You are on page 1of 33

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Otitismedia

(OM)

adalah peradangan pada telinga tengah yang bersifat


atau

tiba-tiba.

Telinga

tengah

adalah

organ

yang

akut

memiliki

penghalang yang biasanya dalam keadaan steril. Bila terdapat


infeksi bakteri pada nasofaring dan faring, secara alamiah terdapat
mekanisme

pencegahan

penjalaran

bakteri

memasuki

telinga

tengah oleh enzim pelindung dan bulu-bulu halus yang dimiliki oleh
tuba eustachii. OM ini terjadi akibat tidak berfungsinya system
pelindung tersebut. Sumbatan dan peradangan pada tuba eustachii
merupakan faktor utama terjadinya otitis media. Pada anak-anak,
semakin

seringnya

terserang

infeksi

saluran

pernapasan

atas,kemungkinan terjadinya Otitis media juga semakin besar. Dan


pada bayi terjadinya OM dipengaruhi karena tuba eustachiusnya
pendek, lebar, dan letaknya agak horizontal (Soepardi dkk, 2007).
Epidemiologi

seluruh

1 tahun sekitar

dunia

terjadinya

62%, sedangkan

otitis

anak-anak

media

berusia

berusia
3

tahun

sekitar 83% (Zackzouk, 2001). Di Amerika Serikat, diperkirakan


75% anak mengalami minimal satu episode otitis media sebelum
usia 3 tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya tiga
kali atau lebih. Di Inggris setidaknya 25% anak mengalami minimal
satu episode sebelum usia 10 tahun. insiden OM tertinggi t
erjadi pada

usia 2 tahun pertama kehidupan, dan yang kedua

pada waktu berusia 5 tahun bersamaan dengan anak masuk


sekolah (Abidin, 2008).
Resiko

kekambuhan

faktor,antara

otitis media
lain

terjadi pada
usia

tahun, otitis prone (pasien yang mengalami otitis


kali

pada
1

beberapa
<5
pertama
usia

<6 bulan,3kali dalam 6 bulan terakhir), infeksi pernapasan,


perokok, dan laki-laki (Abidin, 2008; Casselbrent,2005).
Merujuk dari permasalahan yang telah dipaparkan tersebut
tentang penyakit OM yang pada umumnya sering terjadi di negara
berkembang dan salah satunya Indonesia, dan disertai kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang penyakit ini, maka penulis tertarik
untuk menulis makalah tentang Otitis Media
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi, etiologi, klasifikasi pada pasien dengan kasus
tentang otitis media ?
2. Bagaimana, tanda gejala, manifestasi klinis, patofisiologi, dengan
kasus otitis media ?
3. Bagaimana pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan terapi, dan
managemen pada kasus otitis media ?
4. Bagaimana

perawatan

traumatik,

komplikasi,

pertimbangan

perawatan pada kasus otitis media ?


C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi, etiologi, klasifikasi pada
kasus otitis media
2. Mahasiswa dapat mengetahui tanda gejala, manifestasi klinis,
patofisiologi, pada kasus otitis media.
3. Mahasiswa
dapat
mengetahui
pemeriksaan

diagnostik,

penatalaksanaan terapi, dan manegemen pada kasus otitis


media.
4. Mahasiswa dapat mengetahui perawatan traumatik, komplikasi,
pertimbangan perawatan pada kasus otitis media

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Otitis media ( OM ) adalah salah satu penyakit paling umum pada
anak usia dini ( kline, 1999 ). Kejadian tertinggi pada anak usia 6 bulan
sampai 2 tahun; kemudian secara bertahap menurut sesuai dengan
usia kecuali untuk peningkatan kecil pada usia 5 atau 6 tahun saat
masuk sekolah. Anak laki-laki usia prasekolah lebih sering terkena
dibandingkan anak perempuan usia prasekolah. Insiden otitis media
akut ( AOM ) paling tinggi di musim dingin. Anak-anak di rumah tangga
dengan jumlah anggota keluarga yang banyak ( terutama perokok )
lebih mungkin untuk memiliki OM dari mereka yang hidup yang orang
yang lebih sedikit, dan anak-anak yang memiliki saudara kandung atau
orang tua dengan riwayat OM yang memiliki insiden yang lebih tinggi
dari pada mereka yang tidak.
Perokok pasif telah di tetapkan sebagai faktor yang signifikan dalam
pengembangan OM. Menghirup asap tembakau dapat meningkatkan
resiko dari tertutupnya saluran eustachius, dengan melakukan fungsi
mukosiliar, menyebabkan sumbatan pada jaringan nosopharyngeal
atau pasien terpapar ISPA. Mendatangi tempat penitipan anak dan
hidup dengan perokok juga faktor resiko untuk OM.
B. Etiologi
OM

sering

disebabkan

oleh

streptococcus

pneumonia,

H.

Influenza, dan Moraxlla catarhallis. Etiologi dari jenis non infeksi


3

tidak diketahui, meskipun sering menghasilkan penutupan dari pipa


pembuluh dari edema ISPA, alergi rhinitis, atau hypertropic kelenjar
gondok. OM kronis sering merupakan perpanjangan dari episode akut.
Sebuah hubungan telah diamati antara kejadian OM dan metode
makan bayi. Bayi yang minum ASI memiliki insiden lebih rendah
dibandingkan
melindungi

bayi

bayi

yang

terhadap

minum
virus

susu

formula.

pernapasan

Menyusui

dan

alergi

dapat
karena

mangandung sekresi im-munoglobin A ( IgA ), yang membatasi


pemaparan

dari saluran estachius dan mukosa telinga tengah

terhadap patogen mikroba dan protein asing. Surutnya susu sampai


pipa pembuluh, mempunyai kemungkinan kecil pada bayi yang di beri
ASI, karena posisi setengah vertikal selama menyusui dibandingkan
dengan susu botol.
C. Klasifikasi
1. Otitis Media Akut (supuratif)
2. Otitis Media Sub Akut (skretori)
3. Otitis Media Kronis (menetap)
D. Manifestasi Klinis
a.

