You are on page 1of 14

Tugas PKn

Materi Bab 4
Mencermati Potret Budaya Politik Masyarakat Indonesia

Nama Kelompok :

A. Hakikat budaya politik


1. Pengertian budaya politik
Budaya (kebudayaan) politik merupakan nilai-nilai politik yang dianut
oleh sekelompok masyarakat, bangsa, atau negara yang diyakini sebagai
pedoman dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas politik kenegaraan.
Berikut ini beberapa definisi budaya politik dari beberapa tokoh.
a. Alan R. Ball
Budaya politik adalah suatu susunan yang terdiri atas sikap,
kepercayaan, emosi, dan nilai-nilai masyarakat yang berhubungan
dengan sistem politik dan isu-isu politik.
b. Austin Ranney

Budaya politik adalah seperangkat pandangan-pandangan tentang


politik dan pemerintahan yang dipegang secara bersama-sama, sebuah
pola orientasi-orientasi terhadap objek-objek politik.
c. Kay lawson
Budaya politik adalah terdapatnya satu perangkat yang meliputi
seluruh nilai-nilai politi, yang terdapat di seluruh bangsa.
d. Sidney verba
Budaya politik adalah suatu sistem kepercayaan empirik, smbolsimbol ekspresif,dan nilai-nilai yang menegaskan suatu situasi dimana
tindakan politik dilakukan.
e. Gabriell A. Almond dan G. Bingham Powell Jr.
Budaya politik bersikan sikap, keyakinan,nilai, dan keterampilan
yang berlaku bagi seluruh populasi, juga kecenderungan dan pola-pola
khusus yang terdapat pada bagian-bagian tertentu dari populasi.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan mengenai batasann
buda politik yaitu berikut ini.
1. Budaya politik tidak mengendepankan perilaku aktual, tetapi
perilaku non-aktual. Bentuk-bentuk perilaku nnon-aktual seperti
pandangan, orientasi, keyakinan, sikap, emosi, kepercayaan, dan
nilai-nilai yang dihayati para anggota suatu sistem politik.
2. Budaya politik mengorientasikan sistem politik. Terdapat salah saatu
faktor yang memiliki arti penting pada pandangan terhadap sistem
politik yaitu perasaan(trust) dan pemahaman(hostiluty). Perasaan
tersebut berwujud kerja sama dan konflik yang bermanfaat dalam
membentuk kualitas politik.
3. Budaya politik mendeskripsikan warga negara sebagai anggota
sistem politik.
f. Gabriel A. Almond dan Sidney Verba
Istilah budaya politik menacu pada orientasi politik sikap
terhadap sistem politik dan bagian-bagiannya yang lain serta sikap terhadap
peranan kita sendiri dalam sistem tersebut.
g. Rusdai simintapura
Menurut pakar politik inibu, budaya politik tidak lain adalah pola
tingkah laku individu dan orientasinya terhadap politik yang dihayati
oleh para anggota suatu sistem politik.
h. Mochtar masoed

Budaya politik adalah sikap dan orientasi warga suatu negara


terhadap kehidupan pemerintahan negara dan politiknya.
2. Komponen budaya politik
Obejek orientasi politik meliputi seseorang terhadap hal-hal berikut
ini.seperti yang dikatakan oleh Gabriel dan Verba.
a. Sistem politik secara kesueluruhan, meliputi intensitas pengetahuan,
ungkapan perasaan yang ditandai oleh apresiasi terhadap sejarah, ukuran
lingkup lokasi, persoalan kekuasaan, karakteristik konstitusional negara
tau sistem politiknya.
b. Proses input, meliputi mengapatna atas partai politik, kelompok
kepentingan, dan alat komunikasi massa yang nyata-nyata berpengaruh
dalam kehidupan politik sebagai alat(sarana) penampung berbagai
tuntutan.
c. Proses output, meliputi intensitas pengetahuan dan perbuatan tentang
proses aktivitas berbagai cabang pemerintahan yang berkenaan dengan
fungsi pembuatan atura atau perundang-undangan oleh badan legislatif,
fungsi pelaksanaan aturan oleh eksekutif ( termasuk birokrasi ), dan
fungsi peradilan.
d. Diri sendiri, meliputi intensitas pengetahuan dan frekuensi perbuatan
seseorang dalam mengambil peranan di arena sistem politik.
Menurut Ranney, ada dua komponen utama dari budaya politik adalah
orientasi kognitif dan orientasi afektif. Berikut ini tiga orientasi yang
terkandung dalam budaya politik.
a. Orientasi kognitif, mencakup pengetahuan tentang kepecayaan pada
politik, peranan dan segala kewajibannya secara input dan outputnya.
b. Orientasi afektif, mencakup perasaan terhadap sitem politik,
peranannya , para aktor, da peenampilannya.
c. Orientasi evaluatif, mencakup keputusan dan pendapatan tentang
objek-objek politik yang melibatkan standar nilai dan kriteria dengan
informasi dan perasaan.
3. Klasifikasi budaya politik
a. Berdasarkan sikap yang ditunjukkan
1. Budaya politik militan

