You are on page 1of 11

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK (MOZART) TERHADAP PENURUNAN

TEKANAN DARAH SISTOLIK PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH


KERJA PUSKESMAS AIR DINGIN KECAMATAN KOTO TANGAH PADANG
TAHUN 2011
Jasmarizal*. Lenni Sastra**, Delvi Yunita
ABSTRAK
Hipertensi telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat sehingga WHO
tahun 2000 menunjukkan keseluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi
mengidap hipertensi. kejadian hipertensi meningkat disetiap Negara dan dilihat dari prevalensi
lansia yang menderita hipertensi dikota padang berjumlah 36.456 orang (8,1%) (DKK,2009).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui intervensi musik klasik (Mozart) dapat
menurunkan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi di Posyandu Lansia.
Penelitian ini menggunakan metode Quasi Eksperiment dengan rancangan penelitian One
Group Pretest Post Test Design. Penelitian ini dilakukan di Posyandu Lansia SHIHAT
Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah Padang Tahun 2011. Populasi
dalam penelitian ini adalah semua lansia yang menderita hipertensi yang berkunjung ke
Posyandu lansia SHIHAT dan pengambilan sampel dilakukan secara Total Sampling. Data
dikumpulkan dengan cara mengukur secara langsung tekanan darah dan data lainya dikumpulkan
melalui lembar kuesioner. Data yang telah diolah kemudian dianalisa denganteknik analisa
persentase dan untuk melihat apakah ada pengaruh dengan intervensi yang telah dilakukan
dengan menggunakan Uji Wilcoxon.
Hasil penelitian menunjukkan dari 20 orang responden hanya 11 orang responden yang
memenuhi kriteria sampel untuk dijadikan responden. Seluruh responden (100%) menderita
tekanan darah sistolik yang tinggi sebelum diberikan terapi musik klasik (Mozart), 100% dari
responden mengalami penurunan tekanan darah sistolik rata-rata 6 mmHg setelah diberikan
terapi musik klasik (Mozart). Penerapan terapi musik klasik (Mozart) berpengaruh terhadap
penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi yang di uji melalui Uji Wilcoxon
nilai P value 0,003.
Kepada posyandu lansia diharapkan agar dapat melakukan terapi musik klasik (Mozart)
sebagai salah satu intervensi dalam menurunkan tekanan darah sistolik pada lansia dengan
hipertensi sebagai bentuk penerapan pelayanan keperawatan.
Kata Kunci : Musik Klasik, Tekanan Darah, Lansia, Hipertensi
Alamat Korespondensi
Jasmarizal*
Lenni Sastra**
Dosen STIKES MERCUBAKTIJAYA Padang
STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang
Jl. Jamal Jamil Pondok Kopi Siteba Padang
Telp. 0751 - 442295

PENDAHULUAN
Usia lanjut (lansia) adalah proses yang
tidak dapat dihindari. Memasuki masa lansia
sangat diperlukan peran dari keperawatan
untuk mempertahankan derajat kesehatan
pada lansia dengan taraf yang setinggitingginya supaya terhindar dari penyakit
atau gangguan supaya lansia tersebut masih
dapat memenuhi kebutuhan dengan mandiri
(Mubarak, 2005).
Seiring dengan pertambahan usia
terjadinya perubahan-perubahan fisiologis
pada lansia yang disertai dengan berbagai
masalah kesehatan yang menyebabkan
tingginya penyakit degeneratif. Penyakit
degeneratif membawa konsekuensi terhadap
perubahan dan gangguan pada sistem
kardiovaskuler, antara lain terjadi penyakit
hipertensi (Darmojo, 2009).
Penyakit
hipertensi
merupakan
peningkatan tekanan darah yang memberi
gejala berlanjut pada target organ, seperti
stroke untuk otak, penyakit jantung koroner
untuk pembuluh darah jantung dan untuk
otot jantung (Amiruddin, 2007). Hipertensi
merupakan kondisi tekanan darah sistolik
sama atau lebih tinggi dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih tinggi dari 90
mmHg, yang terjadi karena menurunnya
elastisitas arteri pada proses menua pada
lansia (Mahannad, 2010).
Hipertensi telah menjadi masalah
utama dalam kesehatan masyarakat sehingga
WHO tahun 2000 menunjukkan, di seluruh
dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4%
penghuni bumi mengidap hipertensi.
1
Indonesia di perkirakan akan meningkat
kejadian hipertensi sebanyak 80% di tahun
2025 (Admin, 2010). Kejadian hipertensi
meningkat disetiap negara dan dilihat dari
Prevalensi lansia yang menderita hipertensi
di kota Padang berjumlah 36,456 orang
(8,1%) (DKK, 2009).
Dampak dari hipertensi terhadap
lansia bila tidak segera di atasi bisa

