

sebagi

sumber produk makan menjadi dan ditambah buangan


negative yang dicurahkan ke alam.

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 24

C. UPL-UKL
Dasar:
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 13 Tahun
2010 Tanggal : 7 Mei 2010 Tentang Format Penyusunan Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UKL-UPL)
Contoh Format:
Format penyusunan UKL-UPL sesuai dengan SK Bupati
Bondowoso Nomor 390 tahun 2005 adalah sebagai berikut:
BAB I.

PENDAHULUAN

1.1

Latar belakang

1.2

Dasar Hukum

1.3

Tujuan dan kegunaan UKL dan UPL

BAB II.

RENCANA USAHA DAN / ATAU KEGIATAN

2.1

Identitas pemrakarsa dan penyusunan UKL dan UPL ;

2.2

Tujuan rencana usaha dan / atau kegiatan

2.3

Tata letak rencana usaha dan / atau kegiatan

2.4

Tahap pelaksanaan usaha dan / atau kegiatan tahap


pra- konstruksi, konstruksi, dan pasca operasi.

(1)

Tahap pra-konstruksi / persiapan

(2)

Tahap konstruksi

(3)

Tahap Operasi

(4)

Tahap Pasca Operasi

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 25

2.5

Rencana Penggunaan / Neraca Bahan dan Air.

2.6

Limbah dan Cemaran.

BAB III. INFORMASI LINGKUNGAN


3.1

Fisik Kimia

1)

Kualitas udara dan kebisingan

2)

Fisiografi

3)

Hidrologi

4)

Hidrooseanografi

5)

Tata Ruang

Inventarisasi tata guna lahan dan sumber daya lainnya dan


kemungkinan potensi pengembangannya di masa datang.
3.2 Biologi
1) Flora
2) Fauna
3.3 Sosial
1) Demografi
2) Ekonomi
3) Budaya

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 26

3.4 Kesehatan Masyarakat


1) Parameter lingkungan yang diperkiran terkena dampak
terhadap kesehatan
2) Potensi besarnya dampak timbulnya penyakit (angka
kesakitan dan kematian);
3) Kondisi sanitasi lingkungan
BAB IV. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI
Uraikan secara singkat dan jelas :
1.Kegiatan yang menjadi sumber dampak terhadap
lingkungan hidup;
2.Jenis dampak lingkungan hidup yang terjadi
3.Ukuran yang menyatakan besaran dampak dan
4.Hal-hal lain yang perlu disampaikan untuk menjelaskan
dampak lingkungan yang akan terjadi terhadap lingkungan
hidup
BAB V.

PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN

LINGKUNGAN HIDUP.
Uraikan secara singkat dan jelas :
1. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencegah dan
mengelola dampak termasuk upaya untuk menangani dan
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 27

menanggulangai keadaan darurat;


2. Kegiatan pemantauan yang dilakukan untuk mengetahui
efektifitas pengelolaan dampak dan ketaatan terhadap
peraturan di bidang lingkungan hidup;
3. Tolok ukur yang digunakan untuk mengukur efektifitas
pengelolaan lingkungan hidup dan ketaatan terhadap
peraturan di bidang lingkungan hidup.
BAB VI. SURAT PERNYATAAN
Pernyataan pemrakarsa untuk melaksanakan UKL dan UPL yang
ditandatangani diatas kertas bermaterai.

LAMPIRAN
Pada bagian ini dilampirkan berbagai keputusan perijinan yang
berkaitan usaha dan / atau kegiatan.
4. Aspek Hukum pelaksanaan UKL-UPL di Kabupaten/KOTA
Instrumen pendukung yang diperlukan dalam pelaksanaan UKL
UPL, antara lain:
- Pedoman pelaksanaan UKL-UPL
- Kriteria batasan jenis dan besaran usaha/kegiatan wajib UKL-

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 28

UPL
- Pembentukan Tim Pengarah UKL-UPL
Berikut ini inventarisasi terhadap perangkat hukum pendukung
pelaksanaan UKL-UPL di Kabupaten Bondowoso:
Tabel 1 :