Budaya politik militan tidak memandang perbedaan sebagai


usaha mencari alterif yang terbaik, tetapi dipandang sebagai usaha
jahat dan menantang. Jika terjadi krisis, yang dicari adalah kambing
hitamnya. Masalah yang mempridi selalu sensitif dan membakar
emosi.
2. Budaya politik toleransi
Budaya politik toleransi pemikirannya berpusat pada masalah
atau ide yang harus dinilai, berusaha mencari konsensus yang wajar
dengan selalu membuka pintu untuk bekerja sama, sikap netral atau
kritis terhadap ide orang, bukan curiga terhadap orang.
Berdasarkan kedua tipe budaya politik tersebut kita dapat
menyimpulkan sebagai berikut. Jika pernyataan umum dari pimpinan
masyarakat bernaada sangat militan, hal itu dapat menciptakan
ketegangan dan menumbuhkan konflik. Semua itumenutup jalan bagi
pertumbuhan kerjasama. Sebaliknya, pernyataan dengan jiwa
toleransi hampir selalu mengundang kerja sama.
b. Berdasarkan sikap terhadap tradisi dan perubahan
1. Budaya politik yang memiliki sikap mental absolut
Budaya politik yang mempunyai sikap mental absolut memiliki
nilai-nilai dan kepercayaan yang dianggap selalu sempurna dan tidak
dapat diubah lagi. Usaha yang diperlukan adalah intesifikasi dari
kepercayaan, bukan kebaikan.
Pola pikir demikian hanya memberikan perhatian pada hal yang
selaras dengan mentalnya dan menolak atau menyerang hal-hal yang
baru atau yang berlainan. Budaya politik yang bernada absoulut bisa
tumbuh dari tradisi, jarang bersifat kritis terhadap tradisi, dan hanya
berusaha memelihara kermurnian tradisi. Oleh karena itu, tradisi
selalu dipertahankan dengan segala kebaikan dan keburukannya.
Kesetiaan yang absolut terhadap tradisi tidak memungkinkan
pertumbuhan unsur baru.
2. Budaya politik yang memiliki sikap mental akomodatif
Struktur mental yang bersifat akomodatif biasanya terbuka dan
bersedia menerima apa saja yang dianggap berharga, ia dapat

melepaskan ikatan tradisi, kritis terhadap diri sendiri, dan bersedia


menilai kembali tradisi berdasarkan perkembangan masa kini.
Berdasarkan kedua tipe budaya politik tersebut kita dapat
menyimpulkan sebagai berikut.
1) Tipe absolut dari budaya politik sering menganggap perubahan
sebagai suatu yang membahayakan.
2) Tiap perkembangan baru dianggap sebagai suatu tantangan yang
berbahaya yang harus dikendalikan.
3) Perubahan dianggap seagai penyimpangan.
c. Berdasarkan orientasi politik
Dari realitas budaya politik yang berkembang di dalam
masyarakat, Gabriel Almond mengklasifikasikan budaya politik sebagai
berikut.
1. Budaya politik parokial
Budaya politik parokial (parochial political culture) adalah
budaya politik dengan tingkat partisipasi politik sangat rendah.
Budaya politik parokial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
(a) Frekuensi orientasi terhadap sistem sebagai objek umum, objekobjek input, objek-objek output, dan pribadi sebagai partisipan
aktif mendekati nol.
(b) Tidak terdapat peran-peran

