You are on page 1of 11

Makna Dibalik DIKSAR PECINTA ALAM

DIKSAR PECINTA ALAM


DI PERSIMPANGAN ANTARA PENDIDIKAN
SPORTIFITAS DAN RELIGIUSITAS
Oleh : d@noe art
Pendidikan baik secara formal di sekolah maupun secara informal di keluarga dan secara non
formal di masyarakat, dilaksanakan untuk mencapai maksud agar setiap anak didik sebagai warga
masyarakat Indonesia menjadi manusia yang utuh.
Pendidikan tidak hanya berarti menyampaikan pengetahuan, tetapi juga merekomendasikan nilainilai yang benar, baik, indah dan transedental (Sauri S ,2004:41)
Pendidikan sebagai interaksi edukatif, diantaranya memerlukan persyaratan-persyaratan
tertentu seperti dikemukakan oleh Rohani A dan Ahmadi A, (1995:97-98), yakni sebagai berikut:
1. ada tujuan yang akan dicapai;
2. ada bahan yang mengisi proses;
3. ada guru/instruktur yang melaksanakan;
4. ada peserta didik yang aktif mengalami;
5. ada metode tertentu untuk mencapai tujuan.
Untuk menjadi warga negara yang baik, banyak wadah organisasi yang membina dan
membekali para peserta didik agar kelak memiliki sikap, wawasan dan berprilaku yang baik. Salah
satu wadah pembinaan yang dipersiapkan untuk mendidik karakter, kecakapan, menumbuhkan
nilai kecintaan kepada lingkungan, menimbulkan kesadaran akan eksistensi peserta didik sebagai
makhluk dari Khalik-nya dan memiliki kesediaan dan pelayanan terhadap orang lain adalah
Himpunan Pecinta Alam.
Pada dasarnya, Pecinta alam itu ada yang bersifat alami atau natural,a rtinya mereka melakukan
kegiatan ke pecintaalaman, tidak melalui pendidikan yang formal, atau boleh dikatakan hanya
sekedar hoby, dan pada umumnya mereka tidak pernah atau jarang merencanakan terlebih dahulu,
jika mereka hendak melakukan suatu kegiatan, spontanitas yg mereka lakukan jika ada waktu, dan
dengan bekal seadanya,kalau mau jalan ya jalan aja, yang penting mereka bisa senang, dan bisa
menikmati alam bebas. dan tidak dilakukan pendidikan dasar.
Berbeda dengan pecinta alam yg sifatnya resmi atau berbentuk sebuah Organisasi, untuk pecinta
alam yang sudah terkoordinir seperti ini mutlak harus ada pendidikan dasar guna membekali
anggotanya dengan pengetahuan yang di perlukan di Alam Bebas. Pengembangan juga untuk
regenerasi Pecinta alam tersebut.
Apa itu Pendidikan Dasar pecinta Alam
Pendidikan Dasar adalah salah satu cara menarik anggota baru sebagai modal dasar
pengembangan dan regenerasi suatu organisasi. Sistem Pendidikan Dasar yang baik adalah
mampu memberikan landasan (dasar) sebuah kemampuan yang ingin dicapai (target) secara tepat

