Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Studi Pengelolaan Sampah Rumah Sakit dan Prospek Pengembangannya di Kota Makassar.
Rumah sakit merupakan salah satu penyelenggara kegiatan publik. Dalam pelaksanaan pelayanan
kesehatan rumah sakit berpotensi untuk menghasilkan sampah. Sampah rumah sakit tersebut dapat
berupa limbah bahan berbahaya beracun yang karena sifat, konsentrasinya dan jumlahnya dapat
membahayakan bagi kesehatan maupun lingkungan, sehingga diperlukan adanya pengelolaan
sampah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari cara pengelolaan sampah di Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo dan Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji . Metode yang
digunakan adalah metode pendekatan cross sectional dengan analisis bersifat deskriptif
observasional.
Hasil penelitian RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo memperoleh skor sebesar 80% sedangkan
RSUD. Labuang Baji memperoleh skor hanya sebesar 20%. Secara keseluruhan RSUP. Dr. Wahidin
Sudirohusodo telah memenuhi skor minimum 80% untuk pengelolaan limbah padat rumah sakit,
sementara RSUD. Labuang Baji masih jauh dari skor minimum. Penilaian proses pengelolaan limbah
dilakukan berdasarkan Penilaian Pemeriksaan Kesehatan Lingkungan (Inspeksi Sanitasi) Rumah
Sakit dari Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004.
Kata kunci: Sampah Padat, Sistem Pengelolaan Sampah, Rumah Sakit.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan publik merupakan kegiatan pemenuhan dasar sesuai hak-hak sipil
setiap warga negara atas barang, jasa dan pelayanan administrasi yang disediakan
oleh penyelenggara pelayanan publik. Rumah sakit merupakan salah satu
penyelenggara kegiatan publik. Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan rumah sakit
berpotensi untuk menghasilkan sampah. Sampah rumah sakit tersebut dapat berupa
limbah bahan berbahaya beracun yang karena sifat, konsentrasinya dan jumlahnya
dapat membahayakan bagi kesehatan maupun lingkungan. Sampah wajib dikelola
karena setiap orang berhak untuk mendapatkan lingkungan yang sehat bagi
pencapaian derajat kesehatan (Undang-Undang No. 25 Tahun 2009, Undang-Undang
No. 44 Tahun 2009, Undang-Undnag No. 18 Tahun 2008, Undang-Undang No. 32
Tahun 2009, Undang-Undang No. 36 Tahun 2009).
Sampah rumah sakit mulai disadari sebagai bahan buangan yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan lingkungan karena bahan yang terkandung
didalamnya dapat menimbulkan dampak kesehatan dan menimbulkan cidera. Hal
yang dapat dihindari dari terjadinya pencemaran lingkungan dan kemungkinan
menimbulkan kecelakaan serta penularan penyakit adalah dengan melakukan
pengelolaan sampah rumah sakit. Pengelolaan sampah rumah sakit disesuaikan
dengan kondisi sampah dan kemampuan rumah sakit. Kegiatan pengelolaan biasanya
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Manajemen Pengelolaan Sampah Rumah Sakit
Pengelolaan sampah rumah sakit harus dilakukan dengan benar dan efektif
dan memenuhi persyaratan sanitasi. Sebagai sesuatu yang tidak digunakan lagi,
tidak disenangi, dan yang harus dibuang maka sampah tentu harus dikelola
dengan baik. Syarat yang harus dipenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak
mencemari udara, air, atau tanah, tidak menimbulkan bau (segi estetis) tidak
menimbulkan kebakaran, dan sebagainya.
Selain itu, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun
2008 pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
Menurut Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit didalam pelaksanaan pengelolaan sampah
setiap rumah sakit harus melakukan reduksi sampah dimulai dari sumber, harus
mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan
beracun, harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi. Setiap
peralatan yang digunakan dalam pengelolaan sampah medis mulai dari
pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari
pihak yang berwenang.
Menurut Candra, 2007 Pengelolaan sampah rumah sakit sangat diperlukan
adanya suatu kebijakan dari manajemen dan prosedur-prosedur tertentu yang
berhubungan dengan segala aspek dalam pengelolaan sampah rumah sakit.
Pengelolaan sampah layanan kesehatan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari hygiene rumah sakit dan pengendalian infeksi. Sampah layanan
kesehatan sebagai reservoir mikroorganisme patogen, yang dapat menyebabkan
kontaminasi dan infeksi. Jika sampah tidak dikelola dengan tepat,
mikroorganisme dapat berpinadah melalui kontak langsung, diudara atau
melalaui vector (lalat, tikus dan lain-lain).
Pada proses pengelolaan sampah diperlukan juga perangkat penunjang
merupakan sarana dan prasarana yang digunakan untuk kegiatan tersebut.
Perangkat tersebut harus mempertimbangkan aspek ketersediaan anggaran,
jumlah kunjungan dan lama rawat inap pasien, serta berbagai pertimbangan
teknis yang lain. Perangkat penunjang yang digunakan, antara lain:
1. Wadah penampungan
2. Sarana pengangkutan
3. Sarana pembuangan dan pemusnahan
Menurut Wakner, 2007 secara umum fasilitas pelayanan kesehatan pada
tingkat kabupaten kebawah harusnya terhindar dari pengolahan sampah oleh
mereka sendiri tapi sampah harus diserahkan untuk diolah ke institusi khusus.