Otitis Media Akut (supuratif)


1. Tonjolan di membrane timpani
2. Pusing
3. Eritema membrane timpani
4. Kehilangan pendengaran (biasanya ringan dan konduktif)
5. Demam ringan sampai sangat tinggi
6. Mual
7. Drainase purulen di kanal telinga akibat rupture membrane
timpani
8. Nyeri hebat, dalam, dan berdenyut (akibat tekanan di belakang
membrane timpani)
9. Infeksi traktus respiratorik atas (bersin, batuk)
10. Muntah

b. Otitis Media Sub Akut (skretori)


1. Mendengar gaung saat berbicara
2. Suara meletus, mendedas, atau

klik

saat

menelan

mengerakkan rahang
3. Sensasi penuh di telinga
4. Kehilangan pendengaran konduktif parah yang bervariasi
4

atau

5. Perasaan akan jatuh (akibat merasa seperti ditempat yang tinggi)


yang samar
c. Otitis Media Kronis (menetap)
1. Kolesteatoma (gumpalan seperti kista di tengah telinga)
2. Kehilangan pendengaran konduktif
3. Mobilitas membran timpani berkurang atau tidak ada
4. Keluaran purulen dan tidak terasa sakit
5. Nyeri yang mendadak hilang saat terjadi ruptur membran timpani
6. Penebalan dan parut di membran timpani

Sebagian cairan sementara terakumulasi dalam ruang kecil dari


ruang telinga tengah, rasa sakit hasil dari tekanan pada struktur
sekitarnya.

Bayi

menjadi

mudah

marah

dan

menunjukkan

ketidaknyamanan mereka dengan menahan atau menarik di telinga


mereka dan menggulingkan kepala mereka dari sisi ke sisi. Anak kecil
secara biasanya secara lisan mengeluhkan rasa sakit. Suhu mencapai
40C (104F) adalah wajar, dan postauricular dan kelenjar limfa
cervical mungkin membesar. Rhinorrhea, muntah, dan diare serta
tanda-tanda pernapasan atau infeksi pharyngeal juga mungkin ada.
Kehilangan

nafsu

makan

biasannya

terjadi

dan

mengisap

atau

mengunyah cenderung memperburuk rasa sakit. Pada anak dengan


OME exudates akan menumpuk dan tekanan akan meningkat dengan
potensi pecahnya membran timpani.
PERINGATAN KEPERAWATAN
Sebagai

hasil

dari

pecahnya

membran,

diperlukan

kecepatan

menghilangkan rasa sakit, suhu menurun bertahap, dan adanya


pembuangan purulen di saluran pendengaran eksternal.
Nyeri berat atau demam biasanya tidak ada di OME, dan anak
mungkin terlihat tidak sakit. Sebaliknya ada perasaan penuh di
telinga, sensasi muncul selama menelan, dan perasaan gerak di
telinga jika udara hadir di atas tingkat cairan. Karena kronis serius OM
adalah penyebab paling sering dari hilangnya pendengaran konduktif,

pada

anak-anak

audiometri

dapat

mengungkapkan

kekurangan

pendengaran.
E. Patofisiologi
OM terutama mengakibatkan disfungsi saluran eustachius. Saluran
eustachius adalah bagian dari sebuah penyusun system yang berulang
dari nares, nasopharynx, saluran eustachius memiliki tiga fungsi yang
berhubungan dengan telinga tengah; (1) perlindungan telinga tengah
dari sekresi nasopharyngeal, (2) saluran sekresi yang di produksi di
telinga tengah ke nasopharynx, dan (3) fentilasi dari telinga tengah
untuk menyamakan tekanan udara dalam telinga tengah dengan
tekanan atmosfer di saluran telinga eksternal dan pengisian oksigen
yang telah diserap.
Mekanika

atau

gangguan

fungsi

pada

saluran

eustachius

menyebabkan akumulasi cairan di telinga tengah. Penyumbatan


didalam dapat di sebabkan oleh infeksi atau alergi; penyumbatan di
luar biasanya akibat dari kelenjar gondok yang membesar atau tumor
nasopharyngeal. Tidak berfungsinya saluran eustachius penelanan
dapat menyebabkan obstruksi fungsional yang berhubungan dengan
turunnya

stiffness

atau

mekanisme

yang

kurang

efisien.

Hasil

penyumbatan saluran eustachius negatif atau tekanan telinga tengah.


Tabel 2.2
Standart terminologi untuk otitis media
Otitis media : peradangan pada telinga tengah tanpa mengacu
pada etiologi atau pathogenesis.
Acute Otitis Media (AOM) : Sebuah serangan pendek dan cepat dari
tanda dan gejala yang berlangsung sekitar 3 minggu.
Otitis Media with effusion (OME) : radang telinga tengah dimana
kumpulan cairan muncul dalam ruang telinga tengah
Chronic Otitis

Jika

terus

menerus,

akan

memproduksi

pengaliran

cairan

transudative telinga tengah. Pembuangan dihambat oleh tekanan


negatif yang berkelanjutan dan gangguan transportasi ciliary dalam
tabung. Bila bagian itu tidak benar-benar terhalang, kontaminasi dari
telinga tengah dapat terjadi dengan refluks, aspirasi, atau insuflasi
selama menangis, hidung bersin, meniup dan menelan ketika hidung
tersumbat. Beberapa faktor yang mempengaruhi bayi dan anak muda
untuk pengembangan OM (Tabel 2.3).

Namun,
pendengaran

konsekuensi
adalah

yang

paling

pengaruh

yang

ditakuti
buruk

pada

pada

gangguan

perkembangan

kemampuan bicara, bahasa, dan kesadaran. Anak yang memiliki jangka


waktu efusi telinga tengah yang lama tampil kurang baik pada tes
bicara dan bahasa dibandingkan mereka yang memiliki penyakit telinga
tengah yang sedikit.
Implikasi struktural atau gejala sisa yang melibatkan terutama pada
membran tympanic. Tympanic membrane retraction or retraction
pocket terjadi ketika tekanan telinga tengah terus negatif sehingga
menarik membran timpani ke dalam dan di area yang mempunyai
tekanan rendah atau atrophic segments dari drum head,

kantong

retraction kelihatan. Penarikan ini dapat menyebabkan gangguan


transmisi suara, perforation dari area kecil, atau infeksi pada kantong,
dan kemudian cholesteatoma.
Tabel 2.3
Faktor-faktor predisposisi untuk pengembangan
Otitis Media pada anak-anak
- Pipa pembuluh pendek, lebar, dan lurus dan dia didalam bidang
yang relatif horizontal.
- Lapisan tulang rawan belum berkembang, sehingga membuat
7

saluran lebih dapat dilambungkan dan karena itu lebih mungkin


untuk membuka secara tidak tepat
- Berlimpahnya jaringan lymphoid pharyngeal mudah menghalangi
bukaan tabung eusthacius di nasofaring
- Belum matang mekanisme pertahanan dapat meningkatkan risiko
infeksi.