guna dan efisien. Kemampuan Dasar seseorang tergantung dari cara pembinaan dan
pembentukannya. Hal ini adalah sifat alamiah hubungan antara Organisasi dengan anggotanya.
A. Organisasi Pecinta Alam
Keberadaan organisasi pecinta alam di masyarakat luas maupun di lingkungan dunia
pendidikan formal pada awalnya sering diharapkan menjadi wadah untuk menempa diri pada
lingkungan alam bebas. Sehingga organisasi pecinta alam di dalam melaksanakan kegiatannya
sering disebut dengan olah raga alam bebas. Berbagai program kegiatan akan dialami oleh calon
anggota, sebelum mereka berhak mendapat keanggotaan organisasi pecinta alam tertentu, di
mana pada akhirnya diharapkan dapat memunculkan generasi yang tangguh sekaligus mencintai
kelestarian alam.
Dalam perkembangannya aktivitas organisasi pecinta alam secara kwantitas semakin
meningkat dan cukup menggembirakan, namun secara kwalitas perlu pembinaan yang lebih baik
dan terarah. Meskipun mencintai alam semula bersifat hobi semata, namun dengan tumbuhnya
organisasi pecinta alam yang memberi wadah aktivitas yang terprogram kegiatan, di lapangan
maupun kegiatan-kegiatan yang lain dapat meningkatkan prestasi maupun profesionalisme.
Kegiatan himpunan pecinta alam merupakan bagian dari kegiatan ekstrakurikuler. Adapun
tentang definisi ekstrakurikuler berikut ini dikemukakan oleh John M. Echol dan Hasan Sadily
(9:1979), bahwa kegiatan dapat diartikan sebagai salah satu kesibukan. Berdasarkan pengertian
tersebut, kegiatan dapat diartikan pula sebagai suatu partisipasi atau suatu keterlibatan seseorang.
Sedangkan pengertian ekstrakurikuler menurut Indra Djati Sidi (1:1992) adalah kegiatan ekstra
atau tambahan (tentu tidak wajib) yang dilakukan manusia di luar jadwal aktivitas kurikuler yang
wajib seperti kuliah, praktikum, seminar dan berbagainya.
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan siswa atau mahasiswanya di luar kampus yang bertujuan
agar siswa/mahasiswa dapat memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan mendorong
pembinaan sikap, nilai dan penerapan pengetahuan dan kemampuan yang lebih dipelajari dari
berbagai mata kuliah dalam kurikulum baik program ini maupun non-inti.
Selanjutnya Djati Sidi, Indra (2:1992) mengemukakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah
suatu wadah serta proses kerja sama sejumlah mahasiswa yang terlibat dan terikat dalam
hubungan formal dalam rangkaian hierarki untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Ekstrakurikuler memberikan pelatihan bagi mahasiswa tentang kepemimpinan, berorganisasi,
kemampuan mengelola, sosialisasi yang kurang atau tidak terdapat dalam kegiatan kurikuler.
Selain itu kegiatan ekstrakurikuler memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memperluas
spektrum wawasan dalam berbagai hal yang merupakan salah satu pernyataan agar seseorang
dapat lebih kreatif dan inovatif.
Menurut Sumaatmadja, Nursid (54: ), tentang wadah kegiatan yang bersifat ekstrakurikuler adalah
sebagai berikut :
Gerakan Pramuka dan Himpunan Pecinta Alam, yang secara khusus memiliki program dan
pembina yang berhubungan dengan pendidikan lingkungan. Hanya yang perlu ditekankan di sini
yaitu bahwa pembinaan sikap mental yang luhur terhadap kesadaran ruang, kesadaran ekologi,
dan kesadaran lingkungan harus secara sungguh-sungguh tertanam disini.

Secara tersirat dikemukakan bahwa sikap mental yang luhur merupakan tujuan utama
pembinaan generasi muda dalam kegiatan himpunan pecinta alam. Untuk itu dalam pelaksanaan
kegiatannya perlu dirancang suatu program yang terintegrasi meliputi aspek mental, fisik, materil
dan spiritual. Langkah awal Himpunan Pecinta Alam dalam upaya mencapai tujuan tersebut adalah
Pendidikan Dasar (DIKSAR), yang harus dijalankan oleh calon anggota, untuk meraih predikat
anggota dan selanjutnya berkiprah sebagai anggota dan menjalankan status dan perannya
sebagai anggota pecinta alam.
Organisasi pecinta alam dalam melaksanakan kegiatannya termasuk ke dalam kategori olah raga
alam bebas, di mana olah raga alam bebas ini memiliki beberapa aspek yang harus terpenuhi,
yakni aspek cinta alam, aspek rekreasi, serta aspek pendidikan jasmani dan rohani.
Aspek cinta alam mengandung unsur pendidikan dan unsur religius. Unsur pendidikan
memiliki fungsi sebagai upaya pewarisan nilai-nilai dan kepercayaan. Nilai-nilai seperti kejujuran,
solidaritas, gotong-royong. Pendidikan juga berfungsi memberi latihan kepada generasi muda
untuk memegang fungsi dan peranan dalam masyarakat.
Menurut Iqbal (K.G. Saiyidain, BA., M.Ed., dialihbahasakan oleh M.I. Soelaeman, 1981;171):
Pendidikan itu hendaknya bersifat dinamis dan kreatif dan diarahkan untuk memupuk dan
memberikan kesempatan gerak kepada semangat kreatif yang bersemayam dalam diri manusia
serta mempersenjatainya dengan kemauan dan kemampuan untuk menguasai bidang seni dan
ilmu pengetahuan yang baru, kecerdasan dan kekuatan. Jadi pendidikan dimaksud hendaknya
merupakan pendidikan yang diilhami oleh suatu keyakinan yang optimis tentang tujuan akhir
manusia.
Organisasi pecinta alam dalam melaksanakan kegiatannya termasuk ke dalam kategori olah
raga alam bebas, di mana olah raga alam bebas ini memiliki beberapa aspek yang harus
terpenuhi, yakni aspek cinta alam, aspek rekreasi, serta aspek pendidikan jasmani dan rohani.
Aspek cinta alam mengandung unsur pendidikan dan unsur religius. Unsur pendidikan memiliki
fungsi sebagai upaya pewarisan nilai-nilai dan kepercayaan. Nilai-nilai seperti kejujuran,
solidaritas, gotong-royong. Pendidikan juga berfungsi memberi latihan kepada generasi muda
untuk memegang fungsi dan peranan dalam masyarakat.
Menurut Iqbal (K.G. Saiyidain, BA., M.Ed., dialihbahasakan oleh M.I. Soelaeman, 1981;171):
Pendidikan itu hendaknya bersifat dinamis dan kreatif dan diarahkan untuk memupuk dan
memberikan kesempatan gerak kepada semangat kreatif yang bersemayam dalam diri manusia
serta mempersenjatainya dengan kemauan dan kemampuan untuk menguasai bidang seni dan
ilmu pengetahuan yang baru, kecerdasan dan kekuatan. Jadi pendidikan dimaksud hendaknya
merupakan pendidikan yang diilhami oleh suatu keyakinan yang optimis tentang tujuan akhir
manusia.
Penjabaran kegiatan pendidikan yang menggambarkan interaksi edukatif yang bersifat
normatif adalah adanya kesamaan keyakinan tentang tujuan pendidikan atau proses belajar
mengajar yang akan dilakukan. Misalnya, guru atau instruktur dan peserta didik harus meyakini
bahwa Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia. Demikian pula dalam proses
Pendidikan Dasar (DIKSAR) Anggota Himpunan Mahasiswa Pecinta Alam, instruktur dan peserta
didik harus meyakini bahwa Kode Etik Pecinta Alam merupakan pedoman hidup dalam mencintai
alam dan lingkungan sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Himpunan pecinta alam sebagai salah satu wadah pembinaan generasi muda dengan sengaja
membina peserta didiknya sesuai dengan ketentuan moral yang tertuang dalam Kode Etik Pecinta
Alam,

