You are on page 1of 13

Aplikasi Sistem Skoring untuk Menilai

Resiko Malnutrisi di Beberapa Rumah Sakit


Abstrak
Pendahuluan : peningkatan yang tidak bisa diprediksi dari resiko malnutrisi
berhubungan dengan perawatan, terutama pada anak-anak dengan penyakit
kronik. Kami menyelidiki aplikasi alat screening untuk resiko riwayat status
nutrisi dan pertumbuhan anak yang terganggu/ Screening Tool for Risk of
Impaired Nutritional Status and Growth (STRONGkids), alat yang dicanangkan
untuk memperkirakan resiko malnutrisi pada anak yang dirawat. Kami menilai
peran umur dan komorbiditas sebagai resiko malnutrisi.
Metode : STRONGkids terdiri dari 4 hal yang memberikan skor yang
mengelompokkan pasien ke resiko rendah, sedang, dan tinggi untuk malnutrisi.
Studi multi-center yang bersifat prospektif observasional ini dilakukan pada 12
Rumah Sakit Italia. Anak-anak berusia 1-18 tahun berturut-turut diikutkan dan
selain yang tidak terpilih, dimasukkan. Skor STRONGkids mereka dikumpulkan
dan dibandingkan dengan riwayat nutrisi sebenarnya yaitu Skor-SD untuk BMI
dan Tinggi Badan.
Hasil : dari 144 anak-anak (75 laki-laki berusia 6.5 4.5 tahun), 52 (36%)
mempunyai penyakit kronik yang mendasari. Menurut STRONGkids, 46 (32%)
anak-anak beresiko rendah, 76 (53%) pada resiko sedang dan 22 (15%) pada
resiko tinggi untuk malnutrisi. Kelompok yang terakhir mempunyai nilai Tinggi
Badan berdasarkan Umur/HFA (nilai SD rata-rata 1.07 2.08; p = 0.008) dan
nilai BMI (rata-rata nilai SD 0.79 2.09; p = 0.0021) bila dibandingkan dengan
kelompok lainnya. Namun, hanya 29 anak-anak yang ternyata mengalami
kekurangan gizi.
Kesimpulan : STRONGkids mudah untuk dilakukan. Kerjanya sangat sensitif
namun tidak spesifik. STRONGkids mungkin dapat digunakan sebagai alat
screening awal untuk diintegrasikan dengan data klinis lainnya untuk dapat
memprediksi resiko malnutrisi dengan benar.

Kata kunci : Pediatrik, anak-anak, malnutrisi rumah sakit, alat screening,


penyakit kronik
Pendahuluan
Malnutrisi berhubungan dengan hasil buruk untuk pasien rawat inap, termasuk
peningkatan resiko infeksi, meningkatnya kekurangan otot, terganggunya
penyembuhan luka, waktu rawat inap yang lebih lama dan peningkatan morbiditas
dan mortalitas. Malnutrisi mungkin bertanggung jawab untuk tertundanya
penyembuhan dan perlunya perawatan intensif, sehingga meningkatkan biaya
perawatan.
Data pada malnutrisi akut dan kronis pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit
bergantung pada kriteria yang digunakan untuk definisinya. Jumlah malnutrisi
dari 6% hingga 19% telah dilaporkan pada negara-negara Eropa seperti UK,
Perancis, Jerman, dan Belanda, hingga mencapai 40% di Turki. Studi di Italia
baru-baru ini menilai insidensi malnutrisi didapat di Rumah Sakit pada 496 anak
yang dirawat untuk prosedur diagnostik, infeksi minor, atau sakit episodik
lainnya, dan melaporkan bahwa anak-anak dengan BMI Z-score < -2 SD pada saat
awal masuk menunjukkan penurunan rata-rata BMI pada akhir masa rawat
inapnya, yang secara signifikan lebih tinggi daripada mereka dengan kondisi
nutrisi yang lebih baik saat awal masuk.
Penilaian riwayat nutrisi tidak mudah pada praktek pediatrik dan tidak terdapat
satupun parameter untuk mendefinisikan malnutrisi. Penilaian riwayat nutrisi
sesungguhnya pasien hanya mengidentifikasi mereka yang sudah kekurangan gizi,
sedangkan identifikasi awal dari anak-anak yang beresiko malnutrisi dapat
meningkatkan intervensi nutrisi yang tepat waktu, mencegah konsekuensi jangka
pendek dan panjang dari malnutrisi.
Screening rutin untuk resiko nutrisi pada anak-anak terhambat dengan kurangnya
protokol penilaian nutrisi yang valid dan penilaian penambahan berat badan dan
kecepatan pertumbuhan yang masih menggunakan metode standar. Beberapa alat
screening telah dibuat untuk menilai resiko malnutrisi namun aplikasinya
terhambat oleh data yang terbatas dan penerimaannya untuk digunakan secara