Dengan mempertimbangkan dampak lingkungan dari solusi pengolahan yang
berbeda. Kesehatan masyarakat dan resiko kesehatan kerja dalam menggunakan
sistem pengelolaan limbah layanan kesehatan sebagai berikut:
1. Pembakaran atau pengolahan menggunakan steam/uap (autoclave)
dan dibuang secara saniter, kecuali buangan yang berasal dari tubuh manusia.
(Kusnoputranto, 1986).
Berdasarkan pengertian sampah tersebut dapat disimpulkan bahwa sampah
adalah suatu benda berbentuk padat yang berhubungan dengan aktifitas atau
kegiatan manusia, yang tidak digunakan lagi, tidak disenangi dan dibuang secara
saniter yaitu dengan cara-cara yang diterima umum sehingga perlu pengelolaan
yang baik.
D. Pengelolaan Sampah Rumah Sakit
Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya (UndangUndang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah Bab 2 Pasal 4).
Pengelolaan sampah rumah sakit disesuaikan dengan kondisi sampah dan
kemampuan rumah sakit untuk mengelolanya. Kegiatan pengelolaan biasanya
meliputi penampungan sampah, pengangkutan, dan pembuangan akhir
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002).
1. Penampungan
Tahapan pengumpulan termasuk pengemasan dan pelabelan. Di rumah
sakit limbah infeksius kantong merah diletakkan di tempat perawatan
menghasilkan limbah menular. Kantong hitam diletakkan di ruang perawatan
pasien, kantor, kamar mandi, dan ruang tunggu. Kantong dikumpulkan setelah
terisi 2/3 dari bagian kantong agar menghindari tumpahan (Tsakona et al, 2007).
Pengelolaan sampah non medis dipisahkan dari sampah medis. Sampah non
medis ditampung menggunakan kantong plastik berwarna hitam dengan ukuran
60 cm x 100 cm dan ukuran 50 cm x 75 cm yang disediakan di dalam
penampungan berupa tempat sampah yang terbuat dari fiber yang diletakkan di
tiap-tiap unit. Sampah medis ditampung menggunakan kantong plastik berwarna
kuning ukuran 50 cm x 75 cm diletakkan dalam bak sampah. Penyebaran tempat
sampah medis dapat ditemui di ruang perawatan, ruang bedah, ruang poliklinik,
ruang kebidanan, dan laboratorium (Paramita, 2007).
Setelah diangkut, sampah medis dikumpulkan dalam ruang khusus sampah
medis, harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan paling lama 48 jam dan
pada musim kemarau paling lama 24 jam. Kemudian dibakar di incinerator
(Paramita, 2007; Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002).
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sampah
terlebih dahulu ditampung di ruang penghasil sampah dengan jangka waktu
tertentu. Penampungan sampah dilapisi dengan kantong plastik sesuai dengan
persyaratan tertentu. Kantong plastik digunakan untuk memudahkan
pengosongan dan pengangkutan dari wadah atau bak penampungan sampah.
Standarisasi warna kantong plastik diperlukan untuk mengurangi kesalahan
dalam membuang dan memisahkan sampah.
2.
Pengangkutan
Untuk mengangkut sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) biasanya
menggunakan troli, kontainer atau gerobak yang tidak digunakan untuk tujuan
yang lain dan harus memenuhi persyaratan sebagi berikut (WHO, 2005):
a. mudah dimuat dan dibongkar muat
b. tidak ada tepi tajam yang dapat merusak kantong atau kontainer sampah
selama permuatan ataupun pembongkaran muat
c. mudah dibersihkan
d. bahan-bahan yang berbahaya tidak mencemari jalan yang ditempuh
kepembuangan.
Pengangkutan sampah dimulai dengan pengosongan bak sampah di setiap
unit dan diangkut ke pengumpulan lokal atau ke tempat pemusnahan.
Pengangkutan biasanya dengan kereta, sedang untuk bangunan bertingkat dapat
dibantu dengan menyediakan cerobong sampah atau lift pada tiap sudut
bangunan.
Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakan kendaraan khusus.
Kantong sampah sebelum dimasukkan ke kendaraan pengangkut harus
diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup. Kantong sampah juga harus
aman dari jangkauan manusia maupun binatang.(Depkes. RI, 2004).
3. Pemusnahan dan Pembuangan akhir
Kegiatan pembuangan akhir merupakan tahap akhir yang penting didalam
proses pengolahan sampah medis. Namun dalam kenyataannya kurang
diperhatikan oleh pihak Rumah Sakit. Pada proses pembuangan sampah Rumah
Sakit dapat melalui dua alternatif yaitu:
1. Pembuangan/pemusnahan sampah medis dilakukan terpisah dengan sampah
non medis. Pemisahan dimungkinkan bila Dinas Kesehatan dapat diandalkan
sehingga beban Rumah Sakit tinggal memusnahkan sampah medis tersebut.
2. Pembuangan/pemusnahan sampah medis dan non medis disatukan, dengan
demikin Rumah Sakit menyediakan sarana yang memadai untuk melakukan
pengelolaan sampah karena semua sampah atau bahan bangunan yang berasal
dari kegiatan Rumah Sakit itu sendiri.
3. Setiap Rumah Sakit sebaiknya memiliki unit pemusnahan sampah tersendiri,
khususnya sampah medis dengan kapasitas minimalnya dapat menampung
sejumlah sampah medis yang dihasilkan Rumah Sakit dalam waktu tertentu.
4. Pembuangan dan pemusnahan sampah Rumah Sakit dapat dilakukan dengan
memanfaatkan proses autoclaving, incinerator ataupun dengan sanitary
landfill (Candra, 2007).
