Professional Documents
Culture Documents
LANDASAN TEORI
II.1.
Tinjauan Pustaka
II.1.1.
Persalinan
Dalam
kala
itu
diamati
apakah
ada
perdarahan
postpartum.
a. Kala I
Klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan wanita tersebut
mengeluarkan lendir bersemu darah (bloody show). Lendir yang bersemu darah ini
berasal dari pembuluhpembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis
itu pecah karena pergeseranpergeseran ketika serviks membuka.
Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase.
1.
b. Kala II
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3
menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk di ruang
panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang
secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan
kepada rektum dan hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol
dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama
kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Bila dasar panggul
sudah lebih berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi di luar his, dan dengan his
dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput di
bawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat
sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan, dan anggota gerak bayi. Pada
primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5
jam (Mochtar, 1998; Prawirohardjo, 2007).
c. Kala III
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas
pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan
plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit
setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.
Permukaan maternal harus diperiksa secara hati-hati untuk memastikan tidak ada
fragmen plasenta yang tertinggal di uterus. (Cunningham, 2007; Prawirohardjo,
2007).
d. Kala IV
Plasenta,
selaput
ketuban,
dan
tali
pusat
hendaknya
diperiksa
kelengkapannya dan kelainan kelainan yang ada. Satu jam segera setelah
kelahiran masa kritis persalinan. Uterus harus sering diperiksa selama masa ini,
demikian pula daerah perineum harus diperiksa untuk mendeteksi perdarahan
yang banyak. Selain itu, direkomendasikan untuk mencatat tekanan darah dan
denyut nadi segera setelah melahirkan dan setiap 15 menit selama satu jam
pertama setelah melahirkan (Cunningham, 2007).
II.I.2.
Sectio Caesarea
10
uterus sehingga uterus dapat dibuka secara ekstraperitoneum. Pada saat ini
pembedahan ini tidak banyak dilakukan lagi untuk mengurangi bahaya infeksi
puerperal (Oxorn, 2003).
II.1.2.4.
Faktor Risiko
dalam
mengantisipasi
kesulitan
dalam
kehamilan
dan
sosio
ekonomi
masyarakat
akan
menunjukkan
tingkat
11
kota-kota besar, seperti di Jakarta banyak para ibu yang bekerja. Mereka sangat
terikat dengan waktu. Mereka sudah memiliki jadwal tertentu, misalnya kapan
harus kembali bekerja (Kasdu, 2005).
II.1.2.4.4. Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami oleh ibu sebelum
kehamilan atau persalinan saat ini. Paritas dikategorikan menjadi 4 kelompok
yaitu (Mochtar, 1998):
a. Nullipara adalah ibu dengan paritas 0
b. Primipara adalah ibu dengan paritas 1
c. Multipara adalah ibu dengan paritas 2-5
d. Grande Multipara adalah ibu dengan paritas >5
Persalinan yang pertama sekali biasanya mempunyai risiko yang relatif
tinggi terhadap ibu dan anak, akan tetapi risiko ini akan menurun pada paritas
kedua dan ketiga, dan akan meningkat lagi pada paritas keempat dan seterusnya
(Mochtar, 1998). Paritas yang paling aman jika ditinjau dari sudut kematian
maternal adalah paritas 2 dan 3 (Prawirohardjo, 2007). Risiko untuk terjadinya
persalinan sectio caesarea pada primipara 2 kali lebih besar dari pada multipara
(Wirakusumah, 1994).
II.1.2.5.
12
oleh kepala janin, ketuban bisa pecah dan ada bahaya pula terjadinya prolapsus
funikuli (Prawirohardjo, 2007).
d. Plasenta previa
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta terdapat di bagian atas uterus.
Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta
melalui pembukaan jalan lahir, disebut plasenta previa totalis apabila seluruh
pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta; plasenta previa parsialis apabila
sebagian permukaan tertutup oleh jaringan; dan plasenta previa marginalis apabila
pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan. Plasenta yang letaknya
13
abnormal pada segmen bawah uterus, akan tetapi belum sampai menutupi
pembukaan jalan lahir , disebut plasenta letak rendah (Mochtar, 1998).
e. Disproporsi sefalopelvik
Disproporsi sefalo-pelvik adalah ketidakseimbangan kepala dan panggul
ibu. Disproporsi sefalo-pelvik mencakup panggul sempit, fetus yang tumbuh
terlampau besar atau adanya ketidakseimbangan relatif antara ukuran kepala bayi
dan pelvis (Prawirohardjo, 2007).
f. Ruptura uteri
Ruptura uteri adalah keadaan robekan pada rahim dimana telah terjadi
hubungan langsung antara rongga amnion dengan rongga peritoneum (Mansjoer,
1999). Ruptura uteri merupakan peristiwa yang berbahaya, yang umumnya terjadi
saat persalinan, kadang juga terjadi pada kehamilan tua.
Menurut Mansjoer cara terjadinya ruptura uteri diadakan perbedaan antara:
1. Ruptura uteri spontan
Ruptura uteri yang terjadi secara spontan pada uterus yang utuh (tanpa parut).
Faktor pokok disini ialah bahwa persalinan tidak maju, misalnya panggul
sempit, hidrosefalus, janin letak lintang dan sebagainya, sehingga segmen
bawah uterus makin lama makin diregangkan. Pada suatu saat, regangan yang
terus bertambah melampaui batas kekuatan jaringan miometrium, sehingga
terjadilah ruptura uteri.
2. Ruptura uteri traumatik
Ruptura uteri yang disebabkan oleh trauma dapat terjadi karena jatuh,
kecelakaan seperti tabrakan san sebagainya.
3. Ruptura uteri pada parut uterus
Ruptura uteri demikian ini paling sering terjadi pada parut bekas sectio
caesarea. Diantara parut-parut bekas sectio caesarea, parut yang terjadi
sesudah sectio caesarea klasik lebih sering menimbulkan ruptura uteri
daripada parut bekas sectio caesarea profunda dengan perbandingan 4:1. Hal
ini disebabkan oleh luka pada segmen bawah uterus lebih tenang dalam masa
nifas dan dapat sembuh dengan baik, sehingga parut lebih kuat.
14
15
Letak Sungsang
Saat ini lebih banyak bayi letak sungsang yang lahir dengan sectio
caesarea. Hal ini karena risiko kematian dan cacat/kecelakaan lewat vagina
(spontan) jauh lebih tinggi. Lebih dari 50% bayi pernah mengalami letak
sungsang dalam kurun 9 bulan kehamilan. Penyebab letak sungsang sering tidak
diketahui pasti, secara teori dapat terjadi karena faktor ibu seperti kelainan bentuk
rahim, tumor jinak rahim/mioma, letak plasenta lebih rendah (Dewi, 2007).
2. Letak Lintang
Merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan tua (hamil
8-9 bulan) yaitu kepala ada di samping kanan atau kiri dalam rahim ibu. Bayi
letak lintang tidak dapat lahir melalui jalan lahir biasa, karena sumbu tubuh janin
melintang terhadap sumbu tubuh ibu sehingga bayi membutuhkan pertolongan
sectio caesarea (Christina, 1996).
b. Gawat janin
Keadaan gawat janin pada tahap persalinan, memungkinkan dokter
memutuskan untuk melakukan operasi. Apalagi ditunjang kondisi ibu yang kurang
menguntungkan. Bila ibu menderita tekanan darah tinggi atau kejang pada rahim,
mengakibatkan gangguan pada plasenta dan tali pusat sehingga aliran oksigen
kepada bayi menjadi berkurang. Kondisi ini bisa menyebabkan janin mengalami
kerusakan otak, bahkan tidak jarang meninggal dalam rahim (Oxorn, 2003).