mengakibatkan
kelainan
yang
fatal.
Kelainan itu misalnya, kelainan pembuluh
darah, jantung
(kardiovaskuler) dan
gangguan
ginjal,
bahkan
pecahnya
pembuluh darah kapiler di otak atau lebih
biasa disebut dengan stroke dan berakhir
dengan kematian (Nissonline, 2007).
Melihat kejadian dan dampak dari
hipertensi, maka dilakukan Penatalaksanaan
hipertensi yang terdiri dari terapi
farmakologis dan terapi nonfarmakologis.
Dalam
terapi
farmakologi
misalnya
reserprine yaitu obat yang paling luas
digunakan dalam terapi hipertensi, tapi obatobatan itu menghambat aktifitas sistem
sipatikoadrenergik dengan menghilangkan
sebagian dari noradrenalin yang tersimpan
pada dinding arteri, menyebabkan reuwolvia
bekerja aman dan cenderung lambat. Namun
jika diminum terlalu banyak dapat
menyebabkan depresi (Delta, 2010).
Sejauh penatalaksanaan farmakologis
dapat
menghambat
sistem
sipatikoadrenergik
di
upayakan
penatalaksanaan
hipertensi
umumnya
dilakukan dengan mengatasi gaya hidup
seperti pengurangan berat badan, pengaturan
diet makanan, olah raga teratur dan
mengurangi stres. Rangkaian ini merupakan
tatalaksana nonfarmakologis. Pengaturan
diet makanan dan olah raga teratur
umumnya telah terbukti dapat menurunkan
tekanan darah namun penggunaan musik
klasik
(mozart)
sebagai
tatalaksana
nonfarmakologis masih dalam tahap
perkembangan (Klementinasaing, selomata,
2010).
Musik yang terdiri dari kombinasi
ritme, irama, harmonik,dan melodi sejak
dahulu diyakini mempunyai pengaruh
terhadap pengobatan orang sakit. Seiring
dengan perkembangan zaman ketertarikan
para peneliti terhadap musik dan bagaimana
pengaruhnya terhadap kesehatan juga
mengalami perkembangan. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Chafin