luas. Alat screening untuk resiko nutrisi pada anak-anak, disebut Screening Tool
for Risk Of impaired Nutritional status and Growth (STRONGkids), berhasil
digunakan di Belanda. STRONGkids dilakukan pada pasien Intestinal Bowel
Disease (IBD) namun reliabilitasnya masih kurang jelas.
Tujuan dari studi ini adalah untuk meneliti efikasi alat STRONGkids pada
populasi anak-anak yang dirawat pada 12 Rumah Sakit Italia. Sensitivitas,
spesifisitas, dan prediktivitas dinilai dengan membandingkan skor resiko dengan
riwayat nutrisi sebenarnya dari anak-anak. Skor STRONGkids juga berhubungan
dengan faktor resiko untuk malnutrisi termasuk umur, etiologi khas yang
menyebabkan anak dirawat di rumah sakit dan hubungannya dengan penyakit
kronik tersebut dengan tujuan untuk memeriksa peran yang mungkin.
Metode dan Materi
Studi multi-center prospektif observasional dilakukan di 12 rumah sakit di daerah
Campania< Italia (termasuk 1 rumah sakit universitas), meliputi 70% dari semua
populasi pediatrik yang hidup di daerah tersebut, antara bulan Oktober-November
2012. Anak-anak Italia berumur 1-18 tahun yang dirawat di Rumah Sakit untuk
penyakit apapun, sehingga tidak dipilih, dimasukkan. Pasien di perawatan intensif
tidak diikutkan. Alasan untuk perawatan dikelompokkan menjadi infeksius,
gastrointestinal, respiratori,genetik/metabolik, neurologis, onkologi, trauma,
bedah, jantung, dan lain-lain.
STRONGkids terdiri dari 4 hal (1 resiko tinggi pada penyakit yang mendasari,
2- pemeriksaan klinik, 3- asupan nutrisi dan adanya muntah atau diare, 4kehilangan berat badan baru-baru ini) dan anak-anak dikelompokkan pada 1 dari 3
kelompok malnutrisi (ringan, sedang, dan berat) sesuai dengan skala 5 poin yang
spesifik ( rendah = 0, sedang 1-3, tinggi = 4-5). Setiap hal mempunyai alokasi
nilai 1-2 poin seperti berikut :
-

Penyakit Resiko Tinggi (2 poin) : penyakit yang mendasari dengan resiko


malnutrisi atau adanya rencana untuk pembedahan mayor. Kondisi yang dapat
mengarah pada resiko nutrisional yang terdaftar di STRONGkids adalah :
anoreksia nervosa, penyakit jantung kongenital, penyakit celiac, pembedahan

besar yang direncanakan, dismaturitas/prematuritas, displasia bronkopulmoner


(umur maks 2 tahun), fibrosis kistik, fistula digestif, penyakit inflamasi usus,
penyakit infeksius, penyakit metabolik, kanker, pankreatitis, penyakit liver
kronik, penyakit otot, penyakit ginjal kronik, retardasi/mental handicap, sepsis,
sindroma short bowel, trauma, luka bakar, dan lain-lain (disebutkan oleh dokter
-

