You are on page 1of 37

PRESENTASI KASUS

MIOMA UTERI DAN KISTA


ENDOMETRIOSIS OVARII SINISTRA
PADA P0A0

Disusun Oleh :
Galuh Ajeng Firsty

14102210064

Pembimbing :
dr. Hary Purwoko, SpOG, KFER

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA
PERIODE 5 Januari 14 maret 2014

LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR


KEPANITERAAN ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

Presentasi Kasus
Mioma uteri dan Kista endometriosis ovarii sinistra pada P0A0

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidananan
Rumah Sakit Umum Ambarawa

Disusun Oleh :
Galuh Ajeng Firsty

14102210064

Telah disetujui oleh Pembimbing


Nama Pembimbing

Tanda Tangan

Tanggal

dr. Hary Purwoko, Sp.OG, KFER

Mengesahkan :
Koordinator Kepaniteraan Ilmu Kebidanan dan Kandungan

dr. Hary Purwoko, Sp.OG,KFER

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul MIOMA
UTERI DAN KISTA ENDOMETRIOSIS OVARII SINISTRA PADA P0A0. Laporan ini
dibuat untuk memenuhi salah satu syarat ujian Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu
Kandungan dan Kebidanan di RSUD Ambarawa.
Penyusunan laporan ini dapat terselesaikan tak lepas dari pihak-pihak yang telah
banyak membantu penulis dalam merampungkan laporan ini. Untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

1. dr. Hary Purwoko, Sp.OG, KFER atas bimbingan dan kesabarannya


selama penulis menempuh pendidikan di kepaniteraan klinik.
2. dr. Adi Rachmanadi, Sp.OG atas kesabaran dan bimbingannya selama
penulis menempuh pendidikan di kepaniteraan klinik.
3. Para staf medis dan non-medis yang bertugas di Bagian Ilmu Kandungan
dan Kebidanan di RSUD Ambarawa atas bantuannya untuk penulis.
4. Teman-teman seperjuangan di kepaniteraan klinik Ilmu Kandungan dan
Kebidanan di RSUD Ambarawa.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang dapat membangun laporan ini kedepannya sangat penulis
harapkan demi perbaikan materi penulisan dan menambah wawasan penulis.

Ambarawa, 18 Januari 2015

Penulis

DAFTAR ISI

BAB I LAPORAN KASUS


BAB II ANALISIS KASUS.........................................................
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS
( autoanamnesis tanggal 7 januari 2015 pukul 14.00 WIB)
I.

Identitas

IDENTITAS PASIEN
Nama
:
Jenis Kelamin :
Umur
:
Pendidikan
:
Pekerjaan
:
Agama
:
Suku/bangsa :
Alamat
:
Tgl. Masuk RS:
MR
:
IDENTITAS SUAMI
Nama
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
Alamat

:
:
:
:
:
:

Ny. N
Perempuan
39 tahun
SMP
Ibu Rumah Tangga
Islam
Jawa
POLOBOGO 3/1 GETASAN
07 Januari 2015 pukul 14.00 WIB
071911

M
49 tahun
SMU
Buruh harian
Islam
POLOBOGO 3/1 GETASAN

II.
Keluhan Utama
Pasien datang ke poli kandungan tanggal 07 Januari 2015 dengan keluhan
teraba benjolan keras pada perut bagian bawah yang semakin membesar sejak
agustus 2014.
III.
Keluhan Tambahan
Pasien mengeluhkan lebih sering BAK sejak agustus 2014. Pasien juga
mengeluhkan apabila makan banyak pasien merasa sesak. Keluhan demam,
batuk, pilek, mual, muntah, perdarahan, keputihan, penurunan nafsu makan
dan keluhan BAB disangkal oleh pasien.

IV. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke poli pada tanggal 07 Januari 2015 dengan benjolan keras
pada perut bagian bawah. Sejak agustus 2014 benjolan dirasakan semakin
membesar, dan pasien menjadi lebih sering untuk BAK. Sejak 1 tahun yang
lalu pasien mengaku telah memiliki benjolan keras diperut namun ukurannya
masih kecil dan tidak menunjukan pertambahan ukuran. Sebelum agustus
2014 pasien juga mengaku telah melakukan USG dengan diagnosis mioma
uteri.
Pasien mengeluhkan apabila makan banyak, pasien merasa sesak. Keluhan
lainnya seperti demam, batuk, pilek, diare, mual, muntah, perdarahan,
keputihan, penurunan nafsu makan dan keluhan BAB disangkal oleh pasien.
V. Riwayat Pengobatan
Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk mengatasi gejala dan
pasien tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu dalam jangka waktu
lama.
VI.

Riwayat Penyakit Dahulu


Penyakit diabetes melitus, hipertensi, dan alergi pada makanan serta
obat-obatan tertentu disangkal oleh pasien.