Perbandingan posisi anatomi saluran eustachius pada A : anak dan


B : dewasa ; saluran estachius yang lebih pendek , lebih luas, lurus dan
lebih horizontal pada anak dari pada orang dewasa.
Tympanosclerorosis

(gendang

telinga

yang

luka)

adalah

pengendapan bahan hyaline ke dalam lapisan berserat dari membran


tympanic. Hal ini sering terlihat pada anak dengan penyakit inflamasi
telinga

tengah

tympanoplasty.

atau

mereka

Perforation

dengan

(pelubangan)

pemasangan
gendang

komplikasi umum pada AOM dan sering menyertai.

telinga

saluran
adalah

F. WOC
-Virus: streptococus
pneomonia,
H.
Influenza, moraxlla catarhallis
-Edema ISPA
-Rhinitis alergi
-hypertropi kelenjar gondok
Disfungsi
tuba
Infeksi
menjalar
ke cavum
Tekanan udara
ditelinga
tengah (-)

Retraksi membran
timpani

Produksi
transudative
Akumulasi sekret
ditelinga tengah
Stiffness

MK: gangguan
presepsi sensori
pendengaran

Pengobatan tdk
tuntas/episode berulang

OTITIS
MEDIA

MK: nyeri
akut
Gangguan
perforasi suara

-Perforasi
diarea kecil
komplikasi
-Infeksi

10

MK: resiko infeksi


Ruptur membran
timpani akibat
desakan
Sekret keluar
(otorthoe)
MK: Body
image

Infeksi berlanjut sampai


telinga
bagian
dalam
Erosi pada kanalis semi
sirkularis
Pusing (keseimbangan tubuh
terganggu)
MK: resiko
cedera

Tindakan infasif

Terbatasnya
informasi

MK: kurang
pengetahuan

MK: ansietas

11

G. Komplikasi
1. Peradangan telinga tengah (otitis media) yang tidak diberi terapi
secarabenar dan adekuat dapat menyebar ke jaringan sekitar
telinga tengahtermasuk ke otak, namun ini jarang terjadi setelah
adanya pemberianantibiotik.
2. Mastoiditis
3. Kehilangan pendengaran permanen bila OMA tetap tidak
ditangani
4. Keseimbangan tubuh terganggu
5. Peradangan otak kejang

H. Penatalaksanaan Terapi
1. Acute Otitis Media (AOM)
Karena kehawatiran tentang resistensi penisilin, otoritas penyakit
menular merekomendasikan hanya pada anak-anak yang memenuhi
salah satu kriteria berikut; lebih dari tiga kali infeksi telinga dalam
satu tahun terakhir, jaringan pernafasan positif, dan resiko tinggi
untuk infeksi bakteri karena imunosupresi, splenectomy,cystic
fibroris, penyakit sel sickle, datang ke tempat penitipan anak, atau
hidup dengan perokok (Armitage,Gross, and Yamauchi, 1999)
Ketika antibiotik dijamin, suatu varietas tertentu dapat digunakan.
Meminumkan amoxicillin adalah alasan pilihan pertama untuk bayi
tua dan anak-anak karena mudah digunakan relatif murah biaya,
dan ketersediaan. Satu pertimbangan penting untuk meresepkan
obat adalah kepatuhan orang tua dalam memberikan antibiotik.
Pertimbangan lain adalah organisme menyebabkan OM. Sebelas
serotypes dari S. Pneumonia menyumbang sekitar 85% dari kasus
OM yang disebabkan oleh organisme. Serotypes berikut rentan
12

terhadap penisilin. Namun, banyak strain dari H. Influenza dan


banyak dari strain M. Catanhalis memproduksi B-lactamase dan
tahan terhadap amoxisillin dan penisilin (kline 1999).
Selain amoksisilin, antibiotik oral lain yang diresepkan termasuk
sulfonamide,
(Bactrim,

sulfonamides,
Septral),

azithromycin,

dan

trimethroprim-sulfamethoxazole

erythromicin-sulfisoxazole

cephalosporins,

yang

sering

(Pediazole),
dipilih

karena

spektrum aktifitas mereka luas, jadwal dosis, mengurangi efek


samping

dan

aktivitas

bakteri

melawan

B-lactamase

yang

memproduksi patogen (Montvile and White, 1998).


Obat dengan dosis tunggal-parental telah digunakan untuk
mengurangi AOM. Obat ini memberikan keuntungan bagi anak-anak
yang mungkin memiliki penyerapan yang buruk dari obat oral
karena muntah atau diare. Yang menolak meminum obat oral atau
yang mengurangi komplainnya karena keaadaan keluarga. Dosis
tunggal IM ceftriaxone ditemukan sebanding dengan keberhasilan
klinis untuk dosis 10 hari dari oral trimethoprim-sulfamethoxazole
(TMP-SMZ) untuk perlakuan AOM (Barnett and others, 1997).
Satu pertimbangan penting dengan penggunaan dosis tunggal
suntikan IM adalah rasa sakit yang terlibat dalam terapi ini. Salah
satu strategi untuk meminimalkan rasa sakit di tempat suntikan
adalah mencampur chepalosporins dengan lidocaine.
Untuk demam atau ketidaknyamanan yang berhubungan dengan
OM, analgesik/antipiretik obat-obatan seperti acetaminophen atau
ibuprofen dapat diberikan. Antihistamines dan obat sesak tidak
direkomendasikan. Antibiotik tetes telinga tidak memiliki nilai dalam
mengobati AOM.
Anak-anak dengan AOM harus dilihat setelah terapi antibiotik
selesai untuk mengevaluasi efektivitas pengobatan dan untuk
mengidentifikasi potensi komplikasi seperti gangguan pendengaran
13

