Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk suatu objek terfokus ke atas retina, semakin jauh objek itu, semakin
menipis lensa mata untuk memfokusnya. Pengubahan bentuk lensa dikawal oleh
otot siliari yang terdapat pada badan siliari, disebut akomodasi. Apabila terjadi
kontraksi, fiber dalam ligamen suspensori meregang dan menyebabkan lensa menebal dan
menjadi lebih konveks. (Lauralee Sherwood, 1996)
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang
terdiri atas kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa, badan vitreous (badan
kaca), dan panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh
media penglihatan dan panjang bola mata sedemikian seimbang sehingga
bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah
makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan
2.2.3 Konjungtiva
Adalah membrana mukosa (selaput lendir) yg melapisi kelopak dan melipat
ke bola mata untuk melapisi bagian depan bola mata sampai limbus. Konjungtiva
ada 2, yaitu konjungtiva palpebra (melapisi kelopak) dan konjungtiva bulbi
(menutupi bagian depan bola mata). Fungsi konjungtiva adalah sebagai proteksi
pada sklera dan memberi pelumasan pada bola mata. (Lauralee Sherwood, 1996)
2.2.4 Iris
Lapisan tengah bola mata terdiri atas tiga bagian, yaitu iris, badan siliar,
dan koroid. Iris merupakan membran sirkuler yang berwarna, terletak di
belakang kornea, tepat di depan lensa. Pada bagian pusatnya terdapat lubang
yang disebut pupil. Otot pada iris adalah otot polos yang tersusun sirkuler dan
radier. Otot sirkuler bila kontraksi akan mengecilkan pupil, dirangsang oleh
cahaya sehingga melindungi retina terhadap cahaya yang sangat kuat. Otot radier
dari tepi pupil, bila kontraksi menyebabkan dilatasi pupil. Bila cahaya lemah,
otot radier akan kontraksi, sehingga pupil dilatasi untuk memasukkan cahaya
lebih banyak. Fungsi iris adalah mengatur jumlah cahaya yang masuk mata.
Pengendaliannya oleh saraf otonom. (Lauralee Sherwood, 1996)
2.2.5 Badan Siliar
Menghubungkan koroid dengan iris dan tersusun dalam lipatan-lipatan
yang berjalan radier ke dalam, menyusun prosesus siliaris yang mengelilingi tepi
lensa. Prosesus ini banyak mengandung pembuluh darah dan saraf. Fungsi badan
siliar adalah penghasilkan Aqueous Humor. (Lauralee Sherwood, 1996)
2.2.6 Koroid
Koroid adalah membran berwarna coklat yang melapisi permukaan dalam
sclera dan mengandung banyak pembuluh darah dan sel-sel pigmen yg memberi
warna gelap. Fungsinya yaitu memberi nutrisi ke retina dan badan kaca dan
mencegah refleksi internal cahaya. (Lauralee Sherwood, 1996)
7
aqueous
humor
tidak
dikeluarkan
sama
cepatnya
dengan
Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal dan dewasa. Di bagian
luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks
lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai
korteks anterior, sedangkan dibelakangnya korteks posterior. Nukleus lensa
mempunyai konsistensi lebih keras dibanding korteks lensa yang lebih muda. Di
bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa di
seluruh ekuatornya pada badan siliar (H. Sidarta Ilyas, 2004).
2.2.9 Badan Vitreous (Badan Kaca)
Badan vitreous menempati daerah mata di belakang lensa. Struktur ini
merupakan gel transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit
kolagen, dan molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous
mengandung sangat sedikit sel yang menyintesis kolagen dan asam hialuronat
(Luiz Carlos Junqueira, 2003). Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan
sinar dari lensa ke retina. Kebeningan badan vitreous disebabkan tidak
terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya
kekeruhan badan vitreous akan memudahkan melihat bagian retina pada
pemeriksaan oftalmoskopi. Vitreous humor penting untuk mempertahankan
bentuk bola mata yang sferis (Lauralee Sherwood, 1996).