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 29

D. DAMPAK PENTING PEMBANGUNAN


Dalam bab ini akan disajikan berbgai dampak yang terjadi
akibat pembangunan dari berbgai macam proyek. Setiap usikan
alam akan menyebabkan ketidak-seimbangan terjadi, Alam
dengan

fenomenanya

sendiri

akan

menyesuaikan

menuju

keseimbangan baru. Dalam menuju keseimbangan baru ini dapat


saja menimbulkan berbagai dampak akibat dari basis kontrolnya
mengalami perubahan akibat dari pembangunan tersebut.
Berbagai

kemungkinan

dampak

yang

timbul

dari

suatu

pembangunan dapat dilihat sbb:


1. Bendung
Suatu bangunan melintang sungai yang mempunyai dua
fungsi utama adalah menaikkan elevasi muka air sungai pada
lokasi tersebut agar air irigasi yang disadap dapat mencapai
lahan sawah memerlukan saluran pembawa yang pendek.
a. Hulu
1). Banjir > di daerah hilir > tanggul banjir
2). Erosi samping
b. Hilir
1). Erosi pada kaki bendung
Rumus
Model test
2). Erosi dasar

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 30

Scouring dan erosi dasar/samping


Dalam membangun bendung yang meliputi bendung irigasi,
check dam, groundsill dan apapun bangunan yang melintang
aliran sungai akan terjadi scouring atau erosi karena olakan air
yang jatuh dari elevasi tinggi ke elevasi rendah. Jadi scouring
pada hakekatnya terjadi erosi karena adanya tenaga potensial
yang terlepas saat terjadi perubahan mendadak dari elevasi
aliran.
Sedangkan erosi dasar atau erosi samping di hilir bangunan
melintang sungai adalah akibat keseimbangan sediment transpor
terganggu.
2. Bendungan
Yang dimaksud bendungan adalah bangunan melintang
sungai guna menciptakan genangan berupa waduk atau reservoir
air untuk dimanfaatkan airnya.
a. Hulu > longsoran tebing
b. Hilir > erosi dasar
c. Sosial budaya > bedol desa
d. Biotis > biodiversitas
3. Sabodam (checkdam)
Fungsi dari sabodam atau juga sering disebut checkdam
adalah bangunan melintang sungai seperti bendung dengan
fungsi untuk menahan debris flow dari hulu agar tidak
menimbun dataran disebelah hilir.
Dampak: Erosi dasar

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 31

4. Saluran drainase
Yang dimaksud saluran drainasi adalah pembanguanan
suatu selokan untuk membuang air agar tidak terjadi genangan.
a. Memperkecil resapan air
b. Banjir di hilir

5. Tanggul banjir
Tanggul

adalah

bangunan

timbunan

tanah

yang

dimaksudkan untuk melindungi suatu kawasan dari genangan air


akibat meluapnya sungai.
a. Hulu > positif
b. Hilir > banjir
c. Daerah genangan > diluar tanggul
d. Resiko luapan

5. Sudetan (Short cut)


Yang dimaksud dengan sudetan adalah memotong kali pada

meandering yang berakibat panjang kali akan mengecil.


a. Hulu >pstif
b. Pada sudetan > erosi
c. Hilir > banjir
d. Bekas sungai > sengketa tataguna lahan

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 32

7. Jembatan
a. Erosi dasar (scouring)
b. Erosi samping (A maka V +)

8. Kaptering
Yang dimaksud dengan
penaNgkap air pada mata air.

kaptering

adalah

bangunan

a. Debit pengambilan tidak lebih besar


b. Debit pengambilan tidak lebih kecil
9. Eksploitasi air tanah
Yang dimaksud dengan eksploitasi air tanah adalah
pemompaan yang menyedot air tanah untuk keperluan tertentu.
a. Intrusi air laut
b. Amblesan
c. Muka air tanah turun
d. Tampungan air tanah mengecil
e. Konsentrasi pencemaran

10. Dermaga
Dermaga pada umumnya dibuat agar kapal dapat merapat
dipantai hingga lalu lintas manusia maupun barang dari
darat ke kapal atau sebaliknya dapat dengan

mudah

dilaksanakan.

a. Offshore current
b. Longshore current
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 33

11. Reklamasi pantai


Dengan makin mahalnya harga lahan diperkotaan maka
banyak

dilirik

daerah

laut

dipinggir

pantai

untuk

dimanfaatkan dengan solusi teknik reklamasi.