(2004) mendengarkan musik klasik dapat


mengurangi kecemasan dan stres sehingga
tubuh
mengalami
relaksasi,
yang
mengakibatkan penurunan tekanan darah
dan denyut jantung (Klementinasaing,
selomata, 2010).
Musik klasik (mozart) merupakan
barang langka bagi manusia di era modern
seperti sekarang, namun berkat alunan
nadanya
tersebut
dipercaya
mampu
memberikan
efek-efek
positif
bagi
kehidupan manusia. Pengaruh musik klasik
(mozart) sebagai entertaining effect,
learning support effect dan sebagai
enriching- mind effect. Karena musik dapat
mempengaruhi denyut jantung sehingga
menimbulkan ketenangan karena musik
dengan irama lembut yang didengarkan
melalui telinga akan langsung masuk ke otak
dan langsung diolah sehingga menghasilkan
efek yang sangat baik terhadap kesehatan
seseorang (Campbell, 2002).
Berdasarkan data yang diperoleh dari
Dinas kesehatan Kota padang tahun 2009
pada 20 Puskesmas yang ada di Kota
Padang jumlah lansia yang paling tinggi
terdapat di Puskesmas Air Dingin dengan
jumlah 1310 orang lansia dan di Puskesmas
Nanggalo berjumlah 1240 orang lansia
sedangkan di Puskesmas Belimbing 1204
lansia (Laporan Tahun Dinas Kesehatan
Kota Padang tahun 2009).
Laporan Tahunan Puskesmas Air
Dingin Kecamatan Koto Tangah Padang
tahun 2009 melihatkan bahwa penyakit
hipertensi pada lansia sebanyak 61,75%.
Terdapat di berbagai Posyandu Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin
Kecamatan Koto tangah Padang. Dari 6
Posyandu lansia yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Air Dingin, jumlah lansia paling
banyak terdapat di posyandu SHIHAT
Wilayah kerja Puskesmas Air Dingin
Kecamatan Koto Tangah Padang dengan
jumlah Lansia sebanyak 27 orang lansia

hipertensi tercatat 4 bulan terakhir


Desember.
Berdasarkan penjelasan, data-data dan
dari survei awal di atas penulis tertarik
untuk mengetahui Pengaruh Terapi Musik
Klasik (Mozart) terhadap Penurunan
Tekanan Darah Sistolik pada Lansia dengan
Hipertensi di Posyandu Lansia SHIHAT
Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin
Kecamatan Koto Tangah Padang tahun 2011
Berdasarkan latar belakang yang telah
di uraikan di atas, maka dapat dirumuskan
bahwa masalah penelitiannya adalah
Apakah ada Pengaruh Terapi Musik Klasik
(Mozart) terhadap Penurunan Tekanan
Darah Sistolik pada Lansia dengan
Hipertensi di Posyandu Lansia SHIHAT
Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin
kecamatan Koto Tangah padang tahun
2011.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan
penelitian Quasi eksperiment dengan
Rancangan penelitian One Group Pretest
Post Test Design, yaitu sebelum diberikan
terapi
musik akan diberikan pretest,
kemudian setelah perlakuan akan dilakukan
pengukuran lagi postest untuk mengetahui
perubahan pada tekanan darah sistolik dari
perlakuan tersebut.
Rancangan penelitian tersebut adalah
sebagai berikut:
Subjek Pretest Perlakuan Postest
K
01
X
02
Keterangan:
K : Subjek (hipertensi)
01 : Sebelum Terapi (Pre tes)

X : Pemberian Terapi
02 : Sesudah Terapi(Post tes)
Penelitian ini dilakukan di Posyandu
Lansia
SHIHAT
Wilayah
Kerja
Puskesmas Air Dingin kecamatan Koto

Tangah Padang, pada tanggal 13 Februari


2011.
Populasi dalam penelitian ini
adalah semua lansia menderita penyakit
hipertensi yang berkunjung di Posyandu
lansia SHIHAT Wilayah Kerja Puskesmas
Air Dingin Kecamatan Koto Tangah Padang
sebanyak 11 orang lansia.
Seluruh lansia di Posyandu Lansia
SHIHAT Wilayah Kerja Puskesmas Air
Dingin Kecamatan Koto Tangah Padang
yang dijadikan sampel dalam penelitian ini
memenuhi kriteria sampel sebanyak 11
orang lansia yang telah ditetapkan:

a. Lansia
yang
menderita
hipertensi.
b. Lansia baik laki-laki maupun
perempuan.
c. Mempunyai tekanan darah
sistolik 140-159 mmHg.
d. Tidak
mendapat
terapi
farmakologis
e. Mampu berkomunikasi dengan
baik dan tidak mengalami
gangguan pendengaran.
f. Bersedia menjadi responden.
g. Berada di tempat penelitian.