politik

yang

khusus

dalam

masyarakat.
(c) Orientasi parokial menyatakan alpanya harapan-harapan terhadap
perubahan yang komparatif yang diinisiasikan oleh sistem politik.
(d) Kaum parokial tidak menghapkan apapun dari sistem politik.
(e) Parokialisme murni berlangsung dalam sistem tradisional yang
lebih sederhana ketika spesialisasi sangat murni.
(f) Parokialisme dalam sistem politik yang diferansiatif lebih bersifat
afektif dan normatif daripada kognitif.
2. Budaya politik kaula atau subjek
a. Terdapat frekuensi orientasi politik yang tinggi terhadap sistem
politik yang diferensiatif dan aspek output dari sitem itu, tetapi
frekuensi orientasi terhadap obek-objek inpur secara khusus, dan
terhadap pribadi sebagai partisipan yang aktif mendekati nol.
b. Para subjek menyadari otoritas pemerintah.

c. Hubungannya terhadap sistem politik secara umum dan terhadap


output, administratif secara esensial merupakan hubungan yang
pasif.
d. Orientasi buda politik kaula sering terwujud didalam masyarakat,
yaitu ketika tidak terdapat struktur input yang terdiferensiasikan.
e. Orientasi subjek lebih bersifat afektif dan normatif daripada
kognitif.
3. Budaya politik partisipan
Budaya politik partisipan (participant political culture), yaitu
budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik sangat tinggi.
Budaya politik pertisipan merupakan lahan yang ideal bagi tumbuh
suburnya demokrasi karena adanya harmonisasi hubungan warga
negara dengan pemerintah.
Ciri budaya partisipan sebagai berikut.
a. Budaya politik ditandai dengan kesadaran politik yang sangat
tinggi.
b. Adanya harmonisasi hubungan warga negara dengan pemerintah
c. Warga negara mempercayai perlunya keterlibatan dalam politik
d. Warha negara berperan sebagai individu yang aktif atau dalam
masyarakat.
B. Karekteristik budaya politik masyarakat Indonesia
Menurut Rusadi Kantaprawira dalam bukunya yang berjudul Sistem
politik indonesia (2004: 35-38), budaya politik indonesia sampai saat ini belum
mengalami perubahan. Hal ini dapat dimengerti, karena menurut hukumhukum perkembangan masyarakat,perubahan yang menyangkut kebudayaan
cenderung berjalan lambat. Sedangkan disisi lain, sistem politik indonesia
sudah beberapa kali berubah, yaitu dari sistem politik demokrasi liberal ke
sistem politik demokrasi terpimpin dan terakhir beralih ke sistem politik
demokrasi pancasila.
Budaya politik yang berlaku dalam ketiga sistem politik ini cenderung tetap.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini dipaparkan kesimpulan sementara tentang
budaya politik indonesia.

1. Budaya politik indonesia di satu pihak masih bersifat parokial-kaula, dan


budaya politik partisipan di lain pihak. Budaya politik indonesia merupakan
budaya politik campuran yang diwarnai oleh besarnya pengaruh budaya
politik parokial-kaula.
2. Sifat ikatan primodial masih berakar kuat dalam masyarakat indonesia. Hal
ini dapat dilihat melalui indikatornya berupa sikap mengutamakan
kepentingan daerah, suku, dan agamanya.
3. Kecenderungan budaya politik indonesia yang masih memegang kuat
paternalisme. Salah satu indikatornya adalah munculnya sifat bapakisme
atau sikap asal bapak senang dalam setiap hal. Budaya tersebut saat ini
sudah mulai berkurang untuk birokrasi di tingkat pusat, akan tetapi
ditingkatan yang lebih bawah budaya tersebutu masih berkembang.
Uraian di atas merupakan gambaran nyata budaya politik masyarakat
indonesia saat ini. Meskipun tingkat partisipasi politik masyarakat sudah
mulai meningkat ,tidak berarti budaya partisipan secara murni terlah
berwujud, melainkan budaya tersebut merupakan campuran antara budaya
politik partisipan, dengan parokial serta subjek(kaula).
Hakikat kesadaran politik
1. Makna kesadaran politik
Kesadaran politik atau dalam istilah aising disebut political awwarness.
M.Taopan dalam tulisannya yang berjudul Kesadaran Politik (2011)
menyatakan bahwa kesadaran politik merupakan proses batin yang
menampakan keinsyafan dari setiap warga Negara akan tetapi pentingnya
urusan kenegaraan dalam kehidupan bernegara.
Michael Rush dan Phillip Althoff dalam bukunya yang berjudul
Pengantar Sosiologi Politik (2003:25), mengatakan bahwa sosialisasi politik
adalah proses bagaimana memperkenalkan system politik pada seseorang
dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksi-reaksinya
terhadap gejala-gejala politik.
Sementara itu Jack Plano dalam bukunya Kamus Analisa Politik (1994),
mengungkapkan sosialisasi politik sebagai suatu proses belajar di mana
setiap individu memperoleh orientasi-orientasi berupa keyakinan, perasaan