2.2.10 Saraf Optik
Saraf optik adalah batang yang mengandung kim-retina. Saraf ini keluar
dari belakang bola mata melalui lubang di sklera yang bulat dan pendek
(panjang 0,7, diameter 1,5 mm) yang letaknya 1 mm di sebelah bawah dan 3 mm
di sebelah nasal polus posterior bola mata. Panjang saraf optik bagian orbita
adalah 25-30 mm dan berjalan ke posterior di dalam kerucut otot. Saraf ini
kemudian berjalan melalui kanal optik bagian tulang ke dalam rongga kranial.
Bagian intrakana-likular ini panjangnya 4-9 mm. Setelah berjalan intra-kranial
sepanjang 10 mm, saraf ini bergabung dengan saraf optik yang berasal dari sisi
lainnya membentuk kiasma optik.
10
Rongga subdural ada di antara dura dan araknoid: rongga subaraknoid ada
di antara pia dan araknoid. Kedua rongga ini lebih merupakan rongga potensial
daripada rongga sesungguhnya yang ada dalam ke-adaan normal, tetapi
menyatu dengan rongga-rongga intrakranial yang berkaitan. Dengan tekanan
yang me-madai cairan subaraknoid dan cairan subdural mengisi rongga-rongga
potensial ini di sekitar saraf optik. Lapisan-lapisan meningen saling melekat
sesamanya, melekat pada saraf optik dan melekat pada tulang-tulang di
sekitarnya di dalam foramen optik. sehingga saraf optik mampu menahan tarikan
dan kedua ujung-nya.
11
12
separuh retina bagian nasal) mengalami dekusasi dan menyatu dengan se-rabutserabut temporal yang tidak menyilang dari nervus opticus kontralateral untuk
membentuk
traktus
optikus.
Masing-masing
traktus
optikus
berjalan
13
Gambar 6
Magnetic resonance imaging (MRI) otak normal dalam potongan sagital (kiri
atas), potongan koronal (kanan atas), dan potongan aksial (kiri bawah). Tanda
panah putih menunjukkan kiasma.
14
Gambar7. Jaras optik. Garis putus-putus mewakili serat saraf yang membawa
impuls aferen penglihatan dan pupil dari separuh kiri lapangan pandang.
2.4 Pendekatan Terhadap Keluhan Gangguan Lapang Pandang
Serabut-serabut saraf di jaras penglihatan mempertahankan hubungan
spasial yang kasar satu sama lain, dan merefleksikan asalnya di retina. Fakta ini
dan penyilangan parsial jaras pada kiasma optikum menghasilkan pola
karakteristik gangguan lapang pandang, dan sangat berguna dalam menentukan
letak lesi. (Isselbacher, 1999)
Selain hemianopia klasik dan kuadrananopia, gangguan lapang pandang
lain dan fenomena terkait yang dapat terdeteksi adalah skotoma sentralis yaitu
hilangnya penglihatan sentral yang umumnya berhubungan dengan penurunan
ketajaman penglihatan dan merupakan karakteristik penyakit nervus optikus dan
penyakit macula retina. Macular sparing, yaitu daerah macula yang masih baik
15
pada pasien dengan hemianopia homonim dapat disebabkan oleh lesi korteks
visual yang tidak mengenai kutub oksipital yang merupakan representasi daerah
macula. (Ginsberg Lionel, 2008)
Saraf optik adalah bagian dari sistem saraf sentral, karena secara
embrilologik merupakan tonjolan dari diensefalon. Struktur jaringan saraf optik
juga sama dengan struktur jaringan otak yaitu merupakan jaringan sel-sel
saraf yang dibungkus oleh dura mater, araknoid dan pia mater. Dari panjangnya
perjalanan rangsangan saraf ini dapat dimengerti bahwa adanya gangguan terhadap
sistem saraf sentral akan memberikan pengaruh terhadap sistem sensorik visual,
yang dapat dibaca dari adanya kelainan-kelainan kampi-metrik. (Ginsberg
Lionel, 2008)
Gangguan pada saraf optik di bagi atas tiga topik :
1.
2.