sebagai

peserta

didik

dituntut

memiliki

kemampuan

dan

nilai

lebih

dalam

menginternalisasikan nilai yang tertuang dalam kode etik tersebut yang dapat dijadikan sebagai
pedoman tingkah laku.
Pendidikan Dasar Pecinta Alam (DIKSAR PA ) pada prinsipnya mencakup 6 (enam) nilai
dalam Kode Etik Pecinta Alam, namun semua nilai tersebut menunjukkan arah agar sikap seorang
pecinta alam sejati adalah seseorang yang memiliki sikap religius yang tinggi, karena nilai-nilai
yang terkandung dalam Kode Etik memiliki makna kecintaan manusia kepada Tuhannya, kecintaan
manusia kepada alam ciptaan Tuhan, kecintaan manusia kepada makhluk ciptaan Tuhannya dan
mengekspresikan kecintaan manusia kepada Tuhannya, dalam bentuk menjaga dan memelihara
alam agar serasi dan seimbang. Harapan yang muncul setelah peserta didik menjadi seorang
anggota Himpunan Mahasiswa Pecinta Alam akan memiliki kepribadian yang lebih baik serta
memegang teguh nilai-nilai yang terkandung dalam Kode Etik Pecinta Alam.
Harus diakui, masih sedikit sekali organisasi pecinta alam yang telah melakukan kegiatan
pendidikan dengan melibatkan berbagai aspek secara integral, meskipun telah ada di beberapa
organisasi pecinta alam di kota besar. Kemiskinan muatan multi aspek dalam tubuh organisasi
pecinta alam inilah yang perlu menjadi bahan keprihatinan.
Pada kenyataannya nilai yang tertuang dalam Kode Etik Pecinta Alam, belum seluruhnya dimiliki
oleh setiap anggota kelompok pecinta alam. Masih terdapat pengertian yang salah kaprah
terhadap

bentuk-bentuk

kegiatan

yang

dilaksanakan

kelompok

pecinta

alam.

Pada

pelaksanaannya kegiatan pendidikan pecinta alam pada umumnya lebih memberikan kesan
kepada kegiatan yang bersifat menumbuhkan kekuatan fisik semata, sehingga pelaksanaan
pendidikan dasar himpunan pecinta alam lebih diwarnai dengan kegiatan fisik di lapangan
sedangkan aspek non fisik berupa kegiatan kerohanian yang menyentuh nilai-nilai dan
memunculkan sikap religius pada anggotanya seperti diskusi tentang kebesaran Allah dengan
segala hasil ciptaan-Nya atau kegiatan melakukan ibadah shalat secara berjamaah jarang
dilakukan dan biasanya kegiatan tersebut dianggap sebagai kegiatan bersifat pribadi dan
individual. Pada akhirnya fenomena seperti itu menumbuhkan kesan di masyarakat bahwa
himpunan pecinta alam adalah kelompok pemuda yang urakan, bebas, hura-hura, dan cenderung
tidak peduli terhadap lingkungan disekitarnya.
Tidaklah heran bilamana pada anggota yang dihasilkan dari pendidikan dasar tersebut masih
terdapat individu-individu yang berperilaku seenaknya yang menandakan bahwa mereka belum
betul-betul menghayati nilai-nilai yang hendaknya dimiliki oleh seorang pecinta alam. Perilaku
seenaknya dan kurang bertanggung jawab seperti membabat tanaman dan pepohonan seenaknya
untuk lokasi mendirikan tenda dan membuat api unggun, membuang sampah seenaknya, atau
bahkan membawa dan meminum minuman keras. Individu-individu seperti itu jelas belum sesuai
dengan tujuan pendidikan dasar atau Kode Etik Pecinta Alam, namun demikian individu-individu
seperti itu seringkali masih dijumpai pada kelompok-kelompok pecinta alam.
Idealnya manusia sebagai khalifah Allah SWT dimuka bumi wajib memelihara alam, sebagaimana
Allah SWT menciptakan dan memeliharanya dalam keadaan teratur, tertib, seimbang dan indah.
Dimana satu sama lain komponennya saling tergantung atau patuh kepada aturan-aturan Allah

