Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Galuh Ajeng Firsty
14102210064
Pembimbing :
dr. Hary Purwoko, SpOG, KFER
Presentasi Kasus
Mioma uteri dan Kista endometriosis ovarii sinistra pada P0A0
Disusun Oleh :
Galuh Ajeng Firsty
14102210064
Tanda Tangan
Tanggal
Mengesahkan :
Koordinator Kepaniteraan Ilmu Kebidanan dan Kandungan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul MIOMA
UTERI DAN KISTA ENDOMETRIOSIS OVARII SINISTRA PADA P0A0. Laporan ini
dibuat untuk memenuhi salah satu syarat ujian Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu
Kandungan dan Kebidanan di RSUD Ambarawa.
Penyusunan laporan ini dapat terselesaikan tak lepas dari pihak-pihak yang telah
banyak membantu penulis dalam merampungkan laporan ini. Untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS
( autoanamnesis tanggal 7 januari 2015 pukul 14.00 WIB)
I.
Identitas
IDENTITAS PASIEN
Nama
:
Jenis Kelamin :
Umur
:
Pendidikan
:
Pekerjaan
:
Agama
:
Suku/bangsa :
Alamat
:
Tgl. Masuk RS:
MR
:
IDENTITAS SUAMI
Nama
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
Alamat
:
:
:
:
:
:
Ny. N
Perempuan
39 tahun
SMP
Ibu Rumah Tangga
Islam
Jawa
POLOBOGO 3/1 GETASAN
07 Januari 2015 pukul 14.00 WIB
071911
M
49 tahun
SMU
Buruh harian
Islam
POLOBOGO 3/1 GETASAN
II.
Keluhan Utama
Pasien datang ke poli kandungan tanggal 07 Januari 2015 dengan keluhan
teraba benjolan keras pada perut bagian bawah yang semakin membesar sejak
agustus 2014.
III.
Keluhan Tambahan
Pasien mengeluhkan lebih sering BAK sejak agustus 2014. Pasien juga
mengeluhkan apabila makan banyak pasien merasa sesak. Keluhan demam,
batuk, pilek, mual, muntah, perdarahan, keputihan, penurunan nafsu makan
dan keluhan BAB disangkal oleh pasien.
VII.
Riwayat Penyakit Keluarga
Kedua orang tua pasien dikatakan tidak memiliki riwayat hipertensi dan
diabetes mellitus.
VIII.
Riwayat Obstetrik
Paisen memiliki riwayat obstetrik P0A0. Pasien mengaku belum pernah
hamil, selama pasien menikah. Pasien sudah menikah selama 10 tahun.
IX.
X.
XI.
Riwayat Ginekologi
Pasien mengaku tidak mengalami keputihan
Pasien mengaku tidak mengalami dismenorea
Pasien belum mengalami menopause
Mensturasi
Menarche
Siklus
Lamanya haid
Dismenorea
: 12 tahun
: 28 hari
: 6 hari
: Negatif
Riwayat Pernikahan
6
PEMERIKSAAN FISIK
a) Keadaan Umum
: Pasien tampak sakit ringan
b) Kesadaran
: Compos Mentis
c) Tanda-tanda Vital
Nadi
: 98x/ menit
Suhu
: 36,4 C
Nafas
: 23x/ menit
Tekanan Darah: 156/96 mmHg
d) Kepala
: Normocephal
e) Mata
: CA-/-, SI-/-, mata cekung (-)
f) THT
: Faring hiperemis (-),T1/T1
g) Leher
: Tidak teraba pembesaran dan nyeri tekan
h) Thorax
: Pengembangan simetris, retraksi (-)
i) Pulmo
: Suara nafas vesikular, Rh-/-, Wh-/j) Jantung
: S1,S2 reguler, bising (-)
k) Abdomen
Inspeksi
: Tidak terdapat lesi pada kulit abdomen
Auskultasi
: Bising usus (+) normal
Palpasi
Perkusi
Genitalia
Inspeksi
Palpasi
m)
n)
Anus
Ektremitas
pada vagina.
