Professional Documents
Culture Documents
begitu jelas, namun demikian diduga neuron sensoris pada nucleus mesencephalius bersinaps
dengan nucleus sensoris N.V yang mengarah ke thalamus dan korteks cerebral.
3. Tractus ascendens sendi otot ke cerebellum
Tractus ascendens sendi otot ke cerebellum dibagi menjadi tractus spinocerebellaris posterior,
tractus spinocerebellaris anterior, dan tractus cuneocerebellaris. Pada tractus-tractus ini, serabut
saraf tidak mencapai korteks cerebral.
a. Tractus spinocerebellaris posterior
Tractus spinocerebllaris posterior merupakan tractus yang menerima informasi dari sendi otot,
muscle spindle, organ-organ tendon, dan reseptor sendi badan dan ekstremitas bawah. Tractus
dimulai dari rangsangan yang datang dari reseptor menuju columna grisea posterior melalui
ganglia radiks posterior medula spinalis. Dari sini neuron tingkat dua yaitu nucleus dorsalis
(columna Clark) membawa impuls ke bagian posterolateral columna alba lateralis sisi yang sama
dan berjalan ke atas sebagai tractus spinocerebellaris posterior menuju medula oblongata. Dari
medula oblongata, tractus bergabung dengan pedunculus cerebelli inferior dan berakhir di
korteks cerebelli.
b. Tractus spinocerebellaris anterior
Tractus spinocerebellaris anterior merupakan tractus yang meneruskan informasi mengenai sendi
otot dari muscle spindle, organ-organ tendon, serta reseptor-reseptor sendi dari badan dan
ekstremitas atas dan bawah. Tractus spinocerebellaris anterior hampir sama dengan tractus
spinocerebellaris posterior. Perbedaannya terletak pada naikan impuls ke medula oblongata, di
mana terjadi persilangan kontralateral.
Rangsangan yang datang akan dibawa oleh reseptor menuju columna grisea posterior. Dari sini
neuron tingkat dua yaitu nucleus dorsalis (columna Clark) akan membawa impuls; sebagian
menyilang kontralateral sebagai tractus spinocerebellar anterior di columna alba sisi
kontralateral, sedangkan yang lain tetap berjalan secara ipsilateral juga sebagai tractus
spinocerebellar anterior di columna alba sisi yang sama. Setelah melalui medula oblongata (dan
pons), serabut akan masuk ke dalam cerebellum melalui pedunculus cerebelli dan berakhir di
korteks cerebelli. Diduga serabut yang tadinya menyilang kontralateral di medula spinalis akan
menyilang kembali di dalam cerebellum.
c. Tractus cuneocerebellaris
Tractus cuneocerebellaris masih berkaitan dengan tractus ascendens untuk raba diskriminasi dan
propriosepsi secara umum. Pada tractus ascendens untuk raba diskriminasi dan propriosepsi
secara umum, impuls yang datang dari reseptor dibawa oleh fasciculus cuneatus (untuk impuls
yang datang dari cervical dan T1-T6) dan fasciculus gracilis (untuk impuls yang datang dari T6T12, sacralis, dan lumbalis), kemudian naik sebagai nucleus cuneatus dan nucleus gracilis.
Sebagian akan menyeberang secara kontralateral sebagai lemniscus medialis, sedangkan
sebagian lagi (dari nucleus cuneatus) tetap berjalan di ipsilateral (sisi yang sama) menuju
cerebellum melalui pedunculus cerebelli inferior. Tractus ini disebut tractus cuneocerebellaris
dan serabutnya disebut fibrae arcuatae externae posteriores. Fungsi dari tractus ini adalah unuk
menyampaikan informasi sensasi sendi otot ke cerebellum.
