Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Jaringan periodontal terdiri atas jaringan yang meliputi dan mendukung gigi.
geligi dalam rahang. Sesuai dengan artinya, periodontal terbagi menjadi dua bagian
yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu pert artinya sekitar dan odontos berarti gigi.
Jaringan pendukung tersebut terdiri dari: gingiva, sementum, ligamen periodontal dan
tulang alveolar. Fungsi utama gingiva yaitu untuk melindungi jaringan di bawahnya,
sedangkan attachment apparatus yang terdiri dari ligamen periodontal, sementum dan
tulang alveolar memiliki fungsi, memberikan dukungan bagi serat-serat ligamen
periodontal (Lindhe, dkk., 2003).
Jaringan periodontal normal berperan sebagai penyedia dukungan yang sangat
penting untuk dapat berlangsungnya fungsi mastikasi. Setiap bagian dari jaringan
periodontal ini memiliki fungsi dan perannya masingmasing, akan tetapi pada
dasarnya, keseluruhannya merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan (Newman,
dkk., 2012).
Jaringan periodonsium dapat bervariasi secara morfologi dan fungsional seiring
dengan perubahan umur dan keadaan patologis. Sehingga pengetahuan tentang anatomi,
histologi, serta tampilan klinis dari jaringan periodontal yang normal penting dikuasai
untuk memfasilitasi pemahaman mengenai kelainan patologis, keadaan fisiologis yang
berlebihan, maupun respon terhadap keadaan inflamatif di jaringan periodontal beserta
perawatannya. Pengetahuan tentang jaringan periodontal normal bermanfaat untuk
memahami serta membedakan keadaan jaringan periodontal dalam keadaan normal dan
kondisi patologis, sehingga dapat ditegakkan terapi yang optimal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mukosa rongga mulut (mukosa oral) berbatasan dengan kulit, bibir dan
mukosa palatum lunak, serta faring. Mukosa rongga mulut terdiri atas:
1.
dkk., 2003)
A. GINGIVA
Gingiva adalah bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi serviks gigi
dan menutupi tulang alveolar serta menutupi akar gigi sampai batas cementoenamel
junction. Gingiva merupakan bagian terluar dari jaringan periodontal. Area gingiva
dimulai dari garis mukogingiva, menutupi tulang alveolar bagian koronal,
kemudian pada ujungnya mengelilingi serviks di setiap gigi. Pada bagian palatal,
tidak terdapat garis mukogingiva karena palatum keras dan tulang alveolar maksila
diliputi oleh mukosa mastikasi yang sama (Newman, dkk., 2012).
Gingiva tersusun dari jaringan ikat dan epitel berkeratin yang meluas dari tepi
gingiva ke pertemuan mukogingiva. Menurut Fedi, dkk.(2005) dan Newman, dkk.,
(2012), secara anatomis, gingiva terdiri atas gingiva bebas (margin gingiva/free
gingiva), gingiva cekat (attached gingiva), gingiva interdental (interdental gingiva).
1.
2.
Attached gingiva
Gingiva cekat adalah perluasan gingiva bebas. Gingiva cekat
konsistensinya tegas/ kaku, teksturnya stippling seperti kulit jeruk, kenyal dan
melekat erat pada tulang alveolar. Aspek fasial gingiva cekat meluas dari
groove gingiva sampai dengan mucogingival junction (Newman, dkk., 2012).
3.
Interdental gingiva
Gingiva interdental adalah bagian gingiva yang mengisi embrasur gigi,
yakni pada daerah interproksimal di bawah kontak gigi. Gingiva interdental
dapat berbentuk piramida atau col (lembah) (Newman, dkk., 2012).
Epitel oral yang berkeratin terdiri atas empat lapisan sel, yaitu :
1. Stratum basale bentuknya kuboid
2. Stratum spinosum bentuknya poligon
3. Stratum granulosum bentuknya pipih
4. Stratum korneum
gingiva dan melalui cairan gingiva yang keluar ke sulkus gingiva (Newman,
dkk., 2006).