: Tidak ada nyeri tekan pada kelenjar
bartholin.
: Tidak ada kelainan
: Akral hangat, edema (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG
Sinus Rhythm dan normal ECG
USG :
Tampak massa pada uterus dan ovarium
Rontgen Thoraks PA
Cor : bentuk dan letak normal
Pulmo : corakan meningkat kasar
Tak tampak bercak
Kedua sinus lancip
Kesan :
Laboratorium Darah
Hasil
Nilai normal
Hemoglobin
14.7
12.5-15.5
Leukosit
14.0 (h)
4-10
Eritrosit
5.27
3.8-5.4
Hematokrit
45.2
35-47
MCV
85.8
82-98
MCH
27.9
>=27
8
MCHC
32.5
32-36
RDW
13.1
10-16
Trombosit
265
150-400
PDW
14.3
10-18
MPV
8.0
7-11
Limfosit
4.4
1.0-4.5
Monosit
0.6
0.2-1.0
Granulosit
9.0 (h)
2-4
Limfosit%
31.2
25-40
Monosit%
4.5
2-
Granulosit%
64.3
50-80
PCT
0.212
0.2-0.5
PTT
9.3
9.7-13.1
APTT
28.4
23.9-39.8
INR
0.82
Golongan Darah
Blood Chemistry
Hasil
Nilai Normal
SGOT (AST)
18
0-35
SGPT (ALT)
16
0-35
Ureum
19.6
10-50
Kreatinin
0.44
0.45-0.75
Glukosa Sewaktu
82
70-100
Tabel 3 : serologi
Pemeriksaan
Hasil
HBsAg
Non reactive
Nilai Normal
RESUME
Pasien perempuan usia 39 tahun dengan P0A0 datang ke poli pada tanggal
07 Januari 2015 dengan keluhan terdapat benjolan keras tidak nyeri pada perut
bagian bawah sejak 1 tahun yang lalu dan semakin membesar sejak agustus 2014.
Pasien mengeluhkan lebih sering BAK. Keluhan lainnya seperti demam,
batuk, pilek, diare, mual, muntah, sesak nafas, perdarahan, keputihan, penurunan
nafsu makan dan keluhan BAB disangkal oleh pasien.
Pada pemeriksaan fisik status generalisnya dalam batas normal. Lalu pada
pemeriksaan abdomen didapatkan dinding abdomen supel, teraba massa keras
pada abdomen bawah, permukaan rata dan tidak licin, tidak mobile, tidak nyeri
tekan. Saat diperkusi redup pada bagian bawah.
Pada pemeriksaan darah dan urin dalam batas normal.
DIAGNOSIS
Mioma uteri
PENATALAKSANAAN
Rencana diagnostik
Rencana Terapi
10
PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad sanationam
: dubia ad malam
Ad fungsionam
: ad malam
11
FOLLOW UP
Tanggal
07/01/15
Subjektf
Pasien
Objektif
KU :baik
Assesment
Penatalaksanaan
Mioma uteri -IVFD RL/12 jam
baru
Kesadaran :CM
dan
datang
ovarium
dengan
P0A0,
Abdomen :
datang
Massa
dengan
keluhan
dan rata.
benjolan
Genital :
keras
imobile
kista - Rencana OP
pada
Sesak (-)
Keluhan
KU : baik
Mioma
sama.