Alur Penelitian
Lansia dengan Hipertensi 20 orang

Sampel = 11 orang
Pengukuran Tekanan Darah I
(pretest)
Therapy Musik Klasik (Mozart) dengan 3
lagu Karya Mozart
Pengukuran Tekanan Darah II (post test)
Analisa Uji Statistik
Kesimpulan

Intervensi dalam penelitian ini adalah terapi


musik klasik (mozart)
Alat yang digunakan:
1). MP3 Player merek Audi
2). Headphone merek Sony
3). Garpu Tala
4). Timbangan Badan merek MicS
5). Meteran Tinggi Badan merek Mic
Cara Kerja:
1.
Sebelum musik klasik (mozart)
diperdengarkan maka terlebih dahulu
setiap lansia mengisi kuesioner yang
dipandu peneliti.
2.
Lansia berada di ruangan yang
nyaman
3.
Setiap lansia diberi seperangkat alat
musik berupa Headphone dan MP3
Pleyer yang telah diisi 3 buah lagu
klasik karya mozart.
4.
Putar lagu dengan volume yang sesuai
dengan responden sampai lagu yang
telah disediakan selesai didengar oleh
responden.
Pengolahan data mengunakan langkahlangkah
yaitu
pemeriksaan
data,
pengkodean, memasukkan data ke dalam
master table, membersihkan data dari
kesalahan dan mengelompokkan data dalam
bentuk tabel.
Analisis
yang
digunakan
pada
penelitian ini adalah analisa univariat yang

mendeskripsikan variabel penelitian yaitu


menurunkan tekanan darah sistolik pre dan
post dan analisa bivariat yaitu menggunakan
uji Wilcoxon dengan melihat selisih nilai
angka penurunan tekanan darah responden
dari pengambilan data awal (sebelum
diberikan terapi musik) . Hasil bermakna
apabila nilai p < 0,05 maka nilai Ha dalam
penelitian ini diterima yaitu terdapat
pengaruh terapi musik klasik (Mozart)
terhadap penurunan tekanan darah sistolik
pada lansia dengan hipertensi di Posyandu
Lansia
SHIHAT
Wilayah
Kerja
Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto
Tangah Padang tahun 2011
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengumpulan data ini dilakukan
selama satu bulan pada tanggal 13 Februari
2011 di Posyandu Lansia SHIHAT
Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin
Kecamatan Koto Tangah Padang, dengan
jumlah lansia awalnya 20 orang akan tetapi
yang didapatkan saat pengumpulan data
hanya berjumlah 11 orang lansia dengan
hipertensi yang memenuhi kriteria sampel.
Pengukuran dilakukan dengan dua cara yaitu
pretes dan posttest. Pretes adalah sebelum
diberikan terapi musik klasik (Mozart) dan
postest sesudah diberikan terapi musik
klasik (Mozart) sampai 3 buah musik klasik
Mozart
didengarkan.

1.

Tekanan Darah Sistolik Lansia Sebelum Melaksanakan Terapi Musik Klasik (Mozart)
Pada lansia Dengan Hipertensi di Posyandu Lansia SHIHAT Wilayah Kerja
Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah Padang Tahun 2011
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Sistolik Sebelum Diberikan Terapi Musik
Klasik (Mozart) di Posyandu Lansia SHIHAT Wilayah Kerja Puskesmas
Air Dingin Kecamatan Koto Tangah Padang Tahun 2011
Tekanan Darah Sistolik