atau efusi. Hal ini sulit bagi orangtua untuk menentukan gangguan
pendengaran.
2. Recurrent Otitis Media
Terapi untuk AOM termasuk chemoprophy-laxiz dengan terapi
antibiotik jangka panjang, immunotherapy dan operasi. Anak yang
menerima terapi antibiotik jangka panjang harus dievaluasi sebulan
sekali untuk mendeteksi bukti efusi. Setiap infeksi akut selama
prophylaxis diobati dengan alternatif cara antibiotik. Menurut
panduan yang diterbitkan oleh Agency of Healthcare Research and
Quality (AHRQ)*, (dahulu AHCPR), steroids tidak dianjurkan untuk
pengobatan OME pada anak-anak di segala usia.
Vaksin Polyvalent pneumococcal polysaccharide telah mengurangi
kejadian pneumococcal OM sebesar 50% pada anak-anak yang lebih
tua dari 2 tahun, tetapi vaksin ini tidak efektif pada bayi yag belum
bisa

mengembangkan

antibodi

untuk

vaksin

polysaccharide

(Andrews, 2001). Pada beberapa bayi beresiko tinggi terhadap


immune globulin yang menandung antibodi yang melawan bakteri
polysaccharides (BPIG) telah mengakibatkan lebih sedikit kasus
mengenai AOM yang disebabkan oleh S.pneumonia.
Meskipun terdapat kontroversi terhadap efektivitas prosedur ini,
myringotomy dengan bedah pemasangan tabung dapat dilakukan
jika rasa sakitnya parah, gangguan pendengaran konduktif sekunder
yang signifikan dengan OM berulang dan kronis atau kegagalan
manajemen

medis

dengan

anti

biotik

profilaksis

(Andrews,

2001).Tabung biasanya ditempatkan di anteroinferior quadrant dari


membran. Namun, jika saluran eustachius tetap tertutup, cairan
akan

kembali

myringotomy.

setelah

penyembuhan

Adenoidectomy

yang

mungkin

cukup

bisa

cepat

berhasil

dari

dalam

mengobati OM jika saluran eustachius sekunder diblokir untuk


hipertrofi

adenoid

adalah

yang

menjadi

penyebabnya.

Mastoidectomy dapat dilakukan bila terapi antibiotik telah gagal dan


14

kehidupan anak terancam oleh infeksi, dengan tympanoplasty


(rekontruksi bedah telinga tengah) mungkin dilakukan setelah
operasi.
3. Perawatan traumatic

a. Intramuscular ceftriaxone (rocephin)


Untuk mengurangi rasa sakit dari IM pemberian ceftriaxone
penggunaan lidocaine 1% sebagai pelarut (Barnett and other,
1997). Lidocaine dapat digunakan sebagai penyangga pada saat
penggunaannya

untuk

mengurangi

penyengatan

atau

pembakaran. Jika waktu memungkinkan menerapkan krim EMLA


ke situs IM 2,5 jam sebelum penyuntikan.
b. Otitis Media with Effusion (OME)
Beberapa anak memiliki cairan yang bertahan di telinga tengah
selama beberapa minggu atau bulan. OME sering dikaitkan
dengan gangguan pendengaran dari ringan sampai sedang.
Tujuan utama terapi adalah untuk membangun dan menjaga area
telinga tengah yang bebas dari cairan dengan mukosa normal dan
akhirnya untuk mencapai pendengaran normal.
Seorang anak yang memiliki cairan di kedua telinga tengah untuk
total tiga bulan harus memiliki evaluasi pendengaran. Sebuah
antibiotik tidak diindikasikan untuk pengobatan awal OME tetapi
dapat diindikasikan untuk anak-anak yang memiliki efisi persisten
lebih dari 3 bulan (Dowell and other, 1998). Jika efusi bilateral
telah berlangsung dan anak telah kehilangan pendengaran,
pembedahan myringotomy dianjurkan setelah total 4 sampai 6
bulan

efusi

bilateral

dengan

defisit

pendengaran

bilateral

(Andrew, 2001). Tetapi ini memungkinkan untuk pengaliran


mekanisme

dari

cairan

yang

mendorong

penyembuhan

membran dan mencegah pembentukan bekas luka dan hilangnya


elastisitas. Tabung (atau equalizer tekanan ventilasi [PE] dari
15

tabung atau grommets) memfasilitasi pembuangan lanjutan dari


cairan dan memungkinkan ventilasi dari telinga tengah. Tujuan
utama adalah untuk memungkinkan saluran eustachius pada
masa pemulihan setelah operasi pemasangan tabung untuk dapat
melakukan fungsinya. Operasi ini relatif jinak. Namun kadangkadang

tabung

memerlukan

dapat

reintegrasi.

berlangsung

lama

tympanosclerosis,
membran,

menjadi

Komplikasi

dari

yang

penempatan

terlokalisasi

pelubangan

terhubung

atau

terus

dan

berulang
tabung

menyebar

menerus

seringkali
atau
adalah

atrophy

atau,

dari

jarang,

cholesteatoma. Tonsillectomy ini tidak menguntungkan untuk


OME (kline, 1999).
Prognosis sebagian besar kasus OM akhirnya terselesaikan.
Namun, gangguan pendengaran biasanya konduktif, merupakan
koplikasi umum dari OM. Tingkat gangguan pendengaran dapat
bervariasi

dari

ringan

sampai

parah.

Meskipun

gangguan

pendengaran konduktif yang paling sering dikaitkan dengan OM,


gangguan pendengaran sensorineural juga dapat hadir, terutama
pada AOM yang parah, kronis atau berulang, karena berlalunya
produk beracun dari cairan ke dalam cochlea melalui membran
tympanic. Semakin lama cairan hadir, semakin besar hilangnya
pendengaran sensorineural. Anak-anak yang rentan terhadap OM
harus dirujuk ke pediatric otolaryngologist dan kemungkinan ke
pediatric allergist untuk identifikasi dan pengobatan etiology
untuk disfungsi saluran eustachius. Mereka juga harus dirujuk ke
bahasa pathologist untuk konseling pencegahan awal. Selain itu,
anak idelnya harus dibawa ke seorang audiologis untuk menilai
kemampuan dari pendengaran.
I. Pertimbangan Keperawatan
Tujuan keperawatan untuk anak dengan AOM meliputi
a) Menghilangkan rasa sakit
16

b)
c)
d)
e)

Mengfasilitasi pembuangan bila mungkin


Mencegah komplikasi atau pengulangan
Mendidik keluarga dalam perawatan anak, dan
Memberikan dukungan emosional kepada anak dan keluarga.
Analgesik sangat membantu untuk mengurangi sakit telinga yang

parah. Demam tinggi, terutamapada bayi harus dikurangi dengan obat


antiseptic.

