You are on page 1of 12

http://www.scribd.

com/doc/20523279/Dr-Koosnadi-Akupunktur-Maxi-Lo-Facial
B. TEMPOROMANDIBULAR JOINT DISORDER
Temporomandibular joint (TMJ) atau sendi rahang adala h satusatunya sendi bergerak yang terdapat di daerah wajah. Sendi ini sering
mengalami kelainan yangberkaitan dengan otot-otot daerah leher dan bahu.
Karena itu, kelainan pada TMJ harus selalu dipikirkan dalam menghadapi kasus
kelainan muskuloskeletal daerah leher, dansebaliknya.
Anatomi dan Fisiologi TMJ
TMJ adalah sendi dengan tipe ball and socket (bola dan
m a n g k o k ) ya n g menghubungkan mandibula di bagian bawah dengan os
temporalis di bagian atas.M a n d i b u l a m e m i l i k i u j u n g ya n g b e n t u k n y a
m e m b u l a t ( c o n d y l u s m a n d i b u l a ) y a n g berperan sebagai bola dan bergerak
di dalam mangkok fossa temporalis. Di antara condylus mandibula dan fossa
temporalis terdapat suatu piringan (meniskus) dari jaringan fibrous yang
berfungsi sebagai pelumas pada pergerakan rahang sekaligus sebagai peredam
guncangan. Dalam menjalankan fungsinya TMJ berkaitan erat dengan otot-otot
pengunyah dis e k i t a r n y a . O t o t - o t o t y a n g b e r p e r a n a n d a l a m p e r g e r a k a n
r a h a n g k e a t a s - b a w a h , depan-belakang, dan menyamping adalah m.
masseter dan m. temp oralis. Untuk melakukan gerakan mengunyah,
menguap, berbicara, dan gerakan-gerakan rahang yang lain diperlukan adanya
koordinasi yang baik antara TMJ dan otot-otot pengunyah di sekitarnya.
Definisi
Tem p o r o m a n d i b u l a r j o i n t d i s o r d e r ( T M D ) a d a l a h k e l a i n a n
p a d a T M J y a n g ditandai dengan nyeri tajam ataupun tumpul di daerah TMJ yang
juga dapat menjalar ke sekitarnya, keterbatasan atau gangguan pergerakan rahang, dan
terkadang diikuti t i m b u l n y a s u a r a t a m b a h a n p a d a p e r g e r a k a n
r a h a n g . G e j a l a - g e j a l a t e r s e b u t menimbulkan gangguan dalam
p r o s e s m e n g u n y a h , m e n e l a n , m e n g u a p , m a u p u n berbicara.
Etiologi
Adapun hal-hal yang dapat menimbulkan TMD adalah sebagai berikut:
Riwayat memiliki kebiasaan mengerot (bruxism)
Susunan gigi geligi yang tidak teratur
Pemasangan gigi palsu yang tidak tepat
Trauma, baik yang berat maupun yang lebih ringan (misalnya trauma yang
terjadipada saat makan atau mengunyah, menguap)
Stres psikologis
Patofisiologi
Masalah yang terjadi pada TMD dapat meliputi otot, sendi, ataupun
keduanya.Sedangkan syaraf yang terlibat dalam patofisiologi TMD adalah
N. Trigeminus (N V).Hal ini menjelaskan mengapa nyeri yang timbul pada TMD
dapat dirasakan di luar area TMJ (dapat berupa sakit kepala, nyeri di daerah mata,
rasa tertekan di sinus, nyeri ditelinga ataupun di gigi), sesuai dengan persyarafan N. V.
Masing-masing cabang dariN. V terdiri atas dua jenis serabut, yaitu serabut bermyelin
dan serabut tak bermyelin. S e r a b u t b e r m y i e l i n m e n g h a n t a r k a n
r a n g s a n g a n n y e r i d e n g a n l e b i h c e p a t d a n menimbulkan sensasi

nyeri tajam. Sedangkan serabut tak bermyelin yang berukuranl e b i h k e c i l l e b i h