Gangguan kiasma
Persilangan kedua saraf optik di daerah Sela tursika ini di kelilingi oleh
ujung depan dari ventrikel III di bagian atas, arteri karotis interna di bagian
lateral, sedang di bagian dasar-nya dialasi oleh rongga sub araknoid, diafragma
selia, dan sella tursika. Lesi kiasma dapat disebabkan oleh :
1. Tumor Pituitari
2. Kraniofaringioma
3. Meningioma Supraselar
16
Gangguan post-kiasma terdiri atas: lesi mulai dari traktus optik hingga
korteks kalkarina serta gangguan fungsi dari korteks otak yang terlibat dalam
sistem sensorik visual. (Daniel Vaughan, 1995)
2.4.1 Gangguan Saraf Optik Pre Kiasma
a. AAION (Acute Anterior Ischemic Optic Neuropathy)
Acute Anterior Ischemic Optic Neuropathy atau disebut juga apoplexia
papillae adalah suatu keadaan iskemi yang akut (sampai infark) pada saraf optik
bagian depan (daerah prelaminar, dan laminar). (Daniel Vaughan, 1995)
AAION dihubungkan dengan terjadinya penyumbatan pembuluh darah yang
memberi darah bagian depan saraf optik yaitu arteri siliaris posterior brevis atau
cabang-cabangnya dan tidak dihubungkan dengan infeksi, demielinisasi atau
penekanan oleh masa pada saraf optik. Penyumbatan dapat disebabkan oleh
trombus atau emboli yang dikaitkan dengan faktor dasar yaitu hiperkoagulasi,
sedangkan faktor pencetusnya adalah kelainan jantung dan ritme jantung seperti
aritmia, bradikardi. AAION bentuk ini disebut juga non arteritic ION dan
menyerang penderita yang berusia 40 tahun atau lebih. (Daniel Vaughan, 1995)
Bentuk lain dari ischemic optic neuropathy adalah arteritic ION yang
menyerang penderita usia lebih tua dan dikaitkan dengan penyakit kolagen.
Gambaran klinik
detik atau menit yang kemudian kembali menjadi normal (amaurosis fugaks).
Serangan gelap ini bisa juga hanya mengenai sebagian lapang pandangan. (Daniel
Vaughan, 1995)
AAION yang disebabkan oleh arteritis biasanya selalu didahului oleh
demam dan rasa sakit kepala yang sangat hebat, lemah badan disertai mialgia
otot-otot utama seperti otot bahu, leher serta tungkai atas. (Daniel Vaughan,
1995)
Pada pemeriksaan didapatkan edema papil saraf optik yang sektora atau
tidak menyeluruh kadang-kadang ditemukan adanya perdarahan peripapil tapi
tidak pemah dikemukakan adanya eksudat pada retina. (Daniel Vaughan, 1995)
b. Neuritis Optik (Radang Saraf Optik)
Neuritis optik adalah peradangan saraf optik yang dapat disebabkan
oleh berbagai hal seperti demielinisasi, intoksikasi, radang dan lain-lain. Penyakit
ini terutama mengenai satu mata dan biasanya ter-dapat pada orang muda. Pada
anak dapat timbul pasca infeksi virus oleh penyakit-penyakit seperti Morbili,
Varisela, infeksi saluran pemapasan atas atau demam tidak spesifik. Pada
keadaan-keadaan ini papilitisnya bilateral tetapi dapat juga unilateral.