5. Sebagian besar sampah klinis dan yang sejenis itu dibuang dengan
insinerator atau landfill. Metode yang digunakan tergantung pada faktorfaktor khusus yang sesuai dengan institusi, peraturan yang berlaku dan aspek
lingkungan yang berpengaruh terhadap masyarakat.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian yang dilakukan dapat digambarkan pada Gambar 3.1
berikut:
Mulai
Pengumpulan Data:
Data Primer
Pengumpulan data melalui wawancara dan pengamatan
langsung.
Data Sekunder
Data yang diperoleh dari pihak rumah sakit.
Studi Pendahuluan
Studi Pustaka
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup
1.
klinik urologi, klinik gizi, klinik jantung, klinik penyakit dalam, klinik mata, klinik
kebidanan, klinik THT (Telinga, Hidung dan Tenggorokan).
Organisasi pengelola sampah rumah sakit yaitu Instalasi Sanitasi dan
Kebersihan. Instalasi ini merupakan bagian dari bidang pelayanan penunjang yang
berada dibawah tanggung jawab dari direktur medic dan keperawatan. Dalam
pengelolaan sampah rumah sakit, instalasi sanitasi dan kebersihan dibantu oleh
petugas kebersihan.
Dalam pelaksanaan pengelolaan sampah rumah sakit, RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo mengacu pada aspek perundang-undangan yang telah dibuat oleh
pemerintah. Peraturan yang digunakan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo yaitu:
a. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
b. UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
c. UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
d. Peraturan Pemerintah N0. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun.
e. Keputusan Kepala Bapedal No. 5 Tahun 1995 Tentang Simbol dan Label
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
f. Keputusan Menteri Kesehatan No. 432 Tentang SMK3 Rumah Sakit.
g. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 12 Tahun 2007
Tentang Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup.
h. Keputusan Menteri Kesehatan NO. 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
i. Surat Edaran Direksi tanggal 20 September 2007 Perihal Pemisahan
Sampah Medis/Infeksius.
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo memiliki prosedur tersendiri dalam
pengelolaan sampah rumah sakit. RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo membuat
kebijakan berupa SOP (Standart Operational Procedure). Terdapat berbagai jenis
SOP pengelolaan sampah RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo yaitu SOP pemisahan,
pengumpulan,
pengangkutan
dan
pembuangan
sampah,
SOP
pembakaran/pemusnahan sampah medis, SOP perawatan insenerator, SOP
penyimpanan sementara sampah, SOP penyimpanan sementara Limbah B3, SOP
pengendalian sampah, SOP pengoperasian insenerator serta SOP pengoperasian
autoclave.
2. Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Labuang Baji merupakan rumah sakit
tipe B yang terletak di jalan Dr. Ratulangi No. 81 Kota Makassar, Sulawesi
Selatan. Luas lahan RSUD Labuang Baji adalah 14.404 m 2, dan luas bangunan
22.738 m2. RSUD Labuang Baji mempunyai tempat tidur sebanyak 340 tempat
tidur dan tenaga kerja dengan jumlah 634 orang yang terdiri dari dokter, bidan,
10
C. Rancangan Penelitian
11
12
c.
d.
e.
f.
Selain itu wawancara dilakukan dengan pihak rumah sakit khususnya kepala
instalasi sanitasi dan kebersihan, petugas insenerator, petugas autoclave, dan
petugas kebersihan untuk mengetahui pengelolaan sampah yang ada di rumah sakit
dan informasi lain yang menunjang pengelolaan sampah.
G. Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menyediakan
formulir kuesioner untuk wawancara. Formulir ini berupa daftar pertanyaan yaitu
dengan cara melakukan wawancara langsung kepada petugas dan staf pengelolaan
sampah dengan berpedoman pada formulir kuesioner yang sudah ditetapkan.
H. Pengolahan Data
Data hasil wawancara dengan pengelola sampah di rumah sakit kemudian
dibandingkan dengan standar pengelolaan sampah rumah sakit yang telah
ditetapkan sehingga dapat diketahui ada atau tidaknya masalah dalam sistem
pengelolaan sampah di rumah sakit tersebut. Selanjutnya alasan mengapa terjadi
masalah tersebut juga dapat diketahui dari hasil pemantauan pengelolaan sampah
di rumah sakit dan dapat menentukan rekomendasi solusi untuk mengatasinya.
Data yang diolah adalah data yang terkumpul baik berupa laporan,
wawancara, maupun observasi lapangan. Data tersebut adalah jumlah timbulan
sampah, jumlah dan jenis tempat sampah, jumlah petugas pengelola sampah,
fasilitas yang disediakan, dan lain-lain.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sumber dan Komposisi Sampah Padat (Medis dan Non Medis)
Ruangan yang menghasilkan sampah padat medis dan non medis sekaligus
adalah ruang Bedah Sentral, Rontgent, Rehabilitasi Medik, Unit Gawat Darurat
(UGD), Unit Perawatan Intensif atau Intensive Care Unit (ICU), Patologi, Ruang
Jenazah, Laboratorium, Rawat Inap, Pavilyun, Poliklinik dan Instalasi Farmasi.