dan komponen-komponen nilai pemerintahan dan kehidupan politik. Dari


sudut pandang masyarakat, sosialisasi politik adalah cara memelihara atau
mengubah kebudayaan politik. Dengan demikian, dari dua pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa sosialisasi politik dapat diartikan sebagai
proses penanaman nilai-nilai politik yang dilakukan oleh suatu generasi
kepada generasi lain melalui berbagai media perantara seperti keluarga,
sekolah, partai politik, media massa dan sebagainya supaya tercipta
masyarakat yang memiliki kesadaran politik.
Apa keterkaitan antara kesadaran politik dengan sosialisasi politik ?.
Perlu diketahui bahwa kesadaran politik pada hakikatnya merupakan
keinsyafan yaitu setiap individu atau masyarakat akan pentingnya nilai-nilai
politik. Nilai-nilai politik tersebut tidak diperoleh seseorang dengan
sendirinya melainkan melalui proses sosialisasi politik yang didalamnya
terdapat proses pembelajaran mengenai semua hal tentang politik. Dengan
kata lain kesadaran politik merupakan hasil dari sosialisasi politik yang
dilakukan oleh agen-agen atau lembaga-lembaga sosialisasi politik. Dengan
demikian sosialisasi kesadaran politik mengandung makna proses
penyadaran seorang individu atau masyarakat untuk memiliki minat dan
perhatian terhadap semua kegiatan politik yang berlangsung dalam suatu
system politik yang berlangsung dilingkunganya yang ditunjukan dengan
berbagai partisipasi dalam berbagai bidang kehidupan terutama dalam hal
pengawasan dan pengoreksian berbagai kebijakan politik dari negaranya.
2. Mekanisme Sosialisasi Budaya Politik
Dalam upaya pengembangan politik, sosialisasi politik sangat penting
karena dapat membentuk dan mentransmisikan budaya politik suatu bangsa,
selain itu juga dapat memelihara budaya politik suatu Negara dalam
penyampaian budaya politik dari suatu generasi ke genarasi berikutnya,
serta dapat mengubah budaya politik. Untuk dapat membentuk,
mentransmisisikan, memelihara, dan mengubah nilai, sikap, pandangan
maupun keyakinan politik diperlukan sarana-sarana dan agen-agen

penunjang sosialisasi politik. Sarana-sarana dan agen-agen tersebut, antara


lain :
Saran dan Agen
Keluarga

Keterangan
Keluarga merupakan

lembaga

atau

kelompok social paling awal dijumpai


oleh seorang anak(individu)
Disekolah, melalui pelajaran

Sekolah

Edication

Civics

(Pendidikan

Kewarganegaraan), siswa dan gurunya


saling bertukar informasi dan berinteraksi
dalam membahas topic-topik tertentu
yang mengadung nilai-nilai politik dan
Kelompok Bermain

praktis.
Seorang individu atau seorang akan
tertarik kepada masalah politik, apabila
teman-temannya dalam kelompok itu
tertarik kepada masalah politik.
Organisasi yang dibentuk atas dasar

Pekerjaan

pekerjaan dapat berfungsi sebagai saluran


informasi tentang hal yang menyangkut
masalah politik dengan jelas, atau paling
tidak akan mempunyai pengaruh apabila
yang bersangkutan terjun secara aktif
Media Massa

didalam organisasi politik.


Melaui media massa masyarakat dapat
memperoleh informasi politik, dimana
media massa dapat mempengaruhi sikap
dan keyakinan politik maupun ideologi

Kontak

Politik

(Partai Politik)

seseorang.
langsung Selain melalui sarana keluarga, sekolah,
dan partai politik, sosialisasi politik juga
dapat dilakukan melalui peristiwa sejarah

yang telah berlangsung (pengalaman


tokoh-tokoh politik yang telah tiada).