Neuritis optik dapat pula merupakan penyebaran dari radang di daerah
sekitar perjalanan saraf optik yaitu sinusitis, meningitis (purulen, TBC), dan
peradangan regio orbita. Neuritis optik juga dapat merupakan gejala awal suatu
penyakit lain seperti neuritis optik yang terdapat pada penyakit Devic atau
multipel sklerosls, serta dapat juga merupakan kelainan herediter seperti pada
penyakit Leber. (Daniel Vaughan, 1995)
Penyakit atau kelainan sistemik yang dapat menimbulkan neuritis optik
adalah sifilis, berbagai penyakit kelainan darah, diabetes mellitus, berbagai
penyakit keganasan serta intoksikasl. Dikenal dua bentuk klinik berdasarkan
pemeriksaan fundus yaitu papilitis dan neuritis retrobular. Papilitis yaitu bila
18
proses radang terdapat pada saraf optik yang berada di dalam bola mata (papil
saraf optik) serta tampak sebagai edema papil yang kemerahan. Sedangkan
neuritis retrobulbar adalah bila proses radangnya terdapat saraf optik dibela.kang
bola mata dan tidak tampak kelainan pada papil saraf optik. (Daniel Vaughan,
1995)
Gambaran klinik
Edema Papil
Edema papil adalah suatu kongesti tanpa peradangan pada papil saraf optik
yang berhubungan dengan meninggi nya tekanan intra kranial. Faktor terpenting
pada mekanisme tejadinya edema papil adalah obstruksi aliran vena retina
sentral setelah keluar dari saraf optik yang melalui rongga sub araknoid dan sub
dural-dengan demikian edema papil merupakan suatu gejala dari suatu kelainan
atau penyakit lain yang harus dicari. (Daniel Vaughan, 1995)
19
Hipotoni
Glaukoma akut
Oftalmopati tiroid
Kelainan sistemik
Hipertensi maligna
Kelainan darah/anemia
Hipovolemi
Edema papil juga didapatkan pada papilitis dan AAION akan tetapi warna
papil yang membengkak masih lebih merah (hiperemi) dan ekskavasi papil masih
tampak. Pada edema papil karena kongesti tampak ukuran papil menjadi lebih
besar dari normal, pulsasi vena menghilang dan kadang-kadang dapat dilihat
adanya edema retina disekitar papil serta perdarahan radial sekeliling papil.
Edema papil yang disebabkan oleh tekanan intrakranial yang meninggi
disebut sebagai papil edema. Penonjolan papil pada papil edema dapat
diukur dengan menggunakan oftalmoskop, edema
penonjolan melebihi 3 Dioptri disebut
ditimbulkan oleh adanya :
Abses serebri
papil dengan
Hidrosefalus
Kraniostenosis
Pada edema papil fungsi saraf optik pada awalnya tidak terganggu
sehingga tajam penglihatan normal, luas lapang pandang-an normal,
hanya didapatkan pembesaran bintik buta. Akan tetapi bila edema papil
berlangsung berminggu-minggu atau kronis dapat menimbulkan atrofi
serabut saraf optik sehingga terjadi gangguan serabut saraf optik yang
ditandai dengan kontraksi atau defek lapang pandangan. (Daniel
Vaughan, 1995)
d. Atrofi Saraf Optik
Atrofi papil adalah kematian serabut saraf optik yang tampak
sebagai papil yang berwarna pucat akibat menghilangnya pembuluh
darah kapiler serta akson dan selubung mielin saraf. Atrofi papil adalah
stadium akhir dari suatu proses pada serabut saraf optik baik yang
berada di retina, di papil maupun yang berada di belakang papil. Secara
klinik atrofi papil di bedakan atas :
21
(AAION)
atau
edema
papil
akibat
peninggian tekanan
Di dalam kiasma optik terdapat semua akson aferen darl saraf optik
kanan dan kiri yang bersilang dengan bentuk arsltektur persilangan saraf seperti
gambar di bawah.
Secara teoritis lesi terhadap kiasma optik dapat terjadi dan arah depan,
belakang, lateral kanan dan kiri, dari atas, dari bawah atau berbagai kombinasi
misalnya lesi dari arah antero inferior Dari berbagai arah lesi ini dapat
diperkirakan berbagai bentuk skotoma yang terjadi misalnya lesi dari arah
anterior atau posterior akan menyebabkan skotoma bitemporal. (Daniel
Vaughan, 1995)
Secara klinis yang sering ditemukan adalah skotoma bitemporal dan ini
mengindikasikan adanya lesi pada kiasma, selanjut-nya penyebab lesinya yang
perlu dicari. Pengobatan ditujukan dan prognosis tergantung dari penyebab
lesinya. Penyebab Lesi antara lain:
a.
Tumor Pituitari
Kejenjar pitujtari lobus anterior adalah tempat asal tumor pituitari. Keluhan
dan gejalanya adalah menurunnya penglihatan, defek lapang pandang, disfungsi
pituitari, paralisis saraf ekstraokular, dan dengan CT-scan tampak adanya tumor
sela dan suprasela. Pengobatan biasanya adalah pembedahan. Sebagai indikasi
adalah menurunnya penglihatan atau disfungsi endokrin. Tajam penglihatan
dan lapang pandang bisa membaik secara dramatis jika tekanan pada kiasma
telah dihilangkan. (Daniel Vaughan, 1995)
b.