VII.
Riwayat Penyakit Keluarga
Kedua orang tua pasien dikatakan tidak memiliki riwayat hipertensi dan
diabetes mellitus.
VIII.
Riwayat Obstetrik
Paisen memiliki riwayat obstetrik P0A0. Pasien mengaku belum pernah
hamil, selama pasien menikah. Pasien sudah menikah selama 10 tahun.
IX.

X.

XI.

Riwayat Ginekologi
Pasien mengaku tidak mengalami keputihan
Pasien mengaku tidak mengalami dismenorea
Pasien belum mengalami menopause
Mensturasi
Menarche
Siklus
Lamanya haid
Dismenorea

: 12 tahun
: 28 hari
: 6 hari
: Negatif

Riwayat Pernikahan
6

Menikah satu kali dengan usia pernikahan 10 tahun


XII.
Riwayat Penggunaan Kontrasepsi
Pasien mengaku belum pernah menggunakan kontrasepsi apapun
XIII.
Riwayat Sosial
Pasien tidak merokok dan jarang untuk berolahraga

PEMERIKSAAN FISIK
a) Keadaan Umum
: Pasien tampak sakit ringan
b) Kesadaran
: Compos Mentis
c) Tanda-tanda Vital
Nadi
: 98x/ menit
Suhu
: 36,4 C
Nafas
: 23x/ menit
Tekanan Darah: 156/96 mmHg
d) Kepala
: Normocephal
e) Mata
: CA-/-, SI-/-, mata cekung (-)
f) THT
: Faring hiperemis (-),T1/T1
g) Leher
: Tidak teraba pembesaran dan nyeri tekan
h) Thorax
: Pengembangan simetris, retraksi (-)
i) Pulmo
: Suara nafas vesikular, Rh-/-, Wh-/j) Jantung
: S1,S2 reguler, bising (-)
k) Abdomen
Inspeksi
: Tidak terdapat lesi pada kulit abdomen
Auskultasi
: Bising usus (+) normal
Palpasi

: Dinding abdomen supel. Teraba massa


abdomen

bawah, massa teraba keras,

permukaan rata dan tidak licin, tidak


mobile, nyeri tekan (-)
l)

Perkusi
Genitalia
Inspeksi

: redup pada abdomen bagian bawah


: Tidak tampak kelainan pada vagina, tidak
terdapat massa, benda asing, leukorea, darah

Palpasi
m)
n)

Anus
Ektremitas

pada vagina.
: Tidak ada nyeri tekan pada kelenjar
bartholin.
: Tidak ada kelainan
: Akral hangat, edema (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

EKG
Sinus Rhythm dan normal ECG

USG :
Tampak massa pada uterus dan ovarium

Rontgen Thoraks PA
Cor : bentuk dan letak normal
Pulmo : corakan meningkat kasar
Tak tampak bercak
Kedua sinus lancip
Kesan :

Cor tak membesar

Gambaran bronkitis kronik

Laboratorium Darah

Tabel 1: Laboratorium Darah


Pemeriksaan

Hasil

Nilai normal

Hemoglobin

14.7

12.5-15.5

Leukosit

14.0 (h)

4-10

Eritrosit

5.27

3.8-5.4

Hematokrit

45.2

35-47

MCV

85.8

82-98

MCH

27.9

>=27
8

MCHC

32.5

32-36

RDW

13.1

10-16

Trombosit

265

150-400

PDW

14.3

10-18

MPV

8.0

7-11

Limfosit

4.4

1.0-4.5

Monosit

0.6

0.2-1.0

Granulosit

9.0 (h)

2-4

Limfosit%

31.2

25-40

Monosit%

4.5

2-

Granulosit%

64.3

50-80

PCT

0.212

0.2-0.5

PTT

9.3

9.7-13.1

APTT

28.4

23.9-39.8

INR

0.82

Golongan Darah

Blood Chemistry

Tabel 2: Kimia Darah


Pemeriksaan

Hasil

Nilai Normal

SGOT (AST)

18

0-35

SGPT (ALT)

16

0-35

Ureum

19.6

10-50

Kreatinin

0.44

0.45-0.75

Glukosa Sewaktu

82

70-100

Tabel 3 : serologi
Pemeriksaan

Hasil

HBsAg

Non reactive

Nilai Normal

RESUME

Pasien perempuan usia 39 tahun dengan P0A0 datang ke poli pada tanggal
07 Januari 2015 dengan keluhan terdapat benjolan keras tidak nyeri pada perut
bagian bawah sejak 1 tahun yang lalu dan semakin membesar sejak agustus 2014.
Pasien mengeluhkan lebih sering BAK. Keluhan lainnya seperti demam,
batuk, pilek, diare, mual, muntah, sesak nafas, perdarahan, keputihan, penurunan
nafsu makan dan keluhan BAB disangkal oleh pasien.
Pada pemeriksaan fisik status generalisnya dalam batas normal. Lalu pada
pemeriksaan abdomen didapatkan dinding abdomen supel, teraba massa keras
pada abdomen bawah, permukaan rata dan tidak licin, tidak mobile, tidak nyeri
tekan. Saat diperkusi redup pada bagian bawah.
Pada pemeriksaan darah dan urin dalam batas normal.
DIAGNOSIS

