You are on page 1of 21

DI SUSUN OLEH : Nur.Afiqa (13.01.

077)
DOSEN PEMBIMBING :
KELAS : B

TUGAS MATA KULIAH ILMU DASAR KEPERAWATAN I


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG
MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2013/2014

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , karena berkat
rahmat , ridho dan hidayah dari Nya lah sehingga pada hari ini saya
dapatmenyelesaikan makalah saya ., yang telah membawa kita semua ke
zaman yang terang benderang seperti sekarang.
Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu saya dalam penyelesaian makalah ini.
Saya menyadari betul bahwa memang makalah ini belum sempurna
seutuhnya . Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca guna untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Terakhir pesan dari saya semoga makalah ini dapat dipahami dan
selanjutnya dapat di manfaatkan di bidang pendidikan dan dunia kerja ,
serta bermanfaat untuk pembangunan kesehatan bangsa ini.

PENULIS
Nur.afiqah

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan

merupakan

salah

satu

profesi

yang

mempunyai bidang garap pada kesejahtraan manusia yaitu


dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat
maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup
sehari-hariya. Salah satu yang mengatur hubungan antara
perawat pasien adalah etika. Istilah etika dan moral sering
digunakan secara bergantian.
Etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan
standar dan prinsip-prinsip yang menjadi penuntun dalam
berprilaku serta membuat keputusan untuk melindungi hak-hak
manusia. Etika diperlukan oleh semua profesi termasuk juga
keperawatan yang mendasari prinsip-prinsip suatu profesi dan
tercermin dalam standar praktek profesional. (Doheny et all,
1982).
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan
sebagai acuan bagi perlaku seseorang yang berkaitan dengan
tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan seseorang dan

merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawanb moral.(Nila


Ismani, 2001)
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan
sebagai acuan bagi perlaku seseorang yang berkaitan dengan
tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan seseorang dan
merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawanb moral.(Nila
Ismani, 2001)
Profesi keperawatan mempunyai kontrak sosial dengan
masyarakat, yang berarti masyarakat memberi kepercayaan
kepada profesi keperawatan untuk memberikan pelayanan yang
dibutuhkan. Konsekwensi dari hal tersebut tentunya setiap
keputusan

dari

tindakan

keperawatan

harus

mampu

dipertanggungjawabkan dan dipertanggunggugatkan dan setiap


penganbilan keputusan tentunya tidak hanya berdasarkan pada
pertimbangan

ilmiah

semata

tetapi

juga

dengan

mempertimbangkan etika.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etika
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan
sebagai acuan bagi perlaku seseorang yang berkaitan dengan
tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan seseorang dan

merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawanb moral.(Nila


Ismani, 2001)
Etik atau ethics berasal dari kata yunani, yaitu etos yang
artinya adat, kebiasaaan, perilaku, atau karakter. Sedangkan
menurut

kamus

webster,

etik

adalah

suatu

ilmu

yang

mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara moral. Dari
pengertian di atas, etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang
menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam
masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip
yang menentukan tingkah laku yang benar, yaitu : a) baik dan
buruk, b) kewajiban dan tanggung jawab (Ismani,2001).
Etik mempunyai arti dalam penggunaan umum. Pertama,
etik mengacu pada metode penyelidikan yang membantu orang
memahami moralitas perilaku manuia; yaitu, etik adalah studi
moralitas. Ketika digunakan dalam acara ini, etik adalah suatu
aktifitas; etik adalah cara memandang atau menyelidiki isu
tertentu mengenai perilaku manusia. Kedua, etik mengacu pada
praktek, keyakinan, dan standar perilaku kelompok tertentu
(misalnya : etik dokter, etik perawat).
Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang
bersumber dari martabat dan hak manusia (yang memiliki sikap
menerima) dan kepercayaan dari profesi.
Moral, istilah ini berasal dari bahasa latin yang berarti
adat dan kebiasaan. Pengertian moral adalah perilaku yang
diharapkan oleh masyarakat yang merupakan standar perilaku

dan nilai-nilai yang harus diperhatikan bila seseorang menjadi


anggota masyarakat di mana ia tinggal.
Etiket

atau

adat merupakan

sesuatu

yang dikenal,

diketahui, diulang, serta menjadi suatu kebiasaan didalam


masyarakat, baik berupa kata-kata atau suatu bentuk perbuatan
yang nyata.