4. Tractus ascendens lainnya
a. Tractus spinotectalis
Tractus spinotectalis merupakan tractus yang berfungsi dalam menyampaikan informasi aferen
untuk refleks spinovisual dan menimbulkan pergerakan mata dan kepala ke arah sumber
stimulasi. Rangsangan yang masuk berjalan melalui ganglion radix posterior dan masuk ke
substansia grisea dan bersinaps dengan neuron tingkat dua yang masih belum diketahui. Akson
neuron tingkat dua tersebut akan menyilang bidang median dan berjalan ke atas sebagai tractus
spinotectalis dalam columna alba anterolateral dan terletak dekat tractus spinothalamicus lateral.
Setelah melalui medula oblongata dan pons, serabut ini berakhir dan bersinaps dengan neuron di
colliculus superior mesencephalon.
b. Tractus spinoreticularis
Tractus spinoreticularis merupakan tractus yang berfungsi dalam mempengaruhi tingkat
kesadaran. Rangsangan yang masuk berjalan melalui ganglion radix posterior dan masuk ke
substansia grisea dan bersinaps dengan neuron tingkat dua yang masih belum diketahui.
Kemudian berjalan ke atas sebagai tractus spinoreticularis dalam columna alba lateralis.
Sebagian besar serabut-serabut ini tidak menyilang serta berakhir dan bersinaps dengan neuronneuron formatio reticularis di medulla oblongata, pons, dan mesencephalon.
c. Tractus spinoolivarius
Tractus spinoolivarius merupakan tractus yang berfungsi dalam meneruskan informasi dari kulit
dan organ-organ proprioseptif menuju cerebellum. Rangsangan yang datang dibawa melalui
ganglion radiks posterior dan bersinaps dengan neuron tingkat dua yang masih belum diketahui
di substansia grisea posterior. Dari sini neuron tingkat dua tersebut akan menyilang garis tengah
dan berjalan ke atas sebagai tractus spinoolivarius di dalam substansia alba pada pertemuan
antara columna anterior dan lateralis, kemudian bersinaps dengan neuron tingkat tida pada nuclei
olivarius inferior di medula oblongata. Akson-akson neuro tingkat tiga menyilang garis tengah
dan masuk ke cerebellum melalui pedunculus cerebelli inferior.
Histologi tractus ascendens
Histologi tractus sensoris meliputi sel-sel saraf yang membentuk ganglion di bagian perifer atau
nukleus di bagian pusat. Secara umum sel saraf merupakan sel yang memiliki prosesus-prosesus
(tonjolan-tonjolan), di mana prosesus ini berfungsi untuk menerima dan meneruskan impuls. Ada
tiga bagian utama pada sel saraf:
1. Badan sel (perikaryon). Badan sel terdiri atas sitoplama, inti sel, dan anak inti.
Sitoplasma berfungsi untuk mensintesis kebutuhan prosesus akson. Badan sel tidak
berperan dalam proses penyampaian sinyal.
2. Akson. Akson merupakan prosesus sel yang berfungsi untuk meneruskan impuls dari
dendrit ke ujung akson/sinaps.
3. Dendrit. Dendrit merupakan prosesus sel yang berfungsi untuk menerima impuls dari
neuron sebelumnya untuk selanjutnya diteruskan ke akson.
Menurut variasi prosesusnya, terdapat tiga jenis neuron:
1. Neuron unipolar, yaitu neuron yang hanya memiliki satu percabangan, sehingga akson
dan dendrit bertemu langsung (terletak dalam satu garis yang sama)
2. Neuron bipolar, yaitu neuron yang memiliki dua percabangan yaitu satu akson dan satu
dendrit.
3. Neuron multipolar, yaitu neuron yang memiliki lebih dari dua percabangan. Pada
umumnya terdiri dari satu akson dan beberapa dendrit.
Reseptor di perifer
1. Nosiseptor
Nosiseptor merupakan reseptor berupa ujung saraf yang telanjang yang peka terhadap nyeri.