Mioma uteri
PENATALAKSANAAN
Rencana diagnostik

Observasi tanda vital

Rontgen thoraks, EKG

Konsul dokter penyakit dalam dan anastesi untuk persiapan operasi

Rencana Terapi

10

IVFD RL/12 jam

Rencana tindakan operatif

PROGNOSIS
Ad vitam

: dubia ad bonam

Ad sanationam

: dubia ad malam

Ad fungsionam

: ad malam

11

FOLLOW UP
Tanggal
07/01/15

Subjektf
Pasien

Objektif
KU :baik

Assesment
Penatalaksanaan
Mioma uteri -IVFD RL/12 jam

baru

Kesadaran :CM

dan

datang

TD: 156/96, N: 98x/menit, S:

ovarium

dengan

36,4C, RR: 23x/menit

P0A0,

Abdomen :

datang

Massa

dengan

abdomen bawah , permukaan

keluhan

dan rata.

benjolan

Genital :

keras

imobile

kista - Rencana OP

pada

keras NT Nyeri tekan kelenjar bartolini


(-) sejak 1 (-)
tahun

Hasil EKG: tidak ditemukan

yang lalu kelainan


dan
membesar
sejak
agustus
2014.
Perdarah
an (-)
Mual(-)
Muntah(-)
08/01/15

Sesak (-)
Keluhan

KU : baik

Mioma

uteri -IVFD RL/12 jam

sama.

Kesadaran : CM

dan

kista -Konsul Anestesi dan

Pendarah

TD: 156/96, N: 98x/menit, S: ovarium (pro

an

(-) 36,4C, RR: 23x/menit

Mual

(-)

muntah(-)

Abdomen :

sesak(-)

Massa abdomen bawah keras

operasi)

IPD untuk rencana


operasi

12

imobile, NT (-), permukaan


09/01/15

Keluhan

rata
T: 140/100, N: 100x/menit, S: Mioma

uteri -IVFD RL/12 jam

sama

36,8C, P: 23x/menit

Kista

dan

Abdomen : Massa abdomen ovarium (pre


bawah keras imobile, NT (-), operasi)
permukaan rata
10/01/15

11/01/15

Keluhan

T: 159/107, N: 102x/menit, S: - Mioma uteri -IVFD RL/12 jam

sama

36,4C, P: 21x/menit

dan

Abdomen : Massa abdomen

ovarium

bawah keras imobile, NT (-),

(pre

permukaan rata

operasi)

Kista

Keluhan

T: 159/116, N: 90x/menit, S: - Mioma uteri -IVFD RL/12 jam

sama

36,5C, RR: 20x/menit

dan

Kista

Abdomen : Massa abdomen ovarium (pre


bawah keras imobile, NT (-), operasi)
permukaan rata
12/01/15

Keluhan

T: 90/50, N: 60x/menit, S: - Mioma uteri - IVFD RL/12 jam

sama

36,7C, RR: 20x/menit


Abdomen : Massa abdomen

13/01/15

Kista

ovarium

bawah keras imobile, NT (-),

(pre

permukaan rata

operasi)

Keluhan T: 120/90, N: 88x/menit, S: - Persiapan


sama

14/01/15

dan

36,3C, RR: 16x/menit,

operasi

-Monitoring

tanda

vital

Abdomen : Massa abdomen

Rencana jaringan di

bawah keras imobile, NT (-),

periksakan (PA)

permukaan rata
T: 140/90, N: 90x/menit, S: - Post

- asam mefenamat 3x1

36,4C, RR: 20x/menit.

histerekto

-ceftriaxon 2x1

KA (-)/(-)

mi salpingo -metronidazole 2x1

13

oovorektom
15/01/15

i H+1
T: 145/90, N: 80x/menit, S: - Post

-asam mefenamat 3x1

36,3C, RR: 18x/menit,

histerekto

-ceftriaxon 2x1

KA (-)/(-)

mi salpingo -metronidazole 2x1


oovorekto

16/01/15

-ketorolac 4x1

-ketorolac 4x1

mi H+2
T: 140/90, N: 82x/menit, S: - Post

- Kontrol poliklinik 1

35,2C, RR: 21x/menit,

histerekto

minggu kemudian.

KA (-)/(-)

mi salpingo
oovorekto
mi H+3
- Rencana
pulang

14

BAB II
ANALISIS KASUS
Pada kasus ini, Ny. N, 39 tahun dengan diagnosis mioma uteri dan kista
endometriosis ovari sinistra merupakan diagnosis pasien yang ditegakkan
berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan tindakan
operatif.