umum).
Penilaian Klinis Subjektif (1 poin) : riwayat nutrisi yang buruk yang dinilai
dari penilaian klinis subjektif (penurunan lemak subkutan dan/atau massa otot

dan/atau wajah hampa/kurus


Asupan dan Hilangnya Nutrisi (1 poin) : a) adanya diare 5 kali/hari dan/atau
muntah > 3 kali/hari akhir-akhir ini. atau b) menurunnya asupan makanan pada
beberapa hari sebelum masuk rumah sakit, atau c) intervensi nutrisi yang
disarankan, atau d) ketidakmampuan menerima asupan makanan yang cukup

karena nyeri.
Penurunan berat badan atau buruknya penambahan berat badan (1 poin) :
penurunan berat badan atau berat badan tidak meningkat (bayi <1 tahun) pada
beberapa minggu/bulan terakhir.

Kuesioner kemudian disebarkan pada perawat pada hari yang ditentukan,


sehingga termasuk semua pasien yang dirawat pada hari itu dan dikumpulkan oleh
perawat koordinasi studi (DM).
Pengukuran anthropometri diambil dari rawat inap dan dibandingkan dengan nilai
standar yang dipublikasikan,yang didapat dari referensi populasi pediatrik Italia.
Skor STRONGkids untuk setiap anak dibandingkan dengan riwayat nutrisinya
sekarang yang tertulis sebagai skor SD BMI dan skor SD Tinggi berat badan
menurut umur (HFA). Skor SD <-2 untuk BMI dan HFA dipertimbangkan sebagai
penentuk malnutrisi akut dan kronik. Jumlah malnutrisi didefinisikan sebagai
adanya malnutrisi akut dan/atau kronik.
Informed consent diterima dari orang tua anak yang diikutkan dan komite etik dari
Universitas Naples Frederico II menyetujui protokol kita.
Analisis Statistik

Data ditunjukkan sebagai angka/persentase atau sebagai rata-rata SD. Analisis


deskriptif dulunya digunakan untuk mendeskripsikan populasi studi dan BMI
dinilai sebagai SD-score. Perbandingan dari data berulang diantara kelompok dan
dilakukan menggunakan t-test. Metode X2, atau tes Exact Fisher, diikutkan untuk
membandingkan adanya kondisi kronik dan alasan untuk dirawat. Sensitivitas,
spesifisitas, nilai positif yang prediktif (PPV) dan nilai prediktif yang negatif
(NPV) dari STRONGkids dinilai berdasarkan skor SD BMI dan HFA,
menggunakan nilai pintasan. Analisis regresi univariat diaplikasikan untuk
mengidentifikasi faktor utama yang berhubungan dengan hasil berikut : akut,
kronik, dan malnutrisi secara keseluruhan dan kelompok resiko tinggi dari
malnutrisi menurut STRONGkids. P (dua sisi) < 0.05 dipertimbangkan sebagai
signifikan. Data kemudian dianalisa dengan SPSS package version 17.0
Tabel 1 Fitur Umum pada Anak-Anak
Karakteristik Pasien
Jenis kelamin, L : P (%)
Rata-rata umur (tahun) SD (95% CI)
Rumah sakit, universitas : umum (%)
Rata-rata skor SD BMI SD (95% CI)
Rata-rata skor SD HFA SD (95% CI)
Penyakit yang mendasari n/N (%)

52:48
6.5 4.5 (5.7-7.2)
42:58
0.051.85 (0.20.3)
0.371.84 (0.680.06)
52/144 (36)