Terdapat tiga jenis nosiseptor, yaitu nosiseptor mekanis yang bersepons terhadap kerusakan
mekanis, nosiseptor termal yang berspons terhadap suhu yang berlebihan terutama panas, serta
nosispetif polimodal yang berespons setara terhadap semua jenis rangsangan yang merusak,
termasuk iritasi zat kimia yang dikeluarkan dari jaringan yang cedera. Nosiseptor tidak memiliki
kemampuan untuk beradaptasi terhadap rangsangan yang menetap atau repetitif. Nosiseptor
disensitisasi oleh prostraglandin, yaitu untuk meningkatkan respons reseptor terhadap
rangsangan yang mengganggu.
2. Mekanoreseptor
Mekanoreseptor merupakan reseptor yang memberikan respons terhadap perubahan mekanik
3. Thermoreseptor
Thermoreseptor merupakan reseptor yang memberikan respons terhadap perubahan suhu;
beberapa reseptor memberikan respons terhadap dingin dan sebagian terhadap panas
4. Reseptor elektromagnetik
Reseptor elektromagentik merupakan reseptor yang memberikan respons terhadap perubahan
intensitas dan panjang gelombang cahaya
5. Kemoreseptor
Kemoreseptor merupakan reseptor yang memberikan respons terhadap perubahan kimiawi yang
berhubungan dengan rasa kecap dan penghidu serta konsentrasi oksigen dan karbondioksida di
dalam darah.
Fisiologi tractus ascendens
Tractus ascendens dibangun oleh sel-sel saraf (neuron). Oleh karena itu, fisiologi neuron berlaku
pada tractus ascendens. Pada keadaan diam (istirahat), muatan di luar neuron lebih positif
dibandingkan muatan di dalam neuron. Hal ini mengakibatkan potensial istirahat neuron selalu
negatif, yaitu -70mV. Jika ada rangsangan yang datang, maka akan diterjemahkan ke dalam
bentuk impuls listrik yang mengalir di sepanjang prosesus neuron. Aliran impuls dimulai dari
pembukaan gerbang Na+ sehingga terjadi aliran masuk (influks) Na+ ke dalam neuron,
mengakibatkan muatan di dalam neuron menjadi lebih positif daripada di luar neuron. Setelah
impuls mengalir, terjadi pembukaan gerbang K+ yang mengakibatkan aliran keluar (efluks) dari
ion-ion positif, mengakibatkan muatan di luar neuron menjadi lebih positif daripada di dalam
neuron. Proses ini (influks Na+, efluks K+) akan terus berlangsung secara menjalar di sepanjang
prosesus hingga sampai di ujung akson. Ketika sampai di ujung akson, maka impuls harus
melewati celah sinapas untuk ditransmisikan ke neuron berikutnya. Dalam hal ini penyampaian
impuls dapat secara gap junction (penyampaian langsung) atau dengan neurotransmitter kimia.
Pada penyampaian secara gap junction, ion secara langsung menyeberang dari prasinaps ke
pascasinaps. Hal ini penting untuk respons cepat, terutama pada gerakan refleks. Sedangkan pada
penyampaian dengan menggunakan neurotransmitter kimia, influks ion Ca2+ menyebabkan
pelepasan vesikel yang berisi neurotransmitter. Neurotransmitter ini akan ditangkap oleh neuron
pascasinaps, baik dengan cara ionotropik yaitu pemasukan ion, maupun dengan cara
metabotropik yaitu pengaktifan caraka kedua dalam hal ini G-protein.
Trauma pada tractus ascendens
Trauma pada tractus ascendens dapat memutus informasi berkaitan dengan rangsangan ke sistem
saraf pusat.
1. Trauma pada tractus spinothalamicus lateralis
Seperti yang telah diuraikan, tractus spinothalamicus lateralis berfungsi menyampaikan
informasi sensoris berupa nyeri dan suhu dari sisi tubuh yang kontralateral (tractus ini
menyeberang pada tingkatan menuju thalamus). Oleh sebab itu, trauma yang terjadi pada tractus
spinothalamicus lateralis dapat menyebabkan hilangnya sensasi nyeri dan suhu sisi kontralateral
di bawah tingkat lesi.