a. Banjir di hulu
b. Erosi/Abrasi
Keuntungan financial: 2 jt/m2
12. Pusat Pembangkit Tenaga
Pembangunan PLTN maupun PLTU kan selalu menggunakan
air sebagai pendingin kondensornya selain bahan baker yang
digunakan berdampak penting pada PLTN.
a. Polusi
Sisa pembakaran
Cerobong
Radiasi
b. Biota air
c. Sisa pembakaran/fly ash
13. Jalan (Tol)
a. Polusi
b. Masalah social
14. Industri
a. Hujan asam
b. Debu
c. Polusi.
15. Hotel
Air
Limbah
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 34

16. Rumah sakit


limbah BBB
Limbah radio aktif
Limbah infectious
17. Real estate
a. Penutupan infiltrasi
b. Kebutuhan air dan polutan
c. Banjir
18. Kampus
a. Penutupan infiltrasi
b. Banjir
c. Pertumbuhan yang tidak terencana
19. Mall atau hypermarket
a. Transportasi
b. Pasar tradisional tumbang
20. Lapangan golf
a. Berkurangnya infiltrasi
b. Polusi
c. Air untuk pemeliharaan
21. Bandar Udara
a. Berkurangnya infiltrasi
b. Banjir di hilir
c. Kebisingan
22. Pelabuhan
a. Perubahan garis pantai
b. Sosial

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 35

23. Pertambangan Terbuka didarat


a. Berkurangnya daerah resapan
b. Sedimentasi
c. Perubahan bentang lahan
d. Polusi.
24. Pertambangan terbuka di perairan
a. Polusi air
b. Abrasi/sedimentasi
c. Biota
25. Pembukaan HPH
a. Hidro orologis
b. Biodiversitas
26. Quarry
a. Aliran air permukaan
b. Infiltrasi
c. Erosi

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 36

E. KOMPUTASI
1. Cerobong Asap
a. Konsentrasi debu
Untuk menyebarkan debu dari sisa pembakaran dipergunakan
cerobong asap. Pembakaran ini terutama yang menggunakan
bahan baku batu bara seperti pada PLTU, pabrik semen dll.
Semua tulisan ini disarikan dari Peavy et all (1985).
Dengan cerobong asap maka butiran akan terdispersi dan
menyebar hingga jarak tertentu masih memenuhi baku mutu
yang dipersyaratkan yaitu 260 m. Dalam hal ini akan dikaji
diameter butiran sisa pembakaran yang keluar dari ujung
cerobong asap fungsi jarak, dengan asumsi bahwa dengan
butiran tertentu dibawah baku mutu masih jatuh diwilayah
pabrik dan tidak mengganggu permukiman penduduk.
1). Menurut Taylor-Gauss:

2
Vs X

Q
2
=

C
exp H
/
2

z
X ,00
U y z
100 U

Dengan:
C(X,0,0)
Q
H
Vs
U
X
y
z

:
:
:
:
:
:
:
:

konsentrasi debu pada jarak X ( mg/m3)


debit debu dari sumber (mg/s)
tinggi efektif cerobong (m)
terminal settling velocity (cm/s)
kecepatan angin (m/s)
jarak dari sumber (m)
deviasi horizontal (m)
deviasi vertical (m)

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 37

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 38

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 39

CONTOH 1:
Pabrik Semen Gresik
Q
U
H
Vs

=
=
=
=
=

0,05 % x 500.000 t/th


7900 mg/s
4 m/s
50 m
4 cm/s

Berapa Konsentrasi C pada jarak 1000 m searah angin?


Taylor-Gauss:

X ,00

Q
U y z


exp H

2
Vs X
2

/
2

z
100 U

Grafik: X = 1000 m y = 37 ; z = 13,50, maka:

C(1000,0,0) = 3,448 mg/m3 > 0,260 mg/m3

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 40

CONTOH 2:
Hitung C(X,0,0) pada jarak 500 m, 1000 m, 2000 m, dengan data
sbb:
Q = 6416 mg/s
U = 2 m/s (Beaufort)
H = 70 m
Vs = 4 cm/s diameter > 70 m

a) Konsentrasi (C) pada jarak 500 m


Grafik: X = 500 m y = 50 ; z = 40

6416
4
.
500

2

C(500,0,0) =
exp 70
/ (2.40 )
2.50.40
100.2

Maka C(500) = 0,525 mg/m3

b) Konsentrasi (C) pada jarak 1000 m


Grafik: X = 1000 m y = 85 ; z = 70
Maka C(1500) = 0,405 mg/m3
c). Konsentrasi (C) pada jarak 2000 m
Grafik: X = 2000 m y = 170 ; z = 130