Hasil
Fitur Umum
Total 144 anak-anak (75 laki-laki rata-rata umur age 6.5 4.5 tahun) dilibatkan
(tabel 1). 60 pasien dirawat di rumah sakit universitas untuk anak dan data mereka
dicatat pada 4 hari yang berbeda, sedangkan 84 lainnya masuk di 11 rumah sakit
umum pada 1 hari observasi. Keseluruhan 52/144 (36%) dari anak yang dirawat
memiliki penyakit kronik (tabel 1). 1/3 anak-anak dirawat mempunyai penyakit
infeksius (43/144). Kondisi gastrointestinal non infeksius 9seperti IBD) atau
respiratori (seperti asma) adalah etiologi umum untuk perawatan (gambar 1).
Skor STRONGkids dan Anthopometri

Menurut skor STRONGkids, 46 (32%) anak-anak berada pada resiko rendah, 76


(53%) berada pada resiko sedang dan 22 (15%) berada pada resiko tinggi untuk
terjadinya malnutrisi. 29 (20%) anak-anak kekurangan gizi menurut BMI (16/144;
11%) dan skor SD HFA (15/144 10%), termasuk 2 pasien yang sesuai dengan
kriteria untuk malnutrisi akut dan kronik (tabel 2). Namun hanya 5 dari 29 anakanak yang kekurangan gizi (17%) dikelompokkan pada kelompok resiko tinggi
oleh STRONGkids. Tida ada perbedaan antara insidensi malnutrisi akut dan
kronik diantara kelompok resiko. Rata-rata skor SD untuk HFA dan BMI pada 144
anak-anak adalah 0.37 1.85 dan 0.05 1.86 (tabel 3). Anak-anak dengan skor
STRONGkids resiko tinggi mempunyai skor SD yang lebih rendah untuk BMI
(0.79 2.09; p =0.002) dan untuk HFA (1.07 2.08; p = 0.008) bila
dibandingkan dengan kelompok lainnya (tabel 3).
Korelasi linear yang lemah namun signifikan telah ditemukan diantara skor
STRONGkids dan pengukuran anthropometri, dengan mempertimbangkan kedua
skor SD BMI (r = 0.238; p = 0.0065) dan skor SD HFA (r = 0.311; p = 0.0002)
(Gambar 2a-b).
Sensitivitas, Spesifisitas, dan Nilai Prediktif
Skor pada rentang resiko sedang dan tinggi (1-5) mengidentifikasikan anak-anak
dengan resiko malnutrisi dengan sensitivitas 71% (95% CI: 4889) dan
spesifisitas 53% (95% CI: 4363) (LR 1.5; p = 0.032) berdasarkan anthropometri.
Nila prediktif yang positif dari skor yang sama adalah 21% (95% CI: 1725) dan
nilai prediktif negatif kita adalah 85% (95% CI: 85-90). Sensitivitas, spesifisitas,
dan nilai prediktif dari kelompok STRONGkids terdapat pada tabel 3.

* Pembedahan, trauma, jantung, diagnosis lainnya yang tidak spesifik


Gambar 1 distribusi etiologi anak-anak di rumah sakit. Penyebab paling
umum perawatan adalah penyakit infeksius akut. Namun, kondisi gastrointestinal
kronik, termasuk Penyakit Inflamasi Usus (IBD), dan kondisi respiratori termasuk
hal yang umum. Kebanyakan kondisi heterogen yang dimasukkan ke kelompok
lainnya merupakan kondisi akut. Oleh sebab itu, secara keseluruhan kondisi
akut dan kronik dengan adil direpresentasikan pada populasi yang diamati.
Tabel 2 Distribusi Anak-Anak dengan Malnutrisi Akut dan Kronik pada
Kelompok STRONGkids untuk Resiko Malnutrisi
Rendah
(N = 46)
5 (11%)

Sedang
(N = 76)
9 (12%)

Tinggi
(N = 22)
2 (9%)

Total
(N = 144)
16 (11%)

(Skor SD BMI < -2)


Malnutrisi kronik

2 (4%)

9 (12%)

4 (18%)

15 (10%)

(Skor SD HFA < -2)


Keseluruhan malnutrisi

7 (15%)

17 (22%)

5 (22%)

29 (20%)

