You are on page 1of 6

Taubat

Kata dari Taubat dalam bahasa Arab berarti kembali. Dalam konteks Islam, Taubat
adalah menjauhi apa yang Allah SWT larang kemudian kembali melakukan apa yang Allah
SWT perintahkan.
Dalam memperbaiki kesalahan dan membersihkan diri dari dosa, ada dua hal yang perlu
diperhatikan, yaitu hak Allah dan hak bani Adam. Apabila kesalahan atau dosa berhubungan
dengan hak Allah, maka ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu :
1.Harus menghentikan tindakan maksiat.
2.Harus dengan sungguh-sungguh menyesali perilaku dosa yang telah dikerjakan.
3.Berniat dengan tulus untuk tidak mengulangi kembali perbuatan tersebut.
Dan, apabila kesalahan itu berhubungan dengan bani Adam, maka syarat bertambah satu,
yaitu harus menyelesaikan urusannya dengan orang yang berhak dengan meminta maaf atau
halalnya, atau mengembalikan apa yang harus dikembalikan.
Unsur-unsur tobat terdapat 6 buah, yaitu
Agar bertaubat dapat sungguh-sungguh dan diterima Allah maka dibutuhkan syarat. Para
ulama menjelaskan syarat- syarat taubat yaitu:
1. Islam, tidak sah taubat dari dosa dan kemaksiatan kecuali dari seorang muslim, sebab
taubatnya orang kafir adalah masuk islam. Hal ini dijelaskan Allah dalam firmanNya:



Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam
kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih. (QS. An Nisaa:18)
2. Ikhlas. Tidak sah taubat seseorang kecuali dengan ikhlas dengan cara menujukan
taubatnya tersebut semata mengharap wajah Allah, ampunan dan penghapusan dosanya.
Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda:
Sesungguhnya Allah tidak menerima satu amalan kecuali dengan ikhlas dan mengharap
wajahNya.
Sehingga seorang yang bertaubat atau meninggalkan perbuatan dosa karena bakhil atas
hartanya atau takut dicela orang atau tidak mampu melakukannya tidak dikatakan bertaubat
secara syarI menurut kesepakatan para ulama. Oleh karena itu kata taubat dalam Al Quran
mendapat tambahan kata kepada Allah, seperti firman Allah:



Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah
condong (untuk menerima kebaikan) (QS. At Tahrim:4)

3. Mengakui dosanya. Tidak sah taubat kecuali setelah mengetahui, mengakui dan memohon
keselamatan dari akibat jelek dosa yang ia lakukan, sebagaimana disampaikan Rasulullah
Shallallahualaihi Wasallam kepada Aisyah dalam kisah Fitnatul Ifki:
Amma badu, wahai Aisyah sungguh telah sampai kepadaku berita tentangmu bagini dan
begitu. Apabila kamu berlepas (dari berita tersebut) maka Allah akan membersihkanmu dan
jika kamu berbuat dosa tersebut, maka beristighfarlah kepada Allah dan bertaubatlah
kepadaNya. Karena seorang hamba bila mengakui dosanya kemudian bertaubat kepada Allah
niscaya
Allah
akan
menerima
taubatnya.
(HR
Al
Bukhori).

4. Menyesali perbuatan dosa yang pernah dilakukannya. Penyesalan memberikan tekad,


kemauan dan pengetahuan kepada pelakunya bahwa kemaksiatan yang dilakukannya tersebut
akan menjadi penghalang dari Rabbnya, lalu ia bersegera mencari keselamatan dan tidak ada
jalan keselamatan dari adzab Allah kecuali berlindung kepadaNya, sehingga muncullah
taubat dalam dirinya. Oleh karena itu tidak terwujud taubat kecuali dari penyesalan, sebab
tidak menyesali perbuatannya adalah dalil keridhoan terhadap kemaksiatan tersebut, seperti
disabdakan Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam :
Penyesalan adalah taubat.
5. Berlepas dan meninggalkan perbuatan dosa tersebut apabila kemaksiatannya adalah
pelanggaran larangan Allah dan bila kemaksiatannya berupa meninggalkan kewajiban maka
cara meninggalkan perbuatan dosanya adalah dengan melaksanakannya. Ini termasuk syarat
terpenting
taubat.
Dalilnya
adalah
firman
Allah:
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan
siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah Dan mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengatahui. (QS. Al Imran:135)
Al Fudhail bin Iyaadh menyatakan: Istighfar tanpa meninggalkan kemaksiatan adalah taubat
para
pendusta.