Sedangkan sumber sampah non medis saja adalah Ruang Tunggu, Instalasi
Dapur/Gizi, Kantin, Kantor Administrasi, dan halaman Rumah Sakit. Komposisi
sampah dari ruangan tersebut dapat dilihat pada Tabel. 4.1
Tabel 4.1 Komposisi Sampah Padat Medis dan Non-Medis yang Dihasilkan
Berbagai Ruangan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin
13
Ruangan
Bedah Sentral
2
3
4
Rontgent
Rehabilitasi Medik
Unit Gawat Darurat
(UGD)
Patologi
7
8
9
Ruang Jenazah
Laboratorium
Rawat Inap
10
Pavilyun
11
Poliklinik
12
13
Instalasi Farmasi
Ruang Tunggu
14
15
Instalasi Dapur/Gizi
Kantin
16
Kantor Administrasi
17
Halaman
Komposisi
Kapas, verband, kassa, potongan tubuh, jarum
suntik, ampul, spuit, kateter, infuse set, sarung
tangan, masker, baju operasi.
Kertas, film, baju, sarung tangan, spuit, tissue
Kapas, kertas, sarung tangan, masker
Kapas, kain, baju pasien, seprei, verband, jarum
suntik, ampul, kassa, spuit, kateter, infuse set, sarung
tangan, masker.
Botol infuse, kapas, verband, kassa, jaringan tubuh,
jarum suntik, ampul, kassa, spuit, kateter, infuse set,
sarung tangan, pipet
Jaringan tubuh, botol, kapas, verband, kassa,
ptongan tubuh, jarum suntik, ampul, kassa, spuit,
kateter, infuse set, sarung tangan, pipet
Kapas, kain, sarung tangan, masker
Botol, jarum, pipet, gelas obyek, kertas, tissue, kapas
Botol urine, pembalut, botol infuse, sisa makanan,
infuse set, kateter, plastik pembungkus
Botol infuse, jarum suntik, plastik pembungkus,
verband, kapas, kassa
Kertas, botol plastik, jarum suntik, kapas, potongan
jaringan tubuh
Kertas dan kardus, plastik pembungkus, obat
Sisa makanan, plastik pembungkus, kertas, botol
plastic
Sisa makanan dan bahan makanan, plastik, kertas
Plastik pembungkus, botol bekas minuman, sisa
makanan dan bahan makanan
Sisa makanan, plastik pembungkus, kertas, alat tulis
kantor, kardus
Daun, kertas, plastik
Secara umum, jenis sampah medis yang paling banyak ditemukan adalah
jarum suntik, kateter, kapas, dan selang infus. Sedangkan sampah non medis yang
paling banyak ditemukan adalah makanan sisa (nasi), potongan sayur, dan plastik
pembungkus.
B. Jumlah Sampah
14
Ruangan
Berat
Volume
Berat
Volume
Kg/hari
m3/hari
Kg/hari
m3/hari
PCC
57,2
0,87
264,65
1,59
IRD
45,88
0,85
62,2
0,71
Instalasi Gizi
125,4
0,89
ICU
30,78
0,44
64,08
0,74
PICU
14,04
0,22
51,72
0,44
NICU
11,67
0,17
60,95
0,49
Paviliun Palem
21,1
0,32
122,7
1,28
Lontara I
14,9
0,27
91,4
0,99
Lontara II
30,6
0,45
66,68
0,62
10
Lontara III
41,2
0,61
72,98
0,81
11
Lontara IV
13,5
0,25
73,3
0,84
12
Paviliun Pinang
6,24
0,15
73,85
0,87
13
Pakis
1,38
0,06
21,2
0,22
14
Infection Centre
24,33
0,41
41,27
0,42
15
Kamtib
8,32
0,16
16
Cardiac Centre
4,9
0,09
11,72
0,23
15
17
8,44
0,16
43,3
0,46
18
Instalasi Farmasi
2,25
0,07
31,3
0,32
19
Radiologi
3,57
0,11
44,94
0,45
20
Kantin
47,97
0,52
21
Paviliun Sawit
1,68
0,06
15,08
0,23
22
24,75
0,43
4,68
0,11
23
Halaman
24,02
0,24
24
Kantor
11,1
0,19
358,41
6,05
1434,81
13,82
30%
70%
Gambar 4.1 Diagram Persentase Jumlah Sampah RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo
16
Berat dan volume rata-rata per hari sampah medis dan non medis yang
dihasilkan RSUD. Labuang Baji dapat dilihat pada table 4.3
Tabel 4.3 Berat dan Volume Rata-Rata Per Hari Sampah Medis dan Sampah Non
Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji.
Sampah Medis
No
Ruangan
Berat
Volume
Berat
Volume
kg/hari
M3/hari
kg/hari
M3/hari
Baji Kamase 1
8,81
0,14
24,91
0,27
Baji Kamase 2
9,32
0,15
22,1
0,24
Baji Pamai 1
8,83
0,15
18,17
0,19
Baji Pamai 2
7,74
0,12
18,78
0,2
Baji Dakka 1
5,27
0,09
26,19
0,28
Baji Dakka 2
4,64
0,08
22,36
0,23
Baji Ada' 1
4,48
0,09
22,96
0,24
Baji Ada' 2
4,84
0,08
23,29
0,25
Baji Areng
4,14
0,07
15,37
0,18
10
Baji Ati
3,84
0,06
27,19
0,29
11
Mamminasata Baji
10,07
0,16
25,97
0,28
12
Baji Gau'
9,2
0,15
24,34
0,26
13
18,57
0,32
42,21
0,43
14
Instalasi Gizi
81,2
0,86
15
Instalasi Farmasi
42,93
0,45
16
Poliklinik
2,6
0,04
51,48
0,55
17
6,42
0,1
22,68
0,25
18
Kantor
5,27
0,07
17
19
Halaman
10,66
0,13
20
Kantin
32,32
0,29
21
Rehabilitasi Medik
1,69
0,02
3,76
0,03
22
Patologi
2,59
0,04
3,59
0,03
113,05
1,86
567,73
6,00
JUMLAH
Sumber: Hasil Pengukuran Langsung
Produksi sampah padat dari RSUD. Labuang Baji per hari untuk sampah
medis mencapai 113,05 Kg (1,86 M3), untuk sampah padat non medis mencapai
567,73 Kg (6,00 M3). Sumber penghasil sampah medis terbanyak adalah Unit
Gawat Darurat (UGD) yaitu sebesar 18,57 Kg (0,32 M3). Sedangkan penghasil
sampah non medis terbanyak adalah Instalasi Gizi yaitu sebesar 81,2 Kg (0,86M3).