D. Contoh Budaya Politik Partisipan


1. Pengertian Partisipasi Poltik
Partisipasi politik secara umum berarti keterlibatan seorang atau
sekelompok orang dalam suatu kegiatan politik. Partisipasi politik
mengandung sasaran yang ingin dituju, yaitu proses pembuatn
keputusan politik. Dengan kata lain, partisipan (orang yang
berpartisipasi politik) bertujuan untuk mempengaruhi keputusan
politik yang akan diambil agar keputusan itu menguntungkannya
atau tidak merugikannya. Dapat diambil kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan partisipasi politik adalah kegiatan yang dilakukan
oleh warga Negara baik secara individu maupun kolektif, atas dasar
keinginan sendiri maupun dorongan dari pihak lain yang tujuannya
untuk mempengaruhi keputusan politik yang akan diambil oleh
Pemerintah, agar keputusan tersebut menguntungkannya atau tidak
merugikannya.
2. Bentuk-Bentuk Budaya Politik Partisipan
Budaya politik partisipan yang diwujudkan melalui partisipasi
politik dapat terwujud dalam berbagai bentuk. Samuel Huntington
dan Joan M. Nelson dalam bukunya yang berjudul partisipasi politik;
Tak ada Pilihan Mudah (1984) berhasil mengidentifikasi empat
bentuk partisipasi politik, yaitu :
a. Kegiatan pemilihan, yang mencakup memberikan suara,
sumbangan-sumbangan untuk kampanye, bekerja dalam suatu
pemilihan mencari dukungan bagi sorang calon. Atau
melakukan tindakan yang bertujuan mempengaruhi hasil
proses pemilihan.
b. Lobbying, yaitu upaya-upaya perorangan atau kelompok
untuk

menghubungi

pejabat-pejabat

pemerintah

dan

pemimpin-pemimpin
mempengaruhi

politik

dengan

keputusan-keputusan

maksud
mereka

untuk

mengenai

persoalan-persoalan yang menyangkut sejumlah besar orang.


Misalnya, Lobbying yang dilakukan oleh anggota DPR, atau
yang dilakukan Tokoh masyarakat kepada Pemerintah untuk
mempercepat proses pembangunan di daerahnya.
c. Kegiatan organisasi, yang menyangkut partisipasi sebagai
anggota atau pejabat dalam suatu organisasi dengan tujuan
utamanya

untuk

mempengaruhi

proses

pengambilan

keputusan oleh pemerintah.


d. Mencari koneksi, yaitu tindakan perorangan yang ditunjukan
terhadap pejabat-pejabat pemerintah dan biasanya maksud
memperoleh manfaat yang hanya dirasakan oleh satu orang
atau beberapa orang saja.
e. Tindakan kekerasan, yaitu upaya untuk mempengaruhi proses
pengambilan keputusan yang dilakukan pemerintah dengan
jalan

menimbulkan

kerugian

fisik

terhadap

pejabat

pemerintahan atau harta benda. Kekerasan dapat ditunjukan


untuk mengubah pimpinan politik (dalam bentuk kudeta dan
pembunuhan),

mempengaruhi

kebijaksanaan

pemerintah

(dalam bentuk huruhara dapat pemberontakan, atau mengubah


seluruh system politik (dalam bentuk revolusi). Kekerasan
hanya dilakukan setelah tertutupnya kesempatan berpartisipasi
politik secara damai.
3. Penerpan Prinsip Partispasi Warga Negara dalam Kehidupan
Politik.
Setiap warga Negara dapat berperan aktif dalam budaya Politik
diberbagai lingkungan kehidupannya. Misalnya di lingkungan
keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan Negara. Contoh bentuk
peran aktif warga Negara dalam kehidupan politik di berbagai
lingkungan tersebut sebagai berikut.
a. Di lingkungan keluarga

Keluarga adalah lingkungan masyarakat yang terkecil.