Anamnesis
-

Berdasarkan anamnesa didapatkan data pasien berusia 39 tahun dan


belum pernah hamil. hal ini sesuai dengan presdisposisi penderita yaitu
lebih sering terjadi pada nulipara. Mioma uteri jarang terjadi pada usia
kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih
dari 40 tahun. Riwayat belum memiliki anak saat ini belum diketahui
apakah infertil menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri
yang menyebabkan infertil. Infertilitas karena mioma terjadi apabila
sarang mioma menutup atau menekan pars interstisialis tuba,
sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya abortus
karena distorsi rongga uterus.

Berdasarkan keluhan menunjukan adanya gambaran mioma uteri yaitu


gejala asimtomatis atau hanya disertai keluhan abdomen yang tidak
khas. Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat sarang mioma
(serviks, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan
dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang sering ditemukan antara lain
perdarahan abnormal, rasa nyeri (bukan gejala yang khas tetapi dapat
timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang
disertai nekrosis setempat dan peradangan), gejala dan tanda
penekanan (gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma
uteri. Penekanan pada kandung kemih menyebabkan poliuri, pada
uretra

dapat

menyebabkan

retensio

urin,

pada

ureter

dapat

15

menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat


menyebabkan obstipasi, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe
dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.

Pemeriksaan fisik
-

Pada abdomen terlihat benjolan pada perut bagian bawah. Tumor yang
keras, bentuh reguler, tidak mobile, tidak nyeri.

Pemeriksaan penunjang
-

Pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.

Kesan USG mioma uteri

Pemeriksaan rontgen thoraks dalam batas normal

Operatif
Tanggal operasi : 13 januari 2015
Operator : dr Hary P, SPOG, KFER
Ahli anestesi : dr Heru Sp.An
Diagnosa Pra Bedah : Mioma uteri
Diagnosa Pasca Bedah : Mioma uteri dan kista endometriosis ovarii
sinistra
Indikasi operasi : Mioma uteri
Jenis operasi : Histerektomi, Salpingo ooforektomi sinistra
Katergori operasi : Terencana

Prosedur operasi :
1. Penderita terbaring terlentang diatas meja operasi dengan anestesi
spinal.

16

2. Asepsis dan antisepsis medan operasi, tutup duk steril


3. Insisi linea mediana diperdalam lapis demi lapis sampai cavum uterina
4. Dilakukan identifikasi tuba kanan kiri, ovarium kanan kiri
5. Tampak kista coklat pada ovarium kiri
6. Kenali tuba dan ligamentum ovarii proprium klem potong
jahit
7. Uterus tampak membesar
8. Uterus di insisi dilakukan miomektomi dengan massa 8x8x8 cm
9. Kontrol perdarahan
10. Reperitonealisasi parietal
11. Alat dilepas dihitung lengkap, dinding abdomen dijahit lapis demi
lapis
12. Operasi selesai, KU baik
-

Pada operasi terlihat dijumpai massa kistik menempel ke dinding perut


berasal dari ovarium kiri.

Tidak dijumpai tanda-tanda malignancy ditunjukan dengan tidak


adanya pembesaran kelenjar kelenjar.

Belum dilakukan pemeriksaan patologi anatomi sehingga tidak didapat


diagnosis pasti.

DIAGNOSIS
Mioma uteri dan kista endometriosis ovarii sinistra

TERAPI
Cefotaxim 2x1 gr (iv)

17

Metronidazol 2x500 mg (iv)

18

19

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang


masih berfungsi terdapat diluar kavum uteri. Jaringan ini terdiri atas kelenjarkelenjar dan stroma. Kistaendometriosis adalah suatu jenis kista yang berasal dari
jaringan endometrium. Ukuran kista bisa bervariasi antara 0,4-4 inchi. Jika kista
mengalami ruptur, isi dari kista akan mengisi ovarium dan rongga pelvis.
Etiologi : teori tentang terjadinya endometriosis adalah sebagai berikut
1.

Teori retrograde menstruasi


Teori pertama yaitu teori Sampson. Teori retrograde menstruasi, juga
dikenal sebagai teori implantasi jaringan endometrium yang viable.
Teori didasari atas :
-

Terdapat darah haid berbalik melewati tuba falopii

Sel-sel endometrium yang mengalami refluks


tersebut hidup dalam rongga peritoneum

Sel-sel endometrium yang mengalami refluks


tersebut dapat menempel ke peritoneum dengan
melakukan invasi, implantasi da proliferasi.

Teori diatas berdasarkan :


-

Penelitian terkini dengan memakai laparoskopi saat


pasien sedang haid, ditemukan darah haid berbalik
dalam cairan peritoneum pada 75-90% wanita
dengan tuba falopii paten.