2.2 Isu Etika Keperawatan

Beberapa isu keperwatan yang ada diantaranya:

1. Isu-isu Etika Biomeidis


Isu etika biomedis menyangkut persepsi dan perilaku
profesional dan instutisional terhadap hidup dan kesehatan
manusia dari sejak sebelum kelahiran, pada saat-saat sejak
lahir, selama pertumbuhan, jika terjadi penyakit atau cidera,
menjadi tua, sampai saat-saat menjelang akhir hidup,
kematian dan malah beberapa waktu setelah itu.
Sebenarnya pengertian etika biomedis dalam hal ini
masih perlu dipilah lagi dalam isu-isu etika biomedis atau
bioetika yang lahir sebagai dampak revolusi biomedis sejak
tahun 1960-an, yang antara lain berakibat masalah dan
dilema

baru

sama

sekali

bagi

para

dokter

dalam

menjalankan propesinya. Etika biomedis dalam arti ini


didefinisikan oleh

International association of bioethics

sebagai

berikut;

Bioetika

etis,sosial,hukum,dan

adalah

isu-isu

studi

lainyang

tentang

isu-isu

timbul

dalam

pelayanan kesehatan dan ilmu-ilmu biolagi (terjemahan oleh


penulis).
Pengertian etika biomedis juga masih perlu dipilah lagi
dalam isu-isu etika medistradisional yang sudah dikenal
sejak ribuan tahun, dan lebih banyak menyangkuthubungan
individual dalam interaksi terapeutik antara dokter dan
pasien.

Kemungkinan

adanya

masalah

etika

medis

demikianlah yang dalam pelayanan di rumah sakit sekarang


cepat oleh masyarakat (dan media masa) ditunding sebagai
malpraktek.
2. Isu-isu Bioetika
Beberapa contoh yang dapat dikemukakan tentang isu
etika biomedis dalam arti pertama (bioetika) adalah antara
lain terkait dengan: kegiatan rekayasa genetik,teknologi
reproduksi,eksperimen medis, donasi dan transpalasi organ,
penggantian kelamin, eutanasia, isu-isu pada akhir hidup,
kloning terapeutik dan kloning repraduktif. Sesuai dengan
definisi

di

atas

tentang

bioetika

oleh

International

Association of Bioethics ,kegiatan-kegiatan di atas dalam


pelayanan kesehatan dan ilmu-ilmu biologi tidak hanya
menimbulkan isu-isu etika,tapi juga isu-isu sosial, hukum,
agama,

politik,

pemerintahan,

ekonomi,kependudukan,lingkungan hidup,dan mungikin juga


isu-isu di bidang lain.
Dengan demikian,identifikasi dan pemecaha masalah
etika biomedis dalam arti tidak hanya terbatas pada
kepedulian internal saja-misalnya penanganan masalah etika
medis tradisional- melainkan kepedulian dan bidang kajian
banyak

ahlimulti-

dan

inter-displiner

tentang

masalah-

masalah yang timbul karena perkembangan bidang biomedis


pada skala mikro dan makro,dan tentang dampaknya atas
masyarakat

luas

dan

sistemnilainya,kini

dan

dimasa

mendatang (F.Abel,terjemahan K.Bertens).


Studi formal inter-disipliner dilakukan pada pusat-pusat
kajian bioetika yang sekarang sudah banyak jumlahnya
terbesar di seluruh dunia.Dengan demikian,identifikasi dan
pemecahan masalah etika biomedis dalam arti pertama
tidak dibicarakan lebih lanjut pada presentasi ini. yang perlu
diketahui

dan

diikuti

perkembangannya

oleh

pimpinan

rumah sakit adalah tentang fatwa pusat-pusat kajian


nasional

dan

internasional,deklarasi

badan-badan

internasional seperti PBB, WHO, Amnesty International,


ataufatwa

Akademi

Ilmu

Pengetahuan

Nasional

(diIndonesia;AIPI) tentang isu-isu bioetika tertentu, agar


rumah sakit sebagai institusi tidak melanggar kaidah-kaidah
yang sudah dikonsesuskan oleh lembaga-lembaga nasional
atau supranasional yang terhormat itu. Dan jika terjadi

masalah bioetika dirumah sakit yang belum diketahui


solusinya,pendapat lembaga-lembaga demikian tentu dapat
diminta.
3. Isu-isu Etika Medis
Seperti sudah disinggung diatas, masalah etika
medis tradisional dalam pelayanan medis dirumah sakit kita
lebih banyak dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya
malpraktek.