peka terhadap sensasi nyeri tumpul kronik dan tekanan. Hal ini
menjelaskan mengapa pada TMD dapat timbul jenis nyeri yang berbeda
pada kasus yang berbeda.
Kelainan Otot pada TMD
Kelainan otot dan jaringan konektif adalah penyebab TMD yang paling
umum. K e l a i n a n o t o t y a n g d i m a k s u d a d a l a h k e k a k u a n a t a u
spastisitas dari otot-otot pengunyah (m. Masseter dan m.
T e m p o r a l i s ) . S p a s t i s i t a s a k a n m e n y e b a b k a n gangguan aliran
darah pada otot yang bersangkutan, yang kemudian menimbulkan iskemia
dan kerusakan jaringan disertai nyeri. Nyeri itu send iri akan menimbulkan
spasme otot lebih jauh. Akhirnya akan terjadi siklus spasme nyeri
spasme yangberujung pada terjadinya TMD. Spastisitas otot-otot pengunyah,
seringkali disebabkan oleh kebiasaan sehari-hari yang salah, seperti menggertakkan
gigi maupun mengerot. Menggertakkan gigi yang dimaksud adalah kebiasaan
menggigit atau mengunyah sesuatu secara terus menerus, seperti es,
permen karet, pensil, kuku-kuku jari tangan, saat seseorangdalam keadaan.
Kebiasaan ini umumnya dipicu oleh suatu stres emosional. Sedangkan mengerot
(bruxism) adalah kebiasaan mengkertakkan gigi saat dalam keadaan tidur ( t i d a k
sadar). Kedua kebiasaan tersebut menimbulkan kelelahan pada
o t o t - o t o t pengunyah yang selanjutnya akan mengalami spasme. Adanya masalah
atau kelainan pada susunan gigi geligi dan oklusi terkadang juga dapat
menimbulkan ketegangan pada otot-otot pengunyah dan memicu siklus spasme
nyeri spasme. Dalam banyak kasus, ketegangan otot secara primer terletak
di daerah leher dan bahu, yang kemudian menimbulkan nyeri pada TMJ.
Dikatakan bahwa 75% dari nyeri di daerah mulut dan wajah adalah nyeri
alih (reffered pain) dari trigger points y a n g t e r l e t a k p a d a o t o t - o t o t
d a e r a h b a h u d a n l e h e r.
(16)
K a r e n a i t u , u n t u k s e t i a p kelainan TMD dengan spastisitas otot, harus
ditanyakan dan dilakukan pemeriksaan untuk mencari nyeri dan spastisitas otototot daerah leher dan bahu.Sistem stomatognathic adalah adalah suatu unit
fungsional dari tubuh yang terdiri dari beberapa jaringan dengan asal dan
struktur yang berbeda-beda, namun bekerja dalam suatu kesesuaian untuk
melaksanakan tugas fungsional masing-masing.K o m p o n e n u t a m a d a l a m
sistem tersebut adalah TMJ yang berhub ungan dengandengan otot
d a n l i g a m e n d i d a e r a h l e h e r. S t r u k t u r l a i n y a n g t e r l i b a t a n t a r a
l a i n komponen rangka (maxilla dan mandibula), lengkung gigi, jaringan lunak
(kelenjar liur,syaraf dan pembuluh darah). Semua struktur ini saling bekerja sama
untuk mencapaiefisiensi yang maksimal dengan tetap memberikan perlindungan
untuk semua strukturyang terlibat.Peningkatan aktivitas pada otot-otot pengunyah
akan mempengaruhi otot-ototy a n g
berperanan
dalam
counter
s u p p o r t ( m . S t e r n o c l e i d o m a s t o i d e u s d a n m . T r a p e z i u s ) , ya n g
berakibat
m e m e n d e k n ya
otot-otot
leher
bagian
posterior
d a n memanjangnya otot-otot bagian bagian, disertai kecondongan badan ke
anterior.Posisi kepala yang condong ke anterior selanjutnya akan menyebabkan
kelainan posisid a n f u n g s i d a r i m a n d i b u l a s e h i n g g a t e r j a d i
p e n i n g k a t a n k e t e g a n g a n o t o t - o t o t pengunyah dan berujung pada
terjadinya TMD.