Maka C(2000) = 0,140 mg/m3

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 41

2). Menurut Pasquille-Gifford-Gauss:

C(x, y ) =

Q
U y z

C(X,Y)
Q
H
U
X
Y
y
z

:
:
:
:
:
:
:
:

exp 1 H
2 z

2
2
1 Y

exp

2 y

Konsentrai debu pada jarak X ( g/m3)


debit emisi polutan (g/s)
tinggi efectif cerobong (m)
kecepatan angin (m/s)
jarak dari sumber (m)
jarak dari garis searah angin (m)
deviasi horizontal (m)
deviasi vertical (m)

Bila receptor searah angin atau Y = 0 maka formula menjadi:

Q
C(x, y ) =
exp 1 H
U y z
2 z

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 42

CONTOH 3:
Pusat pembangkit membakar 5,45 t/j batubara, H = 75 m,
Batubara mengandung 4,2 % sulfur, kecepatan angin 6 m/s,
keadaan atmosphere tipe C
Berapa emisi, jarak terjauh dan konsentrasinya?

1) Emisi Q utk SO2


Q = 5,45.103 kg/j x 0,042 = 229 kg/j Sulphur
S + O2 = SO2

Massa molekul keduanya S & O adalah 32, kombinasinya satusatu maka:


229 kg S + 229 kg O2 = 458 kg SO2/j
Maka Q = 458 kg SO2/j x 1000/3600 = 127 g/s

2) Jarak max konsentrasi


Keadaan atmosphere tipe C Grafik 8-10 & 8-11:
z/y konstan pada X = 1000 m dan z/y = 0,62
z = 0,62 . H = 0,62 x 75 = 46,50 m
Grafik 8-11:
Xmax = 650 m

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 43

3) Konsentrasi pada Xmax


Grafik 8-10:
C 650

X = 650 m y = 75

1 75 2
127
exp
=

6 46,5 75
2 46,5

C650 = 526 g/m3

4) Konsentrasi pada jarak 3000 m


Grafik 8-10: z = 170 m, = 280 m
Konsentrasinya C3000 :

= 1,28 10-4 g/m3


= 128 g/m3

5) Konsentrasi pada Y = 400 m, X = 3000 m

= 4,49 10-5 g/m3


= 44,9 g/m3

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 44

b. Jarak dari Cerobong (Sunyoto, 1988)


Dalam hal ini akan dikaji jarak dari cerobong asap fungsi
diameter debu yang telah terdispersi. Dengan demikian dapat
direncanakan jarak permukiman yang terhindar dari
pencemaran debu diatas diameter butir diatas amabang batas
dan menurut Sunyoto berdasar Taylor-Gauss:

X = 100 U
Vs


Q
z ln
C( x , 0, 0 )U y z

0.50

CONTOH 1:
Q
U
H
Vs

=
=
=
=
=

0,05 % x 500.000 t/th


7900 mg/s
4 m/s
50 m
4 cm/s

Pada jarak searah angin berapa C = 0,26 mg/m3


Misal X = 3.000 m, maka:
Grafik: y = 165 ; z = 40

X = 2.880 m
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 45

Dengan X = 2.880 m Grafik : y = 164 ; z = 40


X = 2.880 m Grafik : y = 163 ; z = 40 dan selanjutnya
maka:
X = 2.800 m

CONTOH 2:
Q = 6416 mg/s
U = 2 m/s (Beaufort)
H = 70 m
Vs = 4 cm/s diameter > 70
Berapa jarak X utk C = 0,260 mg/m3 (baku mutu)
Misal X =

Grafik: y = 124 ; z = 95

X = 1610 m

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 46

c. Tinggi Cerobong (Sunyoto, 1988)


Tinggi cerobong dapat dihitung dengan persamaan yang
diturunkan oleh Sunyoto berdasar Taylor-Gauss sbb:

V X
H= s
100 U


Q
+ z ln
C( x,0,0)U y z

0.50

CONTOH:

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 47

d. Tinggi Efectif Cerobong (H).