Padahal,

etika

disini

terutama

diartikan

kewajiban dan tanggung jawab institusional rumah sakit.


Kewajiban dan tanggung jawab itu dapat berdasar pada
ketentuan hukum (Perdata, Pidana, atau Tata Usaha Negara)
atau pada norma-norma etika.
4. Issu Keperawatan Pelaksanaan Kolaborasi Perawat
dengan Dokter
Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering
digunakan untuk menggambarkan suatu hubungan kerja
sama

yang

dilakukan

pihak

tertentu.

Sekian

banyak

pengertian dikemukakan dengan sudut pandang beragam


namun

didasari

kebersamaan,

prinsip

kerja

yang

sama,

sama

berbagi

yaitu

tugas,

mengenai
kesetaraan,

tanggung jawab dan tanggung gugat. Namun demikian


kolaborasi sulit didefinisikan untuk menggambarkan apa
yang sebenarnya yang menjadi esensi dari kegiatan ini.
Seperti yang dikemukakan National Joint Practice Commision

(1977) yang dikutip Siegler dan Whitney (2000) bahwa tidak


ada definisi yang mampu menjelaskan sekian ragam variasi
dan

kompleknya

kesehatan.
meliputi

kolaborasi

Apapun

suatu

memberikan

dalam

bentuk

pertukaran

perspektif

dan

kontek

tempatnya,

pandangan

kepada

atau

seluruh

perawatan
kolaborasi
ide

yang

kolaborator.

Efektifitas hubungan kolaborasi profesional membutuhkan


mutual respek baik setuju atau ketidaksetujuan yang dicapai
dalam interaksi tersebut. Partnership kolaborasi merupakan
usaha yang baik sebab mereka menghasilkan outcome yang
lebih baik bagi pasien dalam mecapai upaya penyembuhan
dan memperbaiki kualitas hidup.
Pemahaman

mengenai

prinsip

kolaborasi

dapat

menjadi kurang berdasar jika hanya dipandang dari hasilnya


saja. Pembahasan bagaimana proses kolaborasi itu terjadi
justru menjadi point penting yang harus disikapi. Bagaimana
masing-masing profesi memandang arti kolaborasi harus
dipahami oleh kedua belah pihak sehingga dapat diperoleh
persepsi yang sama.
Kolaborasi

merupakan

proses

komplek

yang

membutuhkan sharing pengetahuan yang direncanakan dan


menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien.
Bekerja bersama dalam kesetaraan adalah esensi dasar dari
kolaborasi

yang

kita

gunakan

untuk

menggambarkan

hubungan perawat dan dokter. Tentunya ada konsekweksi di

balik

issue

kesetaraan

yang

dimaksud.

Kesetaraan

kemungkinan dapat terwujud jika individu yang terlibat


merasa dihargai serta terlibat secara fisik dan intelektual
saat memberikan bantuan kepada pasien.
Apapun bentuk dan tempatnya, kolaborasi meliputi
suatu pertukaran pandangan atau ide yang memberikan
perspektif kepada seluruh kolaborator. Efektifitas hubungan
kolaborasi profesional membutuhkan mutual respek baik
setuju atau ketidaksetujuan yang dicapai dalam interaksi
tersebut. Partnership kolaborasi merupakan usaha yang baik
sebab mereka menghasilkan outcome yang lebih baik bagi
pasien

dalam

mecapai

upaya

penyembuhan

dan

memperbaiki kualitas hidup.


Kolaborasi

merupakan

proses

komplek

yang

membutuhkan sharing pengetahuan yang direncanakan dan


menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien.
Bekerja bersama dalam kesetaraan adalah esensi dasar dari
kolaborasi

yang

kita

gunakan

untuk

menggambarkan

hubungan perawat dan dokter. Tentunya ada konsekweksi di


balik

issue

kesetaraan

yang

dimaksud.