SWT karena alam ini diperuntukan Allah SWT bagi manusia, maka manusia wajib mengolah dan
memanfaatkannya sesuai dengan amanah yang memberikannya (disarikan oleh Z.S. Nainggolan,
Al-Quran Surah Al-Baqarah; 2:164, Al-Hajj; 22:5-7, Al-Naml; 27:88, Al-Mulk; 67:1-5, Al-Sajadah;
32:7, Al-Jumuah; 62:1, Al-Naml; 16:14-18).
Fenomena sosok pecinta alam yang belum dapat mengamalkan dan menginternalisasikan nilainilai yang tertuang dalam Kode Etik Pecinta Alam, menyebabkan pentingnya penekanan visi dan
misi organisasi pecinta alam dalam melaksanakan pendidikan dasar (DIKSAR) yang bertujuan
membentuk anggota yang memiliki fisik dan mental yang tangguh dalam kehidupannya sehari-hari.
Jika melihat uraian karakteristik Himpunan Pecinta Alam dan Kode Etik yang dimiliki, maka
betapa pentingnya Pendidikan Dasar (DIKSAR) bagi calon anggota Himpunan Pecinta Alam,
karena sebagai salah satu program yang bersifat ekstrakurikuler, maka Himpunan Mahasiswa
Pecinta Alam memiliki tanggung jawab untuk menjadikan anggotanya sebagai anggota yang
memiliki kepribadian yang ideal.
B. KONSEP SISTEM PENDIDIKAN DASAR
Pendidikan Dasar merupakan sistem seleksi akhir penerimaan anggota baru yang pelaksanaannya
sepenuhnya dilakukan di alam bebas. Bentuk pembinaan secara umum terbagi atas 2 dasar :
-

Pembinaan pengetahuan dan kemampuan dasar individual dan kelompok


Pembinaan karakter kepribadian individual dan kelompok

Pembinaan pengetahuan dan kemampuan dasar individual dan kelompok


Bentuk pembinaan secara umum terbagi atas 2 dasar :
1. Pembinaan pengetahuan dan kemampuan dasar individual
Pembinaan pengetahuan dan kemampuan dasar kepecinta-alaman secara individual dilakukan
sepenuhnya untuk memberikan pemahaman yang benar tentang dasar-dasar beraktifitas di
alam terbuka.
2. Pembinaan pengetahuan dan kemampuan dasar kelompok
Pembinaan pengetahuan dan kemampuan dasar kepecinta-alaman secara kelompok
dilakukan sepenuhnya untuk memberikan daya kreatifitas dalam memecahkan permasalahan
saat beraktifitas di alam terbuka.
Penerapan pembinaan karakter kepribadian secara praktis (langsung) disesuaikan dengan medan
pendidikan di alam bebas.
Meliputi:

Pembinaan Disipliner
a. Pembinaan Karakter Kepribadian Individual
Pembinaan karakter kepribadian individual dilakukan sepenuhnya melalui metode
kedisiplinan individual dalam melaksanakan tugas/perintah pelatih/pembina.
b. Pembinaan Karakter Kepribadian Kelompok
Pembinaan karakter kepribadian individual dilakukan sepenuhnya melalui metode
kedisiplinan kelompok dalam melaksanakan tugas/perintah pelatih/pembina.

Pembinaan Mentalitas (Daya Juang)


Pembinaan mentalitas (Daya Juang) dilakukan sepenuhnya melalui metode
stabilitas emosional.

Pembinaan Kreativitas
Pembinaan kretivitas dilakukan sepenuhnya melalui metode kemampuan siswa
pendidikan memecahkan masalah (problem solving) selama melaksanakan
kegiatan pendidikan.