Sel-sel endometrium dari darah haid berbalik


tersebut diambil dari cairan peritoneum dan

20

dilakukan kultur sel ternyata ditemukan hidup dan


dapat

melekat

serta

menembus

permukaan

mesotelial dari peritoneum


-

Endometriosis lebih sering timbul pada wanita


dengan sumbatan
perempuan

kelainan mulerian

dengan

malformasi

daripada

yang

tidak

menyumbat saluran keluar dari darah haid


-

Insiden endometriosis meningkat pada wanita


dengan permulaan menarche, siklus haid yang
pendek atau menoragia

2. Teori metaplasia soelomik


Teori ini pertama kali diperkenalkan pada abad ke 20 oleh Meyer.
Teori ini menyatakan bahwa endometriosis berasal dari perubahan
metaplasia spontan dalam sel-sel mesotelial yang berasal dari epitel
soelom (terletak dalam peritoneum dan pleura). Perubahan metaplasia
ini dirangsang sebelumnya oleh beberapa faktor seperti infeksi,
hormonal dan rangsangan induksi lainnya.
3. Teori transplantasi langsung
Transplantasi langsung jaringan endometrium pada saat tindakan yang
kurang hati-hati seperti saat sectio sesaria, operasi bedah lain, atau
perbaikan episiotomi, dapat mengakibatkan timbulnya jaringan
endometriosis pada bekas parut oeprasi dan pada perineum bekas
perbaikan episiotomi tersebut.
4. Teori genetik dan imun
Semua teori diatas tidak dapat menjawab mengapa tidak semua wanita
yang mengalami menstruasi menderita endometriosis, mengapa pada
wanita tertentu penyakitnya berat, wanita lain tidak, dan juga tidak
dapat menerangkan beberapa tampilan dari lesi. Penelitian tentang

21

genetik

dan

fungsi

imun

wanita

dengan

endometriosis

dan

lingkungannya dapat menjawab pertanyaan diatas.


Lokasi endometriosis :
Menurut urutan tersering endometrium ditemukan ditempat-tempat sebagai
berikut :
1. Ovarium
2. Peritoneum dan ligamentum sakrouterinum, kavum dauglas, dinding
belakang uterus, tuba fallopii, plika vesikouterina, ligamnetum rotundum
dan sigmoid
3. Septum rektovaginal
4. Kanalis inguinalis
5. Appendiks
6. Umbilikus
7. Serviks uteri, vagina, kandung kecing, vulva, perineum
8. Parut laparotomi
9. Kelenjar limfe
10. Walaupun sangat jarang endometriosis dapat ditemukan dipaha, lengan,
pleura, dan perikardium.

22

Angka kejadian :
Kurang lebih selama 30 tahun ini menunjukkan angka kejadian yang meningkat.
5-15% dapat ditemukan diantara semua operasi pelviks. Banyak ditemui pada
wanita yang tidak menikah diusia muda dan tidak mempunyai banyak anak.
Patologi :
Lokasi yang paling sering adalah pada ovarium dan biasanya pada keduanya.
Tampak kista berisi darah menyerupai coklat (kista coklat atau endometriosis).
Darah tua dapat keluar sedikit-sedikit karena luka pada dinding kista, dan dapat
menyebabkan perlekatan antara permukaan ovarium dengan uterus, sigmoid dan
dinding pelvis. Kista coklat kadang-kadang dapat mengalir dalam jumlah banyak
kedalam rongga peritoneum karena robekan dinding kista, dan menyebabkan akut
abdomen.
Gambaran mikroskopis :
Ciri khas endometriosis : kelenjar-kelenjar dan stroma endometrium, dan
perdarahan bekas dan baru berupa eritrosit, pigmen hemosiderin, dan sel-sel
makrofag berisi hemosiderin. Disekitarnya tampak sel-sel radang dan jaringan ikat
sebagai reaksi dari jaringan normal disekitarnya (jaringan endometriosis).
Biasanya dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron, oleh karena itu
sarang-sarang endometriosis akan berdarah secara periodik yang akan
menyebabkan reaksi jaringan sekelilingnya meradang dan mengalami perlekatan.
Gambaran klinis :
1. Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan
selama haid
2. Dispareunia : endometriosis di kavum douglas
3. Nyeri saat defekasi (khususnya waktu haid) : endometriosis pada dinding
rektosigmoid
4. Poli-hipermenorea

23

5. Infertilitas
Gejala

presentase

Nyeri haid

62

Nyeri pelvik kronik

57

Dispareunia dalam

55

Keluhan intestinal siklik

48

Infertilitas

40

Diagnosis :
Atas dasar anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik pada
endometriosis dimulai dengan melakukan inspeksi pada vagina menggunakan
spekulum, yang dilanjutkan dengan pemeriksaan bimanual dan palpasi
rektovagina. Dikonfirmasi dengan laparoskopi, biopsi juga dapat memberi
kepastian mengenai dignosis.