Kesetaraan

kemungkinan dapat terwujud jika individu yang terlibat


merasa dihargai serta terlibat secara fisik dan intelektual
saat memberikan bantuan kepada pasien.
Sejak awal perawat dididik mengenal perannya dan
berinteraksi

dengan

pasien.

Praktek

keperawatan

menggabungkan teori dan penelitian perawatan dalam


praktek rumah sakat dan praktek pelayanan kesehatan
masyarakat. Para pelajar bekerja diunit perawatan pasien
bersama

staf

menjalankan

perawatan
prosedur

dan

untuk

belajar

merawat,

menginternalisasi

peran.

Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan


sharing pengetahuan yang direncanakan yang disengaja,
dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat
pasien.
a. Anggota Tim interdisiplin
Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan
sekolompok profesional yang mempunyai aturan yang
jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan
berfungsi baik jika terjadi adanya konstribusi dari anggota
tim dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik.
Anggota tim kesehatan meliputi : pasien, perawat, dokter,
fisioterapi,

pekerja

sosial,

ahli

gizi,

manager,

dan

apoteker. Oleh karena itu tim kolaborasi hendaknya


memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab dan
saling menghargai antar sesama anggota tim.
Pasien secara integral adalah anggota tim yang
penting. Partisipasi pasien dalam pengambilan keputusan
akan menambah kemungkinan suatu rencana menjadi
efektif. Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal

hanya dapat dicapai jika pasien sebagai pusat anggota


tim.
Perawat sebagai anggota membawa persfektif yang
unik dalam interdisiplin tim. Perawat memfasilitasi dan
membantu

pasien

untuk

mendapatkan

pelayanan

kesehatan dari praktek profesi kesehatan lain. Perawat


berperan sebagai penghubung penting antara pasien dan
pemberi pelayanan kesehatan.
Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis,
mengobati dan mencegah penyakit. Pada situasi ini
dokter

menggunakan

pemberian

obat

dan

modalitas

pengobatan

pembedahan.

seperti

Mereka

sering

berkonsultasi dengan anggota tim lainnya sebagaimana


membuat referal pemberian pengobatan.
Kolaborasi

menyatakan

bahwa

anggota

tim

kesehatan harus bekerja dengan kompak dalam mencapai


tujuan. Elemen penting untuk mencapai kolaborasi yang
efektif meliputi kerjasama, asertifitas, tanggung jawab,
komunikasi, otonomi dan kordinasi seperti skema di
bawah ini.
Kerjasama adalah menghargai pendapat orang lain dan bersedia
untuk memeriksa beberapa alternatif pendapat dan perubahan
kepercayaan. Asertifitas penting ketika individu dalam tim
mendukung pendapat mereka dengan keyakinan. Tindakan asertif
menjamin bahwa pendapatnya benar-benar didengar dan
konsensus untuk dicapai. Tanggung jawab, mendukung suatu

keputusan yang diperoleh dari hasil konsensus dan harus terlibat


dalam pelaksanaannya. Komunikasi artinya bahwa setiap anggota
bertanggung jawab untuk membagi informasi penting mengenai
perawatan pasien dan issu yang relevan untuk membuat
keputusan klinis. Otonomi mencakup kemandirian anggota tim
dalam batas kompetensinya. Kordinasi adalah efisiensi organisasi
yang dibutuhkan dalam perawatan pasien, mengurangi duplikasi
dan menjamin orang yang berkualifikasi dalam menyelesaikan
permasalahan.
Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum,
konstribusi praktisi profesional, kolegalitas, komunikasi
dan praktek yang difokuskan kepada pasien. Kolegalitas
menekankan pada saling menghargai, dan pendekatan
profesional untuk masalah-masalah dalam team dari pada
menyalahkan seseorang atau atau menghindari tangung
jawab. Hensen menyarankan konsep dengan arti yang
sama : mutualitas dimana dia mengartikan sebagai suatu
hubungan yang memfasilitasi suatu proses dinamis
antara orang-orang ditandai oleh keinginan maju untuk
mencapai tujuan dan kepuasan setiap anggota.
Kepercayaan adalah konsep umum untuk semua elemen
kolaborasi. Tanpa rasa pecaya, kerjasama tidak akan ada,
asertif menjadi ancaman, menghindar dari tanggung
jawab, terganggunya komunikasi . Otonomi akan ditekan
dan koordinasi tidak akan terjadi.
Elemen kunci kolaborasi dalam kerja sama team
multidisipliner dapat digunakan untuk mencapai tujuan
kolaborasi team :
- Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas
dengan menggabungkan keahlian unik profesional.
- Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi
sumber daya
- Peningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan
loyalitas
- Meningkatnya kohesifitas antar profesional
- Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional,

- Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan menghargai


dan memahami orang lain.
Berkaitan dengan issue kolaborasi dan soal
menjalin kerja sama kemitraan dengan dokter, perawat
perlu mengantisipasi konsekuensi perubahan dari
vokasional menjadi profesional. Status yuridis seiring
perubahan perawat dari perpanjangan tangan dokter
menjadi mitra dokter sangat kompleks. Tanggung jawab
hukum juga akan terpisah untuk masing-masing
kesalahan atau kelalaian. Yaitu, malpraktik medis, dan
malpraktik keperawatan. Perlu ada kejelasan dari
pemerintah maupun para pihak terkait mengenai
tanggung jawab hukum dari perawat, dokter maupun
rumah sakit. Organisasi profesi perawat juga harus
berbenah dan memperluas struktur organisasi agar dapat
mengantisipasi perubahan.Pertemuan profesional dokterperawat dalam situasi nyata lebih banyak terjadi dalam
lingkungan rumah sakit. Pihak manajemen rumah sakit
dapat menjadi fasilitator demi terjalinnyanya hubungan
kolaborasi seperti dengan menerapkan sistem atau
kebijakan yang mengatur interaksi diantara berbagai
profesi kesehatan. Pencatatan terpadu data kesehatan
pasien, ronde bersama, dan pengembangan tingkat
pendidikan perawat dapat juga dijadikan strategi untuk
mencapai tujuan tersebut.
Ronde bersama yang dimaksud adalah kegiatan
visite bersama antara dokter-perawat dan mahasiswa
perawat maupun mahasiswa kedokteran, dengan tujuan
mengevaluasi pelayanan kesehatan yang telah dilakukan
kepada pasien. Dokter dan perawat saling bertukar
informasi untuk mengatasi permasalahan pasien secara
efektif. Kegiatan ini juga merupakan sebagai satu upaya
untuk menanamkan sejak dini pentingnya kolaborasi bagi
kemajuan proses penyembuhan pasien. Kegiatan ronde
bersama dapat ditindaklanjuti dengan pertemuan berkala
untuk membahas kasus-kasus tertentu sehingga terjadi
trasnfer pengetahuan diantara anggota tim.

Komunikasi
dibutuhkan
untuk
mewujudkan
kolaborasi yang efektif, hal tersebut perlu ditunjang oleh
sarana komunikasi yang dapat menyatukan data
kesehatan pasien secara komfrenhensif sehingga menjadi
sumber informasi bagi semua anggota team dalam
pengambilan
keputusan.
Oleh
karena
itu
perlu
dikembangkan catatan status kesehatan pasien yang
memungkinkan komunikasi dokter dan perawat terjadi
secara efektif.
Pendidikan perawat perlu terus ditingkatkan
untuk meminimalkan kesenjangan profesional dengan
dokter melalui pendidikan berkelanjutan. Peningkatan
pengetahuan dan keterampilan dapat dilakukan melalui
pendidikan formal sampai kejenjang spesialis atau
minimal
melalui
pelatihan-pelatihan
yang
dapat
meningkatkan keahlian perawat.
2.3 penanganan masalah isu-isu dalam keperawatan

Pemecahan masalah dan proses pengambilan keputusan


membutuhkan pemikiran kritis dan analisis yang dapat
ditingkatkan dalam praktek.

Pemecahan masalah termasuk dalam langkah proses


pengambilan keputusan, yang difokuskan untuk mencoba
memecahkan

masalah

secepatnya.

Masalah

dapat

digambarkan sebagai kesenjangan diantara apa yang


ada dan apa yang seharusnya ada.

Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang


efektif

diprediksi

bahwa

individu

harus

memiliki

kemampuan berfikir kritis dan mengembangkan dirinya

dengan adanya bimbingan dan role model di lingkungan


kerjanya.

Untuk mencapai pelayanan yang efektif maka perawat,


dokter dan tim kesehatan harus berkolaborasi satu
dengan yang lainnya. Tidak ada kelompok yang dapat
menyatakan lebih berkuasa diatas yang lainnya. Masingmasing profesi memiliki kompetensi profesional yang
berbeda sehingga ketika digabungkan dapat menjadi
kekuatan

untuk

mencapai

tujuan

yang

diharapkan.

Banyaknya faktor yang berpengaruh seperti kerjasama,


sikap

saling

menerima,

berbagi

tanggung

jawab,

komunikasi efektif sangat menentukan bagaimana suatu


tim berfungsi. Kolaborasi yang efektif antara anggota tim
kesehatan

memfasilitasi

terselenggaranya

pelayanan

pasien yang berkualitas

Memecahkan struktur masalah yang sudah teridentifikasi


kedalam

komponen-komponennya,

komponen-komponen

itu

sehingga

menganalisis
ditemukan

akar

masalah.Akar masalah adalah penyebab paling dasar dari


masalah etika yang terjadi. Ia dapat berupa kelemahan
pada

manusia,

kepemimpinan,

manajemen,

budaya

organisasi, sarana, alat, sistem, prosedur, atau faktorfaktor lain.

Melakukan analisis lebih dalam tentang akar masalah


yang

sudah

ditemukan

(root

cause

analysis),untuk

menetapkan arah pemecahannya.

Menetapkan beberapa alternatif untuk pemecahan akar


masalah.

Memilih

alternatif

yang

situasional

terbaik

untuk

pemecahan masalah itu.

dan mengevaluasi penerapan upaya pemecahan yang


sudah dilaksanakan.

Melakukan tindakan koreksi jika masalah etika belum


terpecahkan atau terulang lagi terjadi. Tindakan koreksi
yang dapat menimbulkan masalah etika baru adalah jika
manusia sebagai penyebab akar masalah yang berulangulang dikeluarkan dari rumah sakit.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Untuk
perawat,

mencapai

dokter

dan

pelayanan
tim

yang

kesehatan

efektif

maka

harus

saling

bekerjasama. Tidak ada kelompok yang dapat menyatakan


lebih berkuasa diatas yang lainnya. Masing-masing profesi
memiliki kompetensi profesional yang berbeda sehingga
ketika digabungkan dapat menjadi kekuatan untuk mencapai
tujuan

yang

diharapkan.

Banyaknya

faktor

yang

berpengaruh seperti kerjasama, sikap saling menerima,


berbagi

tanggung

jawab,

komunikasi

efektif

sangat

menentukan bagaimana suatu tim berfungsi. Penangananan


masalah yang efektif dan cepat dalam mengatasi masalah
antara

anggota

tim

kesehatan

dapat

memfasilitasi

terselenggaranya pelayanan pasien yang berkualitas.


3.2 saran
Dalam menjalankan pelayanan kesehatan, masingmasing profesi harus berpedoman pada etika profesinya dan
harus pula memahami etika profesi disiplin lainnya apalagi
dalam wadah dimana mereka berkumpul agar tidak saling
berbenturan.

DAFTAR PUSTAKA
Siegler, Eugenia L, MD and Whitney Fay W, PhD, RN., FAAN , alih bahasa Indraty
Secillia, 2000. Kolaborasi Perawat-Dokter ; Perawatan Orang Dewasa dan Lansia,
EGC. Jakarta
Http//: www. Nursingworld. 1998.: Collaborations and Independent Practice: Ongoing
Issues for Nursing. Diakses pada tanggal 12 Maret 2007

Http//: www. Kompas.com/kompas-cetak/ 2001. Diskusi Era Baru: Perawat Ingin Jadi
Mitra Dokter. Diakses pada tanggal 20 Maret 2007
Http//: www.nursingworld. Canon. 2005. New Horizons for Collaborative Partnership.
Diakses pada tanggal 12 Maret 2007
Http//: www.pikiran-rakyat.com/cetak.2002.Isu-isu etika dalam keperawatan.Be Health
Be Happy.htm

You might also like