NON MEDIS
24%
76%
18
Nama
Kepala Instalasi Sanitasi dan Kebersihan
Supervisor
Staff
Petugas Incinerator
Petugas Autoclave
Petugas Kebersihan
Jumlah (orang)
1
10
5
3
1
153
19
Jumlah (Orang)
1
5
31
Nama Alat
Insenerator
TPS medis
TPS Non medis
Sulo Medis 240 liter
Sulo Non medis 240 liter
Gerobak Motor Medis
Gerobak Motor Non Medis
Kontainer Medis
Kontainer Non Medis
Tempat sampah 10 liter
20
Jumlah
2 unit
1 unit
1 unit
24 buah
24 buah
1 buah
2 buah
62 buah
362 buah
172 buah
150 buah
141 buah
70 buah
1 unit
70 buah
21
Nama Alat
TPS Medis (benda tajam)
TPS Non Medis (kontainer)
Sulo 240 liter
Sarung Tangan
Masker
Sepatu Boot
Tempat sampah
Sapu Ijuk
Kain Pel
Jumlah
1 unit
1 unit
6 buah
20 buah
15 buah
20 pasang
150 buah
20 buah
20 buah
22
23
24
Pada tahap ini, dari masing-masing sumber penghasil sampah padat RSUP.
Dr. Wahidin Sudirohusodo disediakan wadah berupa tempat sampah yang dilapisi
kantong plastik yang berbeda warna sesuai dengan jenis sampah. Tempat sampah
diberi keterangan untuk sampah medis dan sampah non medis.
Tabel 4.8 Warna Kantong Plastik/Wadah pada Setiap Jenis Sampah Pada RSUP.
Dr. Wahidin SUdirohusodo
Jenis Sampah
Sampah Medis
Sampah Medis (Benda Tajam)
Sampah Medis (Sitotoksik)
Sampah Non Medis
25
26
dioperasikan setiap hari mulai pukul 08.00 WITA 16.00 WITA oleh 1 (satu)
orang operator autoclave.
Sementara itu, untuk pembuangan limbah domestik pihak RSUP. Dr.
Wahidin Sudirohusodo tidak bekerjasama dengan Dinas Kebersihan Kota
Makassar. Limbah domestik diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Tamangngapa dengan menggunakan mobil angkut sampah dari PT. Riztechkindo.
Pengangkutan sampah limbah domestik RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo
dilakukan rata-rata sebanyak 3 (tiga) kali sehari, tergantung banyaknya sampah
yang dihasilkan. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang
dihasilkan RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo dikirim ke PT. Multazam.
27
dan sampah non medis. RSUD Labuang Baji juga mengganti kardus karton dengan
jirigen, karena kardus karton biasanya bocor terkena benda tajam.
b. Pengangkutan
Kegiatan pengangkutan sampah RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo
diobservasi berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 yang diukur berdasarkan jumlah skor dan kategori.
Hasil observasi menunjukkan kegiatan penampungan sampah RSUP. Dr. Wahidin
Sudirohusodo telah memenuhi persyaratan kegiatan pengangkutan dengan skor
5%.
Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji melakukan pengangkutan sampah
dari ruangan ke TPS (Tempat Penampungan Sementara) sebanyak 2 (tiga) kali
sehari. Pengangkutan pagi hari pukul 06.00 WITA dan malam hari pukul 19.00
WITA.
Untuk sampah non medis pengangkutan ke TPA (Tempat Pembuangan
Akhir) dilakukan rata-rata 3 (tiga) kali sehari (tergantung banyaknya sampah).
Setiap kali kontainer penuh maka akan langsung dibawa ke TPA oleh petugas
pengangkut sampah.
Pengangkutan dilakukan oleh petugas kebersihan. Sampah padat yang
terdapat di dalam ruangan diangkut ke sulo. Jalur yang digunakan untuk
mengangkut sampah di RSUD. Labuang Baji sama dengan jalur umum atau jalur
yang biasa digunakan oleh pasien, pengunjung, dan lain-lain. Tidak ada lift khusus
dalam pengangkutan sampah. Sampah dari setiap lantai gedung hanya
menggunakan tangga manual. Selanjutnya sampah tersebut dibawa ke TPS yang
berada dibelakang gedung rumah sakit tersebut.
Tidak ada petugas khusus untuk mengangkut sampah medis. Petugas
kebersihan mengangkut sampah berdasarkan jadwal shift kerja. Pengangkutan
yang sesuai dengan prosedur dilakukan sebanyak 2 kali sehari yaitu pada pagi hari
pukul 06.00 WITA dan malam hari pukul 19.00 WITA.
c. Pemusnahan dan Pembuangan Akhir
Proses akhir dari pengelolaan sampah yaitu pembuangan akhir. Proses ini
diobservasi berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 yang diukur berdasarkan jumlah skor dan kategori.