Penatalaksanaan endometriosis
Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, pengawasan saja, terapi
hormonal, pembedahan, dan radiasi.
1. Observasi
Pada pasien asimptomatik atau dengan rasa nyeri ringan. Pada pasien
infertil dnegan kelainan ringan sebaiknya dilakukan terapi ekspektatif.
2. Terapi analgetik
24

NSAIDs berfungsi sebagai pengobatan paliatif untuk mengurangi rasa


nyeri
3. Terapi hormonal
Endometriosis dianggap sebagai penyakit yang bergantung pada estrogen,
sehingga salah satu pilihan pengobatan adalah dengan menekan hormon
menggunakan obat-obatan untuk mengobatinya.
Saat ini, pil kontrasepsi, progestin, GnRH agonis dan aromatase inhibitor
adalah jenis obat-obatan yang sering dipakai dalam tatalaksana
medikamentosa endometriosis. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
masing-masing obat tersebut setara dalam pengobatan endometriosis,
sehingga jenis obat yang digunakan harus mempertimbangkan preferensi
pasien, efek samping ,biaya dan ketersediaan obat tersebut.
a. Pil Kontrasepsi Kombinasi
Cara Kerja
Pil kontrasepsi kombinasi bekerja pada kelainan endometriosis dengan cara
menekan LH dan FSH serta mencegah terjadinya ovulasi dengan cara
menginduksi munculnya keadaan pseudo-pregnancy. Selain itu penggunaan pil
kontrasepsi kombinasi juga akan mengurangi aliran menstruasi, desidualisasi
implant endometriosis, dan meningkatkan apoptosis pada endometrium eutopik
pada wanita dengan endometriosis.
Pemilihan Jenis Pil Kontrasepsi
Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi merupakan pilihan yang efektif untuk
mengurangi gejala yang ditimbulkan oleh endometriosis. Terapi ini juga aman dan
dapat digunakan jangka panjang pada wanita yang tidak ingin memiliki anak dan
membutuhkan kontrasepsi.
b. Progestin
Cara kerja
Tidak seperti estrogen, progesteron memilik efek antimitotik terhadap sel
endometrium, sehingga memiliki potensi dalam pengobatan endometriosis.
Progestin turunan 19-nortestosteron seperti dienogest memiliki kemampuan utnuk
menghambat enzim aromatase dan ekspresi COX-2 dan produksi PGE2 pada
kultur sel endometriosis.

25

Pemilihan jenis progestin


Preparat progestin terdapat dalam bentuk preparat oral, injeksi dan LNG-IUS.
Selain bentuk, preparat progestin juga dapat dibagi menjadi turunan progesteron
alami

(didrogesteron,

medroksiprogesteron

asetat)

dan

turunan

C-19-

nortestosteron (noretisteron, linestrenol, desogestrel).39


Noretindron asetat, 5 sampai 20 mg per hari, efektif pada sebagian besar pasien
dalam meredakan dismenorea dan nyeri panggul menahun. Efek samping yang
ditimbulkan termasuk nyeri payudara dan perdarahan luruh. Progestin
intramuskular dan subkutan yang diberikan setiap 3 bulan diketahui efektif dalam
menekan gejala endometriosis.39 Levonorgestrel 20 mg per hari yang terkandung
dalam LNG-IUS akan berefek pada atrofi endometrium dan amenorea pada 60%
pasien tanpa menghambat ovulasi.40 Didrogesteron 5-10 mg per hari sampai
dengan 4 bulan telah diteliti efektif untuk meredakan gejala endometriosis.
c. Danazol
Danazol adalah androgen lemah yang merupakan derivat dari isoxazole 17
ethinyl testosterone.
Mekanisme kerja obat :
1. Danazole bekerja pada level hipotalamus untuk mencegah lepasnya
gonadotropin, sehingga mencegah keluarnya FSH dan LH
2. Danazol mencegah aktivitas enzim steroidogenesis dalam ovarium
sehingga terjadi suasanan yang hipoestrogenik yang menambah efek
androgenik dari danazole untuk mencegah pertumbuhan endometrium
d. Gestrinone
Berperan untuk menekan FSH dan LH
Terapi pembedahan :
Adanya jaringan ovarium yang berfungsi merupakan syarat mutlak untuk
tumbuhnya endometriosis. Oleh karena itu, saat dilakukan pembedahan, harus
dapat menentukan apakah fungsi ovarium harus dipertahankan atau dapat
dihentikan.
Pembedahan konservatif dapat dilakukan dengan dua cara pendekatan, yaitu
laparotomi atau laparoskopi operatif.

26

Pembedahan radikal dilakukan pada wanita dengan endometriosis yang umurnya


hampir 40 tahun atau lebih, dan disertai banyak keluhan. Contohnya :
histerektomi total, salpingo-ooforektomi bilateral. Akan tetapi pada wanita kurang
dari 40 tahundapat dipertimbangkan untuk meninggalkan sebagian dari jaringan
ovarium yang sehat. Hal ini mencegah agar tidak terlalu cepat timbul gejala
menopause dan mengurangi kecepatan timbulnya osteoporosis.
Anatomi Ovarium
Wanita pada umumnya memiliki dua indung telur kanan dan kiri, yang
dengan mesovarium menggantung di bagian belakang ligamentum latum, kiri dan
kanan. Ovarium adalah kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran
panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm.