SISTEM PENERIMAAN anggota baru ditempuh melalui beberapa tahap, sebagai berikut:
1. Pendaftaran
2. Pemberian materi dasar / Pra Pendidikan Dasar
3. Pendidikan Dasar
C. Tujuan DIKSAR PECINTA ALAM
Bila mengacu kepada nilainilai yang tertuang dalam Kode Etik Pecinta Alam maka, maka
dapat dikemukakan bahwa tujuan DIKSAR PA hendaknya merupakan integrasi dari kegiatan yang
bersifat pendidikan jasmani dan rohani. Ada baiknya , uraian berikut ini dijadikan sebagai acuan
penentuan tujuan DIKSAR PA , yakni :
1. Tujuan pendidikan dasar mahasiswa pecinta alam, sebagai organisasi ekstrakurikuler
mendukung usaha-usaha pencapaian tujuan pendidikan nasional. Kegiatannya yang
bersifat fisik dan non fisik sehingga diharapkan seorang anggota himpunan pecinta alam
lebih memahami dan menghayati dirinya sebagai seorang yang memiliki nilai lebih dalam
memandang dirinya sebagai makhluk al-Khaliqnya, dalam memandang dirinya sebagai
bagian dari lingkungan yang diciptakan oleh Allah SWT, dalam memandang dirinya sebagai
bagian dari lingkungan sosialnya.
2. Untuk mengungkapkan gambaran empiris tentang perubahan perilaku, tingkat internalisasi
nilai-nilai dalam Kode Etik Pecinta Alam dalam sikap religius Pecinta Alam setelah
mengikuti pendidikan dasar Himpunan Mahasiswa Pecinta Alam, serta upaya dalam
menemukan format pendidikan dasar Himpunan Mahasiswa Pecinta Alam yang sesuai
dengan peningkatan prestasi, menyangkut materi pendidikan dasar, metode, dan evaluasi.
3. Membuat Kurikulum Program DIKSAR PA, dalam format yang disesuaikan secara
normatif, tergantung kepada dimana home base organisasi tersebut berada, misalnya;
Kurikulum antara Organisasi PA yang profesional, seperti Skygers, ORAD, Atau
Penyelenggara Out bond, akan berbeda dengan Kurikulum DIKSAR PA LPTK atau
DIKSAR PA Universitas.
4. Sudah saatnya Pecinta Alam memiliki satu kurikulum dasar dalam melaksanakan
pendidikan secara nasional. meskipun begitu tidak bisa dipungkiri bahwa masing-masing
organisasi memiliki kurikulum sendiri, yang diklaim mungkin terbaik menurut mereka
dibandingkan kurikulum DIKSAR PA yang lain. Untuk mempersatukannya memang agak
sulit, namun bukan berarti tidak bisa, diperlukan ekstra kerja keras, dari semua pihak dan
yang paling utama adalah adanya fasilitator yang bisa mempersatukan PA-PA ini. dan
fasiltator yang paling tepat adalah pemerintah.
Secara tersirat dikemukakan bahwa sikap mental yang luhur merupakan tujuan utama
pembinaan generasi muda dalam kegiatan himpunan pecinta alam. Untuk itu dalam pelaksanaan

kegiatannya perlu dirancang suatu program yang terintegrasi meliputi aspek mental, fisik, materil
dan spiritual. Langkah awal Himpunan Pecinta Alam dalam upaya mencapai tujuan tersebut adalah
Pendidikan Dasar (DIKSAR), yang harus dijalankan oleh calon anggota, untuk meraih predikat
anggota dan selanjutnya berkiprah sebagai anggota dan menjalankan status dan perannya
sebagai anggota pecinta alam.
Organisasi pecinta alam dalam melaksanakan kegiatannya termasuk ke dalam kategori olah raga
alam bebas, di mana olah raga alam bebas ini memiliki beberapa aspek yang harus terpenuhi,
yakni aspek cinta alam, aspek rekreasi, serta aspek pendidikan jasmani dan rohani.
Aspek cinta alam mengandung unsur pendidikan dan unsur religius. Unsur pendidikan
memiliki fungsi sebagai upaya pewarisan nilai-nilai dan kepercayaan. Nilai-nilai seperti kejujuran,
solidaritas, gotong-royong. Pendidikan juga berfungsi memberi latihan kepada generasi muda
untuk memegang fungsi dan peranan dalam masyarakat.
Makna religius yang terdapat pada aspek mencitai alam, maksudnya adalah dengan
mengenal alam semesta maka manusia akan percaya adanya Yang Maha Kuasa, Maha Pencipta.
Dalam kesempatan menikmati betapa indahnya alam semesta manusia mulai bertanya pada
dirinya, seperti dikemukakan oleh RF. Beerling : pada dasarnya manusia yang berfikiran secara
filsafat senantiasa meninjau dirinya sendiri. Biarpun dia tidak tegas mempersoalkan dirinya
sendiri. Demikian juga di dalam al-Quran (QS. Al-Jatsiyah; 12-13) disebutkan bahwa :
Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar dengan seijinNya, dan supaya kamu dapat mencari sebagian dari kesenangan dan mudah-mudahan kamu
bersyukur. Dan Dia menunjukkan unukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
semuanya sebagai rahmat daripada-Nya. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat
kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir. (QS. Al-Jatsiyah; 12-13)
Konsep di atas menunjukkan bahwa dalam kegiatan mencintai alam setiap insan pecinta alam
terlibat dalam proses bersikap setia dan taat akan aturan atau tata nilai dan kaidah-kaidah
organisasi pecinta alam.
Aspek rekreatif, artinya bahwa rekreasi adalah aktivitas di waktu senggang. Rekreasi
merupakan aktivitas yang sehat bagi mental, sosial dan fisik sebagai pelengkap dari aktivitas
kegiatan sehari-hari, karena itu kegiatan rekreasi diperlukan oleh setiap individu. Aktivitas pecinta
alam akan memberikan kesegaran baik fisik maupun mental, menumbuhkan rasa gembira dan
puas diri serta membangun kembali vitalitas tubuh dan sifat-sifat energik dalam kehidupan seharihari baik bersifat kelompok maupun individu.
Aspek pendidikan jasmani dan olah raga, adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai
individu maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui
berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan
jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentuk watak.
Unsur-unsur dasar aktivitas jasmani, yaitu :