Keuntungan

dari

menggunakan

ibuprofen

dari

pada

acetaminophen adalah durasinya reaksinya (sekitar 6 jam), terutama


untuk kenyamanan malam hari. Penggunaan terapi panas dapat
mengurangi

rasa

sakit

pada

beberapa

anak

tetapi

dapat

memperburuk ketidaknyamanan pada orang lain. Terapi panas local


harus ditempatkan di atas telinga pada saat anak berada di sisi yang
terkena. Posisi ini juga memfasilitasi drainase eksudat jika pecah
gendang telinga telah pecah atau myrigotomy telah dilakukan.
Kompres es yang ditempatkan di atas telinga yang sakit juga dapat
memberikan kenyamanan, karena mengurangi edema. Jika anak dapat
bekerja sama prosedur manapun dapat dicoba untuk menentukan
bantuan maksimum untuk meringankan rasa sakit.
Jika cairan telinga mengalir, kanal eksternal dapat dibersihkan
dengan

kapas

steril

pledgets

yang

direndam

dalam

hydrogen

perioksida. Jika sumbu telinga atau gulungan bungkus kasa steril


ditempatkan ditelinga setelah perawatan bedah, mereka harus cukup
longgar untuk memungkinkan akumulasi drainase mengalir keluar dari
telinga; sebaliknya infeksi dapat ditrasfer pada proses mastoid. Orang
tua harus diberitahu agar menjaga sumbu (sumpulan) tetap kering
selama proses keramas atau mandi. Terkadang drainase begitu
berlimpah yang menyebabkan pinna dan kulit disekitarnya menjadi
excoriated

dari

exudates.

Hal

ini

dicegah

dengan

sering

membersihkan dan penerapan kelembapan pada berbagai sumbatan.


(seperti., Aloe Vesta, Proshield Plus) atau petrolatum jelly (seperti,
Vaseline). Orang tua membutuhkan bimbingan antisipasi mengenai
gangguan pendengaran sementara yang menyertai OM. Misalnya,
mereka mungkin perlu berbicara lebih keras pada jarak dekat ketika

17

menghadapi anak. Mereka diingatkan bahwa anak tidak mengabaikan


mereka.
Anak mungkin tidak dapat menebak lokasi datangnya suara karena
kesadaran dan pemahaman tentang suara berkurang baik unilaterally
atau

bilaterally,

tergantung

pada

derajat

defisit

gangguan

pendengaran. Keluarga juga harus menyadari perubahan perilaku


yang mungkin terjadi dalam gangguan pendengaran, termasuk tidak
perhatian atau kurangnya kesadaran dari suara dilingkungan sekitar;
pemintaan pengulangan dalam percakapan atau pendengaran yang
kurang maksimal; suara lebihlembut atau lebih keras dari biasanya;
perhatian yang buruk dan perilaku gelisah ketika dalam kelompok
(seperti ruang kelas) dalam mendengarkan situasi; agresivitas dan
merasa frustasi karena sering mengalami gangguan komunikasi; dan
gangguan

bicara

dan

kemampuan

bahasa.

Kesulitan

dalam

mendengar yang terjadi terus menerus dan melampaui akut harus


dievaluasi.
Pencegahan kambuhnya membutuhkan pengetahuan orang tua
yang menandai tentang terapi antibiotik. Karena gejala nyeri dan
demam biasanya mereda dalam waktu 24 sampai 48 jam, perawat
harus menekankan bahwa meskipun anak mungkin terlihat baik-baik
saja dalam beberapa hari,infeksi tidak sepenuhnya diberantas sampai
semua obat yang diresepkan diambil. Penting untuk menekankan
potensi komplikasi OM, khususnya gangguan pendengaran yang dapat
dicegah

dengan

perawatan

yang

memadai

dan

tindak

lanjut

keperawatan.
Saluran Tympanostomy memungkinkan air masuk ke telinga tengah.
Beberapa studi menunjukkan bahwa sedikit air menimbulkan bahaya
sedikit dan bahkan berenang tapan penutup telinga atau penutup
kepala untuk mandi tidak meningkatkan resiko infeksi. Namum,
menyelam, melompat, dan berendam dilarang oleh beberapa praktisi.
Air mandi dan air sampo harus dijauhkan dari telinga, jika mungkin,
karena sabun mengurangi tegangan permukaan air, memfasilitasi
masuknya air melalui lubang hidung. Air danau, serta air bak mandi,
telah tekontaminasi oleh karena itu gunakan penutup telinga,
18

meskipun sumbatan telinga tidak

kedap air, tetapi bias digunakan

untuk mencegah masuknya air ke external canal dan memberikan


perlindungan yang cukup. Orang tua harus menyadari munculnya
sebuah grommet (biasanya kecil, plastik putih spool

berbentuk

tabung) sehingga mereka biasa mengenalinya jika jatuh keluar.


Yakinkah mereka bahwa ini normal dan tidak memerlukan penanganan
segera, meskipun mereka harus memberitahu praktisi.
Orang tua kadang-kadang bertanya tentang ketidaknyamanan pada
saat makan pada bayi mereka selama naik atau turun dari pesawat.
Selama naik, udara ditelinga tengah meluas, tapi dekompresi terjadi
melalui saluran eustachius normal. Jika jaringan yang padat penuh
dengan URI, jalanan udara mungkin terhalang. Sebuah semprot yang
menyusut

bunyi

sengau

mukosa

atau

dekongestan

sebelum

perjalanan dapat membantu. Ketika turun, udara dalam telinga tengah


berkurang dengan meningkatnya tekanan atmosfer. Menelan adalah
metode paling sederhana dan paling efektif untuk menggembungkan
telinga tengah pada saat turun ; oleh karena itu makan atau memberi
makanan pada bayi selama turun bisa bermanfaat.
Mengurangi kemungkinan OM dilakukan dengan langkah-langkah
sederhana

seperti

duduk

atau

memegang

bayi

tegak

selama

menyusui, menopang botol susu disarankan untuk menghindari posisi


telentang dan untuk mendorong kontak manusia selama makan,
menghilangkan asap tembakau dan alergen yang diketahui juga
disarankan, meniup hidung dengan kuat selama URI, tidak disarankan
untuk menghindari organisme untuk naik melalui salauran eustachius.
Deteksi dini efusi telinga tengah sangat penting dalam pencegahan
komplikasi bayi dan anak anak prasekolah harus discreaning untuk
efusi terutama terutama mereka yang memiliki ketidakmampuan
belajar

harus

diuji

untuk

mengetahui

efusi

telinga

tengah.