Kelainan Sendi pada TMD


Kelainan yang dapat terjadi pada TMJ sama dengan kelainan yang umum terjadipada
sendi tubuh, yaitu penggunaan sendi sacara berlebihan (overuse),
arthritis,dislokasi, dan kelainan perkembangan.
(4)
Masalah utama yang timbul pada kasus TMDa d a l a h t e r j a d i n y a p e r g e s a r a n
c a k r a m ( m e n i s c u s ) t u l a n g r a w a n ya n g b e r p e r a n a n sebagai peredam
guncangan di dalam sendi ball and socket. Cakram ini juga
bisamengalami kompresi pada kasus dimana terdapat kebiasaan mengerot (bruxism)
ataumenggertakkan gigi.Dalam kasus-kasus yang pecah, cakram sendi dapat bergeser
sepenuhnya, yangakhirnya menyebabkan pecahnya cakram, sehingga tulangtulang pembentuk sendi(mandibula dan fossa temporalis) bergesakan secara
langsung tanpa bantalan. Hal inidapat disebabkan tidak hanya oleh bruxism,
melainkan juiga dapat disebabkan olehtrau ma pada rahang. Dapat timb ul
suara popping yang disebabkan oleh condilusmandibula di bawah cakram
yang bergeser dari tempatnya. Namun, adanya suara t a m b a h a n ( p o p p i n g
a t a u c l i c k i n g ) s a j a b e l u m t e n t u m e n u n j u k k a n a d a n ya s u a t u kelainan.
Manifestasi Klinis
Pasien dengan TMD pada umumnya datang dengan tiga keluhan utama,
yaitunyeri, gangguan pergerakan rahang, atau timbulnya suara tambahan pada
pergerakanrahang. Nyeri yang timbul seperti telah dijelaskan sebelumnya, dapat
bersifat tumpulataupun tajam. Nyeri timbul pada pergerakan rahang, misalnya
mengunyah, menguap,dan berbicara. Nyeri dirasakan di area lokal TMJ,
preauricular, pelipis, atau telinga. Nyeri juga dapat menjalar ke telinga, wajah,
mata, kepala, leher, atau bahu.Selain nyeri, pasien umumnya mengeluhkan adanya
gangguan pada pergerakanrahang. Rahang terkadang tiba-tiba macet saat membuka
atau menutup mulut, ataupada saat mengunyah. Pasien harus menggoyanggoyangkan rahangnya beberapasaat untuk menghilangkan sensasi macet
tersebut. Pasien juga dapat mengalamikesulitan untuk membuka mulutnya lebarlebar. Akibat gangguan pergerakan rahang tersebut, pasien sering kali harus
memotong makanannya kecil-kecil atau mengganti jenis makanan tertentu dengan
jenis makanan yang lebih lunak.Adanya suara tambahan (popping, clicking) pada
pergerakan rahang terkadang juga dikeluhkan oleh pasien. Suara tambahan tersebut
menunjukkan bahwa kelainanterletak pada bagian persendian dari TMJ.
Anamnesa
Selain ketiga keluhan di atas, pasien harus ditanya mengenai adanya
riwayatt r a u m a p a d a d a e r a h r a h a n g ( t e r k e n a p u k u l a n a t a u k e c e l a k a n
saat mengendaraisepeda motor).
Demikian pula harus dicari kemungkinan adanya faktorf a k t o r psikologis dan psikososial sebagai pencetus stres, yan g
berperan besar dalammenimbulkan gangguan otot pada TMD.
Selanjutnya harus ditanyakan men genaik e a d a a n s e n d i - s e n d i
lain
di
luar
TMJ,
untuk
mencari
kemungkinan
a d a n y a osteoarthritis atau rheumatoid arthritis sebagai pencetus keluhan pada TMJ.
Pemeriksaan Fisik

Mula-mula harus dilakukan inspeksi secara umum untuk melihat keadaan


gigipasien (susunan gigi, oklusi, pola menggigit yang abormal), TMJ, serta otot-otot
daerahwajah dan kepala, apakah didapatkan deformitas ataupun kekakuan otot.
Selanjutnyah a r u s d i a m a t i p o l a g e r a k a n m e m b u k a d a n m e n u t u p
r a h a n g , a p a k a h d i d a p a t k a n deviasi atau deformitas.Selanjutnya palpasi
dilakukan di daerah preauricular, daerah m. Masseter danm.Temporalis. Sambil
melakukan palpasi, pemeriksa meminta pasien untuk membukad a n m e n u t u p
mulut beberapa kali. Dengan demikian akan dapat diketahui
a d a tidaknya suara tambahan pada pergerakan TMJ, sambil secara bersamaan
dilakukanpenekanan untuk memastikan apakah suara tambahan yang muncul
diikuti dengannyeri atau tidak. Pasien diminta untuk membuka mulut selebar
mungkin untuk diamati j a r a k a n t a r a g i g i r a h a n g a t a s d a n r a h a n g b a w a h .
B i l a b e r j a r a k k u r a n g d a r i 4 c m , dikatakan terjadi keterbatasan gerak
membuka mulut. Palpasi juga bertujuan untuk menilai ada tidaknya ketegangan
otot ataupun deformitas pada TMJ dan sekitarnya.Apabila pada palpasi saat membuka
dan menutup mulut tidak didapatkan suarat a m b a h a n , d a p a t d i l a k u k a n
a u s k u l t a s i d e n g a n b a n t u a n s t e t o s k o p p a d a a r e a T M J . Dengan
menggunakan stetoskop diharapkan adanya suara tambahan yang
minimalsudah dapat diketahui sejak awal.
Pemeriksaan Tambahan
Sebagai pemeriksaan tembahan, dapat dilakukan
panoramic dental X-rays
untuk memeriksa keadaan dan susunan gigi. Untuk susunan tulang dapat
dilakukanpemeriksaan CT-scan, sementar a MRI lebih sesuai untuk menilai
keadaan jaringanlunak dari TMJ, seperti piringan sendi atau ligamennya.