H = h + h
H
h
h

= Tinggi cerobong efectif


= tinggi cerobong riil
= kenaikan asap keatas

1). Menurut Hollands Equation

V d

h = s 1.50 + 2.86 103 pdT


U
Ts

2). Menurut Bryant

1.40

V
h = d s
U

1+ T
Ts

Dengan:
Vs
d
U
P
T
Ts

=
=
=
=
=
=

Kecepatan gas dari cerobong (m)


Diameter dalam cerobong (m)
Kecepatan angin (m/s)
Tekanan atmosphere (millibars)
Selisih Temp. gas dengan Temp. udara (K)
Temperatur gas dari cerobong (K)

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 48

CONTOH:
Cerobong dengan keadaan:
H = 203 m
Diameter dalam = 1,07 m
U = 3,56 m/s,
Temperatur udara = 13o C
Tekanan atmosphere = 1000 millibars
Vs = 9,14 m/s
Temperatur gas di cerobong = 149o C.
Ta = 273 + 13 = 286 K
Ts = 273 + 149 = 422 K
T = 422 286 = 136 K

= 6,60 m
Maka Tinggi efectif cerobong H:
H = 203 + 6,60 = 209,60 m

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 49

e. Terminal Settling (Vs)

g p a
d2
Vs =
p
18
Dengan:
Vs
g
p
a
dp

=
=
=
=
=
=

Terminal settling velocity (m/s)


garvitasi (m/s2)
densitas partikel (kg/m3)
densitas udara (abaut 1,2 kg/m3)
diameter partikel (m)
viskositas udara kg/m/s
( = 1,85.10-5 kg/m/s pada T = 27o C)

CONTOH:
Diameter partikel 50 m, densitas partikel 2,2 kg/m3

Vs

= 7,357.10-5 m/s

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 50

f. Penurunan Formula
1). Jarak dari Cerobong
Sunyoto (1988) membangun formula utk menghitung jarak
fungsi konsentrasi berdasar Taylor-Gauss:

a = bc 1/a = b-c ; x = ey 1/x = e-y


exp c = ec
Maka:

Misal:

a = exp b

ln a = b

a ln b = ln ba
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 51

Maka:

b). Tinggi Cerobong


Sama dengan penurunan persamaan diatas sbb:

Maka:

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 52

Daftar Pustaka
Anonimous. 2001. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No. 17 Tahun 2001 Tentang : Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang
Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup)
Anonimous. 2005. Surat Keputusan Bupati Bondowoso Nomor 390 tahun 2005
Tentang Format Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pementauan
Lingkungan.
Anonimous. 2009. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32
TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP.
Anonimous. 2010. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 13 Tahun
2010 Tanggal : 7 Mei 2010 Tentang Format Penyusunan Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL)
Hardjasoemantri Koesnadi. 2001. Hukum Tata Lingkungan, Edisi ketujuh, Cetakan
ketujuh belas, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Nugroho, Alois Agus. 1986. Mencari Dasar Etika Lingkungan, Lingkungan dan
Pembangunan, Jurnal Universitas Indonesia 6(1 4), 1986: 67 72.
Peavy H.S., Rowe D.R., Tchobanoglous G. 1985. Water resources and Environmental
engineering, McGraw Hill.
Salim, E. 1992. Kesinambungan Dengan Pembaruan, Dalam Pembangunan
Berwawasan Lingkungan, Analisis CSIS, Tahun XXI, Jakarta, No 6, Nop-Des
1992.
Soemarwoto, Otto. 2001. Atur Diri Sendiri, Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan
Hidup, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Soemarwoto, Otto. 2004. Agenda 21, Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sunjoto, S. 1994a. Pembangunan Lingkungan Hidup di Indonesia Pada Abad
Mendatang, Pidato Ilmiah Dalam Rangka Dies Natalis XXII IST Akprind
Yogyakarta Mei 1994.
Sunjoto. 2990. Pembangunan Sumberdaya Air Dalam Konteks Hamemayu Hayuning
Bawono, Pidato Pengukuhan pada Fakultas Teknik- UGM Edisi Saintifik,
Yogyakarta 2009.

Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan

Page 53

You might also like