Gambar 10. Serat serat gingiva (1. Dentogingival koronal, horizontal, apikal, 2.Alveologingival,
3.Interpapilary 4..Transgingival, 5.Sirkular, semisirkular, 6.Dentoperiosteal, 7.Transeptal,
8.Periosteogingival 9.Intersirkular 10.Intergingival)
yang
10
B. LIGAMENTUM PERIODONTAL
Ligamen periodontal terdiri dari pembuluh darah yang kompleks dan
jaringan ikat yang sangat selular yang mengelilingi akar gigi dan menghubungkan
ke dinding bagian dalam tulang alveolar (Gambar 12). Ligamen ini bertemu dengan
jaringan ikat di gingiva dan berhubungan dengan sementum maupun ruang sumsum
tulang melalui saluran pembuluh darah dalam tulang sehingga ligamen periodontal
juga berfungsi untuk memberikan nutrisi kepada sementum, tulang alveolar serta
jaringan gingiva (Gambar 13). Selain menjaga perlekatan gigi ke tulang alveolar
dan struktur gingiva, ligamen periodontal juga berfungsi sebagai shock absorber
dan sarana transmisi daya oklusal ke tulang alveolar serta memiliki lebar rata-rata
sekitar 0,2 mm dan bervariasi. Pembuluh darah pada ligament periodontal berasal
11
dari tiga cabang, yaitu pembuluh darah apikal, pembuluh darah pada interproksimal
tulang alveolar, dan pembuluh darah dari gingiva.
12
.
Gambar 14. Lokasi kelompok serat utama dari ligamen periodontal AC: alveolar crest
fibers,H: horizontal
fibers,OBL: oblique
fibers,PA: periapical
13
Gambar 15. Gambaran histologi dari serat alveolar crest dan serat horizontal A: serat
alveolar crest, B: serat horizontal (Wikesjo, dkk., 1992).
Gambar 16. Gambaran histologi dari serat apikal (A) (Litsgarten, 2013).
Gambar 17. Gambaran histologi dari serat interradikuler A:septum interradikuler, B:serat
interradikuler, C: dentin, D: pulpa (Wikesjo, dkk., 1992).
14
Gambar 18. Gambaran histologi dari serat oblique (A) (Wikesjo, dkk., 1992)
15
Gambar
19.
A:
Penampang
histologis
arteriole, BB:
bundle
dentin,
channel, OB:
irisan
melintang
bone, C:
dari
ligamen
cementum, CC:
periodontal
cementocytes, D:
(Wikesjo,
osteocytes, SF:Sharpeys
fibers, V:
dkk.,
venules
1992).
3.
4.
5.
C. SEMENTUM
C.1. ANATOMI DAN HISTOLOGI SEMENTUM
Sementum adalah struktur terkalsfikasi yang menutupi akar anatomis gigi,
terdiri atas matriks terkalsifikasi yang mengandung serabut kolagen (Fedi, dkk.,
2004). Menurut Nanci dan Bosshardt (2006), sementum merupakan jaringan keras
avaskuler yang melapisi gigi dan membuat perlekatan dengan ligamenum
periodontal.
17
Pada dasarnya ada dua jenis sementum berdasarkan ada atau tidak adanya
sel - sel di dalamnya dan asal kolagen dari matriks. Sementum terbentuk pada
permukaan gigi yang berkontak dengan ligamen periodontal atau serat gingiva.
Sementum terdiri atas serat kolagen dan substansi dasar interfibrial. Sementoblas
membentuk organiks matriks yang dikenal dengan cementoid precementum.
Sementum terbentuk dari 45 - 50% materi inorganik (hydroxyapatite) dan 50 - 55%
materi organik dan air. Komposisi ini membuat sementum sedikit lebih keras dari
tulang. Lebar sementum bervariasi dari 16 hingga 60 m pada seperdua akar dan
lebih tebal pada sepertiga akar (Newman, dkk., ; Rateitschak, dkk., 2004).
Fungsi sementum adalah sebagai berikut :
1. Menahan gigi pada soket tulang dengan perantaraan ligamen periodonsium
2. Mengkompensasi keausan struktur gigi karena pemakaian dengan proses
pembentukan yang terjadi terus menerus
3. Memudahkan terjadinya pergeseran fisiologis
4. Memungkinkan penyusunan kembali serabut ligamen periodonsium secara
terus menerus
(Fedi, dkk., 2004).