6. Berazzam dan bertekad tidak akan mengulanginya dimasa yang akan datang.
7. Taubat dilakukan pada masa diterimanya taubat. Apa bila bertaubat pada masa
ditolaknya seluruh taubat manusia, maka tidak berguna taubatnya. Masa tertolaknya taubat ini
di tinjau dari dua sisi:
a. Dari pelaku itu sendiri, maka waktu taubatnya sebelum kematian. Apabila bertaubat setelah
sakaratul maut, maka taubatnya tidak diterima. Hal ini dijelaskan Allah dalam firmanNya :




Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan
(yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia
mengatakan: Sesungguhnya saya bertaubat sekarang Dan tidak (pula diterima taubat)
orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami
sediakan
siksa
yang
pedih.
(QS.
4:18)
Hal inipun disampaikan Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam dalam sabdanya:
Sesungguhnya Allah menerima taubat hambaNya selama belum sakaratul maut.
Oleh karena itu Allah tidak menerima taubat Firaun ketika tenggelam, seperti dikisahkan
dalam firmanNya:

Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Firaun dan
bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Firaun itu
telah hampir tenggelam berkatalah dia:Saya percaya bahwa tidak ada Ilah melainkan yang
dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada
Allah). Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka
sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari ini
Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang
datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda
kekuasaan Kami. (QS. Yunus:90-92)
b. Dari manusia secara umum. Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam menyatakan :
Hijroh tidak terputus sampai terputusnya taubah dan taubat tidak terputus sampai
matahari
terbit
dari
sebelah
barat.

Sesungguhnya Allah Taala selalu membuka tangan-Nya di waktu malam untuk mene-rima
taubat orang yang melakukan kesalahan di siang hari, dan Allah membuka tangan-Nya pada
siang hari untuk menerima taubat orang yang melakukan kesalahan di malam hari.
Begitulah,
hingga
matahari
terbit
dari
barat.
Apabila matahari telah terbit dari barat maka taubat seorang hamba tidak bermanfaat,
sebagaimana ditegaskan Allah dalam firmanNya :







Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk
mencabut nyawa mereka), atau kedatangan Rabbmu atau kedatangan sebagian tanda-tanda
Rabbmu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman
sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya.

Katakanlah:Tunggulah olehmu sesungguhnya kamipun menunggu(pula) . (QS. Al


Anam:
158)

8. Khusus yang berhubungan dengan orang lain maka ada tambahan berlepas dari hak
saudaranya, apabila itu berupa harta atau sejenisnya, maka mengembalikannya kepadanya
dan bila berupa hukuman menuduh (zina) maka memudahkan hukuman atau memohon maaf
darinya dan bila nerupa ghibah, maka memohon dihalalkan dari ghibah tersebut.

Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu
beruntung[Quran, 24: 31].
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang
mensucikan diri.[Qs 2:222]
Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.
Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.[Az Zumar,39:53]
"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurnimurninya." QS. at-Tahrim: 8
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan seikhlas-ikhlas taubat,
semoga Tuhan mu akan menghapuskan dari kamu akibat kejahatan perbuatan-perbuatanmu,
dan akan memasukkan kamu ke dalam surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai.?
(Q.S. al Thalaq : 8)

Dampak tidak bertaubat :


1. Tidak terhapuskan dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan hamba kepada Rabb-Nya,
2. Tidak akan memberikan kebahagiaan kepada hamba dunia dan akhirat
3. Tidak memberikan ketenangan dan kedamaian di dalam hati hamba.