Hasil observasi menunjukkan kegiatan penampungan sampah RSUP. Dr. Wahidin
Sudirohusodo memperoleh skor sebesar 15%. Angka tersebut cukup memenuhi
persyaratan kegiatan pemusnahan sampah berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004.
28
Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji tidak memiliki insinerator sendiri
sehingga memerlukan kerjasama dengan pihak ketiga. Namun sampai saat ini
pihak RSUD. Labuang Baji bekerja sama dengan PT. Multazam hanya untuk
sampah medis yang berupa benda tajam. Sampah medis lainnya di gabung dengan
sampah non medis di TPS non medis untuk diangkut ke TPA Tamangngapa.
Pembuangan limbah domestik pihak RSUD. Labuang Baji bekerjasama dengan
Dinas Kebersihan Kota Makassar. Limbah domestic diangkut ke Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Tamangngapa. Pengangkutan sampah limbah domestik
RSUD. Labuang Baji dilakukan rata-rata sebanyak 3 (tiga) kali sehari, tergantung
banyaknya sampah yang dihasilkan.
E. Pembahasan Hasil
1. Sampah Rumah Sakit
Sampah RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo dan RSUD. Labuang Baji telah
dibedakan berdasarkan unit penghasil yaitu sampah medis dan sampah non medis.
Dalam buku pedoman sanitasi rumah sakit di Indonesia menyatakan bahwa
sampah rumah sakit dapat digolongkan berdasarkan jenis unit penghasil dan untuk
kegunaan desain pembuangannya. Namun secara garis besarnya dibedakan
menjadi sampah medis dan sampah non medis.
2. Sumber dan Komposisi Sampah Padat
RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo dan RSUD. Labuang Baji telah
membedakan sampahnya berdasarkan unit penghasil sampah yaitu sampah medis
dan sampah non medis, dengan demikian kedua rumah sakit tersebut telah
mengikuti teori yang ada. Teori tersebut menyebutkan bahwa jenis sampah rumah
sakit perlu diketahui untuk pengelolaan sampah medis dan sampah non medis.
Sampah medis berasal dari pelayanan medis, perawatan, laboratorium dan
atau semua benda yang sudah terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh
pasien. Sampah medis berupa selang infus, keteter urin, kantong urin, jaringan
tubuh, darah, sputum, obat-obatan yang kadaluarsa, pembalut dan plastik yang
telah terkontaminasi dengan agen infeksius. Sampah medis juga dibedakan atas
beberapa jenis, yaitu sampah limbah B3, limbah benda tajam dan limbah
sitotoksik.
Sampah non medis digolongkan rumah sakit sebagai sampah rumah tangga
atau sampah yang tidak terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh pasien
seperti kertas, karton, plastik, dan lain-lain yang dihasilkan dari dapur, ruang
29
tunggu, taman dan juga ruang perawatan. Penggolongan tersebut sama seperti
penggolongan yang disebutkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2002.
3. Jumlah Sampah
Jumlah sampah yang dihasilkan pada kedua rumah sakit tersebut dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti jumlah tempat tidur, jumlah pegawai, jumlah
kunjungan dan lama rawat inap pasien.
Tabel 4.10 Volume Sampah Pada RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo dan RSUD.
Labuang Baji
Jenis Sampah
No
Medis
Rumah Sakit
Non Medis
Volume
(m3)
Volume
(m3)
6,05
30,45
13,82
69,55
1,86
23,66
6,00
76,34
Berdasarkan Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa volume sampah non medis yang
dihasilkan RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo dan RSUD. Labuang Baji lebih besar
dari volume sampah medisnya.
Tabel 4.11 Jumlah Kunjungan Pada RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo dan RSUD.
Labuang Baji per orang/hari.
Pasien (orang/hari)
No
Rumah Sakit
Rawat
Inap
Rawat
Jalan
Pegawai
(orang)
Total
414
542
1.307
2.263
35
81
634
750
30
Dari Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan pada RSUP. Dr. Wahidin
Sudirohusodo jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah kunjungan RSUD.
Labuang Baji. Hal ini disebabkan karena jumlah kamar dan tempat tidur di RSUP. Dr.
Wahidin Sudirohusodo lebih banyak dibanding RSUD. Labuang Baji, sehingga
mampu menampung lebih banyak pasien dan membutuhkan karyawan yang lebih
banyak pula.
No
Rumah Sakit
Volume
Sampah
Jumlah
Pengunjung
Jumlah Sampah
(liter/hari)
(pasien +
pegawai)
(liter/orang/hari)
Medis
6050
2263
2,67
Non medis
13820
2263
6,1
Medis +
Non medis
19870
2263
8,78
Medis
1860
750
2,48
Non medis
6000
750
8,00
Medis +
Non medis
7860
750
10,48
Jenis
Sampah
31
RSUD. Labuang Baji adalah sebesar 7,86 m3/hari atau sama dengan 7860 liter/hari
dengan komposisi volume sampah medis sebesar 1,86 m3/hari dan volume sampah
non medis sebesar 6,0 m3/hari.
Jumlah sampah yang dihasilkan perorang/hari dapat diketahui dengan:
x=
volume sampah(liter/hari)
jumlah kunjungan /hari
Maka jumlah sampah yang dihasilkan perorang/hari pada RSUP. Dr. Wahidin
Sudirohusodo yaitu 8,78 liter/orang/hari, sedangkan pada RSUD. Labuang Baji
jumlah sampah yang dihasilkan yaitu sebesar 10,48 liter/orang/hari.