C.2. KLASIFIKASI SEMENTUM
Dua tipe utama sementum adalah aselular (primer) dan seluler (sekunder).
Keduanya mengandung matriks interfibrial yang terkalsifkasi dan fibril kolagen.
Ada dua sumber serat kolagen yaitu serat sharpeys (ekstrinsik) yang tertanam pada
serat utama pada ligamen periodontal, dibentuk oleh fibroblast dan serat yang
berasal dari matriks sementum intrinsik yang dihasilkan oleh sementoblas.
Sementoblas juga membentuk komponen non kolagen pada substansi dasar
interfibrial seperti proteoglikans, glikoprotein dan phospoprotein. Sementum
aselular adalah yang pertama terbentuk dan menutupi sepertiga servikal atau
setengah akar dan tidak mengandung sel. Sementum ini terbentuk sebelum gigi
mencapai dataran oklusal dan ketebalannya bervariasi dari 30-230 m. Serat
sharpey meliputi hampir seluruh struktur sementum aselular (Newman, dkk., 2006)
Sementum selular terbentuk setelah gigi mencapai dataran oklusal,
bentuknya lebih irregular daripada sementum aselular dan mengandung sel
18
(sementosis) pada ruang individual (lakuna) dan berinteraksi satu sama lain melalui
sistem anastomosis kanalikuli. Sementum selular terkalsifikasi lebih sedikit
daripada tipe aselular. Serat sharpey memiliki bagian yang lebih sedikit daripada
sementum aselular dan terpisah dari serat lain yang tersusun paralel pada
permukaan akar (Newman, dkk., 2006). Berdasarkan hal tersebut sementum
diklasifikasikan menjadi :
1. Acellular Afibrial Cementum (AAC)
AAC tidak mengandung sel-sel ataupun serat kolagen ekstrinsik maupun
intrinsik, berbeda dengan substansi dasar. Sementum ini merupakan produk
sementoblas dan terletak pada koronal dengan ketebalan 1- 15 m.
2. Acellular Extrinsik Fiber Cementum (AEFC)
AEFC terbentuk hampir seluruhnya merupakan serat sharpey dan banyak sel.
AEFC merupakan produk fibroblas dan sementoblas ditemukan pada sepertiga
akar, tetapi dapat pula meluas ke apikal ketebalannya antara 30 dan 2.30 m.
Nanci dan Bosshardt (2006) menyebutkan bahwa AEFC ini dapat ditemukan
pada servikal gigi hingga setengah sampai dua pertiga dari akar. Sementum tipe
ini memiliki peranan penting dalam perlekatan gigi pada tulang alveolar
(Lindhe, 2003).
3. Cellular Mixed Stratified Cementum (CMSC)
CMSC terbentuk dari serat extrinsik (sharpey) dan bisa mengandung sel.
Merupakan co-produk fibroblas dan sementoblas, terdapat pada sepertiga apikal
akar dan daerah furkasi. Ketebalannya berkisar antara 100-1000 m.
4. Cellular Intrinsik Fiber Cementum (CIFC)
CIFC mengandung sel tanpa serat kolagen ekstrinsik. Terbentuk dari
sementoblas, terdapat pada lakuna yang resopsi. Sementum serat intrinsik seluler
(sekunder sementum, sementum selular) terdapat di bagian apikal sepertiga atau
setengah dari akar dan di daerah furkasi (Nanci dan Bosshardt, 2006).
19
5. Intermediate Cementum
Intermediate cementum adalah zona ill-defined di dekat cementodentinal
junction pada gigi tertentu yang terlihat mengandung sisa selubung hertwigs
tertanam pada substansi dasar yang terkalsifikasi (Newman, dkk., 2006)
20
osteocalcin,
osteonectin,
osteopontin,
tenascin,
proteoglikan,
D. TULANG ALVEOLAR
D.1. ANATOMI DAN HISTOLOGI TULANG ALVEOLAR
Tulang alveolar merupakan bagian dari mandibula dan tulang rahang atas
yang membentuk dukungan utama untuk struktur gigi (Sodek dan Marc, 2000).