Pemeriksaan audio-logic secara rutin, konsultan medis dan pendidikan


kepada orang tua dan anak-anak disarankan bila efusi telinga tengah
terdeteksi.

19

II.

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA OTITIS MEDIA


A. PENGKAJIAN
1. Data biografi
Meliputi identitas pasien yaitu nama, umur (kejadian
tertinggi pada anak usia 6 bulan sampai 2 tahun; kemudian
secara bertahap menurut sesuai dengan usia kecuali untuk
peningkatan kecil pada usia 5 atau saat masuk sekolah),
kemudian

secara,

jenis

kelamin,

agama,

pendidikan,

pekerjaan, alamat dan identitas penanggung jawab.


2. Pola kesehatan
a. Pola Presepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
1) Keluhan Utama:
Keluhan yang paling dirasakan pada saat MRS,
biasanya terjadi nyeri pada telinga.
2) Riwayat penyakit sekarang:
Klien mengeluh telinganya mengeluarkan cairan
kuning kental dan berbau busuk,kepalanya pusing,
demam tinggi/hipertermi, telinganya terasa nyeri, sulit
tidur,

tiba-tiba

menjerit

saat

tidur,

mengalami

gangguan pendengaran, kadang kadang memegang


telinga yang sakit, mual, muntah, diare dan kejang
kejang, nafsu makan menurun.
3) Riwayat penyakit dahulu :
Biasanya klien dengan otitis media ini memiliki
riwayat infeksi saluran pernapasan atas riwayat batuk
pilek (rhinitis).
4) Riwayat kesehatan keluarga :
Biasanya otitis media ini tidak penyakit keturunan.
5) Riwayat kesehatan lingkungan
20

Lingkungan
lingkungan

yang

perokok,

kotor

atau

kumuh

serta

ataupun

area

industri

biasa

menyebabkan Otitis Media.

3.

Genogram
Berdasarkan

keturunan 3 generasi tidak di temukan

penyakit Otitis Media, klien dengan penyakit Otitis Media


sering di sebabkan oleh faktor lingkungan,

dan faktor

merokok.
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Head to toe
a. Kepala
1) Kepala
Bentuk kepala simetris, tidak ada lesi, tidak ada
benjolan, serta tidak ada nyeri tekan.
2) Rambut
Kondisi rambut bersih, tidak ada ketombe, warna
rambut hitam, rambut lurus.
3) Mata
Warna

sklera

putih,

konjungtiva

tidak

ada

kemerah-merahan, pupil klien isokor, kelopak mata


normal warna merah muda, pergerakan mata normal,
lapang pandang normal, visus: ketajaman penglihatan
klien normal, pupil: normal, kedua bentuk pupilnya
simetris, tidak adanya edema dan tidak ada benjolan
disekitar mata, tidak ada sekret pada mata, serta
lapapang pandang normal.
4) Hidung

21

Tidak ada deformitas pada hidung, tidak ada


cuping hidung, tidak ada sekret, tidak ada polip atau
benjolan didalam hidung, fungsi penciuman baik, kedua
lubang hidung simetris.
5) Mulut
Warna mukosa mulut pucat, membran mukosa
kering, tidak ada lesi,

gusi normal, tidak terdapat

benjolan pada lidah, tidak ada karies pada gigi.


6) Telinga
Inspeksi : Kedua telinga simetris ,tidak ada lesi pada
telinga, adanya serumen berlebih, adanya edema,
ketika diperiksa dengan otoskop (adanya peradangan,
terdapat cairan pada membran timpani).
Palpasi : adanya nyeri tekan pada aurikula dan
membran timpani tidak normal.
Auskultasi : - Tes rinne : (-)
- Tes webber : laterisasi kanan
- Tes
bisik
:
pasien
tidak

dapat

mendengarkan suara berfrekuensi rendah.


7) Leher
Bentuk simetris, warna kulit rata sama dengan
bagian tubuh, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar limfe,
tidak ada deformitas pada trakea, tidak ada benjolan
pada leher, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada
peradangan.
b. Dada
1) Paru
Anamnesis: Batuk produktif, warna sputum kuning,
tidak nyeri waktu bernapas
22

Inspeksi: Bentuk dada bidang, simetris antara kiri dan


kanan, pola napas teratur, frekuensi napas pasien
reguler

(22

x/menit),

pergerakan

otot

bantu

pernapasan normal.
Auskultasi: Bunyi napas normal.
Palpasi: Vokal fermitus normal.
Perkusi: Tidak adanya massa, tidak adanya cairan, dan
tidak adanya udara dalam paru.
2) Jantung
Inspeksi: Denyutan jantung normal.
Palpasi: Ictus cordis normal di IC ke 5.
Auskultasi:

Bunyi

jantung

normal,

tidak

ada

pembesaran jantung atau tidak ada kardiomegali.


Perkusi: letak jantung normal.
c. Abdomen
Inspeksi: warna kulit abdomen normal seperti warna kulit
disekitarnya, tidak ada distensi, tidak adanya bekas
operasi, tidak terdapat kolostomi.
Auskultasi: peristaltik usus normal 18x/menit.
Perkusi: timpani.
Palpasi: tidak adanya nyeri tekan, tidak ada hematomegali,
tidak ada pembesaran lien, ginjal normal.
d. Otot dan rangka integumen
Inspeksi: pergerakan baik, sendi lengan dan tungkai
normal, tidak ada fraktur, tidak ada dislokasi, warna kulit
rata, tulang belakang normal.
23

Palpasi: turgor elastis, tidak ada clubing finger, kekuatan


otot normal,

ekstremitas atas dan bawah tampak normal,

otot simetris.
e. Persyarafan
Tingkat kesadaran: Composmentis
GCS: - Eye: membuka secara spontan, nilai 4
- Verbal: Orientasi baik, nilai 5
- Motorik: Mengikuti perintah, nilai 6
Total GCS: Nilai 15
- Reflek: Normal
- Tidak ada riwayat kejang
- Koordinasi gerak normal.
Uji Saraf Kranial
- N VIII : tidak berfungsi dengan baik.