Gambar 1. Anatomi Ovarium

Pinggir atasnya atau hilusnya berhubungan dengan mesovarium tempat


ditemukannya pembuluh-pembuluh darah dan serabut-serabut saraf untuk
ovarium. Pinggir bawahnya bebas. Permukaan belakangnya pinggir keatas dan
belakang , sedangkan permukaan depannya ke bawah dan depan.Ujung yang
dekat dengan tuba terletak lebih tinggi daripada ujung yang dekat pada uterus, dan
tidak jarang diselubungi oleh beberapa fimbria dari infundibulum.

27

Ujung ovarium yang lebih rendah berhubungan dengan uterus dengan


ligamentum ovarii proprium tempat ditemukannya jaringan otot yang menjadi
satu dengan yang ada di ligamentum rotundum. Embriologik kedua ligamentum
berasal dari gubernakulum.

Gambar 2. Ovarium dan folikel-folikel dalam berbagai tingkat perkembangan

Struktur ovarium terdiri atas:


1. korteks disebelah luar yang diliputi oleh epitelium germinativum yang

berbentuk kubik dan di dalam terdiri dari stroma serta folikel-folikel


primordial
2. medulla di sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma dengan

pembuluh-pembuluh darah, serabut-serabut saraf dan sedikit otot polos.

Diperkirakan pada wanita terdapat kira-kira 100.000 folikel primer. Tiap


bulan satu folikel akan keluar, kadang-kadang dua folikel, yang dalam
perkembangannya akan menjadi folikel de Graff. Folikel-folikel ini merupakan
badian terpenting dari ovarium dan dapat dilihat di korteks ovarii dalam letak
yang beraneka ragam dan pula dalam tingkat-tingkat perkembangan dari satu sel
telur dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel saja sampai menjadi folikel de Graff yang

28

matang terisi dengan likuor folikulli, mengandung estrogen dan siap untuk
berovulasi.
Folikel de Graff yang matang terdiri atas :
1. ovum, yakni suatu sel besar dengan diameter 0,1 mm, yang mempunyai
nukleus dengan anyaman kromatin yang jelas sekali dan satu nukleolus
pula;
2. stratum granulosum yang terdiri atas sel-sel granulosa, yakni sel-sel bulat
kecil dengan inti yang jelas pada pewarnaan dan mengelilingi ovum ; pada
perkembangan lebih lanjut terdapat ditengahnya suatu rongga terisi likuor
follikuli;
3. teka interna, suatu lapisan yang melingkari stratum granulosum dengan
sel-sel yang lebih kecildaripada sel granulosa;
4. teka eksterna, terbentuk oleh stroma ovarium yang terdesak.

Pada ovulasi, folikel yang yang matang dan yang mendekati permukaan
ovarium pecah dan melepaskan ovum ke rongga perut. Sel-sel granulosa yang
melekat pada ovum dan yang membentuk korona radiata bersama-sama ovum ikut
dilepas. Sebelum dilepas, ovum mulai mengalami pematangan dalam dua tahap
sebagai persiapan untuk dapat dibuahi.
Setelah

ovulasi,

sel-sel

stratum

granulosum

di

ovarium

mulai

berproliferasi dan masuk ke ruangan bekas tempat ovum dan likuor follikuli.
Demikian pula jaringan ikat dan pembuluh-pembuluh darah kecil yang ada di situ.
Biasanya timbul perdarahan sedikit, yang menyebabkan bekas folikel diberi nama
korpus rubrum. Umur korpus rubrum ini hanya sebentar. Di dalam sel-selnya
timbul pigmen kuning, dan korpus rubrum menjadi korpus luteum. Sel-selnya
membesar dan mengandung lutein dengan banyak kapiler dan jaringan ikat
diantaranya.
Di tengah-tengah masih terdapat bekas perdarahan. Jika tidak ada pembuahan
ovum, sel-sel yang besar serta mengandung lutein mengecil dan menjadi atrofik,
sedangkan jaringan ikatnya bertambah. Korpus luteum lambat laun menjadi

29

korpus albikans. Jika pembuahan terjadi , korpus luteum tetap ada, malahan
menjadi lebih besar, sehingga mempunyai diameter 2.5 cm pada kehamilan 4
bulan
Mioma Uteri
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat yang menumpangnya. Merupakan jenis tumor uterus yang paling sering,
dapat bersifat tunggal, ganda, dapat mencapai ukuran besar, biasanya banyak
terdapat pada usia reproduksi.
Klasifikasi :
Klasifikasi mioma dapat dibagi berdasarkan letaknya :
1. Mioma submukosum : terletak dibawah endometrium dan menonjol
kedalam rongga uterus. Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai
menjadi polip, kemudian dapat menonjol melaui saluran serviks (myom
geburt).
2. Mioma intramural : mioma terdapat di dinding uterus diantara serabut
miometrium.
3. Miom subserous : apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga
menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa. Pertumbuhan ke
arah lateral dapat berada didalam ligamentum latum dan disebut sebagai
mioma intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga
peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau
mesentrium disekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah di ambil
alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan
terputus, sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor
yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma ini dikenal dengan jenis
parasitik (wandering/parasitic fibroid).