2. Trauma pada tractus spinothalamicus anterior
Tractus spinothalamicus anterior berfungsi dalam menyampaikan informasi mengenai raba
umum dan tekanan dari sisi tubuh yang kontralateral (sama seperti tractus spinothalamicus
lateralis, tractus spinothalamicus anterior menyeberang pada tingkatan menuju thalamus). Oleh
sebab itu, trauma yang terjadi pada tractus spinothalamicus anterior akan menyebabkan
hilangnya sensasi raba umum dan tekanan pada sisi kontralateral di bawah tingkatan terjadinya
trauma/lesi. Namun kerusakan pada tractus spinothalamicus anterior belum tentu merusak
kepekaan terhadap sensasi raba secara keseluruhan, sebab sensasi raba diskriminatif diatur bukan
di tractus spinothalamicus anterior, melainkan di fasciculus cuneatus dan fasciculus gracilis.
3. Trauma pada fasciculus cuneatus dan fasciculus gracilis
Fasciculus cuneatus dan fasciculus berfungsi dalam menyampaikan informasi mengenai rabaan
diskriminatif dan propriosepsi. Kemampuan sensoris rabaan diskriminatif merupakakan
kemampuan untuk membedakan dua rabaan yang berbeda pada jarak tertentu, sedangkan
propriosepsi merupakan sensasi/informasi yang berkenaan dengan gerakan dan posisi tubuh, di
mana proprioseptor terutama terdapat dalam otot, tendon, dan kapsul sendi. Karena
penyeberangan secara kontralateral baru akan terjadi pada neuron tingkat dua yaitu leminiscus
medial, maka lesi/trauma pada fasciculus cuneatus atau fasciculus gracilis akan menghilangkan
kemampuan sensasi pada sisi ipsilateral terjadinya lesi, bukan sisi kontralateral. Kerusakan pada
kedua tractus (fasciculus) ini akan memutus informasi dari otot dan sendi ke tingkat kesadaran.
Pasien tidak akan mengetahui posisi dan pergerakan ekstremitas ipsilateralnya, atau merasakan
getaran pada sisi yang sama. Selain itu, pasien juga tidak mampu untuk membedakan dua rabaan
yang berjarak. Namun demikian lesi/trauma pada fasciculus cuneatus dan fasciculus gracialis
mungkin tidak akan memutus kemampuan informasi rabaan, sebab kemampuan dalam menerima
informasi rabaan lain (nondiskriminatif) diatur di tractus spinothalamicus anterior.
Daftar pustaka
1. Budiman G. Basic neuroanatomical pathway. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2005. p. 5-11
2. Junqueira L, Carneiro J. Histologi dasar teks dan atlas. Jakarta: EGC; 2007. p. 155-73.
3. Sheerwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2001. p. 77-100.
4. Snell R. Neuroanatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. 5 th ed. Jakarta: EGC; 2006. p.
159-84.
RESEPTOR
Reseptor bekerja secara khusus_Reseptor tertentu hanya akan menerima rangsang jenis tertentu.
Reseptor dapat dikelompokkan berdasarkan struktur, lokasi sumber rangsang serta jenis atau sifat
rangsang yang dapat diterima oleh reseptor.
Berdasarkan jenis energi yang diterima, reseptor dikelompokkan sebagai berikut :
1. Fotoreseptor = peka terhadap cahaya, terdapat di retina mata, terdiri atas sel batang dan
sel kerucut.