Dengan diketahuinya jumlah sampah maka akan menentukan jumlah dan
volume sarana penampungan lokal yang harus disediakan, pemilihan insinerator
dan kapasitasnya serta bila rumah sakit memiliki tempat pengolahan sendiri
jumlah produksi dapat diproyeksikan untuk memperkirakan biaya, dan lain-lain.
Penentuan jumlah sampah dapat menggunakan ukuran berat atau volume
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002).
4. Sumber Daya Pengelolaan Sampah Rumah Sakit
Tenaga Pengelola
Jumlah petugas kebersihan RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo yaitu 153
orang, sedangkan jumlah petugas kebersihan pada RSUD. Labuang Baji yaitu
sebanyak 38 orang. Pembagian kelompok kerja berdasarkan kelompok dan luas
area sudah cukup efektif, dimana seorang petugas kebersihan mempunyai area
kerja 250-300 m (Paramitha, 2007) sehingga jumlah petugas kebersihan
rumah sakit tersebut sangat dipengaruhi oleh luas bangunan rumah sakit.
32
Pelindung Diri), hanya saja RSUD. Labuang Baji sampai saat ini belum memiliki
insinerator untuk pemusnahan akhir sampah medisnya.
Selain peralatan yang dibutuhkan untuk mengelola sampah, perlu juga
diperhatikan mengenai penggunaan APD. Petugas kebersihan pada kedua rumah
sakit tersebut masih banyak yang tidak menggunakan masker penutup mulut,
hidung dan sarung tangan. Petugas kebersihan hanya menggunakan sepatu boot,
masalah tersebut sama dengan masalah rumah sakit pada umumnya. Hal ini dapat
diatasi dengan adanya pelatihan pengelolaan sampah secara sistematis dan berkala
serta pemberian Surat Peringatan bagi petugas kebersihan yang tidak
menggunakan APD dengan lengkap agar diperoleh peningkatan kesadaran dan
pengetahuan, sehingga diharapkan pelanggaran dalam tahapan pengelolaan
sampah dapat diminimalkan serta peningkatan kedisiplinan menggunakan APD
(Alat Pelindung Diri) bagi petugas kebersihan.
Biaya Pengelolaan
Ketersediaan biaya yang mencukupi sangat menunjang pelaksanaan kegiatan
pengelolaan sampah. Volume timbulan sampah medis dan sampah non medis yang
dihasilkan oleh RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo sebesar 19,87 m 3/hari, biaya
yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan sampah di RSUP. Dr.
Wahidin Sudirohusodo yaitu Rp 503.733.150/tahun.
Pada RSUD. Labuang Baji, volume sampah medis dan sampah non medis
yang dihasilkan sebanyak 7,86m3/hari, biaya yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan pengelolaan sampah di RSUD. Labuang Baji yaitu sebesar Rp
33.141.250,-. Biaya ini lebih kecil apabila dibandingkan dengan biaya yang
dikeluarkan oleh RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo. Hal ini dapat dipengaruhi dari
jumlah dan jenis sampah yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan kesehatan.
5. Pengelolaan Sampah Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo telah mengikuti
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 dalam mengelola sampahnya. Lain halnya dengan
RSUD. Labuang Baji, sistem pengelolaan sampahnya masih belum begitu
mengikuti Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004. Pengelolaan sampah pada kedua rumah sakit tersebut
meliputi penampungan, pengangkutan, dan pembuangan akhir. Pengelolaan
sampah rumah sakit disesuaikan dengan kondisi sampah dan kemampuan rumah
sakit untuk mengelolanya. Berdasarkan buku Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di
Indonesia bahwa kegiatan pengelolaan sampah biasanya meliputi penampungan
33
Penampungan
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo sudah memisahkan
sampah medis dan sampah non medis yang di tampung di tempat terpisah. Sampah
medis berupa limbah benda tajam dan limbah sitotoksik pengumpulannya terpisah
dengan sampah medis lainnya. Limbah benda tajam di tampung dalam jirigen dan
limbah sitotoksik ditampung dalam kantong plastik berwarna ungu. Tempat
sampah dalam kondisi layak pakai dengan kantong plastik warna sesuai dengan
jenis sampah yang dihasilkan. Kantong sampah yang berwarna kuning digunakan
untuk sampah medis dan kantong plastik yang berwarna hitam digunakan untuk
sampah non medis.
Pelabelan hanya terdapat di tempat sampah saja, untuk kantong plastik tidak
terdapat keterangan simbol. Agar tidak terjadi kesalah pemakaian kantong plastik
kuning digunakan untuk sampah non medis atau sebaliknya, diperlukan
penyediaan kantong plastik yang dilengkapi dengan simbol. Hal ini berdasarkan
oleh buku Pedoman Sanitasi Rumah Sakit.
Sampah medis dan sampah non medis sudah dipisahkan sejak dari sumber
penghasil tetapi masih ada sampah non medis yang masuk ke sampah medis atau
sebaliknya. Ini dikarenakan sikap acuh atau masa bodoh yang dilakukan oleh
beberapa perawat atau dokter. Penempatan tempat sampah disesuaikan menurut
jenis dan jumlah sampah yang dihasilkan. Sampah yang ditampung dalam tempat
sampah tidak dibiarkan di tempat tersebut telalu lama, biasanya dalam satu hari
langsung diangkut.