Frekuensi

6
4
1

54.5
36.4
9.1

11

100.0

1. 140
2. 150
3. 159
Total

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat


bahwa tekanan darah sistolik lansia
dengan hipertensi sebelum dilakukan
terapi musik klasik (Mozart) pada 11
orang lansia terdapat 6 orang lansia
dengan tekanan darah sistolik 140
mmHg, 4 orang lansia dengan tekanan
darah sistolik 150 mmHg, dan 1 orang
lansia dengan tekanan darah sistolik 159
mmHg.
Hasil pengumpulan data yang telah
dilakukan pada 11 orang lansia tekanan
darah sistolik sebelum diberikan terapi
musik
(pretest),
didapatkan
hasil
pengukuran 100% mengalami hipertensi.
Menurut Darmojo, 2009 Karena seseorang
jika sudah memasuki usia lebih dari 45
tahun keatas kebanyakan lansia mengalami
hipertensi. Hal ini disebabkan karena
elastisitas arteri akibat penuaan yang
berhubungan
dengan
arterosklerosis
(pengerasan dinding arteri) serta ketidak
mampuan jaringan untuk memperbaiki diri
atau mengganti kerusakan
jaringan
sehingga organ tubuh tidak bisa lagi

mempertahankan fungsi normalnya dan


tubuh tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Aktivitas rutin yang dilakukan di
Posyandu Lansia SHIHAT Wilayah Kerja
Puskesmas Air Dingin Kecamatan koto
Tangah Padang seperti senam, selama
kegiatan itu dilakukan belum mempengaruhi
tekanan darah sistolik pada lansia. Karena
keterbatasan fisik yang dimiliki lansia
terjadi pada proses penuaan. Serta dapat di
lihat dari tabel 5.1 bahwa kesebelas lansia
mengalami hipertensi atau tekanan darah
tinggi.
Hal ini sesuai dengan teori yang di
kemukakan (Mecky Stanley, 2006) bahwa
dengan meningkatnya usia, jantung dan
pembuluh darah mengalami perubahan baik
struktural maupun fungsional. Perubahan
yang disebabkan oleh penuaan berlangsung
lambat dan dengan awitan yang tidak
disadari. Serta dari data yang didapatkan
salah satu faktor pencetus terjadinya
hipertensi yaitu karna keturunan (gen).

2. Tekanan Darah Sistolik Lansia Sesudah Melaksanakan Terapi Musik Klasik


(Mozart) Pada Lansia Dengan Hipertensi di Posyandu Lansia SHIHAT Wilayah
Kerja Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah Padang Tahun 2011
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Sistolik Sesudah Diberikan Terapi Musik
Klasik (Mozart) di Posyandu Lansia SHIHAT Wilayah Kerja Puskesmas
Air Dingin Kecamatan Koto Tangah Padang Tahun 2011

No

Tekanan Darah Sistolik

Frekuensi

1
2
3
4
5
6
7

120
130
138
139
143
148
149

1
1
3
2
1
1
2

9.1
9.1
27.3
18.2
9.1
9.1
18.2

11

100.0

Total

Berdasarkan tabel 2 dapat


dilihat hasil tekanan darah sistoliknya
berfariasi dibandingkan tabel 1 karena
respon tubuh seseorang berbeda saat
mendengarkan musik.
Berdasarkan tabel 5.2 dapat
dilihat bahwa ke sebelas lansia
mengalami penurunan tekanan darah.
Pada penelitian ini terlihat juga bahwa
pasien yang di indikasikan mempunyai
tekanan darah tinggi (hipertensi) sesudah
diberikan terapi musik klasik (Mozart)
(posttest) didapatkan hasil dengan
tekanan darah sistolik menurun sebanyak
11 orang lansia.
Beberapa penelitian mendapatkan
musik akan membuat tubuh menjadi rileks,

yang secara fisiologis manifestasinya dapat


dilihat dari perubahan denyut jantung,
tekanan darah dan tingkat kecemasan
seseorang. Hal ini membuktikan dari
penelitian Cambell bahwa musik klasik bisa
membantu penyembuhan penyakit-penyakit
seperti : stress, kanker dan tekanan darah
tinggi.
Menurut Campell (2002) musik dapat
merangsang kelenjer hipofisis untuk
melepaskan
endorphin
yang
akan
menghasilkan efek eoporia dan sedasi,
sehingga pada akhirnya akan mampu
menurunkan nyeri, stress dan Tekanan darah
dengan mengalihkan perhatian seseorang.