2. ADL (Activity Daily Living)


a. Pola Nutrisi
Selama sakit klien bisa mengalami mual,muntah dan
diare sehingga menyebabkan nafsu makan klien meurun.
b. Pola Eliminasi
BAB
BAB nya tidak rutin dan tidak lancar.
BAK
24

BAKnya menurun atau jarang.


c. Pola Istirahat dan tidur
Selama sakit klien mengalami gangguan pola tidur
karena sering terbangun dan sulit tidur.
d. Pola Aktivitas
Biasanya sakitnya mengganggu aktivitasnya dan ia
hanya

bisa

melakukan

berbaring
kegiatan

di

tempat

sehari-hari

tidur,
klien

serta

dalam

membutuhkan

bantuan orang lain.

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Data laboratorium yang berhubungan
1.

Pemeriksaan pemeriksaan darah (leukosit meningkat)

2.

CT SCAN kepala untuk melihat kelainan di intra cranial

3.

Uji pendengaran yaitu test Rinne (-)

4.

Uji timpanopi

5. Pemeriksaan Mikoresistensi kuman yang di ambil dari secret


telinga
6. Pemeriksaan liang telinga akan tampak (cairan) yang keluar
dari telinga bercampur nanah (jaringan granulasi/ polip
terdapat perforasi pada membrane timpani)

D. TERAPI MEDIK

25

- Terapi pada stadium presupurasi ialah antibiotika, obat tetes


hidung dan analgetik. Bila membran timpani sudah terlihat
hiperemis difus, sebaiknya dilakukan mirigotomi.
Antibiotika yang dianjurkan ialah dari golongan penisilin atau
ampisilin. Terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar
didapatkan kosentrasi yang adekuat didalam darah, sehingga
tidak

terjadi

mostoiditis

yang

terselubung,

gangguan

pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan. Pemberian


antibiotik dianjurkan minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi
terhadap pinisilin, maka diberikan eritromisin.
Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg/BB per
hari, dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40 mg/BB/hari dibagi
dalam 3 dosis, atau eritromisin 40mg/BB/hari.
- Pada stadium supurasi disampig diberikan antibiotik,

idealnya

harus disertai dengan miringotomi, bila membran timpani masih


utuh. Dengan miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang
dan ruptur dapat dihindari.
- Pada stadium perforasi sering terlihat sekret banyak keluar dan
kadang terlihat keluarnya sekret secara berdenyut (pulsasi).
Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 3%
selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat. Biasanya sekret
akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu
7-10 hari.
- Pada stadium resolusi maka membran timpani berangsur normal
kembali, sekret tidak ada lagi dan perforasi membran timpani
menutup.

III. ANALISA DATA

26

DS = Pasien mengatakan ia mengeluh nyeri pada telinga


kanan bagian tengah, pasien juga merasa tidak nyaman dan
gelisah, sehingga pasien mengalami cedera biologi

dan

menyebabkan nyeri akut, selain itu pasien juga mengeluh


kadang-kadang mengeluarkan cairan putih seperti nanah dan
berbau dari telinga sebelah kanan, pasien juga mengatakan
sulit untuk mendengar, sehingga pasien mengalami perubahan
penerimaan sensori yang menyebabkan gangguan persepsi
pendengaran, tidak hanya itu pasien juga mengeluh badan
meriang, pusing pada kepala, nyeri pada otot-ototnya, serta
suhu badan meningkat sehingga menyebabkan hipertermi,
pasien juga mengeluh susah tidur, gelisah di saat sedang tidur,
sering terbangun pada malam hari karena pasien merasakan
nyeri sehingga pasien mengalami gangguan pola tidur.
DO = Pada telinga pasien terdapat cairan yang purulent,
tanda-tanda vital : nadi 100 x/menit, Suhu 39 C, dan saat di
palpasi pasien mengeluh

nyeri,

pasien terlihat meringis

menahan nyeri, Uji pendengaran ( Test Rinne ) menunjukkan ( ), terdapat perubahan respon pendengaran, dan pasien terlihat
agak pucat.

IV.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
2.
3.
4.

Nyeri b/d proses inflamasi pada jaringan telinga tengah.


Gangguan komunikasi b/d efek berkurangnya respon pendengaran.
Resiko tingginya b/d vertigo.
Cemas b/d nyeri yang semakin memberat.

V. INTERVENSI DAN RASIONAL


1. Nyeri b/d proses inflamasi pada jaringan telinga tengah.
Tujuan

: penurunan rasa nyeri.

Kriteria hasil : klien mengungkapkan nyeri berkurang, klien mampu


melakukan metode pengalihan suasana.
27

a) Intervensi : sedikit keluhan nyeri. Perhatikan lokasi, intensitas


( skala 0/10 ) dan faktor pemberat atau penghilang.
Rasional : membantu mengidentifikasi intervensi yang tepat dan
mengevaluasi keefektifan analgesic.
b) Intervensi : alihkan perhatian klien dengan menggunakan teknikteknik relaksasi seperti menarik nafas panjang.
Rasional : metode penglihatan suasana dengan melakukan
relaksasi bisa mengurangi nyeri yang diderita klien.
c) Intervensi : atur posisi klien.
Rasional : posisi yang sesuai akan membuat klien merasa
nyaman.
d) Intervensi : beri informasi kepada klien dan keluarga tentang
nyeri yang
dirasakan.
Rasional : informasi yang cukup dapat mengurangi kecemasan
yang dirasaka oleh klien dan keluarga.
e) Intervensi : kolaborasi, beri analgesik sesuai indikasi.
Rasional : analgesik merupakan pereda nyeri yang efektif pada
pasien untuk

mengurangi sensasi nyeri dari dalam.

2. Gangguan komunikasi b/d efek kehilangan pendengaran.


Tujuan
: gangguan komunikasi berkurang / hilang.
Kriteria hasil
: klien memakai alat bantu dengar ( jika sesuai ),
menerima pesan melalui metode pilihan ( misal : komunikasi lisan,
bahasa lambang, berbicara dengan jelas pada telinga yang baik.
a) Intervensi : dapatkan apa metode komunikasi yang diinginkan
dan catat pada rencana perawatan metode yang digunakan oleh
staf dan klien, seperti : tulisan, berbicara, bahasa isyarat.
Rasional : dengan mengetahui metode komunikasi

yang

diinginkan oleh klien maka metode yang akan digunakan dapat


disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan klien.
b) Intervensi : pantau kemampuan klien untuk menerima pesan
secara verbal.
a. Jika ia dapat mendengar pada satu telinga, berbicara dengan
perlahan dan jelas langsung ke telinga yang baik.
- Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhadapan
dengan pintu.
- Dekati klien dari sisi telinga yang baik.
b. Jika klien dapat membaca ucapan:
- Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas.