Kraniofaringioma
23
Meningioma Supraselar
Meningioma supraselar berasal dari meningen yang melingkupi
24
26
27
retina.
Perluasan
bintik buta
fisiologis,
yang
terlihat
dengan
kerusakan
pada
nervus
optikus,
baik
sesisi
maupun
Mata merah
Mata perih
Penglihatan ganda
Obat-obatan
Adakah riwayat pemakaian obat yang mungkin menyebabkan gejala
gangguan penglihatan atau pemakaian obat untuk mengobati penyakit
mata misalnya obat tetes mata untuk glaukoma. (Jonathan Gleadle,
2005)
Riwayat keluarga dan sosial
30
Lakukan tes gerak bola mata dan tanyakan mengenai diplopia dan
cari nistagmus. (Jonathan Gleadle, 2005)
gelap
dengan
oftalmoskopi
yang
bagus
yang
bisa
menghasilkan cahaya terang, dan jika perlu gunakan zat untuk dilatasi
pupil. Minta pasien untuk memusatkan pandangan ke objek yang jauh.
Periksa mata kanan pasien dengan mata kanan Anda dan mata kiri
pasien dengan mata kiri Anda. (Jonathan Gleadle, 2005)
Mula-mula periksa dari jarak jauh adakah refleks merah dan
jika tidak ada pertimbangkan opasitas lensa seperti katark. Kemudian
periksa diskus optikus, bagian perifer retina dengan mengikuti
pembuluh darah, denyut vena, perdarahan, eksudat, dan makula.
31
Mikroaneurisma
Eksudat halus
Perubahan proliferatif
2. Retinopati hipertensif
Garis perak
Edema papil
3. Edema papil
4. Atrofi optik
5. Retinitis pigmentosa
32
a. Anamnesis
Gambaran yang penting dari pembengkakan lempeng akibat peningkatan
tekanan intrakranial adalah tidak adanya kehilangan penglihatan akut yang
berlangsung lama. Beberapa pasien dapat mengalami kehilangan penglihatan
sementara yang berlangsung selama beberapa detik ketika berubah posisi
(pengaburan (obscuration) penglihatan). Gambaran lain peningkatan tekanan
intrakranial adalah:
Mual, muntah.
James,
2005)
b. Tanda
33
c. Pemeriksaa Penunjang
CT scan dan MRI akan mengidentifikasi suatu lesi desak ruang atau pembesaran ventrikel. Setelah dilakukan konsultasi neurologis (dan normalnya setelah
pemindaian), tekanan intrakranial dapat diukur dengan pungsi lumbal. (Bruce
James, 2005)
Neuritis optik
70% pasien dengan neuritis optik akan mengalami gejala neurologis lain
sehingga mengimplikasikan diagnosis demielinisasi (sklerosis multipel). (Bruce
James, 2005)
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan memperlihatkan:
Lempeng
normal
34
pada
neuritis
retrobulbar.
Pembengkakan
lempeng
Ini merupakan penyakit autoimun yang timbul pada pasien yang umumnya
berusia lebih dari 60 tahun. Penyakit ini mengenai arteri dengan lamina elastika
interna. Dapat timbul dengan kombinasi:
Kehilangan penglihatan mendadak
Nyeri tekan kulit kepala (misal saat menyisir)
Nyeri ketika mengunyah (klaudikasio rahang)
Nyeri bahu
Malaise.
a. Tanda
Tanda yang didapatkan biasanya:
35
Arteri temporal nyeri pada penekanan, suatu tanda yang sugestif untuk
arteritis sel raksasa. (Bruce James, 2005)
b. Pemeriksaan Penunjang
Jika didapatkan arteritis sel raksasa, LED dan protein reaktif-C biasanya
sangat meningkat (meski 1 dari 10 pasien dengan arteritis sel raksasa memiliki
LED normal). Biopsi arteri temporal sering membantu namun mungkin tidak dapat
mengarahkan diagnosis, terutama jika hanya spesimen kecil yang diperiksa karena
penyakit ini dapat melewati suatu bagian arteri. Arteritis sel raksasa juga dapat
timbul sebagai oklusi arteri retina sentral di mana pembuluh darah terkena
secara sekunder akibat arteritis pada arteri oftalmika. (Bruce James, 2005)
Pemeriksaan
penunjang pasien
dengan
neuropati
optik iskemik
nonarteritis termasuk:
Hitung darah lengkap untuk menyingkirkan anemia
Pemeriksaan tekanan darah
Pemeriksaan kadar gula darah
LED dan protein reaktif-C untuk memeriksa arteritis sel raksasa.
