Professional Documents
Culture Documents
PARTOGRAF
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mengikuti ujian di SMF Obstetri dan Ginekologi
Rumah Sakit Umum Jayapura
Oleh :
Penguji
dr. Daniel H. Usmany, Sp.OG
Pembimbing :
dr. Finna Hardjono
2014
LEMBAR PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima oleh Penguji Referat Fakultas Kedokteran Universitas
Cenderawasih Jayapura, sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian akhir Kepaniteraan
Klinik Madya pada SMF Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Jayapura.
Nama
NIM
Hari
: Kamis
Tanggal
: 31 Juli 2014
Tempat
Pada,
Mengetahui,
Pembimbing II
Dosen Penguji/Pembimbing I
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR ISI
iii
iv
BAB I PENDAHULUAN
13
17
3.1 Kesimpulan .. 17
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Pembukaan serviks .. 9
Gambar 4
Gambar 5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Partograf merupakan suatu sistem yang tepat untuk memantau keadaan ibu dan janin
dari dalam kandungan selama persalinan waktu ke waktu. WHO memperkenalkan partograf
pada tahun 1970, sebagai alat identifikasi awal partus lama dan persalinan macet secara
objektif dan tepat waktu. Partograf WHO dapat membedakan dengan jelas perlu atau
tidaknya intervensi dalam persalinan. Jika semua pertolongan persalinan menggunakan
partograf secara kompeten dapat memudahkan tenaga penolong persalinan mencegah atau
melakukan deteksi dini terhadap komplikasi yang mungkin terjadi, menerapkan asuhan
persalinan secara tepat guna dan tepat waktu, baik sebelum atau saat masalah terjadi, maupun
segera melakukan rujukan saat kondisi ibu masih optimal, maka para ibu dan bayi baru lahir
akan terhindar dari ancaman kesakitan dan kematian.1
Penggunaan partograf pada saat pertolongan persalinan merupakan hal yang sangat
penting. Dampak dari kelalaian pengisian partograf adalah tidak terdeteksinya kelalaian yang
mungkin akan timbul pada saat persalinan, seperti gawat janin, hipertensi, partus lama, dan
perdarahan.2
Sebanyak 9,4% kematian ibu adalah karena partus lama, yang jika tidak ditangani
dengan baik dan adekuat, akan berlanjut menjadi partus macet. Banyak fungsi dari
penggunaan partograf, salah satunya adalah akan mencegah partus lama dan partus macet.3
Hasil studi dari manfaat partograf yang baik dan benar, telah diuji coba pada
multisenter kesehatan di beberapa Negara Asia Tenggara dengan melibatkan 35480
persalinan, menyatakan partograf dapat menurunkan kejadian partus lama dari 6,4% menjadi
3,4% dan angka pertolongan Sectio Caesaria dari 6,2% menjadi 4,5%.4
Partograf harus digunakan pada semua persalinan pada fase aktif kala satu yang
dilakukan dimana saja, namun pada kenyataannya data terakhir yang diperoleh dari WHO
tentang penggunaan partograf yang diteliti di tiga Negara yaitu Ecuador, Jamaica, dan
Rwanda menyatakan bahwa hanya 57,7% tenaga kesehatan (dokter, bidan dan perawat) yang
melakukan pertolongan persalinan dengan mengisi partograf.5
Dokter dan bidan yang hanya mampu dan dikenal sebagai skill attendant dalam
penggunaan partograf. Dokter umum diharapkan mampu mengadakan persalinan secara
normal, mengidentifikasi secara dini penyulit persalinan dan mampu merujuk ibu hamil
tersebut secara tepat waktu dengan keputusan klinik yang benar. Untuk dapat mencapai
semua kompetensi dan tujuan tersebut, diperlukan pengetahuan yang cukup tentang
partograf.6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian Partograf
Partograf adalah catatan grafik mengenai kemajuan persalinan untuk memantau
keadaan ibu dan janin, untuk menentukan adanya persalinan abnormal yang menjadi petunjuk
untuk tindakan bedah kebidanan dan menemukan disproporsi kepala panggul (CPD) jauh
sebelum persalinan menjadi macet. Sedangkan menurut (WHO,1994) partograf merupakan
suatu sistem yang tepat untuk memantau keadaan ibu dan janin dari yang dikandung selama
dalam persalinan waktu ke waktu. Partograf WHO dapat membedakan dengan jelas perlu
atau tidaknya intervensi dalam persalinan. Partograf WHO dengan jelas dapat membedakan
persalinan normal dan abnormal dan mengidentifikasi wanita yang membutuhkan intervensi.