pembentuk watak,
pembentuk prestasi,
pembentuk sosial, serta
pertumbuhan badan.

Ada berbagai alasan atau penyebab mengapa manusia melakukan olah raga. Alasan tersebut
diantaranya adalah faktor lingkungan. Sedangkan motivasi manusia melakukan olah raga, yaitu :
1. Penyesuaian terhadap lingkungan hidup sendiri (sekitar tempat tinggal, sekolah atau
tempat pekerjaan),
2. Penyesuaian geofisik, iklim mempengaruhi pilihan seseorang (perairan, padang rumput,
gunung-gunung),
3. Penyesuaian harapan (tingkatan, golongan, tempat bekerja, pengalihan status),
4. Sikap meniru dari olahragawan yang sukses,
5. Penyesuaian pada lingkungan baru.
Pada dasarnya pendidikan dasar (DIKSAR) Himpunan Mahasiswa Pecinta Alam memiliki
tujuan untuk membentuk manusia yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Nilai keimanan dan ketakwaan dalam kehidupan individu, masyarakat dan kehidupan
bernegara di Indonesia merupakan nilai yang sangat mendasar, sebagai konsekuensi dari Sila
Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila, yang harus dihayati dan diamalkan oleh seluruh
warga negara Indonesia. Karena tanpa memiliki keimanan yang benar dan ketakwaan yang
mantap tidak mungkin tercapai masyarakat modern berdasarkan Pancasila yang dicita-citakan
masyarakat Indonesia (Djamari, 1994:2).
Ketakwaan individu terhadap Tuhan Yang Maha Esa menentukan kadar hubungan dengan
sesamanya. Oleh karena itu sesungguhnya merupakan kewajiban luhur bagi manusia untuk selalu
membina sifat cinta kasih dalam dirinya agar pribadinya lebih dekat dengan Tuhannya. Manusia
ditugaskan untuk menebarkan cinta dan kasih sayangnya bukan hanya antar manusia saja,
melainkan kepada segenap isi alam, baik benda hidup maupun benda mati, seperti air, tanah,
pepohonan dan sebagainya. Sebagaimana firman Allah Taala (QS. 26:183) berikut ini: Dan
janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka
bumi dengan berbuat kerusakan.
Dilihat dari tanggung jawabnya manusia adalah makhluk yang ditugaskan untuk memakmurkan
bumi, mengelola, dan melestarikannya. Al-Quran memberi syarat tentang perilaku manusia
terhadap alam yaitu ketika Allah berdialog dengan malaikat, pada saat Adam as diciptakan (Nurdin,
Muslim dkk., 1995:269) :
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) ini
orang yang akan membuat kerusakan padanya, dan menumpah darah, padahal kami senantiasa
bertasbih memuji Engkau? Tuhan berfirman, sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
engkau ketahui (QS. 2:30).
Dengan perkataan lain orang yang bertakwa adalah orang yang melaksanakan rukun iman
dan Islam atau apa yang disandang oleh orang muslim. Terlepas apakah konotasinya lengkap atau
tidak, konsep takwa adalah konsep Islam yang disumbangkan kepada Tujuan Pendidikan Nasional
(Yusuf Amir Feisal, 1995:73).
Berdasarkan uraian diatas, jelaslah dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendidikan Dasar (DIKSAR)
Pecinta

Alam

merupakan

operasionalisasi

tujuan

pendidikan

nasional

dalam

kegiatan

ekstrakurikuler dimana Pancasila ditempatkan sebagai falsafah pendidikan, dan menempatkan


ketakwaan manusia Indonesia pada posisi yang paling utama. Dengan demikian seorang anggota
himpunan pecinta ditempa sedemikian rupa dalam DIKSAR, untuk lebih dapat melihat, merasakan,