Malnutrisi akut

(Akut + Kronik)
* dua pasien dikelompokkan pada malnutrisi akut dan kronik
Faktor Resiko untuk Malnutrisi menurut Anthropometri

Peran faktor resiko terduga untuk malnutrisi dinilai dengan menganalisa distribusi
variabel yang terpilih (tabel 4). Anak-anak berusia 5 tahun mempunyai resiko
yang lebih tinggi untuk mengalami malnutrisi (OR = 2.708; p = 0.024), terutama
malnutrisi akut ( OR 4.602; p = 0.006). adanya penyakit juga berkontribusi pada
perkembangan malnutrisi ( OR = 10.234; p = 0.036), dan secara keseluruhan,
etiologi memiliki peran : anak-anak dengan diagnosis penyakit genetik
mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk menjadi malnutrisi kronik (OR
10.167; p 0.002) daripada kelompok diagnostik lainnya.
Selain itu, anak-anak dengan diagnosis penyakit gastrointestinal (seperti IBD)
lebih sering dikelompokkan sebagai resiko nutrisi tinggi oleh STRONGkids ( OR
3.75; p =0.026) (Tabel 4).
Diskusi
Sejumlah alat screening telah diusulkan dan fiturnya baru-baru ini telah ditinjau.
Reliabilitas (misal prediktivitas) dan penerimaan dari petugas kesehatan dan
pasien adalah faktor penting untuk suksesnya suatu alat. Namun, pada populasi
kami yang kira-kira mencapai 150 anak-anak di 12 rumah sakit yang berbeda,
total 70% merupakan resiko nutrisional sedang atau tinggi menurut STRONGkids,
namun hanya kira-kira 20% yang sebenarnya mengalami kekurangan gizi menurut
pengukuran anthropometri. Meskipun STRONGkids telah didesain untuk menilai
resiko dan bukannya memastikan adanya malnutrisi, jarak antara insidensi
sebenarnya dan estimasi resiko termasuk besar. Perlu dipertimbangkan bahwa
skor STRONGkids memberikan 2 poin (dari total maksimum 5) kepada pasien
yang dilaporkan dengan penyakit yang mendasari, yang dengan sendirinya cukup
untuk memasukkan dia ke kelompok resiko sedang. Walaupun adanya penyakit
kronik berhubungan dengan resiko komplikasi saat perawatan, termasuk
malnutrisi, saat kami melihat distribusi mereka di STRONGkids, beberapa kondisi
yang diduga mempunyai resiko nutrisional intrinsik tidak berhubungan degan
malnutrisi. Contohnya, penyakit celiac (bila terkontrol dengan benar) atau
retardasi mental, tidak selalu berarti mempunyai resiko nutrisional, sedangkan
penyakit jantung kongenital yang biasanya teratasi pada 1 bulan pertama

kehidupan, namun bila terdapat pada riwayat klinik pasien, sudah cukup untuk
mengelompokkan pasien tersebut ke kelompok resiko tinggi malnutrisi.
Kami menemukan korelasi yang signifikan namun lemah diantara skor
STRONGkids dan parameter malnutrisi akut dan kronik. Menurut hasil kami,
korelasi diantara skor STRONGkids dan SD HFA (penanda malnutrisi kronik)
sedikit lebih kuat daripada korelasi diantara skor STRONGkids dan SD BMI
(indeks malnutrisi akut). Hal ini berlawanan dengan studi lainnya dimana
STRONGkids yang secara signifikan berhubungan dengan kedua BMI dan HFA.
Pada studi HFA, STRONGkids memberikan informasi yang lebih bisa dipercaya
bila dibandingkan dengan STAMP (Screening Tool for the Assessment of
Malnutrition in Pediatrics/ Alat Screening untuk Penilaian Malnutrisi di
Pediatrik). Penjelasan yang mungkin adalah perbedaan nilai untuk hal penyakit
yang mendasari pada kedua sistem skoring. STRONGkids memasukkan daftar
yang panjang dari kondisi kronik, sedangkan STAMP hanya memiliki pertanyaan
umum apakah anak mempunyai diagnosis yang dapat berpengaruh pada
nutrisinya?
Korelasi signifikan diantara pengukuran anthropometrik dan skor STRONGkids
hanya ditemukan pada kelompok resiko tinggi, sehingga menegaskan bahwa
hanya anak-anak pada kelompok nutrisional resiko tinggi yang sudah mengalami
kekurangan gizi. Walaupun kurang bisa dipercaya bila dibandingkan dengan yang
dilaporkan pada studi di Belanda, STRONGkids menunjukkan nilai prediktif yang
tinggi. Berlawanan dengan diatas, nilai prediktif positifnya rendah.