Nyeri Temporomandibular dengan TMJ


TerapiTerapi TMD Secara Konvensional
Banyak faktor yang terlibat dalam proses terjadinya TMD, sehingga terapi untuk
TMD juga meliputi banyak modalitas, yaitu:1 . P e r u b a h a n g a ya h i d u p .
P e n d e r i t a T M D p e r l u m e n g i s t i r a h a t k a n r a h a n g d e n g a n memilih jenis
makanan yang lebih lunak dan menggigitnya dalam ukuran yang l e b i h
kecil. Pasien juga perlu diberi pengertian untuk berusaha
m e n g h e n t i k a n kebiasaan menggertakkan gigi, mengerot, ataupun mengunyah
permen karet.2 . M e d i k a m e n t o s a .
Untuk
terapi
TMD
dapat
d i g u n a k a n o b a t - o b a t a n y a n g u m u m digunakan untuk nyeri sendi
pada umumnya, antara lain NSAID, acetaminophen, muscle relaxants, dan
mungkin dapat ditambahkan obat-obatan anti depressantsdosis rendah bila gejala
psikologis.3.Terapi fisik. Pemijatan dan latihan untuk pelemasan otot
(stretching), penggunaan TENS (Trans-cutaneous Electrical Nerve Stimulation).
Dapat pula dilakukan kompresp a n a s - d i n g i n b e r g a n t i a n u n t u k m e m b a n t u
mengurangi
ketegangan
otot
d a n dengan demikian mengurangi
nyeri.4.Psikoterapi. Karena stres psikologis merupakan salah satu penyebab yang
berperanbesar dalam proses terjadinyaTMD, maka psikoterapi harus
dilaksanakan olehpasien dengan dugaan masalah psikologis sebagai
penyebabnya.5 . P e r a w a t a n g i g i . P e n g g u n a a n n i g h t g u a r d ( u m u m n y a
p a d a m a l a m h a r i ) , d a p a t bermanfaat untuk membuat otot-otot pengunyah
relaks, sekaligus untuk mencegahpasien menggerakkan gigi atau mengerot.
Namun penggunaan night guard iniseba iknya dikonsultasikan terlebih
dahulu pada dokter gigi yang berko mpeten. T e r k a d a n g
juga
dibutuhkan koreksi susunan gigi atau ataupun oklusi
o l e h orthodontist.6.Operasi. Upaya koreksi dengan operasi adalah upaya
terakhir yang dilakukan bilamodalitas terapi yang mlain gagal dan nyeri masih
menetap.
Trismus didefinisikan dalam kamus medis Taber's Cyclopedic sebagai tonik kontraksi
otot Mastikasi. Di masa lalu, kata ini sering digunakan untuk menggambarkan efek
tetanus, juga disebut 'kunci-rahang'. Baru-baru ini, istilah 'trismus' telah digunakan
untuk menggambarkan pembatasan untuk mulut pembukaan, termasuk pembatasan
yang disebabkan oleh trauma, operasi atau radiasi. Pembatasan ini dalam kemampuan
untuk membuka mulut dapat memiliki implikasi kesehatan yang serius, termasuk gizi
berkurang karena gangguan Mastikasi, kesulitan dalam berbicara, dan penurunan
kebersihan rongga mulut. Dalam orang-orang yang telah menerima radiasi kepala dan
leher, kondisi sering diamati dalam hubungannya dengan kesulitan menelan.
Kualitas hidup
Trismus dapat secara dramatis mempengaruhi kualitas hidup dalam berbagai cara.
Komunikasi lebih sulit ketika salah satu menderita trismus. Tidak hanya sulit untuk
berbicara dengan mulut sebagian tertutup, sehingga merusak artikulasi, tetapi trismus
dapat mengurangi ukuran beresonansi rongga mulut dan dengan demikian
mengurangi kualitas vokal. Trismus parah membuat sulit atau tidak mungkin untuk
memasukkan gigi palsu. Hal itu mungkin membuat re-examination fisik sulit, jika
terbatas mulut membuka menghalangi memadai visualisasi dari situs. Kebersihan