Pemberian maaf dan permintaan maaf


Dalam bahasa Arab, maaf diungkapkan dengan kata al-'afwu. Kata al-'afwu, berarti terhapus
atau menghapus. Jadi, memaafkan mengandung pengertian menghapus luka atau bekas-bekas
luka yang terdapat dalam hati. Dengan memaafkan kesalahan orang lain berarti hubungan
antara mereka yang bermasalah kembali baik dan harmonis karena luka yang ada di dalam
hati
mereka,
terutama
yang
memaafkan,
telah
sembuh.
Islam mendorong Muslim untuk memiliki sikap pemaaf. Sifat ini muncul karena keimanan,
ketakwaan, pengetahuan dan wawasan mendalam seorang Muslim tentang Islam. Seorang
Muslim menyadari bahwa sikap pemaaf menguntungkan, terutama membuat hati lapang dan
tidak dendam terhadap orang yang berbuat salah kepadanya, sehingga jiwanya menjadi
tenang dan tentram.
Seorang Muslim bukan hanya dituntut memberikan maaf. Ia juga diperintahkan berbuat baik
kepada yang pernah berbuat salah kepadanya. Mereka yang mampu berbuat demikian
mendapat kedudukan tinggi, pujian dan pahala yang baik dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.
sesungguhnya terdapat dua hal yang utama yaitu,pertama,sikap meminta maaf
dan,kedua,sikap memberi maaf.Orang yang bijak adalah orang yang mau mengakui
kesalahan dan segera meminta maaf tas kesalahannya.Sedangkan orang yang dapat
memberikan maaf kesalahan orang lain terhadap dirinya,maka ia bukan saja bijak,tetapi ia
juga termasuk di dalam golongan orang-orang yang bertaqwa.sebagaimana firman ALLAH
swt,"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari TUHAN mu dan pada syurga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang di sediakan untuk orang-orang yang bertaqwa.[yaitu]
orang-orang yang menafkahkan [hartanya],baik di waktu lapang maupun sempit,dan orangorang yang menahan amarahnya dan memaafkan [kesalahan] orang.ALLAH menyukai
orang-orang yang berbuat kebajikan{Q.S.Ali-Imran:133-134}.
Kalaulah kita memiliki lidah yang tak pelit meminta maaf,maka sungguh indah
kehidupan ini.Tak perlu lagi kita saloing menarik urat leher,mencari kesalahan orang
lain,karena bukankah manusia adalah biang nya segala kesalahan.Apalagi kalau permintaan
dan pemberian maaf itu di sertai dengan hati yang tulus dan ikhlas,maka tak perlu lagi kta
membalas menjelek-jelekan saudara kita yang sedang khilaf atau lalai.Bukankah ALLAH
TA'ALA telah berfirman,"jika kamu melahirkan suatu kebaikkan atau menyembunyikan atau

memaafkan suatu kesalahan orang lain,maka sesungguhnya ALLAH Maha Pemaaf lagi
Maha Kuasa."{an-Nisaa:149}.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang
mengerjakan yang baik, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh." (QS [7]: 199).

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik
dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakikan (perasaan si penerima). Allah
Mahakaya
lagi
Maha
Penyatun."
(QS
[2]:
263).

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, "Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang
serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan)
Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim." (QS [42]: 40).

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari
Tuhanmu dan kepada surga yang seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orasng-orang
yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik diwaktu lapang
maupun sempit dan orang orang yang menahan amarahnya dan memmaafkan (kesalahan)
orang, Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan,". (QS [3]: 133-134).
1.
2.
3.
4.

Akibat tidak mau memberi maaf dan meminta maaf


Tidak akan dimuliakan oleh Allah SWT
Tidak akan mendapatkan pahala
Kehidupannya tidak akan tentram dan nyaman
Selalu dengki dan marah dengan orang lain

You might also like