mengaggumi ciptaan-Nya, sehingga diharapkan makin kuat dalam hal agama dan imannya dan
dijabarkan dalam sikap yang religius.
D. Nilai-nilai dalam Kode Etik Pecinta Alam
Organisasi Pecinta Alam sebagai organisasi yang dengan sengaja membina peserta didiknya
sesuai dengan ketentuan moral yang ada dalam Kode Etik Pecinta Alam, dituntut untuk membina
anggotanya agar memiliki kemampuan lebih menginternalisasikan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupannya, hal ini dimungkinkan mengingat bahwa nilai-nilai dalam Kode Etik Pecinta Alam
disusun secara sistematis dan memiliki makna yang sangat tinggi.
Berikut ini adalah keseluruhan nilai yang terdapat dalam Kode Etik Pecinta Alam yang
digunakan sebagai pedoman tingkah laku dan ketentuan moral para anggota Himpunan Pecinta
Alam.
KODE ETIK PECINTA ALAM SE-INDONESIA
Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa alam beserta isinya adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Pecinta Alam Indonesia sebagai bagian dari masyarakat Indonesia sadar akan tanggung jawab
kami kepada Tuhan, bangsa dan tanah air.
Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa pecinta alam adalah sebagai makhluk yang mencintai alam
sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
Sesuai dengan hakekat di atas dengan kesadaran kami menyatakan :
1. Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa,
2. Memelihara alam beserta isinya serta menggunakan sumber alam sesuai dengan
kebutuhannya,
3. Mengabdi kepada Bangsa dan tanah air,
4. Menghormati tata kehidupan yang berlaku pada masyarakat,
5. Berusaha mempererat tali persaudaraan antara pecinta alam sesuai dengan azas pecinta
alam,
6. Berusaha saling membantu serta saling menghargai dalam pelaksanaan pengabdian
terhadap Tuhan, bangsa dan tanah air,
7. Selesai.
Apabila dikaji isi dari butir-butir nilai yang dalam Kode Etik Pecinta Alam yang terdapa di atas,
maka kiranya cukup lengkap untuk dijadikan pedoman bagi seluruh anggota Himpunan Mahasiswa
Pecinta Alam, baik yang terdapat di lingkungan pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi,
untuk bersikap dan berperilaku dalam rangka hidup sebagai manusia yang mencintai Alam
Lingkungannya sebagai Ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Disamping nilai-nilai moral lainnya yang
telah dijadikan pedoman hidup seluruh Bangsa yang nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila yang
dijadikan pedoman hidup bangsa Indonesia dalam rangka hidup berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat.
Selaku anggota Himpunan Pecinta Alam, peserta didik senantiasa berpegang kepada janji
moral, yaitu Kode Etik Pecinta Alam, ketentuan moral tersebut merupakan prinsip dasar yang
dipakai sebagai pedoman menjalankan segala aktivitasnya dalam program kegiatan organisasinya.
Setiap nilai yang terdapat dalam Kode Etik Pecinta Alam menunjukkan suatu hubungan, baik
vertikal maupun horizontal. Kewajiban ini harus dilakukan dalam perbuatan nyata oleh setiap
anggota, sebagai realisasi dari nilai-nilai yang telah diterima dan dipahami dalam Pendidikan Dasar
(DIKSAR) Pecinta Alam.

Hubungan horizontal sebagai suatu kondisi dalam manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial mempunyai naluri dan kewajiban agar bergaul dan berinteraksi dengan
sesamanya.
Terlebih lagi hubungan vertikal, yakni antara manusia dengan Tuhan-nya, segala tingkah laku dan
sikap manusia pada dasarnya bertujuan untuk menunjukkan kesadaran manusia sebagai makhluk
Tuhan, sehingga perilaku yang muncul diharapkan dapat mencerminkan sikap religius yang tinggi,
yang dijabarkan dalam interaksi, dengan sesama manusia, dengan lingkungan alam dan yang
terutama dengan Tuhannya.
E. Proses Pendidikan Dasar (DIKSAR)
Proses Pendidikan Dasar (DIKSAR) pada organisasi pecinta alam mengikuti kaidah-kaidah
pendidikan dan pengajaran yang dilakukan di sekolah pada umumnya. Yang membedakannya
terletak pada lingkup kegiatannya. Pendidikan sekolah merupakan pendidikan formal, sedangkan
DIKSAR merupakan kegiatan non-formal dan bersifat ekstrakurikuler. Sedangkan proses yang
terjadi adalah proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru atau instruktur dan
peserta didik.
I.

Sikap Religius Anggota Pecinta Alam yang Sesuai dengan Nilai-nilai dalam Kode Etik
Pecinta Alam
Sikap merupakan suatu kesiapan dari individu untuk bertindak. Kesiapan yang dimaksudkan

adalah berhubungan dengan pemikiran dan perasaannya terhadap sesuatu obyek sebelum
individu tersebut tertindak. Sejalan dengan pendapat tersebut,