Dalam keluarga seorang anak pertama kali mendapat ilmu
pengetahuan tentang nilai norma dan pola perilaku.
Selain itu, keluarga juga menjadi tempat pendidikan awal
dalam proses sosialisasi politik. Peran aktif warga Negara
dalam kehidupan politik di keluarga dapat dilakukan dalam
bentuk sebagai berikut.
1) Menghormati peran ayah sebagai kepala keluarga
sesuai dengan kedudukan, kewenangan, fungsi, dan
tanggung jawabnya.
2) Memahami hak dan kewajiban setiap anggota keluarga
3) Ikut serta dalam musyawarah keluarga.
4) Memasang atribut kenegaraan pada hari besar nasional.
Misalnya memasang bendera pada hari kemerdekaan
Republik Indonesia.
5) Membaca dan mengikuti berbagai berita di media
massa dan elektronik.
b. Di lingkungan sekolah
Sekolah adalah lingkungan kedua bagi anak setelah
keluarga. Di lingkungan sekolah bentuk partisipasi budaya
politik dapat ditunjukan oleh siswa dengan bersikap dan
berprilaku sesuai dengan tata tertib atau peraturan-peraturan
di sekolah.
Selain itu, peran aktif siswa dalam budaya politik di
lingkungan sekolah dapat ditunjukan secara nyata dalam
bentuk kegiatan-kegiatan berikut.
1) Berpartisipasi aktif dalam kegiatan pemilihan ketua
kelas

maupun ketua

OSIS,

mulai dari

proses

pencalonan, seleksi, kampanye, penyampaian visi dan


misi.

Sampai

dengan

pemungutan

suara,

serfs

penghitungan suara. Misalnya ikut mencalonkan diri


sebagai ketua kelas atau ketua OSIS, mempersiapkan
dan

mengikuti

kampanye,

mendengarkan

dan

menanggapi penyampaian visi dan misi, memberikan

dukungan suara dalam pemungutan suara, serta


menyaksikan penghitungan suara dan pelantikan
pengurus OSIS terpilih
2) Memberikan
masukan-niasukan

dalam

proses

pembuatan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga


dalam setiap kegiatan yang diikuti
3) Mengikuti forum-frum diskusi atau musyawarah di
sekolah
4) Membuat artikel tentang aspirasi siswa clalam kegiatan
politik di sekolah
c. Di lingkungan masyarakat
Setiap individu adalah warga masyarakat. Oleh karena itu,
setiap individu harus turut berperan aktif dalam budaya politik
di lingkungan masyarakat setempat. Bagi para generasi muda
bentuk peran aktif dalam budaya politik dapat diwujudkan
dalam bentuk kegiatan-kegiatan berikut.
1) Ikut aktif dalam kegiatan karang taruna, organisasi
pemuda, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan
organisasi masyarakat lainnya.
2) Menjadi partisipan atau simpatisan partai-partai politik
dan organisa Si kemasyarakatan yang memilik potensi
dan kapasitas di bidang politik. Misa1nya menjadi
pengurus atau anggota Pemuda Muhammadiyah,
Pemuda Ansor, Nasyiatul Aisyiah, Pemuda Marhaen,
dart Pemuda Katolik.
3) Berpartisipasi clalam forum warga
4) Turut serta dalam pemilihan ketua RT, RW, dan kepala
desa
d. Di lingkungan bangsa dan Negara
Generasi muda adalah harapan bangsa yang kelak akan
menggantikan dan mengatur kehidupan politik negara
Indonesia. Oleh karena itu, generasi muda harus membiasakan

din berperan aktif dalam budaya politik di lingkungan


kehidupan berbangsa dan bernegara.
Bentuk partisipasi generasi muda dalam budaya politik di
Iingkungan bangsa dan negara dapat diwujudkan dalam
bentuk kegiatan berikut
1) Menjadi anggota aktif dalam partai politik. i
2) Menyaksikan atau mengikuti debat politik antarelite
politik melalui berbagai media.
3) Mengikuti kampanye pemilihan umum.
4) Ikut aksi unjuk rasa dengan damai.
5) Memberikan suara dalam pemilihan umum untuk
meniflih bupati atau wali kota, nggota DPRD, DPR
RI, dan presiden.
Itulah contoh bentuk peran aktif warga negara Indonesia
dalam budaya politik. Dengan membiasakan peran aktif
dalam budaya politik berarti telah ikut berperan serta dalam
pembangunan politik yang demokratis untuk kepentingan
masyarakat, bangsa, dan negara

You might also like