Kesadaran : CM
dan
Pendarah
an
Mual
(-)
muntah(-)
Abdomen :
sesak(-)
operasi)
12
Keluhan
rata
T: 140/100, N: 100x/menit, S: Mioma
sama
36,8C, P: 23x/menit
Kista
dan
11/01/15
Keluhan
sama
36,4C, P: 21x/menit
dan
ovarium
(pre
permukaan rata
operasi)
Kista
Keluhan
sama
dan
Kista
Keluhan
sama
13/01/15
Kista
ovarium
(pre
permukaan rata
operasi)
14/01/15
dan
operasi
-Monitoring
tanda
vital
Rencana jaringan di
periksakan (PA)
permukaan rata
T: 140/90, N: 90x/menit, S: - Post
histerekto
-ceftriaxon 2x1
KA (-)/(-)
13
oovorektom
15/01/15
i H+1
T: 145/90, N: 80x/menit, S: - Post
histerekto
-ceftriaxon 2x1
KA (-)/(-)
16/01/15
-ketorolac 4x1
-ketorolac 4x1
mi H+2
T: 140/90, N: 82x/menit, S: - Post
- Kontrol poliklinik 1
histerekto
minggu kemudian.
KA (-)/(-)
mi salpingo
oovorekto
mi H+3
- Rencana
pulang
14
BAB II
ANALISIS KASUS
Pada kasus ini, Ny. N, 39 tahun dengan diagnosis mioma uteri dan kista
endometriosis ovari sinistra merupakan diagnosis pasien yang ditegakkan
berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan tindakan
operatif.
Anamnesis
-
dapat
menyebabkan
retensio
urin,
pada
ureter
dapat
15
Pemeriksaan fisik
-
Pada abdomen terlihat benjolan pada perut bagian bawah. Tumor yang
keras, bentuh reguler, tidak mobile, tidak nyeri.
Pemeriksaan penunjang
-
Operatif
Tanggal operasi : 13 januari 2015
Operator : dr Hary P, SPOG, KFER
Ahli anestesi : dr Heru Sp.An
Diagnosa Pra Bedah : Mioma uteri
Diagnosa Pasca Bedah : Mioma uteri dan kista endometriosis ovarii
sinistra
Indikasi operasi : Mioma uteri
Jenis operasi : Histerektomi, Salpingo ooforektomi sinistra
Katergori operasi : Terencana
Prosedur operasi :
1. Penderita terbaring terlentang diatas meja operasi dengan anestesi
spinal.
16
DIAGNOSIS
Mioma uteri dan kista endometriosis ovarii sinistra
TERAPI
Cefotaxim 2x1 gr (iv)
17
18
19
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
20
melekat
serta
menembus
permukaan
kelainan mulerian
dengan
malformasi
daripada
yang
tidak
21
genetik
dan
fungsi
imun
wanita
dengan
endometriosis
dan
22
Angka kejadian :
Kurang lebih selama 30 tahun ini menunjukkan angka kejadian yang meningkat.
5-15% dapat ditemukan diantara semua operasi pelviks. Banyak ditemui pada
wanita yang tidak menikah diusia muda dan tidak mempunyai banyak anak.
Patologi :
Lokasi yang paling sering adalah pada ovarium dan biasanya pada keduanya.
Tampak kista berisi darah menyerupai coklat (kista coklat atau endometriosis).
Darah tua dapat keluar sedikit-sedikit karena luka pada dinding kista, dan dapat
menyebabkan perlekatan antara permukaan ovarium dengan uterus, sigmoid dan
dinding pelvis. Kista coklat kadang-kadang dapat mengalir dalam jumlah banyak
kedalam rongga peritoneum karena robekan dinding kista, dan menyebabkan akut
abdomen.
Gambaran mikroskopis :
Ciri khas endometriosis : kelenjar-kelenjar dan stroma endometrium, dan
perdarahan bekas dan baru berupa eritrosit, pigmen hemosiderin, dan sel-sel
makrofag berisi hemosiderin. Disekitarnya tampak sel-sel radang dan jaringan ikat
sebagai reaksi dari jaringan normal disekitarnya (jaringan endometriosis).
Biasanya dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron, oleh karena itu
sarang-sarang endometriosis akan berdarah secara periodik yang akan
menyebabkan reaksi jaringan sekelilingnya meradang dan mengalami perlekatan.