30

Etiologi :
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
tumor disamping predisposisi genetik adalah estrogen, progesteron dan human
growth hormon.
Perubahan sekunder :
1. Atrofi : sesudah menopause atau pun sesudah kehamilan mioma uteri
menjadi kecil
2. Degenerasi hialin : perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita
berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat
meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil daripadanya seolah-olah
memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
3. Degenerasi kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana
sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan
yang

tidak

teratur

berisi

seperti

agar-agar,

dapat

juga

terjadi

pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai


limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan
dari kista ovarium atau suatu kehamilan.

31

4. Degenerasi membatu (calcireous degeneration) : terutama terjadi pada


wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan sirkulasi. Dengan
adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma
menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.
5. Degenerasi merah (carneous degeneration) : perubahan ini biasanya terjadi
pada kehamilan dan nifas. Patogenesis :

diperkirakan karena suatu

nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat


dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan
oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas
apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam,
kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan.
Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau
mioma bertangkai.
6. Degenerasi lemak : jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.

Komplikasi :
Degenerasi ganas :
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari
seluruh mioma. Serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan
umumnya baru ditemukan pada histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan
akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi
pembesaran sarang mioma dalam menopause.
Torsi :
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi
akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen
akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal ini
hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang
mioma dalam rongga peritoneum. Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan

32

infeksi yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya


terjadi pada mioma yang dilahirkan hingga perdarahan berupa metroragia atau
menoragia disertai leukore dan gangguan-gangguan yang disebabkan oleh infeksi
dari uterus sendiri.
Gejala dan tanda :
Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada
(serviks, intramural submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan
komplikasi yang terjadi.
Gejala tersebut dapat di golongkan sebagai berikut :

Perdarahan abnormal

Rasa nyeri

Gejala dan tanda penekanan

Diagnosis :
Seringkali pasien mengalami rasa berat dan adanya benjolan pada perut bagian
bawah. Pemeriksaan bimanual akan mengungkapkan tumor padat uterus, yang
umumnya terletak di garis tengah ataupun agak ke samping, seringkali teraba
benjolan. Mioma intramural akan menyebabkan kavum uteri menjadi luas, yang
ditegakkan dengan pemeriksaan menggunakan uterus sonde. Pemeriksaan
sonografi pelvik dan magnetic resonance imaging (MRI) dapat mendeteksi mioma
uteri. Diagnosa mioma uteri ditegakkan berdasarkan :
e. Anamnesis : pemebsaran disertai pendesakan pada abdomen,
perdarahan, dan infertilitas
f.

Pemeriksaan fisik : pembesaran pada abdomen, anemia.

g. Pemeriksaan penunjang : USG, sonde uterus, laboratorium tes


kehamilan.

33

34

Penatalaksanaan :
Penanganan mioma tergantung pada paritas, lokasi dan ukuran tumor. Penanganan
konservatif adalah sebagai berikut :
a. Observasi dengan pemeriksaan pelvic, periodik setiap 3-6 bulan
b. Bila anemia transfusi PRC
c. Pemberian zat besi
d. Penggunaan agonis GnRH leuprolit asetat 3,75 mg pada hari 1-3
menstruasi setiap minggu sebanyak 3x.
Pengobatan operatif :
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus.
Dapat dilakukan misalnya pada mioma submukosum pada myom geburt dengan
cara ekstirpasi lewat vagina.
Sekitar

25-35%

pasien

memerlukan

histerektomi.

Histerektomi

adalah

pengangkatan uterus. Dapat dilakukan bisa pasien tidak menginginkan anak lagi
dan pada pasien yang memiliki mioma yang simptomatik.
Radioterapi :

35

Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita
mengalami menopause. Radioterapi hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan
uterus.

DAFTAR PUSTAKA

Moeloek FA, Nuranna L, Wibowo N, Purbadi S. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan
Ginekologi. Jakarta : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia; 2006. p.130.
Sastrawinata, Sulaiman. dkk. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi. Edisi
2. Jakarta: EGC hal :104.
Wiknjosastro H. Tumor Jinak Pada Alat Genital Dalam Buku Ilmu Kandungan Edisi 2.,
editor:

Saifuddin

A.B,dkk.

Jakarta:

Yayasan

Bina

Pustaka

Sarwono

Prawirohardjo.2005: 345-346.
Wiknjosastro, Hanifa. dkk. 2007. Ilmu Kandungan. Edisi 2.Cetakan 5. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal : 346 362.
Pedoman nasional pelayanan kesehatan : konsesus nyeri endometriosis

36

You might also like