mulut yang buruk terganggu, mengunyah dan menelan lebih sulit, dan ada
peningkatan risiko aspirasi.
Beberapa penyebab trismus
Mobilitas terbatas rahang dapat disebabkan trauma, pembedahan, radiasi pengobatan,
atau bahkan masalah TMJ. Pembatasan di pembukaan mungkin akibat
kerusakan otot, bersama kerusakan, pertumbuhan yang cepat dari jaringan
ikat (yaitu jaringan parut) atau kombinasi dari faktor-faktor ini. Keterbatasan
yang disebabkan oleh faktor eksternal untuk sendi meliputi neoplasma,
infeksi akut, myositis, penyakit sistemik (lupus, skleroderma, dan lain-lain)
pseudoankylosis, luka-luka bakar atau trauma lainnya untuk otot-otot sekitar
sendi. Keterbatasan yang disebabkan oleh faktor internal sendi termasuk
bony ankylosis (bony dalam pertumbuhan dalam sendi), fibrous ankylosis,
arthritis, infeksi, trauma dan (mungkin) mikro-trauma yang mungkin
termasuk brusixm. Gangguan sistem saraf pusat juga dapat menyebabkan
keterbatasan untuk membuka mulut. Tetanus, lesi yang mempengaruhi
trigeminal saraf dan toksisitas obat mungkin semua menjadi tersangka dalam
kondisi ini.
Akhirnya, ada penyebab iatrogenik, seperti ekstraksi molar ketiga (di mana otot-otot
Mastikasi mungkin robek, atau hyperextended sendi) hematomas sekunder untuk
injeksi dental dan efek dari fiksasi intermaxillary setelah mandibular fraktur atau
trauma lainnya. Otot-otot Mastikasi (juga disebut 'otot elevator') terdiri dari
Temporalis, Masseter, pterygoid medialis dan Lateral pterygoid. Otot masing-masing
memainkan peran penting dalam Mastikasi, dan ketika rusak, masing-masing dapat
menyebabkan keterbatasan dalam pembukaan. Ketika setiap otot rusak, sakit refleks
mungkin dirangsang. Kondisi ini disebut muscle guarding terjadi ketika serat-serat
otot menimbulkan rasa sakit ketika mereka meregang. Rasa sakit ini menyebabkan
otot untuk kontraksi, mengakibatkan kehilangan atau keterbatasan rentang gerak.
Kontraksi ini adalah benar-benar refleks; itu tidak dapat dikendalikan oleh pasien.
Dengan demikian, dalam mengobati kondisi ini sangat penting untuk mengingat
bahwa gerak cepat, atau penggunaan kekuatan kuat mungkin merugikan diri sendiri.
Gerak cepat mungkin membuat refleks yang menyebabkan otot untuk kontraksi,
sehingga peregangan jaringan ikat sulit atau bahkan tidak mungkin. Gerak pasif dan
lembut telah ditunjukkan dapat mengobati kondisi ini.
Otot dan sendi keduanya dipengaruhi
Terlepas dari penyebab langsung, mandibular hypomobility pada akhirnya akan
menyebabkan otot dan sendi degenerasi. Penelitian telah menunjukkan bahwa otototot yang gagal untuk bergerak melalui rentang geraknya setidaknya tiga hari mulai
menunjukkan tanda-tanda atrofi. Demikian pula sendi yang bergerak dengan cepat
mulai menunjukkan perubahan degeneratif di sendi, termasuk penebalan bahan
synovial cairan dan penipisan tulang rawan. Dalam kasus dari pasien yang menerima
terapi radiasi kepala dan leher, perkembangan trismus dapat terjadi perlahan, bahkan
tidak diketahui selama berbulan-bulan, menyebabkan perubahan sekunder otot dan
sendi. Dengan demikian perawatan terdiri dari gerak lembut dan pasif, harus dimulai
segera setelah praktis.

Tanda-tanda trismus
Efek paling jelas trismus adalah kesulitan dalam membuka mulut. Seperti yang
dibahas di atas, dalam pasien kanker ini sering hasil dari jaringan parut dari
radiasi atau operasi, kerusakan saraf, atau kombinasi faktor. Di pasien stroke,
penyebab umum adalah disfungsi sistem saraf pusat. Kesulitan dalam
berbicara dan menelan sering bersamaan dengan pembatasan dalam
membuka mulut, dan membuat kombinasi dari gejala yang mungkin sulit
diobati. Dalam kasus trismus yang disebabkan oleh radiasi pengobatan,
pasien juga sering hadir dengan Xerostomia, mucusitis, dan sakit sebagai
akibat dari radiasi burns. Mungkin juga ada gejala-gejala yang terkait seperti
sakit kepala, nyeri rahang, sakit telinga, tuli, atau nyeri pada pergerakan
rahang. Dalam kasus Temporomandibular sesak, sendi dapat menjadi
fibrotic, atau bahkan (dalam kasus langka) ankylotic. Tiap faktor ini dapat
mempengaruhi perawatan yang diberikan kepada pasien.
Problems caused by trismus
Gangguan makan
Keterbatasan membuka mulut sering berdampak pada berkurangnya gizi.
Ketidakmampuan untuk membuka mulut untuk menerima lebih dari sejumlah
makanan membuat makan cukup sulit. Pasien dengan kondisi ini mungkin mengalami
penurunan berat badan yang signifikan, dan mungkin memiliki defisit gizi yang
signifikan. Ini adalah kepentingan tertentu pada waktu ketika pasien berusaha untuk
pulih dari operasi, kemoterapi atau radiasi pengobatan. Secara umum diterima bahwa
penurunan berat badan lebih dari 10% dari berat badan awal dianggap signifikan, dan
menunjukkan asupan gizi yang tidak memadai.
Keterbatasan membuka mulut dapat membuat mastikasi makanan lebih sulit. Menelan
normal memerlukan seorang individu untuk memanipulasi makanan ke bolus kohesif
sebelum untuk propulsi. Jika lidah tidak bisa bergerak dengan benar karena
keterbatasan membuka mulut, bolus tidak dapat dibentuk dengan benar menyebabkan
kelebihan residu paska penelanan. Kombinasi penurunan mastikasi, organisasi bolus
yang buruk dan peningkatan residu memiliki potensi untuk mengakibatkan aspirasi
dari sebagian atau seluruh bolus.
Masalah kebersihan mulut yang buruk
Keterbatasan membuka mulut dapat mengakibatkan penurunan kebersihan mulut.
Pada pasien kanker yang telah menerima radiasi pada mandibula, kebersihan mulut
adalah kepentingan tertentu. Meskipun langka, osteoradionecrosis dapat sangat
melemahkan, atau bahkan fatal. Kebersihan mulut yang buruk dapat mengakibatkan
karies gigi yang dapat mengakibatkan infeksi. Infeksi mandibula dapat
mengakibatkan komplikasi lebih lanjut, termasuk osteoradionecrosis. Kondisi ini, di
mana tulang rahang bawah tertutup mati dari radiasi atau infeksi bisa sangat serius.
Dalam kasus terbaik, perawatan memerlukan oksigen hyperbaric, dan memakan
waktu
dan
mahal.
Masalah penelanan dan berbicara