Gambaran klinis :
1. Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan
selama haid
2. Dispareunia : endometriosis di kavum douglas
3. Nyeri saat defekasi (khususnya waktu haid) : endometriosis pada dinding
rektosigmoid
4. Poli-hipermenorea
23
5. Infertilitas
Gejala
presentase
Nyeri haid
62
57
Dispareunia dalam
55
48
Infertilitas
40
Diagnosis :
Atas dasar anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik pada
endometriosis dimulai dengan melakukan inspeksi pada vagina menggunakan
spekulum, yang dilanjutkan dengan pemeriksaan bimanual dan palpasi
rektovagina. Dikonfirmasi dengan laparoskopi, biopsi juga dapat memberi
kepastian mengenai dignosis.
Penatalaksanaan endometriosis
Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, pengawasan saja, terapi
hormonal, pembedahan, dan radiasi.
1. Observasi
Pada pasien asimptomatik atau dengan rasa nyeri ringan. Pada pasien
infertil dnegan kelainan ringan sebaiknya dilakukan terapi ekspektatif.
2. Terapi analgetik
24
25
(didrogesteron,
medroksiprogesteron
asetat)
dan
turunan
C-19-
26
27
28
matang terisi dengan likuor folikulli, mengandung estrogen dan siap untuk
berovulasi.
Folikel de Graff yang matang terdiri atas :
1. ovum, yakni suatu sel besar dengan diameter 0,1 mm, yang mempunyai
nukleus dengan anyaman kromatin yang jelas sekali dan satu nukleolus
pula;
2. stratum granulosum yang terdiri atas sel-sel granulosa, yakni sel-sel bulat
kecil dengan inti yang jelas pada pewarnaan dan mengelilingi ovum ; pada
perkembangan lebih lanjut terdapat ditengahnya suatu rongga terisi likuor
follikuli;
3. teka interna, suatu lapisan yang melingkari stratum granulosum dengan
sel-sel yang lebih kecildaripada sel granulosa;
4. teka eksterna, terbentuk oleh stroma ovarium yang terdesak.
Pada ovulasi, folikel yang yang matang dan yang mendekati permukaan
ovarium pecah dan melepaskan ovum ke rongga perut. Sel-sel granulosa yang
melekat pada ovum dan yang membentuk korona radiata bersama-sama ovum ikut
dilepas. Sebelum dilepas, ovum mulai mengalami pematangan dalam dua tahap
sebagai persiapan untuk dapat dibuahi.
Setelah
ovulasi,
sel-sel
stratum
granulosum
di
ovarium
mulai
berproliferasi dan masuk ke ruangan bekas tempat ovum dan likuor follikuli.
Demikian pula jaringan ikat dan pembuluh-pembuluh darah kecil yang ada di situ.
Biasanya timbul perdarahan sedikit, yang menyebabkan bekas folikel diberi nama
korpus rubrum. Umur korpus rubrum ini hanya sebentar. Di dalam sel-selnya
timbul pigmen kuning, dan korpus rubrum menjadi korpus luteum. Sel-selnya
membesar dan mengandung lutein dengan banyak kapiler dan jaringan ikat
diantaranya.
Di tengah-tengah masih terdapat bekas perdarahan. Jika tidak ada pembuahan
ovum, sel-sel yang besar serta mengandung lutein mengecil dan menjadi atrofik,
sedangkan jaringan ikatnya bertambah. Korpus luteum lambat laun menjadi
29
korpus albikans. Jika pembuahan terjadi , korpus luteum tetap ada, malahan
menjadi lebih besar, sehingga mempunyai diameter 2.5 cm pada kehamilan 4
bulan
Mioma Uteri
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat yang menumpangnya. Merupakan jenis tumor uterus yang paling sering,
dapat bersifat tunggal, ganda, dapat mencapai ukuran besar, biasanya banyak
terdapat pada usia reproduksi.
Klasifikasi :
Klasifikasi mioma dapat dibagi berdasarkan letaknya :
1. Mioma submukosum : terletak dibawah endometrium dan menonjol
kedalam rongga uterus. Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai
menjadi polip, kemudian dapat menonjol melaui saluran serviks (myom
geburt).
