Professional Documents
Culture Documents
Pada saat ini saya mencoba mengangkat dan membahas suatu aturan yang berlaku di
dalam lingkungan masyarakat untuk di uji tentang bisa atau tidak nya aturan itu menjadi
suatu hukum formal. Pada beberapa waktu yang lalu di kampung halaman saya tepatnya di
JAMBI pernah terjadi suatu pelanggaran yang di lakukan oleh seorang warga dan
menimbulkan kerugian bagi warga yang lain sehingga menimbulkan ketegangan- ketegangan
di dalam masyarakat tersebut.
Pelanggaran itu adalah mengecat pagar tembok rumah tetangga dengan membuat
Lukisan Lukisan atau yang biasa disebut dengan GRAFITY yang di anggap si pemilik
rumah itu hanya membuat kotor dan memperburuk bentuk pagar rumahnya. Pelanggaran
yang dilakukan itu di selesaikan dengan NORMA atau ATURAN yang berlaku di dalam
masyarakat itu ,maka ketika yang melakukan pelanggaran itu ketahuan sedang mengecatngecat pagar tembok rumah warga itu, si pemilik rumah itu langsung marah dan menuntut
ganti rugi serta langsung mengadukan nya ke pihak RUKUN TETANGGA ( RT ) sebagai
pihak yang berkuasa . Hal ini langsung di tindak lanjut oleh ketua RT guna mencari solusi
terbaik dalam mengatasi masalah ini termasuk juga dalam proses pemberian sanksi yang
dituntut oleh si pemilik rumah tersebut yang merupakan kewajiban dari orang yang
melakukan pelanggaran itu, si pemilik rumah menuntut agar orang itu bertanggung jawab dan
membayar uang ganti rugi senilai Rp 1,5 juta dan harus mengecat kembali pagar tembok
rumah itu menjadi seperti semula,tetapi si pelaku itu merasa keberatan karena hal itu di
anggap tidak setimpal dan sanksi itu terlalu berat baginya, akhirnya ketua RT memutuskan
agar si pelaku pelanggaran itu mengecat kembali pagar itu seperti semula dan membayar
denda sebanyak Rp 100.000. di samping itu si pelaku tersebut juga sudah pasti mendapatkan
sanksi berupa cemoohan dari warga yang lain dan di jauhi oleh tetangganya.
ATTRIBUTES OF AUTHORITY
Yaitu keputusan-keputusan melaui mekanisme yang diberi wewenang dan kekuasaan
dalam masyarakat. Jika hal ini di uraikan dari attribute yang pertama: maka sudah terlihat
sangat jelas bahwa keputusan-keputusan yang di ambil itu memang sudah melalui suatu
mekanisme dari yang di berikan wewenang atau kekuasaan yang mana pihak yang
berwenang itu adalah ketua RUKUN TETANGGA (RT) setempat sebagai penentu
sekaligus yang mengambil keputusan yang sebaik-baiknya dengan cara mendengarkan
cerita awal mula kejadian yang pada akhirnya memberi pemecahan terhadap keteganganketegangan yang terjadi, yang tentunya juga memecahkan masalah ini dengan memberi
sanksi yang sesuai dan membuat suatu jalan perdamaian antara dua belah pihak yang
bertikai baik pihak yang di rugikan dan yang merugikan serta memberi pesan dan saransaran kepada si pelaku agar hal yang serupa tidak terulang lagi.
2.
3.
ATTRIBUTES OF OBLIGATION
Yaitu bahwa keputusan itu mengandung perumusan dari kewajiban dan hak kedua belah
pihak. Dalam hal ini kedua pihak harus terdiri dari individu-individu yang hidup. Jika
norma ini di uraikan berdasarkan attribute yang ketiga : maka dapat diketahui bahwa
kedua belah pihak yang bertikai adalah masing-masing individu-individu yang hidup di
dalam suatu masyarakat . dalam hal ini juga jelas terlihat adanya rumusan keputusan yang
di ambil dari hak pihak kesatu untuk menuntut si pelaku dan kewajiban pihak kesatu untuk
menerima ganti dari kerugian yang di deritanya, begitu juga sebalik nya adanya hak yang
diterima dari pihak kedua untuk menolak apabila sanksi yang di tuntut lebih besar dan
tidak sesuai dengan kerugian yang di deritanya , dari hal ini sudah dapat di ketahui bahwa
pihak yang berkuasa cukup bijak dan adil dalam mengambil keputusan-keputusan yang di
berikan dan sanksi yang di terima si pelaku.
4.
ATTRIBUTES OF SANCTION
Bahwa keputusan dari pihak berkuasa harus di kuatkan dengan sanksi dalam arti yang
seluas-luasnya. Jika norma ini di uraikan dengan attribute yang ke empat : Dapat di lihat
jelas bahwa keputusan yang di ambil sudah bisa di katakan tepat karena sudah sesuai
dengan pelanggaran yang di lakukan dan juga sudah di lihat dari besar kecilnya
pelanggaran yang terjadi, yang mana keputusan itu meliputi denda Rp100.000 dan si
pelaku di tuntut untuk mengecat kembali tembok itu seperti semula . hal ini setimpal
karena luas diameter yang di rusak cat nya atau yang di buat GRAFITY itu tidak terlalu
luas dan tentunya tidak menyebabkan kerugian besar bagi si pemilik rumah tersebut.
KESIMPULAN :
Dari uraian di atas tentang ATTRIBUTES OF LAW dengan NORMA TENTANG
PELANGGARAN
MENGECAT
TEMBOK
(MEMBUAT
GRAFITY)
SECARA
SEMBARANGAN ini, dapat di simpulkan bahwa norma ini belum bisa di jadikan hukum
formal yang di berlakukan di suatu daerah mengingat karena sanksi yang di berikan tidak
bisa berlaku dalam jangka waktu yang panjang dan masih harus melihat seberapa besar
pelanggaran ini dari luas diameter cat tembok yang di rusak dan berapa besar kerugian nya
walaupun akan terjadi peristiwa yang serupa dalam jangka waktu yang akan datang.