Banyak orang dengan keterbatasan membuka mulut juga hadir dengan kesulitan
menelan dan berbicara. Kemampuan berbicara menurun ketika mulut tidak mampu
membuka cukup untuk membuat suara normal. Menelan terganggu ketika, karena
kerusakan otot, pembedahan atau radiasi, pangkal tenggorokan tidak dapat naik
dengan benar, atau ketika waktu peningkatan tidak bertepatan dengan bagian dari
bolus.
Imobilisasi sendi
Meskipun tanda yang paling jelas dari trismus melibatkan kemampuan untuk
membuka mulut, penting untuk menyadari bahwa ada kecenderungan ada masalah
dalam sendi juga. Ketika sendi tidak dapat bergerak, perubahan degeneratif terjadi
dalam sendi. Perubahan ini dapat meniru perubahan rematik, dan dapat disertai oleh
peradangan dan rasa sakit. Jika dibiarkan tidak diobati, proses degeneratif terus
berlanjut dan akhirnya menjadi permanen. Perubahan degeneratif pada otot juga
sangat mungkin. Tidak digunakannya atrofi, seperti yang terlihat dari penurunan
massa dan kekuatan otot, serta memperpendek dari serat-serat otot yang teramati
dalam hari-hari imobilisasi.
Perawatan
Pengobatan awal trismus dapat mencegah atau meminimalkan banyak kondisi yang
dijelaskan di atas. Gerak pasif, diterapkan beberapa kali per hari terbukti lebih efektif
daripada peregangan statis. Penelitian terbaru di University of Pittsburgh telah
menunjukkan bahwa gerak pasif menyediakan pengurangan signifikan dalam
peradangan dan rasa sakit.
Kapan trismus dimulai'?, Apa saja faktor risikonya?
Tidak setiap orang yang menerima radiasi kepala dan leher akan mengembangkan
trismus. Sementara ada beberapa penelitian yang diterbitkan, rentang prevalensi
kondisi adalah antara 10 dan 40 persen. Keparahan kondisi juga bervariasi, dengan
beberapa pasien pelaporan tidak ada batasan untuk membuka, sementara yang lain
terbatas empat atau lima milimeter. Dalam kasus yang jarang terjadi, orang-orang
dengan trismus harus diintubasi tergantung keparahan pembatasan pembukaan.
Keparahan kondisi bervariasi dengan penempatan radiasi, jumlah radiasi yang
diterima, dan kemampuan pasien untuk mentolerir pengobatan. Dalam beberapa
kasus, ada bukti anekdotal bahwa agen kemoterapi tertentu dapat memperburuk
kondisi.
Radiasi yang mempengaruhi sendi temporomandibular, otot-otot pterygoid atau otot
masseter, paling mungkin untuk menghasilkan trismus. Tumor yang berhubungan
dengan radiasi jenis ini termasuk nasofaring, basis lidah, kelenjar liur, dan kanker
maxilla atau mandibula. Radiasi lebih dari 60 Gr. lebih cenderung menyebabkan
trismus, daripada radiasi pada tingkat di bawah jumlah itu. Pasien yang telah
sebelumnya diiradiasi, dan pasien kambuh yang sedang dirawat, memiliki risiko
trismus yang lebih tinggi daripada mereka yang menerima pengobatan pertama
mereka. Ini tampaknya menunjukkan efek dari radiasi kumulatif, bahkan selama
bertahun-tahun. Radiasi disebabkan trismus mungkin mulai menjelang akhir radiasi
pengobatan, atau setiap saat selama 12 bulan berikutnya. Paling sering, kita