3. Pengaruh Terapi Musik Klasik (Mozart) Terhadap Penurunan Tekanan Darah


Sistolik Pada Lansia Dengan Hipertensi di Posyandu Lansia SHIHAT Wilayah
Kerja Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah Padang Tahun 2011
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Terapi Musik Klasik (Mozart) Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Sistolik Pada Lansia Dengan Hipertensi di Posyandu Lansia
SHIHAT Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah
Padang Tahun 2011
No

Umur

Tekanan Darah
Sebelum
(mmHg)

Selisih

Lanjut usia

159

Tekanan Darah
Sesudah
(mmHg)
143

Usia Pertengahan

150

149

Usia pertengahan

140

138

Lanjut usia

140

138

Lanjut usia

150

149

Lanjut usia

140

139

Lanjut usia

140

138

Lanjut usia

150

120

30

Lanjut usia

140

130

10

10

Lanjut usia

140

139

11

Lanjut usia

150

148

145,4

139, 2

6,2

Jumlah rata-rata

Berdasarkan tabel 3 rata-rata tekanan


darah sistolik sebelum diberikan terapi
musik klasik (Mozart) 145,4 mmHg dan
setelah diberikan terapi musik klasik
(Mozart) rata-rata tekanan darah sistolik
139,2 mmHg dan selisih rata-rata tekanan
darah sistolik adalah 6,2. Hasil uji statistik
yang digunakan adalah uji Wilcoxson
karena didapatkan distribusi data tidak

16

normal pada data pretest. Dan dari uji


statistik di dapatkan Mean Rank adalah 6,00.
Adapun uji normalitas data pretest
adalah 0,003 dan nilai normalitas posttest
adalah 0,112 setelah dilakukan uji
Wilcoxson didapatkan nilai P= 0,003 (p<
0,05) ini berarti Ha diterima yaitu terdapat
pengaruh terapi musik klasik (Mozart)
terhadap penurunan tekanan darah sistolik

pada lansia dengan hipertensi di Posyandu


Lansia
SHIHAT
Wilayah
Kerja
Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto
Tangah Padang Tahun 2011.
Dalam
penelitian
ini,
peneliti
memberikan terapi musik klasik (Mozart)
menggunakan lembar kuesion yaitu dengan
mengajukan beberapa pertanyaan dan
mengukur tekanan darah sistolik sebelum
(pretest) dan sesudah (posttest) di berikan
terapi musik klasik (mozart) dan penelitian
ini diuji berdasarkan uji Wilcoxson.
Salah satu upaya dalam menangani
hipertensi adalah aktivitas yang teratur dan
tidak berlebihan karena cara tersebut efektif,
bertahan lama, dan murah, disamping
memberikan keuntungan yang positif
(Sharkey, 2003)
Menurut
Joint
Committee
on
Hypertension
(JNC),
2002
dengan
menurunkan berat badan dapat menurunkan
tekanan darah 5-20 mmHg/10 kg hilangnya
berat badan. Dengan mengurangi asupan
garam dapat menurunkan tekanan darah
sebesar 2-8 mmHg. Dengan cara ketiga poin
di atas tidak bisa dilakukan pada lansia
karena sudah terbiasa makan makanan yang
enak, asupan makan yang berlebih, bila
tidak terasa garamnya makan tersebut tidak
enak dimakan karena sudah merupakan
suatu kebiasaannya dalam kehidupan seharihari. Dan salah satunya yang terbaik
dilakukan pada lansia dengan latihan fisik
(aerobik) yang digantikan terapi musik
klasik (Mozart) mampu menurunkan
tekanan darah pada lansia.
Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Ucup (2007) mengenai
efek dari musik terhadap tubuh manusia,
bahwa jenis musik lambat atau sesuai
dengan denyut jantung maka akan bereaksi
dengan mengeluarkan hormone (serotonin)
yang dapat membuat rasa nikmat dan
senang.