28

- Hindari berdiri didepan cahaya karena dapat menyebabkan


klien tedak dapat membaca bibir anda.
c. Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien.
- Minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau gunakan
komunikasi tertulis.
- Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya.
d. Jika ia hanya mampu berbahasa isyarat, sediakan
penerjemah. Alamatkan semua komunikasi pada klien, tidak
kepada penerjemah. Jadi seolah-olah perawat sendiri yang
langsung

berbicara

pada

klien

dengan

mengabaikan

keberadaan penerjemah.
Rasional : pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada
klien dapat diterima dengan bengan jelas baik oleh klien.
c) Intervensi : gunakan faktor-faktor yang meningkatkan
pendengaran dan pemahaman.
a. Bicara dengan jelas menghadap individu.
b. Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan.
c. Gunakan
rabaan
dan
isyarat
untuk
meningkatkan
komunikasi.
d. Validasi pemahaman individu dengan pengajuan pertanyaan
yang memerlukan jawaban lebih dari ya dan tidak.
Rasional : memungkinkan komunikasi dua arah antara perawat
dengan klien dapat menerima pesan perawat secara tepat.
3. Resiko tinggi cedera b/d vertigo.
Tujuan : resiko cedera tidak terjadi.
Kriteria hasil : klien bisa dari cedera yang berkaitan dengan
ketidakseimbangan dan / jatuh .
a) Intervensi : ajarkan atau

tekankan

terapi

vestibuler

keseimbangan sesuai ketentuan.


Rasional : latihan mempercepat kompensasi labirintin, yang
dapat mengurangi vertigo dan gangguan cara jalan.
b) Intervensi : berikan atau ajari cara pemberian, obat anti vertigo
dan/obat penenang vestibuler;

beri petunjuk pada pasien

mengenai efek sampingnya.


Rasional : menghilangkan gejala akut vertigo.
c) Intervensi : dorong pasien untuk berbaring bila merasa pusing
dengan pagar tempat tidur dinaikkan.
Rasional : mengurangi kemungkinan jatuh dan cedera.
4. Cemas b/d nyeri yang semakin memberat
Tujuan
: rasa cemas klien akan berkurang/hilang.
29

Kriteria

hasil:

klien

mampu

mengungkapkan

ketakutan/kekhawatirannya. Respon klien tampak tersenyum.


a) Intervensi: berikan informasi kepada klien seputar kondisinya
dan gangguan yang dialaminya.
Rasional: menunjukkan kepada

klien

bahwa

dia

dapat

berkomunikasi dengan efektif tanpa menggunakan alat khusus


sehingga dapat mengurangi cemasnya.
b) Intervensi
: diskusikan dengan klien mengenai kemungkinan
kemajuan dan fungsi pendengarannya untuk mempertahankan
harapan klien dalam berkomunikasi.
Rasional: harapan-harapan
yang
dapat

tidak

realistis

tidak

mengurangi kecemasan, justru malah menimbulkan

ketidakpercayaan klien terhadap perawat.


c) Intervensi
: berikan informasi mengenai kelompok yang juga
pernah

mengalami

gangguan

seperti

yang

memberikan dukungan kepada klien.


Rasional: memungkinkan klien untuk

dialami

memilih

untuk
metode

komunikasi yang paling tepat untuk kehidupannya sehari-hari


disesuaikan

dengan

tingkat

keterampilannya

sehingga

mengurangi rasa cemas dan frustasinya.


d) Intervensi
: berikan informasi mengenai sumber-sumber dan
alat-alat yang tersedia yang dapat membantu klien.
Rasional: dukungan dari beberapa orang yang
pengalaman yang sama akan sangat membantu klien.
VI. EVALUASI
Nyeri teratasi
Pasien mampu berkomunikasi dengan baik
Vertigo pasien teratasi
Pasien mengerti dan memahami tentang penyakitnya

VII. PERENCANAAN
30

memiliki

Karena OMA lebih sering terjadi pada anak-anak dan sering


terjadi

berulang maka perawat sebagai Community Organizing

memberikan penyuluhan yang berhubungan dengan penyakit OMA.


Beberapa hal yang dapat mengurangi resiko OMA yaitu :
Pencengahan ISPA pada bayi dan anak-anak
Pemberian ASI minimal selama 6 bulan
Penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring
Penghindaran pajanan terhadap asap rokok
Penghindaran pengeluaran mucus (ingus) dengan paksaan/tekanan
yang berlebihan

31

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Otitis

media

(OM) adalah peradangan pada telinga tengah yang bersifat


akut atau tiba-tiba. Telinga tengah adalah organ yang memiliki
penghalang yang biasanya dalam keadaan steril. Bila terdapat
infeksi bakteri pada nasofaring dan faring, secara alamiah terdapat
mekanisme pencegahan penjalaran bakteri memasuki telinga tengah
oleh enzim pelindung dan bulu-bulu halus yang dimiliki oleh tuba
eusthacius. OM ini terjadi akibat tidak berfungsinya sistem pelindung
tersebut.

Pendengaran

sebagai

salah

satu

indera,

memegang

peranan yang sangat penting karena perkembangan bicara sebagai


komponen utama komunikasi pada manusia sangat tergantung pada
fungsi pendengaran.

B. Saran
Sebaiknya tidak mencoba pemindahan serumen telinga di rumah
dengan cotton bud, jepit rambut, pensil, atau peralatan lain apa pun,
karena hanya akan merusak gendang pendengar. Jadi kita perlu
mengenali gejala-gejala penyakit ini secara dini untuk pengobatan
yang lebih baik dan biasakan hidup bersih, serta jika sudah
mengetahui penyakit yang diderita segera lakukan pengobatan
secara rutin agar tidak terjadi infeksi yang berulang.

32

DAFTAR PUSTAKA
Hartono R, Dwi Rahmawati H. 2012. ISPA. Yogjakarta: Penerbit Nuha
Medika
Huda Nurarif, Amin dan Hardhi Kusuma. 2013. NANDA NIC-NOC.
Yogjakarta: Penerbit Media Action
Williams, L & Wilkins. 2011. NURSING. Jakarta Barat: Penerbit Jurnal
Nursing

33

You might also like