Tindakan sectio caesarea harus segera dilakukan apabila terdapat keadaan gawat
janin untuk mencegah kematian janin.
c. Ukuran janin
Berat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan
bayi sulit keluar dari jalan lahir. Umumnya, pertumbuhan janin yang berlebihan
karena ibu menderita kencing manis (diabetes mellitus), yang biasanya disebut
bayi besar objektif (Oxorn, 2003). Bayi terlalu besar mempunyai risiko 4 kali
lebih besar untuk terjadinya komplikasi persalinan.
16
d. Bayi kembar
Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan 2 janin atau lebih. Kehamilan
kembar dapat memberi risiko yang lebih tinggi terhadap ibu dan bayi. Oleh karena
itu dalam menghadapi kehamilan kembar harus dilakukan pengawasan hamil yang
lebih intensif. Namun jika ibu mengandung 3 janin atau lebih maka sebaiknya
menjalani sectio caesarea. Hal ini akan menjamin bayi-bayi tersebut dilahirkan
dalam kondisi sebaik mungkin dengan trauma minimum (Manuaba, 1999)
Tabel 1. Statistik Indikasi Kasus Sectio Caesarea yang Disusun oleh Peel
and Chamberlain
Indikasi
Disproporsi janin panggul
Gawat janin
Plasenta previa
Pernah sectio caesarea
Kelainan letak
Incoordinate uterine action
Pre-eklampsia dan eklampsia
Sumber: Prawirohardjo, 2007
Insidensi
21 %
14 %
11 %
11 %
10 %
9%
7%
17
untuk
a. Infeksi Nifas
Komplikasi ini bisa bersifat ringan, seperti kenaikan suhu
selama
beberapa hari dalam masa nifas; atau bersifat berat, seperti peritonitis, sepsis, dan
sebagainya.
Bahaya infeksi sangat diperkecil dengan pemberian antibiotika, akan tetapi
tidak dapat dihilangkan sama sekali terutama sectio caesarea klasik dalam hal ini
lebih berbahaya daripada sectio caesarea transperitonealis profunda (Mochtar,
1998).
b. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa terjadi pada waktu pembedahan jika cabang- cabang
arteria uterina ikut terbuka (Prawirohardjo, 2007).
18
d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak, ialah kurang kuatnya parut
pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura
uteri. Biasanya ditemukan pada sectio caesarea klasik (Prawirohardjo, 2007).
19
Faktor Ibu
- Usia < 20 tahun & > 35 tahun
- Paritas < 1 & > 3
- Komplikasi obstetrik
- Riwayat sectio caesarea
- Pendidikan rendah
- Perawatan antenatal tidak
teratur
Faktor Janin
- Kelainan letak janin
- Janin terlalu besar
- Gawat janin
TINDAKAN
SECTIO
CAESAREA
- Gemeli
Indikasi sosial
- Trauma persalinan lalu
- Kepercayaan
- Kosmetik seks
- Anjuran suami & keluarga
- Pekerjaan
- Pendapatan
20
Usia
Paritas
Sectio Caesarea
Komplikasi
Obstetrik
Riwayat Sectio
Caesarea
II.4. Hipotesis
Adapun hipotesis-hipotesis dari penelitian ini antara lain:
1. H1: Ada hubungan antara usia dan tindakan sectio caesarea di Rumah Sakit
Umum Bhakti Yudha periode Oktober 2010 Oktober 2011.
2. H2: Ada hubungan antara jumlah paritas dan tindakan sectio caesarea di Rumah
Sakit Umum Bhakti Yudha periode Oktober 2010 Oktober 2011.
3. H3: Ada hubungan antara komplikasi obstetrik dan tindakan sectio caesarea di
Rumah Sakit Umum Bhakti Yudha periode Oktober 2010 Oktober 2011.
4. H4: Ada hubungan antara riwayat sectio caesarea dan tindakan sectio caesarea
di Rumah Sakit Umum Bhakti Yudha periode Oktober 2010 Oktober
2011.