You are on page 1of 4

Media Kedokteran Hewan

Vol. 21, No. 2, Mei 2005

Kesukaan terhadap Rasa Makanan yang Berbeda bagi Kucing Liar


A Study of Different Palatable Foods for Stray Cats
Diah Kusumawati dan Komang Wiarsa Sardjana
Bagian Klinik Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan , Universitas Airlangga, Surabaya.

Abstract
A study of palatable foods the stray cats was carried out for 36 cats of Dr. Soetomo Hospital
at Surabaya were divided 3 groups (A, B and C ). Each cat in group A, B and C were treated with
catfood of sarden, tuna and boild fish twice a day for 10 respectively days. The results of the study
showed that catfood of sarden have a higher palatable food of the cats than the other s.
Keywords: Palatable, catfood, stray cat.

Pendahuluan

Kucing sejak dahulu dipelihara manusia sebagai


hewan kesayangan menemani hidup atau memang
dipelihara untuk suatu tujuan tertentu , misalnya
untuk pendidikan di laboratorium atau dipelihara
secara individual untuk memberanta s tikus sebagai
salah satu binatang hama bagi manusia, karena
kucing lebih populer sebagai pemangsa tikus.
Beberapa tahun terakhir p emeliharaan kucing
tidak memerlukan perawatan khusus, karena kini
telah tersedia makanan yang siap saji bagi hewan,
seperti yang diperuntukkan bagi kelinci, anjing
,kucing dan hewan-hewan peliharaan lainnya. Oleh
sebab itu akhir-akhir ini banyak pencinta hewan ini
dapat memelihara kucing dengan lebih mudah.
Seperti diketahui di alam bebas, ikan
merupakan pakan favorit bagi kucing, namun pada
kenyataannya, kucing liar ( kucing yang hidup bebas
karena tidak ada pemiliknya ) akan memakan apa
saja yang layak dimakan olehnya. Oleh karena kucing
sangat menyukai makanan yang bervariasi, maka
tidak ada standarisasi pakan bila ditinjau dari
pandangan rasa pakannya. Di laboratorium, kucing
sering diberi makanan dalam ben tuk basah atau
kering, hal ini dapat mengurangi kesukaan makan
kucing sehingga pada akhirnya dapat mengurangi
perkembangan tubuhnya ( Poole , 1987).
Sejalan dengan perkembangan ilmu, dan untuk
memudahkan bagi pemilik kucing dalam merawat
kucing-kucing peliharaannya terutama untuk memberi
pakan, kini telah diproduksi catfood dengan berbagai
aroma, sehingga pemilik tidak terlalu sulit meyedia kan makanan bagi kucingnya, hanya dengan memilih
rasa yang menjadi favorit saja. Untuk inilah, dilaku kan penelitian yang bertujuan mengetahui rasa yang

paling disukai oleh kucing. Penelitian ini tidak ada


kaitannya dengan kandungan nutrisi didalam pakan.

Metode Penelitian
Hewan Coba
Tiga puluh enam kucing liar yang hidup berkeliaran
di Rumah Sakit Dr. Soetomo Suraba ya digunakan
dalam penelitian ini. Kucing liar dipilih sebagai
hewan coba karena hewan tersebut tidak terbiasa
dengan pola makan yang tetap, sehingga ia bisa
makan apa saja yang ditemuinya. Dengan demikian
diharapkan akan dapat diperoleh hasil yang obyektif,
karena kucing liar dianggap sampel yang random,
homogen dan obyektif.
Materi Penelitian
Pakan kucing yang diberikan pada penelitian ini
adalah whiskas yang mewakili catfood rasa sarden dan
tuna, sedangkan untuk rasa pindang , dipakai
pindang rebus .
Kucing ditempatkan di dalam k andang individu ,
dengan sistem battery dan minumnya diberikan ad
libitum. Kandang dibersihkan setiap hari agar suasana
lingkungan tetap bersih, sehingga sisa pakan dapat
dikumpulkan untuk ditimbang.
Perlakuan
Hewan coba dibagi dalam tiga kelompok A, B
dan C dengan masing-masing kelompok terdiri dari
12 ekor. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari
selama 10 hari. Kelompok A diberi pakan catfood rasa
sarden, kelompok B diberi pakan catfood rasa tuna,
kelompok C diberi nasi pindang yang direbus .
Pemberian pakan ditimbang sebelum diberikan dan