Mary Griffith, seorang ahli fisiologi


mengemukakan
bahwa
hipotalamus
mengontrol berbagai fungsi saraf otonom,
seperti bernafas, denyut jantung, tekanan
darah. Sebuah studi menemukan bahwa
adanya peningkatan Luteinizing Hormone
(LH) pada saat mendengarkan musik.
Setelah dilakukan uji Wilcoxson yang
dipakai dalam penelitian ini apabila nilai p <
0,005 maka Ha diterima dan pada penelitian
ini nilai p adalah 0,003 ini berarti Ha
diterima dan terdapat perubahan yang
bermakna terhadap penurunan tekanan darah
sistolik pada lansia pada metode pemberian
musik klasik (Mozart).
Penelitian yang dilakukan dengan
memberikan terapi musik klasik (Mozart)
dan dilakukan pengukuran tekanan darah
terjadi peningkatan kadar hormone relaksasi
yaitu endorphine dan neurotransmitter.
Peningkatan
kedua
hormone
akan
menyebabkan terjadinya penurunan tekanan
darah. Penurunan tekanan darah sangat
diharapkan bagi lansia dengan hipertensi.
Dengan demikian terapi musik positif bagi
lansia dengan hipertensi.
Dilihat
dari
usia
berdasarkan
pengamatan yang dilakukan peneliti terlihat
bahwa usia tidak memberikan pengaruh
terhadap perubahan tekanan darah sistolik.
Hal yang terpenting adalah kemampuan
responden dalam menikmati musik yang
didengarkan sehingga membuat responden
merasa tenang, rilek. Oleh sebab itu,
penggunaan musik apalagi musik klasik oleh
respon merupakan poin penting dalam
menurunkan tekanan darah sistolik. Jika
dilihat dari jenis kelamin, perbedaan jenis
kelamin tidak mempengaruhi perubahan
tekanan darah pada responden.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
peneliti, memperlihatkan bahwa dengan
terapi musik klasik (Mozart) mampu
menurunkan tekanan darah sistolik rata-rata
6,00 mmHg. Hal ini terbukti bahwa terapi
musik klasik (Mozart) dapat dijadikan

alternatife terapi pengganti latihan fisik bagi


lansia dengan hipertensi yang memiliki
keterbatasan fisik dan tidak memungkinkan
untuk melakukan aktivitas fisik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini maka
didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Seluruh lansia (100%) menderita tekanan
darah sistolik yang tinggi sebelum
diberikan terapi musik klasik (Mozart)
dan 100% dari lansia mengalami
penurunan tekanan darah sistolik rata-rata
6 mmHg setelah diberikan terapi musik
klasik (Mozart).
2. Penerapan terapi musik klasik (Mozart)
berpengaruh terhadap penurunan tekanan
darah sistolik pada lansia dengan
hipertensi yang di uji melalui teori
wilcoxon yang nilai p< 0,05 di Posyandu
Lansia SHIHAT Wilayah Kerja
Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto
Tangah Padang dengan p value 0,003.
Saran yang dapat diberikan adalah :
1. Bagi Posyandu Lansia
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terapi musik berpengaruh terhadap
penurunan tekanan darah sistolik maka
terapi musik bisa juga dimanfaatkan oleh
kader di Posyandu Lansia SHIHAT
Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin
Kecamatan Koto Tangah Padang agar
dapat melakukan terapi musik klasik
(Mozart) sebagai salah satu intervensi
dalam menurunkan tekanan darah sistolik
pada lansia dengan hipertensi sebagai
bentuk
penerapan
pelayanan
keperawatan.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dengan adanya penelitian ini diharapkan
bagi
peneliti
selanjutnya
dapat
menggunakan hasil penelitian ini sebagai
data dasar untuk melakukan penelitian
selanjutnya tentang pengaruh terapi