Witherington (1982:10),

mengemukakan : Sikap adalah hal yang berhubungan dengan cara-cara berpikir dan berasa
terhadap soal-soal yang mengandung nilai.
Ellis (tanpa tahun:228), mengemukakan tentang sikap, yaitu Attitude involve some knowledge
of situation. However, the essential aspect of the attitude is found in the fact that some
characteristic feeling or emotion is experinced and as we would accordingly espect, some definite
tendency to action is associated.
Menurut Ellis, yang sangat memegang peranan penting di dalam sikap adalah faktor perasaan
atau emosi, dan faktor kedua adalah reaksi atau respons, atau kecenderungan untuk bereaksi.
Dalam beberapa hal, sikap merupakan penentu yang penting dalam tingkah laku manusia.
Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang (like), atau
tidak senang (dislike), menurut dan melaksanakannya atau menjauhi / menghindari sesuatu.
Dari definisi-definisi sikap yang telah diuraikan di atas, jika diperhatikan sebagian besar dari
definisi atau pendapat tersebut selalu tercantum kata kecenderungan, yang memberikan arti
adanya kesediaan atau kesiapan mental dan syaraf yang berpengaruh dan bersifat mengarahkan
respon individu terhadap obyek atau situasi. Jadi sikap belum merupakan tindakan melainkan baru
merupakan suatu kesiapan (readiness). Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Nurkancana,
Wayan dan Sunartana (1982:249) bahwa sikap akan memberi arah kepada perbuatan dan
tindakan seseorang.
Berdasarkan gambaran di atas, maka sikap religius terbentuk atau berubah, bermula dari
stimulus yang telah diterima berupa materi DIKSAR PECINTA ALAM melalui proses perhatian,

pengertian. Jadi melalui komponen kognisi dan afeksi. Oleh karena itu keberhasilan proses
tersebut di atas tergantung dari kemampuan belajar anggota Himpunan Mahasiswa Pecinta Alam,
yang pada umumnya ditunjukan atau dapat dilihat dari prestasinya.
Akhirnya dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sikap religius yang
sesuai dengan nilai-nilai Kode Etik Pecinta Alam adalah kesiapan atau kecenderungan bertindak
religius dari para anggota Himpunan Mahasiswa Pecinta Alam yang sesuai dengan nilai-nilai dalam
Kode Etik Pecinta Alam. Yang terdiri dari komponen kognisi yakni pemahaman anggota Himpunan
Mahasiswa Pecinta Alam terhadap sikap religius yang sesuai dan nilai-nilai yang tertuang dalam
Kode Etik Pecinta Alam, komponen afeksi yakni keyakinan emosional anggota Himpunan
Mahasiswa Pecinta Alam terhadap sikap religius yang sesuai dan nilai-nilai yang tertuang dalam
Kode Etik Pecinta Alam, dan komponen konasi yakni kecenderungan untuk berperilaku dari
anggota Himpunan Mahasiswa Pecinta Alam yang sesuai nilai-nilai yang tertuang dalam Kode Etik
Pecinta Alam dimana kecenderungan tersebut mungkin positif atau mungkin negatif.
II.

Nilai Sportifitas dalam DIKSAR


Manusia adalah gabungan antara aspek fisik, mental, spiritual, sehingga bila terjadi proses

pendidikan hendaknya mencakup multiaspek tersebut.


Dalam DIKSAR kegiatan operasional biasanya dikembangkan dalam berbagai divisi kegiatan
misalnya : divisi Hutan Gunung, Arung Jeram, Penelusuran Gua, Panjat Tebing dan divisi
lingkungan. Inilah kegiatan PA yang disebut dengan kegiatan yang menumbuhkan nilai sportifitas,
karena disamping mempersyaratkan kondisi fisik yang prima, juga diperlukan nilai sportifitas yang
tinggi pada sikap dari setiap anggota PA tersebut.
Dalam perkembangannya, kegiatan operasional pada pecinta Alam seringkali mengalami pasang
surut tergantung kepada kuantitas peminat, dalam hal ini anggota PA yang memutuskan untuk
memilih spesialisasi tersebut.
Untuk mengatasi keadaan tersebut ada baiknya ditempuh beberapa langkah, misalnya adanya
pendivisian dan pembuatan kurikulum operasional. Pendivisian dimaksudkan agar regenerasi di
masing-masing divisi terus berjalan dan kurikulum operasional merupakan acuan berkegiatan bagi
anggota Pecinta Alam di dalamnya terdapat materi-materi operasional dan materi penunjang
lainnya. Dari kurikulum operasional ini dibuat sebuah schedule kegiatan sebagai panduan untuk
semua kegiatan operasional. Pengaturan jadwal kegiatan lapangan dibuat agar tidak terjadi
benturan jadwal kegiatan antara sesama divisi di operasional dan bidang-bidang lain di dalam
organisasi Pecinta Alam (PA) tesebut.
III.

Sikap dan Implementasi dalam kehidupan


Seluruh rangkain kegiatan pendidikan dasar merupakan latihan bagi siswa untuk mengenal

lebih jauh tentang diri sendiri, kelebihan dan kekurangan serta potensi yang ada pada dirinya.
Pendidikan dasar merupakan menjadi wadah bagi siswa untuk melatih dirinya menjadi pribadipribadi yang mampu meneruskan tongkat estafet organisasi kedepan dan mereka menjadi anggota
masyarakat yang mampu membawa perubahan bagi lingkunganya.

You might also like