Tabel 3 Kelompok STRONGkids untuk resiko malnutrisi

Rendah
(N = 46)

Sedang
(N = 76)

Tinggi
(N = 22)

Total
(N = 144)

0.501.90 0.021.66
-0.792.90a
0.051.86
Rata-rata skor SD BMI SD
b
0.501.90
0.501.90 -1.072.08
-0.371.85
Rata-rata skor SD HFA SD
34%(25-43)
71%(48-89)
86%(78-92)
71%(48-89)
Sensitivitas (95% CI)
75%(55-89) 53%(43-63)
21%(8-41)
53%(43-63)
Spesifisitas (95% CI)
9%(5-13)
21%(17-25)
28%(19-37)
21%(17-25)
Nilai Prediktif Positif (95% CI)
Nilai Prediktif Negatif(95% CI) 73%(69-77) 85%(85-90) 82%(79-85) 85%(85-90)
a
SD BMI yang secara signifikan lebih rendah bila dibandingkan pada kelompok

rendah dan sedang (p = 0.0021).


b

SD HFA yang secara signifikan lebih rendah bila dibandingkan pada kelompok

rendah dan sedang (p = 0.008).


Tabel 4 Faktor Resiko untuk Malnutrisi

Determinan

Malnutrisi Akut

Malnutrisi Kronik

Malnutrisi

(Skor SD BMI <-2)


OR (95%
P

(Skor SD HFA <-2)


OR (95%
P

Keseluruhan
OR (95%
P

CI)
Usia < 5 tahun

4.602 (1.43-

CI)
0.006a

14.77)
1.841 (0.68

yang mendasari
Penyakit Genetik

4.97)

Penyakit

12.24)
1.01
(0.3

Gastrointestinal

1.59)

a-b-c-d-e-f-g

p < 0.05

0.42

2.708

(1.16

CI)
0.024b

6.31)

1.393

(0.56

0.496

10.234 (3.76

0.001

3.47)

(0.72

0.257

1.04 (1.01-2)

0.036c

0.145

10.167 (2.63

0.002

8.293

0.002e

0.529

(0.06

0.547

0.129

39.24)
1.89

30.68)
1.55 (1.223.15)

0.023f

4.35)
3.75

(1.22

0.026g

0.297

2.18
6.19)

(0.7

Tinggi
OR (95%

CI)

(0.44

3.78)

Apapun penyakit

2.925

1.295

Kelompok Resiko

5.23)

28.91)

(0.7

0.216

(2.24

11.5)

Gambar 2 Korelasi Linier antara Pengukuran Anthropometri dan skor


STRONGkids. (a) Korelasi dengan skor SD BMI. (b) Korelasi dengan skor SD
Tinggi Berdasarkan Umut/HFA
Saat kami memeriksa faktor resiko yang berhubungan dengan resiko malnutrisi,
usia 5 tahun berhubungan dengan peningkatan resiko malnutrisi akut,
kemungkinan karena anak-anak yang lebih muda mempunyai insidensi malnutrisi
karena perawatan yang lebih tinggi. Etiologi spesifik berhubungan dengan resiko
malnutrisi, termasuk penyakit metabolik/genetik. Selain itu anak-anak dengan
penyakit gastrointestinal (terutama penyakit IBD) lebih mungkin memiliki skor
pada kelompok resiko tinggi. Studi baru-baru ini pada 46 pasien dengan IBD