Baik hipertensi maupun diabetes dapat dikaitkan dengan kondisi ini.
36
Penyakit ini juga didapatkan pada pasien yang mengalami kehilangan darah
akut, sebagai contoh pada hematemesis yang muncul beberapa hari setelah
perdarahan akut. Episode hipotensif juga dapat mengakibatkan neuropati optik
iskemik. Kadang kelainan pembekuan atau penyakit autoimun dapat menyebabkan
terjadinya kondisi ini. (Bruce James, 2005)
d. Prognosis
Penglihatan jarang memburuk secara progresif pada neuropati optik iskemik
nonarteritis dan keluaran penglihatan dalam hal lapang pandang serta tajam
penglihatan sangat bervariasi. Penglihatan tidak kembali pulih bile telah hilang.
Mata kontralateral dapat terlibat dengan cepat pada pasien dengan arteritis sel
raksasa yang tidak diterapi. Selain itu juga terdapat keterlibatan mata
kontralateral yang bermakna pada bentuk nonarteritis (40-50%). (Bruce James,
2005)
Atrofi optik
-i
37
(a)
(b)
Kiasma
Lesi kompresif pada kiasma menghasilkan hemianopia bitemporal karena
serabut yang merepresentasikan retina nasal (lapang pandang temporal)
terkompresi ketika bersilangan di pusat kiasma. Pasien dapat datang dengan gejala
penglihatan yang tidak jelas, seperti:
Mungkin terdapat kesulitan dalam melakukan pekerjaan yang membutuhkan stereopsis seperti menuang air ke dalam gelas atau memasukkan
benang ke jarum.
Lesi yang paling umum ditemukan adalah tumor hipofisis dan pasien hams
ditanya mengenai gejala yang berkaitan dengan gangguan hormonal (Gambar
14.5). Terapi bergantung pada jenis tumor yang ditemukan; beberapa dapat
38
konfrontasi digunakan jarum dengan kepala berwarna merah, pasien diminta untuk
mengatakan saat ia pertama kali melihat kepala jarum tersebut berwarna merah
(bukan saat ia pertama kali melihat kepala jarum tersebut). Cara yang lebih
sederhana, satu objek berwarna merah dapat dipegang di tiap kuadran atau
setengah lapang pandang dan pasien diminta untuk membandingkan kualitas
warna merah di tiap lokasi. Pada defek lapang pandang hemianopik, warna merah
akan tampak lebih buram di lapang pandang yang terkena. (Bruce James, 2005)
b. Perimeter
Mesin ini memungkinkan pemetaan lapang pandang yang lebih akurat.
Mesin ini mengukur:
-
kali melihat cahaya dengan ukuran dan tingkat kecerahan tertentu yang
digerakkan dari perifer. Hal ini seperti menggerakkan kepala jarum pada
tes konfrontasi. (Bruce James, 2005)
-
bertautan. Ini merupakan titik akhir dari tes, dan tekanan yang diberikan
dikonversi ke dalam satuan tekanan okular (mmHg) yang dapat dilihat di
tonometer. Ahli optometri menggunakan tiupan udara dengan intensitas yang
berbeda-beda untuk menghasilkan pendataran kornea dan bukannya menggunakan
kan prisma tonometer Goldmann. Berbagai tonometer lain juga dapat
digunakan termasuk alat elektronik genggam kecil. (Bruce James, 2005)
2.7 Penatalaksanaan Gangguan Lapang Pandang
Edema Papil
a. Terapi dan Pengobatan
Tekanan intrakranial dapat meningkat dan terdapat pembengkakan lempeng
tanpa bukti adanya abnormalitas intrakranial dan tanpa dilatasi ventrikel pada
pemindaian. Keadaan ini dinamakan hipertensi intrakranial jinak dan biasanya
terjadi pada perempuan yang kelebihan berat badan pada dekade kedua dan ketiga
kehidupannya. Pasien mengeluh sakit kepala, mengalami penglihatan kabur, dan
palsi saraf keenam. Tidak ada masalah neurologis lain. Meski kehilangan
penglihatan akut permanen bukan merupakan tanda edema papil, namun jika saraf
optik tetap membengkak selama beberapa minggu, maka akan terjadi
penyempitan lapang pandang yang progresif. Maka penting untuk menurunkan
tekanan intrakranial. Penurunan tekanan bisa dilakukan:
Dengan dekompresi saraf optik di mana satu lubang kecil dibuat pada
lapisan yang menyelubungi saraf optik sehingga memungkinkan
drainase LCS dan menurunkan tekanan LCS di sekitar saraf optik
anterior.