2. Mioma intramural : mioma terdapat di dinding uterus diantara serabut
miometrium.
3. Miom subserous : apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga
menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa. Pertumbuhan ke
arah lateral dapat berada didalam ligamentum latum dan disebut sebagai
mioma intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga
peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau
mesentrium disekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah di ambil
alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan
terputus, sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor
yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma ini dikenal dengan jenis
parasitik (wandering/parasitic fibroid).
30
Etiologi :
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
tumor disamping predisposisi genetik adalah estrogen, progesteron dan human
growth hormon.
Perubahan sekunder :
1. Atrofi : sesudah menopause atau pun sesudah kehamilan mioma uteri
menjadi kecil
2. Degenerasi hialin : perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita
berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat
meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil daripadanya seolah-olah
memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
3. Degenerasi kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana
sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan
yang
tidak
teratur
berisi
seperti
agar-agar,
dapat
juga
terjadi
31
Komplikasi :
Degenerasi ganas :
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari
seluruh mioma. Serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan
umumnya baru ditemukan pada histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan
akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi
pembesaran sarang mioma dalam menopause.
Torsi :
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi
akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen
akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal ini
hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang
mioma dalam rongga peritoneum. Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan
32
Perdarahan abnormal
Rasa nyeri
Diagnosis :
Seringkali pasien mengalami rasa berat dan adanya benjolan pada perut bagian
bawah. Pemeriksaan bimanual akan mengungkapkan tumor padat uterus, yang
umumnya terletak di garis tengah ataupun agak ke samping, seringkali teraba
benjolan. Mioma intramural akan menyebabkan kavum uteri menjadi luas, yang
ditegakkan dengan pemeriksaan menggunakan uterus sonde. Pemeriksaan
sonografi pelvik dan magnetic resonance imaging (MRI) dapat mendeteksi mioma
uteri. Diagnosa mioma uteri ditegakkan berdasarkan :
e. Anamnesis : pemebsaran disertai pendesakan pada abdomen,
perdarahan, dan infertilitas
f.
33
34
Penatalaksanaan :
Penanganan mioma tergantung pada paritas, lokasi dan ukuran tumor. Penanganan
konservatif adalah sebagai berikut :
a. Observasi dengan pemeriksaan pelvic, periodik setiap 3-6 bulan
b. Bila anemia transfusi PRC
c. Pemberian zat besi
d. Penggunaan agonis GnRH leuprolit asetat 3,75 mg pada hari 1-3
menstruasi setiap minggu sebanyak 3x.
Pengobatan operatif :
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus.
Dapat dilakukan misalnya pada mioma submukosum pada myom geburt dengan
cara ekstirpasi lewat vagina.
Sekitar
25-35%
pasien
memerlukan
histerektomi.
Histerektomi
adalah
pengangkatan uterus. Dapat dilakukan bisa pasien tidak menginginkan anak lagi
dan pada pasien yang memiliki mioma yang simptomatik.
Radioterapi :
35
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita
mengalami menopause. Radioterapi hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan
uterus.
DAFTAR PUSTAKA
Moeloek FA, Nuranna L, Wibowo N, Purbadi S. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan
Ginekologi. Jakarta : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia; 2006. p.130.
Sastrawinata, Sulaiman. dkk. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi. Edisi
2. Jakarta: EGC hal :104.
Wiknjosastro H. Tumor Jinak Pada Alat Genital Dalam Buku Ilmu Kandungan Edisi 2.,
editor:
Saifuddin
A.B,dkk.
Jakarta:
Yayasan
Bina
Pustaka
Sarwono
Prawirohardjo.2005: 345-346.
Wiknjosastro, Hanifa. dkk. 2007. Ilmu Kandungan. Edisi 2.Cetakan 5. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal : 346 362.
Pedoman nasional pelayanan kesehatan : konsesus nyeri endometriosis
36