mengamati pengetatan yang meningkat perlahan-lahan selama beberapa minggu atau


bulan. Namun, pada kesempatan itu, kami melihat kasus-kasus di mana kondisi tibatiba memburuk dengan faktor instigating jelas tidak ada. Kondisi dapat memburuk
dari waktu ke waktu, tetap sama atau gejala dapat berkurang dari waktu ke waktu,
bahkan bila tanpa perawatan. Namun, kondisi paling mungkin untuk memperburuk
jika tidak diobati.
Beberapa pasien yang belum menerima radiasi pengobatan dapat mengembangkan
trismus sekunder untuk jaringan parut dan edema setelah operasi. Terlepas dari
perbedaan dalam penyebab kondisi, tampaknya bahwa diagnosis dan pengobatan
serupa untuk kedua jenis pasien. Pengalaman menunjukkan kombinasi dari operasi
dan radiasi untuk mengobati kanker kepala dan leher tempat pasien pada peningkatan
risiko untuk mengembangkan trismus.
Apa yang menyebabkan ini?
Faktor utama dalam membatasi gerak rahang pada pasien irradiated atau bedah pasien
adalah pembentukan cepat kolagen sekunder untuk kerusakan radiasi atau operasi.
Dalam perencanaan pengobatan, sangat penting untuk mengingat bahwa sendi yang
tidak bergerak juga menderita perubahan degeneratif. Dengan demikian, sementara
penyebab awal keterbatasan gerak terletak dengan jaringan ikat, degradasi sendi dapat
senyawa masalah. Sendi yang sedang bergerak menunjukkan perubahan degeneratif
yang sangat cepat yang dapat membuat remobilization sulit. Perawatan yang
menggabungkan gerak bersama dengan tambahan peregangan sederhana telah terbukti
lebih mujarab daripada pengobatan yang hanya membentang jaringan ikat.
Sebuah tes sederhana untuk trismus
Trismus cenderung mengembang perlahan-lahan. Pada beberapa pasien, kemajuan
begitu lambat bahwa mereka mungkin tidak melihatnya sampai mereka hanya dapat
membuka mulut mereka 20 mm atau kurang. Perawatan yang dimulai pada awal
perkembangan kondisi ini cenderung menjadi lebih efektif, dan lebih mudah pada
pasien. Karena itu, penting untuk proaktif dalam mencari tanda-tanda awal trismus.
Satu tes sederhana adalah 'tes tiga jari'. Minta pasien untuk memasukkan tiga jari ke
dalam mulut. Jika semua tiga jari pas antara gigi seri tengah, pembukaan mulut
dianggap fungsional. Jika kurang dari tiga jari dapat dimasukkan, terjadi pembatasan.
Treatment options
Jika pemeriksaan mengungkapkan kehadiran keterbatasan membuka mulut, dan
diagnosis menentukan kondisi menjadi trismus, perawatan harus dimulai segera. Saat
pembatasan menjadi lebih parah, kebutuhan untuk perawatan menjadi lebih
mendesak. Jika perawatan tertunda, kesulitan dalam membalikkan kondisi meningkat.
Selama bertahun-tahun, terdapat berbagai macam peralatan untuk mengobati
keterbatasan gerakan rahang. Perangkat ini berkisar dari berbagai macam yang cocok
atas kepala, ke alat yang cocok antara gigi, sekrup yang ditempatkan di antara seri,
dan lampu hidrolik yang ditempatkan di antara gigi. Perawatan yang paling umum
digunakan adalah lidah depressors. Alat ini ditumpuk, memaksa dan diadakan antara
gigi dalam usaha untuk mendorong mulut terbuka dari waktu ke waktu.

Protocols
Penting untuk mengukur awal pembukaan (pusat gigi seri ke pusat gigi seri) sebelum
memulai terapi dan untuk merekam pembukaan ini. Juga, merekam pembukaan
setelah setiap sesi, dan perhatikan rasa sakit atau ketidaknyamanan, serta jumlah
latihan yang dilakukan. Regimen awal yang baik untuk sebagian besar pasien adalah '
7-7-7'. Membuka dan menutup mulut dengan dibantu membuka tujuh kali. Memegang
posisi terbuka untuk maksimum pembukaan yang dapat dipertahankan tanpa rasa sakit
selama tujuh detik. Mereka harus melakukan latihan-latihan ini tujuh kali per hari.
Jika pasien mampu melakukan lebih dari tujuh sesi, hal ini dapat menambah manfaat.
Pasien yang sangat termotivasi dapat memegang peregangan lebih dari tujuh detik,
atau melakukan peregangan lebih dari tujuh per sesi. Dalam semua kasus, waspada
untuk tanda-tanda kesakitan dan nyeri otot, dan menyarankan terhadap mengikuti
filosofi 'no pain-no gain'. Sakit harus dihindari, karena itu akan menyebabkan muscle
guarding yang dapat mengurangi efektivitas terapi dan mengurangi kepatuhan. Total
waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan protokol ini adalah kurang dari 10
min/hari.
Seiring waktu, rejimen dapat dikurangi. Pada awalnya, lebih baik untuk mengurangi
jumlah peregangan per sesi, daripada mengurangi jumlah sesi. Kemudian, saat pasien
terus membuat kemajuan, jumlah sesi dapat dikurangi.
Expected Results
Seorang pasien biasanya akan mendapatkan dari 1-4 mm pembukaan di sesi pertama
(sekitar satu menit). Namun, kebanyakan, peningkatan ini akan hilang dalam dua jam.
Hanya dengan peregangan terus menerus dan memobilisasi sesi per hari akan
mencapai hasil yang baik.Sebagian besar pasien akan terus perlu untuk memobilisasi
dan meregangkan setidaknya sekali setiap hari selama sisa hidup mereka.
http://oralcancerfoundation.org/dental/trismus.htm
Terjadinya miospasme
Didukung dengan adanya bukti bahwa ATP dibutuhkan untuk kontraksi dan relaksasi
otot skeletal, maka dapat dipahami bagaimana kontraksi yang kuat dan/ memanjang
dapat menyebabkan keadaan kelelahan dan spasme otot. Keadaan ini merupakan hasil
dari ketidakmampuan kontraksi dan proses metabolik sabut saraf untuk meneruskan
suplai hasil output yang sama. Saraf terus berfungsi seperti biasa, impuls saraf melalui
neuromuscular junction kesabut otot, dan bahkan petensial aksi normal menyebar
melalui sabut saraf. Namun demikian, kontraksi menjadi semakin lemah karena
penurunan suplai energi pada otot. Gangguan aliran darah melalui otot yang kontraksi
menyebabkan kelelah otot dalam 1 menit atau lebih karena kehilangan suplai nutrien
yang jelas (oksigen).
Jika otot mengalami kelelahan yang ekstrim dan memanjang, maka terjadi
kontraksi berkelanjutan, menyebabkan kontraksi dan rigid untuk beberapa menit
meskipun tanpa potensial aksi sebagai stimulus. Hal ini disebut dengan kontaksi otot
fisiologis (hemostatik). ATP diperlukan untuk membuat aktin dan miosin terpisah
selama proses relaksasi otot. Jika tidak, filamen aktin dan miosin akan terus berkaitan
satu sama lain.