Umumnya tempat sampah disediakan satu buah untuk setiap kamar atau
ruangan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004). Pada ruangan
perawat disediakan minimal dua tempat sampah yang dilapisi kantong plastik,
yaitu tempat sampah medis dan tempat sampah non medis. Pada ruangan pasien
disediakan minimal satu buah bak penampungan sampah yang terbuat dari plastik.
Sedangkan di taman dan lobby disediakan dua tempat sampah, organik dan
anorganik yang terbuat dari fiber.
Petugas kebersihan langsung mendesinfeksi tempat sampah setiap kali
setelah dikosongkan seperti yang ditetapkan di peraturan pemerintah. Tempat
pembuangan dan penampungan sementara penting untuk didesinfeksi untuk
menghindari terjadinya penularan penyakit melalui media sampah padat. Rumah
sakit menghasilkan sampah medis dan sampah non medis yang berpotensi untuk
menimbulkan resiko untuk pasien, staf rumah sakit, pengunjung dan bahkan
lingkungan sekitarnya (Patil & Sekdar, 2007).
34
Pengangkutan
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo dan RSUD. Labuang
Baji telah mengikuti persyaratan yang telah ditetapkan yaitu mengangkut sampah
medis ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sebanyak 3 kali dalam sehari.
Menurut persyaratan sampah non medis harus diangkut ke TPA lebih dari satu kali
per hari (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).
Jalur yang digunakan untuk mengangkut sampah pada kedua rumah sakit
tersebut sama dengan jalur umum atau jalur yang biasa digunakan oleh pasien,
pengunjung, dan lain-lain. Lift yang digunakan untuk mengangkut sampah juga
sama dengan lift umum. Sampah medis yang diangkut harus melalui rute khusus
seperti menggunakan koridor dan lift khusus dari ruang penyimpanan sementarara
ke tempat pembuangan akhir di rumah sakit (Tsakona et al, 2006). Sampah
kemudian dibawa ke TPS dengan menggunakan masing-masing sulo yang telah
disediakan disetiap ruangan.
35
Namun untuk sampah RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo yang berasal dari
gedung Private Care Center (PCC) pengangkutan sampah dilakukan dengan
menggunakan gerobak motor menuju ke TPS. Saat ini gerobak motor yang
digunakan hanya satu unit. Namun pengangkutan sampah medis dan non medis
tidak digabungkan. Pengangkutan sampah medis dan non medis dari PCC tidak
dilakukan bersamaan. Sehingga diperlukan penambahan gerobak, agar gerobak
sampah untuk sampah medis dan sampah non medis terpisah.
Tidak ada petugas khusus untuk mengangkut sampah medis pada kedua
rumah sakit tersebut. Petugas kebersihan mengangkut sampah berdasarkan jadwal
shift kerja. Namun jika ada sampah sebanyak 2/3 sampah penuh maka petugas
kebersihan langsung mengangkut sampah tersebut ke TPS, sehingga tidak ada
sampah yang berceceran keluar dari tempat penampungan.
36
ketiga, sehingga sampah medis selain limbah benda tajam masih digabung dengan
limbah non medis. Padahal seharusnya limbah medis dibakar di insinerator atau
bekerjasama dengan pihak ketiga untuk pembakarannya. Untuk pembuangan
limbah domestic dan limbah medis tadi, pihak RSUD. Labuang Baji bekerjasama
dengan Dinas Kebersihan Kota Makassar. Pengangkutan limbah tersebut
dilakukan sebanyak tiga kali dalam sehari ke TPA Tamangngapa, Antang. Pihak
RSUD. Labuang Baji juga harus membayar retribusi kepada Dinas Kebersihan
Kota Makassar sebulan sekali.
6. Prospek Pengembangannya di Kota Makassar
Dari data yang telah didapat, diketahui bahwa RSUD. Labuang Baji masih
memiliki banyak kesalahan dalam pengelolaan sampahnya, sedangkan RSUP. Dr.
Wahidin Sudirohusodo sudah cukup baik. Sehingga, sebaiknya pihak RSUD.
Labuang Baji dan rumah sakit lainnya yang belum begitu mematuhi peraturan bisa
melakukan kunjungan ke RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo untuk melihat
bagaimana sistem pengelolaan sampah yang baik yang kemudian pihak RSUD.
Labuang Baji dan rumah sakit lainnya bisa menerapkannya.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah dibahas sebelumnya maka dapat dirangkum
kesimpulan, antara lain:
1. Karakteristik sampah yang dihasilkan oleh RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo
tidak jauh berbeda dengan RSUD. Labuang Baji.
2. Proses pengelolaan sampah RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo sudah cukup
baik jika dibandingkan dengan RSUD. Labuang Baji, ini dikarenakan belum
dibedakannya kantong plastik untuk setiap jenis sampah, pemusnahan dan
pembuangan akhir sampah medis belum terkelola dengan baik.
3. Jumlah sampah yang terkelola pada kedua rumah sakit yaitu sebanyak jumlah
sampah yang dihasilkan selama sehari. Sehingga tidak ada penumpukan
sampah di TPS. Namun, pada RSUD. Labuang Baji, sampah medis selain
limbah benda tajam belum terkelola dengan baik.
B. Saran
Sebagai pemecahan masalah maka saran yang diberikan, yaitu:
1. Mahasiswa
a. Disarankan menyiapkan sarung tangan, masker yang tebal sebelum
melakukan penelitian.
37
38
39