Tulang alveolar atau prosesus alveolaris yaitu bagian dari maksila dan mandibula
yang membentuk dan mendukung soket gigi (alveoli). Processus ini terbentuk saat
erupsi gigi dan melekat dengan ligamen periodontal, serta akan menyusut secara
bertahap setelah gigi hilang. Prosesus alveolaris ini bersama - sama dengan akar,
sementum dan membran periodontal selain bertanggung jawab dalam perlekatan
gigi, juga memiliki fungsi utama mendistribusikan dan menyerap gaya yang
dihasilkan dari proses mastikasi maupun kontak oklusal (Newman, dkk., 2006;
Hoag dan Pawlak, 1990; Rateitschak, dkk, 2004).
Processus ini terdiri dari tiga komponen yaitu tulang alveolar, tulang
kompakta dan tulang cancellous. Tulang alveolar meliputi tulang kortikal dan
tulang alveolar proper atau yang sering dikenal dengan cibriform plate, dinding
alveolar, dan lamina dura. Tulang kompakta menyusun sebagian besar soket bagian
fasial atau palatal dan lingual, sedangkan tulang cancellous mengelilingi lamina
dura di bagian apikal, apikolingual, dan daerah interradikuler, serta banyak terdapat
di maksila dibandingkan mandibula. Tulang cancellous ini terdiri dari trabekulatrabekula. Dengan pola trabekula tersebut akan sangat bervariasi tergantung pada
gaya oklusal yang diterima (Newman, dkk., 2006; Hoag dan Pawlak, 1990).
21
Gambar 21. Gambaran tulang alveolar secara histologis (Rateitschak, dkk., 2004)
Gambar 22. Gambaran tulang alveolar secara anatomis 1.Tulang alveolar, 2.Tulang
trabekular (cancellous), 3.Tulang kompakta (Newman, dkk., 2006;
Rateitschak, 2004).
Gambar 23. Gambaran tulang alveolar maksila (A) dan mandibula (Lindhe, 2003)
osteosit. Sel - sel ini berlokasi di lakuna. Lakuna ini saling berhubungan dan
berkomunikasi melalui kanalikuli. Kanalikuli ini yang membentuk sistem
anastomosis menggunakan matriks interseluler dari tulang, kemudian membawa
oksigen dan nutrisi untuk osteosit melalui darah dan membuang sisa produk
metabolit. Tulang terdiri dari bahan anorganik sebanyak dua per tiga bagian,
sedangkan sepertiganya terdiri dari bahan organik. Bahan anorganik tersusun
terutama dari mineral kalsium dan fosfat, selain itu juga terdapat hidroksil,
karbonat, sitran dan ion - ion lain seperti magnesium, sodium, dan fluorin. Matriks
organik mengandung 90% kolagen tipe I. Deposisi tulang oleh osteoblas seimbang
dengan resorbsi oleh osteoklas selama proses remodeling dan pembentukan
jaringan baru (Newman, dkk., 2006; Hoag dan Pawlak, 1990; Rateitschak, dkk,
2005).
Remodeling merupakan suatu keadaan baik berupa perubahan bentuk
tulang, resistensi terhadap tekanan atau gaya, perbaikan luka, serta homeostatis dari
kalsium dan fosfat dalam tubuh. Proses ini meliputi resorpsi dan formasi yang
dipengaruhi oleh adanya faktor lokal dan sistemik. Faktor lokal terdiri dari keadaan
fungsional masing - masing gigi dan usia yang mempengaruhi perubahan dalam sel
tulang, sedangkan faktor sistemik kemungkinan berkaitan erat dengan hormonal,
seperti hormon paratiroid, kalsitonin, atau vitamin D (Newman, dkk., 2006;
Rateitschak, dkk, 2005).
23
24
sampai 1,49 mm dengan rata-rata 1,08 mm dan jarak ini akan meningkat sesuai
bertambahnya usia sampai rata-rata sebesar 2,81 mm.
25
B
A
26
BAB III
KESIMPULAN
27
DAFTAR PUSTAKA
28