2. Mekanoreseptor = peka terhadap energi mekanis, contoh reseptor otot rangka yg peka thd
peregangan, reseptor di telinga yang mengandung sel-sel rambut halus yang menekuk
akibat adanya gelombang suara, dan baroreseptor pemantau tekanan darah. Ada 4 tipe
mayor:
1. Meissner's corpuscles (atau tactile corpuscles) = suatu jenis ujung saraf
mekanoreseptor di kulit yang bertanggung jawab terhadap sensitifitas sentuhan
ringan.
2. Pacinian corpuscle = ujung saraf menyerupai bohlam (bulblike) atau kulit
bawang (karena bentuknya bulat dan berlapis-lapis) terletak di jaringan subkutan
kulit, paling banyak di telapak tangan, kaki, sendi dan genital, fungsinya
mendeteksi rangsangan raba, tekanan. Reseptor ini lebih besar ukurannya dan
jumlahnya lebih sedikit dibanding Meissner dan Sel Merkel.
3. Merkel cells: sel reseptor berbentuk oval di kulit yang berfungsi mendeteksi
sensasi berbagai sentuhan ringan untuk membedakan bentuk dan tekstur.
4. satu lagi ga nemu-3. Termoreseptor = peka terhadap panas dan dingin, termasuk serat A delta dan serat C.
4. Osmoreseptor = mendeteksi perubahan konsentrasi za-zat terlarut dalam cairan tubuh dan
perubahan afinitas osmotik yang terjadi.
5. Kemoreseptor = peka terhadap zat-zat kimia tertentu, termasuk di dalamnya adalah
reseptor indra penghidu / penciuman dan pengecapan serta reseptor dalam tubuh yang
mendeteksi konsentrasi oksigen dan karbondioksida dalam darah atau zat kimia dalam
saluran pencernaan.
6. Nosiseptor = (reseptor nyeri) peka terhadap kerusakan jaringan, misalnya akibat tusukan atau
terbakar. Ujung saraf bebas = ujung saraf aferent (sensorik) membawa informasi dari tubuh ke
otak. Fungsi untuk mendeteksi rasa sakit (nosiseptif). Ujung saraf bebas tidak berkapsul, beda
dgn pacini & meissner. Ini adalah tipe yang paling banyak, banyak terdapat di kulit,
mempenetrasi epidermis dan berakhir pada stratum granulosum.
FISIOLOGI SARAF 2
Dr. Suparyanto, M.Kes
Macam Saraf
1. Saraf sensoris adalah saraf yang membawa impuls dari reseptor ke SSP
(Sistem Saraf Pusat)
2. Saraf konektor adalah saraf menghubungkan saraf sensoris dan saraf motoris
di medula spinalis pada gerak reflek
3. Saraf motoris adalah saraf yang membawa impuls dari SSP ke efektor
Macam Saraf
Sistem Lokomotorius
Gerak Reflek
Gerak reflek adalah gerak (respon terhadap impuls sensoris) yang tidak
disadari
Jarasnya: reseptor saraf sensoris saraf konektor (medulla spinalis)
saraf motorik efektor
Reseptor Sensoris
Reseptor
sensorik
adalah
organ/sel
yang
rangsang/stimulasi lingkungan menjadi impuls saraf
Reseptor dibagi berdasarkan:
berfungsi
menerima
Macam Reseptor
Eksteroseptor: reseptor yang menerima rangsang dari luar tubuh. (sentuhan,
tekanan, nyeri, suhu, penciuman, penglihatan, pendengaran)
Propioseptor: reseptor yang menerima rangsang dari dalam tubuh. (otot,
tendon, persendian, keseimbangan)
Sistem Saraf
Sistem Saraf Pusat (SSP) terdiri dari cerebrum dan medulla spinalis
Sistem Saraf Tepi (SST) adalah saraf yang keluar dari SSP yang terdiri dari
nervi cranialis dan nervi spinalis
Sistem Saraf Otonom (SSO) adalah saraf SST yang sifatnya tidak sadar
(involunter) terdiri dari nervi simpatis dan nervi parasimpatis