Partograf APN (partograf WHO yang dimodifikasi / disederhanakan) adalah alat bantu yang
digunakan hanya selama fase aktif persalinan. Tujuan utama dari penggunaannya adalah
untuk mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks
dengan pemeriksaan dalam. Disamping itu untuk mendeteksi apakah proses persalinan
berjalan secara normal sehingga dapat mendeteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya
partus lama. Partograf juga dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu
petugas kesehatan dalam mengambil keputusan klinik dan jika digunakan dengan tepat maka
partograf akan membantu penolong persalinan untuk mencatat kemajuan persalinan, kondisi
ibu dan janin, mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran, sebagai
informasi untuk identifikasi dini penyulit persalinan serta informasi mengambil keputusan
klinik yang sesuai dan tepat waktu. Penggunaan partograf baru ini mulai digunakan hanya
pada pembukaan serviks 4 sentimeter (fase aktif) pada ibu yang sedang bersalin tanpa
memandang apakah persalinan itu normal atau dengan komplikasi.7,8
Penggunaan partograf merupakan indikasi untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu
persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan. Secara rutin oleh semua tenaga
penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran.
Kontraindikasi dari partograf tidak boleh digunakan untuk memantau persalinan yang tidak
mungkin berlangsung secara normal seperti; plasenta previa, panggul sempit, letak lintang
dan lain-lain. Untuk mencegah terjadinya partus lama, APN mengandalkan penggunaan
7
partograf sebagai salah satu praktek pencegahan dan deteksi dini. Menurut WHO (1994)
pengenalan partograf sebagai protokol dalam manjemen persalinan terbukti dapat
mengurangi persalinan lama dari (6,4%) menjadi (3,4%). Kegawatan bedah sesaria turun dari
(9,9%) menjadi (8,3%), dan lahir mati intrapartum dari (0,5%) menjadi (0,3%). Kehamilan
tunggal tanpa komplikasi mengalami perbaikan, kejadian bedah sesaria turun dari (6,2%)
menjadi (4,5%).8
2.2.
peneliti yang menggunakannya sebagai dasar dalam penatalaksanaan persalinan. Rosa dan
Ghilaini (1959), menggunakan grafik kemajuan persalinan sederhana dengan memodifikasi
cara pengukuran pembukaan serviks. Friedman (1967), mulai mengembangkan grafik analisa
statistik dari berbagai tipe persalinan. Beazly dan Kurjak (1972), merancang suatu partograf
berdasarkan data dari persalinan normal dengan cara periksa dalam yang dilakukan pada awal
dan akhir persalinan. Dimana partograf ini tidak mengenal adanya fase laten. Phillpot (1972),
membuat perobahan dalam merancang grafik catatan persalinan yang lebih detail, dengan
memasukkan keadaan ibu dan janin pada selembar kertas. Dengan membuat dua garis
skrining, yaitu garis waspada (ALERT LINE) dan garis aksi (ACTION LINE),yang sejajar dan
terpisah empat jam setelah garis waspada. Partograf WHO (1988) merupakan sintesa dan
implikasi dari berbagai model partograf dengan menelaah semua jenis partograf yang ada di
dunia. Dalam perkembangan selanjutnya, tahun 2000 partograf WHO dimodifikasi, untuk
lebih sederhana dan lebih mudah digunakan. Dimana pada partograf yang dimodifikasi, fase
laten dihilangkan dan penggambaran partograf dimulai dari fase aktif, pada saat pembukaan
serviks 4 cm. Pada fase aktif persalinan, grafik pembukaan dihubungkan dengan waktu yang
biasanya dimulai di sebelah kiri garis waspada, dan apabila grafiknya memotong garis ini, itu
merupakan tanda peringatan bahwa persalinan mungkin akan berlangsung lama. Garis
tindakan adalah 4 jam ke sebelah kanan garis waspada, jika grafik mencapai garis tindakan
harusnya diambil keputusan tentang penyebab kemajuan persalinan yang lambat dan mesti
diambil tindakan yang tepat, kecuali wanita sudah menjelang melahirkan partograf ini tidak
diindikasikan. Pada akhirnya, partograf WHO yang dimodifikasi inilah yang menjadi acuan
dari partograf APN.9,10
Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sampai dengan kelahiran bayi dan
merupakan elemen penting dari asuhan persalinan.
Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan
swasta, rumah sakit, dan lain-lain).
Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan kepada
ibu dan proses kelahiran bayinya (spesialis obstetri dan ginekologi, bidan, dokter umum,
PPDS obgin dan mahasiswa kedokteran).
10
11
gawat janin (denyut jantung janin <100 atau >180 kali per menit), ibu segera
dirujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai. Akan tetapi, jika terdapat mekonium
kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki asuhan kegawatdaruratan
obstetrik dan bayi baru lahir.
3. Molase (penyusupan tulang kepala janin)
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat
menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling
menyusup atau tumpang tindih, menunjukkan kemungkinan adanya disproporsi
tulang panggul (Cephalo Pelvic Disproportion CPD). Ketidakmampuan
akomodasi akan benar-benar terjadi jika tulang kepala yang saling menyusup tidak
dapat dipisahkan. Apabila ada dugaan disproporsi tulang panggul, penting sekali
untuk tetap memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tindakan
pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan tanda-tanda disproporsi tulang
panggul ke fasilitas kesehatan yang memadai. Setiap kali melakukan pemeriksaan
dalam, nilai penyusupan kepala janin. Catat temuan di kotak yang sesuai di bawah
lajur air ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut :
0
: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan
C. Kemajuan persalinan11
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan.
Angka 0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks.
Setiap angka/kotak menunjukkan besarnya pembukaan serviks. Kotak yang satu
dengan kotak yang lain pada lajur di atasnya, menunjukkan penambahan dilatasi
sebesar 1 cm. Skala angka 1-5 menunjukkan seberapa jauh penurunan kepala janin.
Masing-masing kotak di bagian ini menyatakan waktu 30 menit. Kemajuan persalinan
meliputi:
1) Pembukaan serviks,
13
Penilaian dan pencatatan pembukaan serviks dilakukan setiap 4 jam atau lebih
sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit. Saat ibu berada dalam fase aktif
persalinan, catat pada partograf hasil temuan dari setiap pemeriksaan dengan
simbol "X". Simbol ini harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan lajur
besarnya pembukaan serviks di garis waspada. Hubungkan tanda "X" dari setiap
pemeriksaan dengan garis utuh atau tidak terputus;
14
(O) di nomor 4. Hubungkan tanda (O) dari setiap pemeriksaan dengan garis
terputus.
rumah
sakit
atau
puskesmas)
yang
mampu
menangani
penyulit
Dibawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kctak-kotak untuk
mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu
jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit pada lajur
kotak di atasnya atau lajur kontraksi di bawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif
persalinan, catat pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian catat waktu
aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika
pemeriksaan dalam menunjukkan ibu mengalami pembukaan serviks 6cm pada
pukul 15.00, tuliskan tanda X di garis waspada yang sesuai dengan angka 6
yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu yang sesuai pada kotak
waktu dibawahnya (kotak ketiga dari kiri).
E. Kontraksi Uterus11
Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan kontraksi per
10 menit di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi.
Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya
kontraksi dalam satuan detik. Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10
menit dengan mengisi angka pada kotak yang sesuai. Sebagai contoh jika ibu
mengalami 3 kontraksi dalam waktu satu kali 10 menit, isi 3 kotak. Nyatakan lamanya
kontraksi dengan :
Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya
< 20 detik.
Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang
lamanya 20-40 detik.
Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya >40
detik.
F. Obat-obatan dan cairan intravena (IV)11
Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat
oksitosin, obat-obat lainnya, dan cairan IV.
Oksitosin
16
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom
partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga
tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.11
Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik mencakup:11
1) jumlah cairan per oral yang diberikan;
2) keluhan sakit kepala atau pengelihatan kabur;
3) konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (spesialis obgin, ataupun dokter
umurn);
4) persiapan sebelum melakukan rujukan;
5) upaya rujukan.
