You are on page 1of 3

Rabu, 12 November 2008

Laporan Perjalanan ke Semarang


Pada tanggal 30 Oktober lalu, mata kuliah Teknik Arsitektur mengadakan study ekskursi ke
Semarang. Tempat-tempat yang kami kunjungi merupakan tempat pusat pemerintahan Eropa
dulu. Sehingga hampir seluruh bangunan yang ada merupakan bangunan-bangunan tua
peninggalan bangsa Eropa yang dibangun menurut arsitektur Eropa. Tidak banyak bangunan
yang diciptakan dengan menyesuaikan iklim tropis. Namun begitu, sudah ada beberapa
bangunan tua yang telah mempelajari bangunan yang perlu dibangun di iklim tropis, sehingga,
bangunan yang dibangun tidak hanya padat dan tertutup, namun juga memiliki bukaan yang

banyak.

contoh bangu

Hal ini dapat kita lihat pada bangunan Lawang sewu sebagai

nan yang telah mengenal daerah tropis.

Dalam perjalanan ini, banyak sekali hal-hal yang dapat dipelajari sehubungan dengan
kuliah arsitektur. Ruang merupakan salah satu contoh yang saya ambil sebagai bahasan
untuk
laporan
perjalanan
ke
Semarang
ini.
Yang dapat saya pelajari tentang ruang pada perjalan ini adalah bagaimana sebuah
ruang, baik ruang dalam dan ruang luar dapat terbentuk oleh bentuk bangunan itu
sendiri.
Hal ini dapat kita lihat dengan mengambil contoh pada bangunan Lawang Sewu.
Bangunan dalam terbentuk oleh batasan-batasan dinding vertikal, dan ruang luar
terbentuk oleh adanya bangunan sekitar. Untuk contoh bangunan Lawang Sewu, sebuah
ruang yang disebut sebagai halaman dapat terbentuk oleh adanya dua bangunan yang
dibangun bersebelahan, sehingga menyisakan ruang kosong yang berfungsi sebagai
halaman
disini.
Selain bangunan Lawang Sewu, tata kota lama di Semarang pun memeberikan
gambaran yang jelas tentang Ruang dan Keindahan. Sehingga, antara bangunan dan
ruang memiliki keterikatan satu dengan yang lain. Bangunan/massa dapat menciptakan
ruang dan ruang dapat memberikan estetika/keindahan bagi bangunan/massa yang
ada. Ruang-ruang yang terjadi pada tata kota lama Semarang ini terjadi oleh adanya
massa-massa bangunan yang berdiri disekitarnya. Pada saat berdiri didepan stasiun

kereta api Tawang, saya dapat dengan langsung menikmati pemandangan bangunanbangunan tua yang terletak tepat di depan stasiun Tawang tersebut. Hal ini menjadi
terasa lebih indah dan menarik oleh karena adanya ruang yang diciptakan diantara
bangunan-bangunan tersebut. Ruang yang membentuk kolam besar yang dibangun di
antara
bangunan-bangunan
tua
tersebut.

Selain itu, bangunan gereja Blenduk pun memberikan pelajaran


yang sama tentang ruang . Dengan berdirinya yang kokoh diantara bangunan-bangunan
lain dengan agak menjorok ke depan, bangunan gereja Blenduk ini memberikan kesan
estetika yang indah di antara bangunan-bangunan lain yang mengelilinginya. Gereja
Blenduk ini, selain bentuk bangunannya dari luar yang tampak indah jika dilihat dari
ruang-ruang luar yang berfungsi sebagai jalan atau pun halaman, ruang dalam gereja ini
pun memiliki keindahan tersendiri, yakni dengan bentuk langit-langit bangunannya
yang melengkung. Hal ini memberikan pelajaran baru bahwa, ruang dapat diciptakan
dengan
berbagai
bentuk
dan
dapat
disesuaikan
dengan
fungsinya.

Dari segi tata kota, wilayah ini dibuat memusat dengan gereja Blenduk dan kantorkantor pemerintahan sebagai pusatnya. Hal ini disebabkan Karena pada saat itu pusat
pemerintahan di Eropa adalah gereja dan gubernurnya. Gereja terlibat dalam
pemerintahan
dan
demikian
pula
sebaliknya.
Selain ruang yang tercipta oleh massa atau bidang, ruang pun dapat terbentuk oleh kolom, garis

atau
ketinggian
lantai.
Pada contoh bangunan klenteng Sam Po Kong yang juga kami datangi di Semarang, bangunan
ini menunjukkan adanya perbedaan ruang yang terbentuk oleh kolom serta ketinggian lantai.
Sehingga, ketinggian lantai serta kolom-kolom yang berdiri menjadi pembatas sebuah ruang
sekaligus dengan fungsinya yang berbeda beda. Walaupun tidak memiliki dinding yang dengan
langsung menjadi batasan sebuah ruang, namun orang yang datang ketempat ini dapat langsung
mengetahui batas-batas ruangnya.

You might also like