80

Diah Kusumawati dan Komang Wiarsa Sardjana ; Kesukaan terhadap Rasa Makanan yang Berbeda bagi ...

sisa pakan ditimbang pula, kemudian dikonversikan


dalam bentuk persentase.
Data yang dikumpulkan berasal dari rata -rata
persentase sisa pakan setiap hari .

semua hewan dalam keadaan sehat tidak ada


kerusakan dikepala, sehingga mereka mampu
mencium rasa makanan dengan baik. Setelah
dilakukan pengamatan selama sepuluh hari , maka
sisa makanan pada kelompok A adalah sebesar 9%,
kelompok B 11,5% dan kelompok C 14,5%, berarti
rasa sarden paling disukai oleh kucing liar (Gambar
2).

Hasil dan Pembahasan

Pada hasil penelitian ini , tidak ditemukan lesi


pada ventral medial hypothalamus (VMH), karena

Gambar 1. Gambar kandang dan kucing yang digunakan dalam penelitian .

16

14.5

14
11.5

12
10

8
6
4
2
0
A

Gambar 2. Grafik Batang Rata-rata sisa makanan ketiga kelompok perlakuan dalam 10 hari (%) .
A = diberi catfood rasa sarden; B = diberi catfood rasa tuna; C = diberi pindang rebus.

81

Media Kedokteran Hewan

Tidak ada kucing yang sakit pada penelitian ini


dan tidak ada kucing yang sensitif terhadap ketiga
macam pakan tersebut, berdasar gejala klinis yang
diamati selama perlakuan. Batt ( 1999) dan Markwell
(2004) menyatakan bahwa beberapa bahan pakan
dapat menimbulkan alergi karena adanya spesies
spesifik terhadap bahan pakan tersebut sehingga
dapat menimbulkan gejala klinis tertentu yang
tampak pada kulit atau dapat menimbulkan gejala
tertentu yang spesifik, misalnya diarhae.
Ketiga bahan dasar pakan dalam penelitian ini
adalah ikan, sehingga tidak a da yang menderita
penyakit kulit akibat pakan tersebut. Oleh karena
ikan dalam pakan tidak akan menyebabkan kelainan
pada kulit dan memang ikan direkomendasikan
untuk bahan pakan kucing ( Harvey, 1999 ; Watson,
2000).
Behaviour kucing liar yang terbiasa hi dup di
alam bebas akan memburu rodensia unt uk kebutuhan hidupnya .Selain itu kucing liar juga memangsa
katak dan ikan, walaupun kucing bukanlah termasuk
hewan akuatik karena dengan cakarnya ia mampu
menangkap buruannya sebelum dimakan (Richard,
1980)
Dalam penelitian ini, kucing-kucing tersebut
dipaksa memakan makanan dengan rasa tertentu
yang mungkin belum pernah dimakannya, oleh
karena itu kebanyakan makanan yang tersisa ,terjadi
pada hari-hari awal penelitian. Pada hari -hari akhir
penelitian, semua kucing sudah terbiasa dengan
makanan yang disediakan , sehingga tidak ada sisa
makanan pada semua kelompok pada hari -hari akhir
penelitian . Setelah sepuluh hari , total jumlah sisa
makanan paling sedikit tampak pada kelompok A ,
yaitu kelompok yang diberi makanan dengan aroma
sarden , dengan demikian dapat dibuktikan bahwa
aroma sarden paling disukai oleh kucing liar.
Kucing memiliki reseptor terhadap rasa yang
dipakai untuk menyeleksi makanannya (Babbaglia,
2001). Mengingat kehidupan sebelumnya di Rumah
Sakit Dr. Soetomo, dimana kucing -kucing tersebut
telah terbiasa makan sisa makanan dari pasien atau
bahkan memang diberi pakan pindang, bandeng atau
ikan lainnya yang membuat mereka terbiasa dengan
rasa tersebut. Itulah sebabnya mereka sudah terbiasa
dengan makanan yang mengandung ikan .
Ditunjau dari sisi lain, peningkatan atau penu runan konsumsi pakan dapat sebagai indikasi adanya
penyakit. Di samping itu, juga banyak faktor non
patologi yang mempengaruhi perilaku makan , antara
lain tekstur, temperatur dan aroma bahan pakan serta
kebiasaan makan kucing. Faktor -faktor inilah yang
menstimulir keinginan makan kucing yang sehat
(Wills and Simpson, 1994).
Faktor-faktor lingkungan juga mempenga ruhi
jumlah makanan yang dikonsumsi hewan, kebanyakan