Lesi desak ruang (yaitu tumor dan perdarahan) dan hidrosefalus
Neuritis Optik
a.
Jika diduga terdapat arteritis sel raksasa, maka terapi tidak boleh ditunda
sementara diagnosis dikonfirmasi. Steroid dosis tinggi diberikan secara intravena
dan oral, dan dosis diturunkan secara perlahan-lahan (tappereo< selama mingguminggu berikutnya sesuai gejala dan respons LED atau protein reaktif-C.
Tindakan pencegahan umum harus dilakukan, seperti pada pasien lain yang
mendapatkan steroid, untuk menyingkirkan kondis medis lain yang dapat muncul
atau memburuk dengan penggunaan steroic (misal tuberkulosis, diabetes,
hipertensi, dan peningkatan kerentanar terhadap infeksi). Steroid tidak akan
mengembalikan hilangnya penglihatar namun akan mencegah terlibatnya mata
kontralateral. Sayangnya, tidak ada terapi untuk neuropati optik iskemik
nonarteritis selain mendiagnosis kondisi yang mendasarinya. (Daniel Vaughan,
1995)
2.8 Morbiditas dan Mortalitas Pada Gangguan Mata di Indonesia
Menurut data Riskesdas 2007, prevalensi nasional kebutaan di Indonesia
adalah sebesar 0,9% dengan penyebab utama katarak. Dilaporkan pula telah
terjadi
peningkatan
prevalensi
nasional
42
kasus
katarak
sebesar
1,8%,
dibandingkan dengan data SKRT 2001 sebesar 1,2%. Penyebab kebutaan lainnya
adalah glaucoma dengan prevalensi sebesar 0,5% dan disusul dengan gangguan
refraksi serta penyakit mata degeneratif. (Depkes, 2007)
Sementara itu survei kebutaan dan morbiditas mata di Jawa Barat pada
tahun 2005 menunjukan hasil survey prevalensi kebutaan 3,6%, gangguan
penglihatan sedang 7,0%, gangguan penglihatan berat 7,8%. Distribusi penyebab
kebutaan adalah sebagai berikut: lensa: 80,6%, retina: 5,5 %, kornea: 5,5%,
neuropati optik: 2,8%, kelainan refraksi: 2,8%, ptisis bulbi: 2,8%. (Depkes,
2007)
Prevalensi kebutaan menurut usia: 40-49 tahun: 1,46%, 50-59 tahun:
1,23%, 60-69 tahun: 5,60%, 70 tahun: 12,50%, Prevalensi kebutaan menurut
jenis kelamin: laki-laki: 3,63%, perempuan: 3,60%. Prevalensi kebutaan menurut
tingkat pendidikan: Tidak sekolah: 10,28%, Tidak tamat SD: 4,04%, Tamat SD:
2,17%, Tamat SLTP: 1,55%, Tamat SLTA: 1,37%, Perguruan tinggi: 0,0%.
Prevalensi di kab./kota: Kab.Sumedang: 3,87%, Kab.Subang: 5,47%, Kota
Bogor: 3,80%, Kab.Sukabumi: 3,09%, Kab.Garut: 2,14%. Prevalensi Kebutaan
meningkat menurut kelompok usia dan tingkat pendidikan. (Depkes, 2007)
43