menunjukkan batasan pada beberapa alat screening nutrisional dan menunjukkan


bahwa anak-anak dengan IBD berada pada resiko nutrisional yang tinggi :
kebanyakan berat badannya terlalu rendah, walau mayoritas berat badannya
normal dan beberapa berat badannya berlebih bila berdasarkan tinggi badannya.
Kami menemukan hasil yang sama pada studi kami. Kami percaya skor
STRONGkids harus dipertimbangkan bersaa data klinik dan data anthropometri.
Faktanya, banyak dokter anak yang terlibat di studi ini melaporkan batasan
penting pada alat ini adalah ketidaksesuaian antara pertimbangan klinis mereka
terhadap resiko nutrisional pasien sebenarnya dan pengelompokkan (tinggi,
sedang, rendah) yang berasal dari penilaian STRONGkids (data tidak
diperlihatkan).
Alat, seperti Subjective Global nutritional Assessment/Penilaian Nutrisional
Global Subjektif (SGA) yang diusulkan Secker dan Jeejeebhoy, melibatkan
penilaian spesifik dari parameter fisik, secara objektif mencari tanda adanya
lemak dan muscle wasting (contoh edema). Berlawanan dengan diatas,
STRONGkids tidak melibatkan penilaian objektif dan harus dianggap sebagai
screening yang sangat awal untuk dikumpulkan sebagai riwayat dan
diintegrasikan dengan data klinik lainnya supaya dapat memprediksi resiko
malnutrisi.
Screening rutin untuk resiko nutrisional pada anak-anak sekarang ini terhambat
oleh kurangnya metode yang mudah dan tervalidasi untuk penilaian nutrisional.
Selain STRONGkids,alat lainnya dibuat untuk menilai resiko nutrisional, namun
masing-masing dari mereka mempunyai batasan. Alat Simple Pediatric
Nutritional Risk Score (SPNRS) dan SGA dianggap terlalu rumit dan
menghabiskan waktu dan oleh sebab itu penggunaannya dibatasi. Gerasimidis dkk
membuat Paediatric Yorkhill Malnutrition Score (PYMS), yang merupakan
penilaian 4 langkah, memperhitungkan nilai BMI, kehilangan berat badan barubaru ini, penurunan asupan pada minggu sebelumnya, dan pengaruh pada nutrisi
yang diperhitungkan pada saat masuk rumah sakit/kondisi untuk minggu
berikutnya. Screening nutrisi oleh perawat menggunakan skor PYMS cukup untuk

pasien anak rawat inap, mengidentifikasi anak beresiko malnutrisi dan secara
efisien menggunakan sumber daya yang tersedia.
Namun, pada studi baru-baru ini STRONGkids dibandingkan dengan PYMS dan
STAMP dan merupakan satu-satunya alat yang mengenali semua anak-anak
kekurangan gizi pada kelompok resiko sedang atau tinggi.
Kesimpulannya, fitur positif yang utama pada STRONGkids terdiri dari struktur
simpel yang membuatnya mudah dipakai pada keadaan rumah sakit apapun.
Namun tingkat kepercayaan dan efikasinya terbatas. STRONGkids secara efektif
mengarahkan perhatian pada isu penting yang berhubungan dengan resiko
nutrisional. Kemungkinan batasan yang penting adalah skor ini dipengaruhi oleh
skor tinggi dari penyakit yang mendasari, yang hanya berhubungan dengan resiko
nutrisional tinggi saat mereka aktif. Batasan ini mungkin dapat dikembangkan
dengan beberapa modifikasi dengan pengelompokkan pasien, supaya dapat
mengidentifikasi anak-anak dengan resiko nutrisional yang sebenarnya.
Modifikasi utama seharusnya re-evaluasi skor yang diberikan untuk kondisi
kronik.

You might also like