Vol. 21, No. 2, Mei 2005

kucing tidak menyukai makanan yang dingin. Kucing


lebih menyukai makanan yang temperaturnya men dekati temperatur tubuhnya (Carlson and Giffin,
1995).
Beberapa peneliti berpendapat bahwa kucing
dapat membedakan antara rasa manis dan pahit,
namun di lain pihak kucing dapat menunjukkan
respon negatif atau positif bila makanannya diberi
aroma glukosa, karena sedikit informasi yang akurat
dari aspek sensoris yang b erkaitan dengan asupan
makanan. Disamping itu trauma juga dapat menurunkan reseptor sensoris, juga waktu pemberian pakan
akan menentukan kesukaan makan, terutama bila
pemberiannya ad libitum. Faktor stres dapat me nimbulkan anoreksia pada kucing, bahkan tempat
pakan pun dapat mempengaruhi kesukaan makan
(Battaglia, 2001).
Secara keseluruhan, daging sangat d isukai
kucing, tetapi selalu dikaitkan dengan meningkatnya
kadar lemak tubuh. Pakan dengan kandungan lemak
hewani yang tinggi dapat meningkatkan kesukaan
makan kucing bila dibanding dengan lemak nabati ,
karena lemak hewani terasa lebih lezat serta mengan dung arachidonic acid, yang merupakan salah satu
nutrien penting bagi kucing. Demikian juga ukuran,
bentuk serta kemudahannya dicerna juga akan
menentukan kesukaan makan kucing. Cereal dapat
mengurangi kesukaan makannya, tetapi hal ini dapat
dikurangi dengan berbagai pengolahan misalnya
dengan jalan merebus bahan makanan sebelum
diberikan. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah
bahwa setiap kucing memiliki karakter yan g berbeda
sesuai dengan ras dan lingkungannya, hal inilah yang
dapat menimbulkan terjadinya perbedaan di lapangan
(Wills and Wolf, 1993).

Kesimpulan

Pakan dengan aroma Sarden paling disukai oleh


kucing liar, bila dibanding dengan aroma tuna atau
pindang rebus.
Kiranya perlu dilakukan penelitian terhadap
macam-macam rasa yang lain atau ter hadap kandungan nutrisi dalam pakan, sehingga pemberian
catfood pada kucing dapat lebih efisien, karena tidak
ada tersisa makanan.

Ucapan Terimakasi h

Terimakasih kepada P.T. EFFEM Indonesia


yang memproduksi WHISKAS dan PEDIGREE dan
telah membantu kami dalam melakukan penelitian
ini.

Daftar Pustaka
Batt, R. 1999. Food Allergy and Intolerance - The Gut
Perspective. Waltham Focus. Special Edition .

82

Diah Kusumawati dan Komang Wiarsa Sardjana ; Kesukaan terhadap Rasa Makanan yang Berbeda bagi ...

Battaglia, A.M. 2002. Small Animal emergency and


critical care. W.B Saunders Co . Philadelphia.
Carlson, D.G. and M. Giffin. Cat Owners , Home
Veterinary Handbook. Howell Book House.
New York.
Harvey, R.G. 1999. Ins and Outs of Food Allergy.
Waltham Focus. Special Edition .
Markwell, P. 2004. Current concept in the dietary
management of skin diseases in Dogs and Cats.
1 st Waltham EFFEM Veterinary Seminar.
Jakarta. Indonesia.

83

Poole, T. 1987. The Care and Management of


Laboratory Animal. Churchill Livingstone Inc.
New York.
Richard, D. 1980. Know Your Cats. Purnell & Sons
Ltd. Paulton.
Watson, T. 2000. Controversies in Nutrition and Skin
and Coat Health. Waltham Focus. Special Edition.
Wills, J. and A. Wolf. 1993. Handbook of Feline
Medicine. Pergamon Press. Oxford.
Wills, J.M and K.W. Simpson. 1994. The Waltham
Book of Clinical Nutrition of The Dog and Cat.
Pergamon Veterinary Handbook Series.

You might also like