Saat sabut otot terkena stimulasi yang membahayakan, (emosi, mekanis,


infeksius, metabolik, nutrisi, atau komnbinasi beberapa stres ini), sabut otot bereaksi
dengan terjadinya spasme dan pemendekan. Pemendekan otot ini bersifat fisiologis.
Jika stimulus yang menyebabkan spasme memiliki intensitas yang besar dan persisten
maka dapat terjadi spasme pada keseluruhan otot. Jika mekanisme penyebab memiliki
level rendah dan kronis, maka hanya sebagian sabut otot yang menjadi spasme. Area
lokal sabut otot yang spasme disebut dengan trigger zone. Menurut definisinya,
trigger zone adalah area yang kecil dan hipersensitif dimana impuls afferent
menyerang sistem saraf pusat dan memberi peningkatan reffered pain; yaitu jalur
anatomis yang dapat diprediksi dari gejala nyeri yang bermanifestasi pada area yang
jauh dari trigger zone.
Area yang terlibat spasme otot sekunder dengan vasokonstriksi akan merespon
progresi respon fisiologis yang mengikuti. Area otot yang sedikit mendapat aliran
darah akan seperti jaringan iskemik utnuk metabolisme anaerob, dengan demikian
meniadakan efisiensi reaksi enzimatik-glikolisis dengan oksidasi ion hidrogen dan
pembentukan ATP.
Metabolisme anaerob ini menyebabkan akumulasi agen yang mungkin dapat
menginduksi spasme, kebanyakan asam laktat. Pembentukan metabolit noxious
diantara substansi otot menjadi stimulus signifikan yang dapat menyebabkan spasme
dan nyeri bahkan setelah penyebab utama dieliminasi. Dengan demikian, penurunan
siklus biokimia terjadi, siklus biokimia yang konstan ini menghasilkan agen
spasmogenik sementara menurunkan efisiensi sel untuk memproduksi fosfat tinggi
energi yang dapat memfasilitasi relaksasi muskular. Hal ini menyebabkan
perpetuation spasme dengan penjalaran nyeri dan pola klasik yang dikenal sebagai
siklus nyeri-spasme-nyeri.
Kontraksi otot-sakit kepala
Sakit kepala tipe ini sering menunjukkan deskripsi nyeri yang tidak biasa seperti
head in vise, pressure cap, bands, dan crawly sensation. Faktor emosional
sering sebagai penyebab utama yang signifikan. Sebagai contoh tipe ini adalah
occipital neuritis. Sering terdapat nodul-nodul otot, yang padat dimodifikasi oleh
manipulasi otot atau pergerakan. Kulit dan jaringan sekitar dapat tender saat palpasi.
Nyeri kronis post trauma
Sepertiga orang yang trauma pada kepalanya memerlukan perawatan rumah sakit
untuk sakit kepala post trauma. Nyeri ini berhubungan dengan kerusakan jaringan,
kontraksi berkelanjutan dari otot kepala atau leher, atau dilatasi cabang arteri carotis
eksterna. Nyeri dapat berasal dari satu atau semua penyebab yang potensial. Riwayat
penyakit penting untuk menegakkan diagnosis.

You might also like