musik klasik (Mozart) terhadap berbagai


penyakit lainya.
DAFTAR PUSTAKA
Adronafis, H (2008). Mendengarkan terapi
musik
mampu
menghilangkan
depresi. Diakses pada tanggal 06
November
2010
dari
http//wikimu.com/news/Display
News.aspx/id= 9308.
Arora, Anjali, 2008. 5 Langkah Mencegah
dan Mengobati Tekanan Darah
Tinggi.
Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.
Amiruddin, Ridwan, 2007. Hipertensi dan
faktor resikonya dalam kajian
epidemioLogi.
Diakses
darihttp://ridwanamiruddin.wordpres
s.com/2007/12/08/hipertensi-danfaktor-resikonya-dalam-kajianepidemiologi/ Tanggal 08 November
2010.
Cambell, Don, 2002. Efek Mozart. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Dikutip Dari skripsi Fitra Desiana,
2010. Pengaruh Terapi Musik
Mozzart
TerhadapTingkat
Kecemasan Pasien Preoperatif di
Irna B Bangsal Bedah RSUP
DR.M.Djamil
Padang.
S1
Keperawatan
STIKes
Mercubaktijaya Padang.
Darmojo, Boedhi, Hadi Martono, 2009.
Geriatrik: Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut (edisi 3). Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Djohan, (2006). Terapi Musik: Teori dan
Aplikasi. Yogyakarta: Galangpress
Dikutip dari skripsi Desiana, Fitra,
2010. Pengaruh Terapi Musik
Mozzart
Terhadap
Tingkat
Kecemasan Pasien Preoperatif di
Irna B Bangsal Bedah RSUP
DR.M.Djamil
Padang.
S1

Keperawatan
STIKes
Mercubaktijaya Padang.
Guzzeta, C.E (2003). Music Therapy:
Hearing the melody of the Soul.
Texas:
Jones
And
Bartelett
Publishers. Dikutip dari skripsi
Desiana, Fitra, 2010. Pengaruh
Terapi Musik Mozzart Terhadap
Tingkat
Kecemasan
Pasien
Preoperatif di Irna B Bangsal Bedah
RSUP DR.M.Djamil Padang. S1
Keperawatan
STIKes
Mercubaktijaya Padang.
Isnawati, dkk, 2009. Awas Anda Bisa Mati
Cepat Akibat Hipertensi & Diabetes.
Jogjakarta: Powerbooks.
Junaidi, Iskandar,Dr, 2010. Hipertensi
(Pengenalan, Pencegahan, dan
pengobatan). Jakarta: PT Bhuana
Ilmu Populer.
Mansjoer, Arif, dkk, 2000. Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta: FKUI.
Mubarak, Wahit. 2007. Kebutuhan Dasar
Manusia. EGC :Jakarta.

Nugroho, Wahyudi, 2008. Keperawatan


Gerontik & Geriatrik. Edisi 3. Jakarta:
EGC.
Nursalam, 2008. Konsep Penerapan &
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis,
dan
Instrumen
Penelitian
Keperawatan.
Jakarta:
Salemba
Medika.
Shadine, Mahannad, 2010. Mengenal
Penyakit Hipertensi, Diabetes, Stroke
& Serangan Jantung. Cetakan I.
Jakarta: KEENBOOKS.
Smeltzer & Suzane C, 2002. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Sutanto, Hariwijaya, 2007. Buku Panduan
Pencegahan & Pengobatan Penyakit
Kronis. Cetakan I. Jakarta: EDSA
Mahkota.
Dinas Kesehatan Kota Padang, 2009. Profil
Kesehatan Sumatra Barat.

You might also like