Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Usia lanjut (lansia) adalah proses yang
tidak dapat dihindari. Memasuki masa lansia
sangat diperlukan peran dari keperawatan
untuk mempertahankan derajat kesehatan
pada lansia dengan taraf yang setinggitingginya supaya terhindar dari penyakit
atau gangguan supaya lansia tersebut masih
dapat memenuhi kebutuhan dengan mandiri
(Mubarak, 2005).
Seiring dengan pertambahan usia
terjadinya perubahan-perubahan fisiologis
pada lansia yang disertai dengan berbagai
masalah kesehatan yang menyebabkan
tingginya penyakit degeneratif. Penyakit
degeneratif membawa konsekuensi terhadap
perubahan dan gangguan pada sistem
kardiovaskuler, antara lain terjadi penyakit
hipertensi (Darmojo, 2009).
Penyakit
hipertensi
merupakan
peningkatan tekanan darah yang memberi
gejala berlanjut pada target organ, seperti
stroke untuk otak, penyakit jantung koroner
untuk pembuluh darah jantung dan untuk
otot jantung (Amiruddin, 2007). Hipertensi
merupakan kondisi tekanan darah sistolik
sama atau lebih tinggi dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih tinggi dari 90
mmHg, yang terjadi karena menurunnya
elastisitas arteri pada proses menua pada
lansia (Mahannad, 2010).
Hipertensi telah menjadi masalah
utama dalam kesehatan masyarakat sehingga
WHO tahun 2000 menunjukkan, di seluruh
dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4%
penghuni bumi mengidap hipertensi.
1
Indonesia di perkirakan akan meningkat
kejadian hipertensi sebanyak 80% di tahun
2025 (Admin, 2010). Kejadian hipertensi
meningkat disetiap negara dan dilihat dari
Prevalensi lansia yang menderita hipertensi
di kota Padang berjumlah 36,456 orang
(8,1%) (DKK, 2009).
Dampak dari hipertensi terhadap
lansia bila tidak segera di atasi bisa
mengakibatkan
kelainan
yang
fatal.
Kelainan itu misalnya, kelainan pembuluh
darah, jantung
(kardiovaskuler) dan
gangguan
ginjal,
bahkan
pecahnya
pembuluh darah kapiler di otak atau lebih
biasa disebut dengan stroke dan berakhir
dengan kematian (Nissonline, 2007).
Melihat kejadian dan dampak dari
hipertensi, maka dilakukan Penatalaksanaan
hipertensi yang terdiri dari terapi
farmakologis dan terapi nonfarmakologis.
Dalam
terapi
farmakologi
misalnya
reserprine yaitu obat yang paling luas
digunakan dalam terapi hipertensi, tapi obatobatan itu menghambat aktifitas sistem
sipatikoadrenergik dengan menghilangkan
sebagian dari noradrenalin yang tersimpan
pada dinding arteri, menyebabkan reuwolvia
bekerja aman dan cenderung lambat. Namun
jika diminum terlalu banyak dapat
menyebabkan depresi (Delta, 2010).
Sejauh penatalaksanaan farmakologis
dapat
menghambat
sistem
sipatikoadrenergik
di
upayakan
penatalaksanaan
hipertensi
umumnya
dilakukan dengan mengatasi gaya hidup
seperti pengurangan berat badan, pengaturan
diet makanan, olah raga teratur dan
mengurangi stres. Rangkaian ini merupakan
tatalaksana nonfarmakologis. Pengaturan
diet makanan dan olah raga teratur
umumnya telah terbukti dapat menurunkan
tekanan darah namun penggunaan musik
klasik
(mozart)
sebagai
tatalaksana
nonfarmakologis masih dalam tahap
perkembangan (Klementinasaing, selomata,
2010).
Musik yang terdiri dari kombinasi
ritme, irama, harmonik,dan melodi sejak
dahulu diyakini mempunyai pengaruh
terhadap pengobatan orang sakit. Seiring
dengan perkembangan zaman ketertarikan
para peneliti terhadap musik dan bagaimana
pengaruhnya terhadap kesehatan juga
mengalami perkembangan. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Chafin
X : Pemberian Terapi
02 : Sesudah Terapi(Post tes)
Penelitian ini dilakukan di Posyandu
Lansia
SHIHAT
Wilayah
Kerja
Puskesmas Air Dingin kecamatan Koto
a. Lansia
yang
menderita
hipertensi.
b. Lansia baik laki-laki maupun
perempuan.
c. Mempunyai tekanan darah
sistolik 140-159 mmHg.
d. Tidak
mendapat
terapi
farmakologis
e. Mampu berkomunikasi dengan
baik dan tidak mengalami
gangguan pendengaran.
f. Bersedia menjadi responden.
g. Berada di tempat penelitian.
Alur Penelitian
Lansia dengan Hipertensi 20 orang
Sampel = 11 orang
Pengukuran Tekanan Darah I
(pretest)
Therapy Musik Klasik (Mozart) dengan 3
lagu Karya Mozart
Pengukuran Tekanan Darah II (post test)
Analisa Uji Statistik
Kesimpulan
1.
Tekanan Darah Sistolik Lansia Sebelum Melaksanakan Terapi Musik Klasik (Mozart)
Pada lansia Dengan Hipertensi di Posyandu Lansia SHIHAT Wilayah Kerja
Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah Padang Tahun 2011
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Sistolik Sebelum Diberikan Terapi Musik
Klasik (Mozart) di Posyandu Lansia SHIHAT Wilayah Kerja Puskesmas
Air Dingin Kecamatan Koto Tangah Padang Tahun 2011
Tekanan Darah Sistolik
Frekuensi
6
4
1
54.5
36.4
9.1
11
100.0
1. 140
2. 150
3. 159
Total
No
Frekuensi
1
2
3
4
5
6
7
120
130
138
139
143
148
149
1
1
3
2
1
1
2
9.1
9.1
27.3
18.2
9.1
9.1
18.2
11
100.0
Total
Umur
Tekanan Darah
Sebelum
(mmHg)
Selisih
Lanjut usia
159
Tekanan Darah
Sesudah
(mmHg)
143
Usia Pertengahan
150
149
Usia pertengahan
140
138
Lanjut usia
140
138
Lanjut usia
150
149
Lanjut usia
140
139
Lanjut usia
140
138
Lanjut usia
150
120
30
Lanjut usia
140
130
10
10
Lanjut usia
140
139
11
Lanjut usia
150
148
145,4
139, 2
6,2
Jumlah rata-rata
16
Keperawatan
STIKes
Mercubaktijaya Padang.
Guzzeta, C.E (2003). Music Therapy:
Hearing the melody of the Soul.
Texas:
Jones
And
Bartelett
Publishers. Dikutip dari skripsi
Desiana, Fitra, 2010. Pengaruh
Terapi Musik Mozzart Terhadap
Tingkat
Kecemasan
Pasien
Preoperatif di Irna B Bangsal Bedah
RSUP DR.M.Djamil Padang. S1
Keperawatan
STIKes
Mercubaktijaya Padang.
Isnawati, dkk, 2009. Awas Anda Bisa Mati
Cepat Akibat Hipertensi & Diabetes.
Jogjakarta: Powerbooks.
Junaidi, Iskandar,Dr, 2010. Hipertensi
(Pengenalan, Pencegahan, dan
pengobatan). Jakarta: PT Bhuana
Ilmu Populer.
Mansjoer, Arif, dkk, 2000. Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta: FKUI.
Mubarak, Wahit. 2007. Kebutuhan Dasar
Manusia. EGC :Jakarta.