2.4.2
Data dasar
Kala I
Kala II
Kala III
Kala IV
Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir setiap pemeriksaan,
lembar belakang partograf ini diisi setelah seluruh proses peersalinan selesai. Adapun
cara pengisian catatan persalinan pada lembar belakang partograf secara lebih rinci
disampaikan sebagai berikut.11
Data Dasar
Data dasar terdiri atas tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat
persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat
merujuk. Isi data pada tiap tempat yang telah disediakan atau dengan cara
memberi tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan
no.5, lingkari jawaban yang sesuai dan untuk pertanyaan no.8, jawaban bisa lebih
dari satu.11
Kala I
Kala I terdiri atas pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis
waspada,
masalah-masalah
yang
dihadapi,
penatalaksanaan,
dan
hasil
Kala II
Kala II terdiri atas episiotomy persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah
penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya. Beri tanda pada kotak disamping
jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan no.13, jika jawabannya Ya, tulis
indikasinya, sedangkan untuk no.15 dan 16 jawabannyaYa, isi jenis tindakan
yang telah dilakukan. Untuk pertanyaan no.14, jawaban bias lebih dari satu,
sedangkan untuk masalah lain hanya diisi apabila terdapat masalah lain pada
kala II.11
Kala III
Kala III terdiri atas lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat
terkendali, pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir > 30
menit,
laserasi,
atonia
uteri,
jumlah
perdarahan,
masalah
penyerta,
penatalaksanaan dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan dan beri
19
tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk no. 25, 26, dan 28
lingkari jawaban yang benar.11
Informasi bayi baru lahir terdiri atas berat dan panjang badan, jenis kelamin,
penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta, tatalaksana
terpilih dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri tanda
pada kotak disamping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan no.36 dan 37
lingkari jawaban yang sesuai, sedangkan untuk no. 38 jawaban bisa lebih dari
satu.11
Kala IV
Kala IV berisi tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi uterus,
kandung kemih, dan perdarahan. Pemantauan kala IV ini sangat penting terutama
untuk menilai apakah terdapat resiko atau terjadi perdarahan pascasalin. Pengisian
pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah
melahirkan dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Isi setiap kolom sesuai
dengan hasil pemeriksaan dan jawab pertanyaan mengenai masalah kala IV pada
tempat yang telah disediakan. Bagian digelapkan tidak usah diisi.11
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tahun 2000 partograf WHO dimodifikasi, fase laten dihilangkan dan penggambaran
partograf dimulai dari fase aktif, pada saat pembukaan serviks 4 cm.
Partograf APN dapat digunakan untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan
sampai dengan kelahiran bayi, selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat,
secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan
kepada ibu dan proses kelahiran bayinya.
Halaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi yang dimulai pada fase
aktif persalinan, dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil
pemeriksaan selama fase aktif persalinan, termasuk : informasi tentang ibu, waktu
pecahnya selaput ketuban, kondisi janin, kemajuan persalinan, jam dan waktu,
kontraksi uterus, obat-obatan dan cairan yang diberikan, kondisi ibu, asuhan,
pengamatan, dan keputusan klinik lainnya.
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi
selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak
persalinan kala I hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini
disebut sebagai Catatan persalinan, terdiri atas data dasar, kala I, kala II, kala III,
bayi baru lahir, dan kala IV.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Francis, Paschal Mdoe. Quality of Partogram Recordings and Perinatal Outcomes at
Muhimbili National Hospital. Tanzania : Muhimbili University of Health and Allied
Sciences. 2012
2. Anggoro, Gandita, Julian Dewantiningrum, Amalia N.S. tingkat Pengetahuan Pada
Mahasiswa Tingkat Akhir FK UNDIP tentang Partograf. Medica Hospitalia 2012; vol
1(2) : 95-102
3. Lavender, T, Hart A, Smyth RMD. Effect of partogram use on outcomes for women in
spontaneous labour at term (Review). The Cochrane collaboration. 2012
4. JNPK-KR, POGI, dan JHPIEGO Coorporation. Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Ed.3
(Revisi). Jakarta : Jaringan Nasional Pelatihan Klinik. 2007
5. Khan, Khalid S. Daniel Wojdyla, Lale Say, A Metin Gulmezoglu, Paul F A Van Look.
WHO analysis of causes of maternal death : a systematic review. Lancet 2006;
367:106674
6. World Health Organization. Partograph in Management of Labour. Lancet. 1994
Jun4;343(8910):1399-404
7. Family and Community Health Department of Reproductive Health and Research WHO.
Global Action for Skilled Attendants for Pregnant Women. Geneva : Publications of the
World Health Organization. 2002
8. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter. Jakarta : Konsil Kedokteran
Indonesia. 2008
9. World Health Organization. The Partograph, A managerial tool for the prevention of
prolonged labour. Section IV. Guidelines for operations research on the application of the
partograph. Geneva : World Health Organization. 1989
10. Maternal and Neonatal Health. The Partograph : An Essential Tool Decision-Making
during Labor. 2002.
11. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2009
23