You are on page 1of 9

ANALISIS DAN MITIGASI BENCANA ALAM

GEMPA BUMI TEKTONIK DAN TSUNAMI


Oleh: Gidion Tefa

Abstract
Bumi sebagai tempat hidup dan kehidupan manusia menyimpan sumber daya alam yang
mensejahterakan dan juga menyimpan potensi bencana yang merusakkan. Bencana kebumian
yang sangat merusakan diantaranya adalah gempa bumi dan tsunami. Tsunami merupakan ikutan
dari gempa tektonik yang berpusat di laut. Gempa bumi dan tsunami dapat meluluh lantakan
sendi-sendi kehidupan manusia. Upaya meminimalkan resiko akibat gempa bumi dan tsunami
dengan melakukan mitigasi yang meliputi memprediksi gempa bumi, tindakan sebelum kejadian,
tindakan saat kejadian dan tindakan setelah kejadian.
Kata Kunci : Gempa bumi, tsunami, mitigasi
Secara geografis, tiga lempeng tektonik utama dunia bertemu di wilayah Indonesia, yaitu
di daerah Sumatera, Jawa, Bali Nusa tenggara, Maluku, Sulawesi dan Papua yang merupakan
salah satu penyebab terjadinya gempa bumi tektonik dan tsunami. Ketiga lempeng tektonik
utama dunia itu adalah kawasan barat Indonesia berupa lempeng benua (continental crust), yaitu
lempeng benua Eurasia yang bergerak ke arah timur- tenggara dengan kecepatan 1 cm/tahun, di
kawasan selatan Indonesia berupa lempeng benua (continental crust) dan lempeng samudera
(oceanic crust), yaitu lempeng Australia-Hindia yang bergerak ke arah utara dengan kecepatan 7
cm /tahun, dan di kawasan timur Indonesia berupa lempena samudera (oceanic crust), yaitu
lempeng pasifik yang bergerak ke arah barat-barat laut dengan kecepatan 9 cm/tahun. Selain
interaksi antar lempeng tektonik utama dunia, di wilayah Indnesia terdapat pula interaksi antar
lempeng mikro dan interaksi antar planetet sehingga tidak perlu heran kalau terjadi gempa bumi
tektonik dan tsunami yang saling bersusulan.
Interaksi antar lempeng tektonik tersebut antara lain terjadinya gempa bumi tektonik dan
tsunami. Gempa bumi tektonik yang berpotensi menimbulkan tsunami disebut tsunami
earthquake, dengan karakteristik: terjadi di dasar laut, kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km
(gempa dangkal), magnitude lebih besar dari 6,5 skala Richter, dan jenis pensesarannya
tergolong sesar naik dan sesar turun. Adakalanya gempa bumi tektonik yang magnitudenya kecil
dapat pula menimbulkan tsunami dasyat, gempa semacam ini disebut tsunami earthquake.
Bencana alam gempa bumi tektonik dan tsunami telah dan akan membawa korban jiwa manusia,
kerugian material dan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan umat. Kondisi yang tidak
kondusif ini diperlukan berbagai bantuan dalam berbagai bentuk, diantaranya dengan
mengembangkan dan memanfaatkan pengetahuan, ilmu dan teknologi dalam mendesain model,
metode, strategi untuk meminimalisasi jumlah korban jiwa manusia, kerugian dan kerusakan
fasilitas umum.
Bencana alam akibat gempa bumi tektonik dan tsunami yang menelan banyak korban
manusia, kerugian material serta dampak ikutan perlu ditanggulangi secara terpadu dan
berkelanjutan, tidak dapat dilakukan secara parsial. Bencana alam mempunyai siklus

penanggulangan, yaitu suatu siklus yang menggambarkan urutan kejadian dan tindakan pada saat
sebelum, selama dan sesudah bencana alam tersebut terjadi. Pengetahuan tentang mekanisme
terjadinya, penanganan darurat, rehabilitasi, rekonstruksi, dan kesiapsiagaan dalam menghadapi
bencana alam, senantiasa dilakukan secara berkelanjutan kepada masyarakat Indonesia yang
berdiam di daerah rawan bencana alam.

Gempa Bumi Tektonik , Tsunami Dan Mitigasi


Gempa bumi tektonik adalah gerakan atau bentakan secara tiba-tiba akibat pelepasan
energi yang terakumulasi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng tektonik, pergeseran
sesar atau lainnya dari lepasan akumulasi energi di dalam bumi yang sifatnya sangat merusak,
untuk suatu jangka waktu tertentu yang berasal dari suatu wilayah yang terbatas dan
menyebarkan dari tersebut ke segalah arah dengan peringatan dini yang sangat kecil. Menurut
Boen (2000) salah satu dari teori yang digunakan untuk menjelaskan terjadinya gempa tektonik
adalah elastic ribound theory, yang dikemukakan oleh Reid. Secara sederhana teori ini
diformulasikan sebagai berikut. Dalam kulit bumi da aktivitas geologi yang menyebabkan
pergerakan relatif suatu massa batuan di dalam kulit bumi terhadap yang lain. Gaya-gaya yang
menimbulkan pergerakan batuan-batuan ini disebut gaya-gaya tektonik. Batuan-batuan ini
bersifat elastik dan dapat manimbulkan pergerakan regangan bilamana ditekan atau ditarik oleh
gaya-gaya tektonik. Ketika regangan yang terjadi pada batuan tersebut melampaui kekuatannya,
batuan tersebut akan hancur ke daerah terlemah yang disebut sesar(fault). Batuan yang hancur
tersebut sksn melepaskan sebagian atau seluruh tegangan untuk kembali kedalam keadaan
semula yang bebas tegangan.
Lebih lanjut, dikatakan pula bahwa hancurnya batuan di dalam kulit bumi tersebut akan
disertai dengan pemancaran gelombang-gelombang gempa ke segalah arah, bahkan sampai jauh
sekali tergantung dari banyaknya energi yang dilepaskan. Kulit bumi tidak homogen dan terdiri
dari bermacam-macam bahan dan lapisan, gelombang gelombang tersebut dalam perjalanannya
mencapai permikaan bumi, yaitu di redam, dipantulkan, dibiaskan baik pada batas- batas,
lapisan-lapisan maupun pada permukaan. Akibatnya, jalannya gelombang-gelombang dengan
cepat menjadi tidak beraturan,rumit,dan sulit untut diperdiksi.
Teori ini menyatakan bahwa tergantung dari arah terjadinya sesar yang pada dasarnya ada
dip slip dan stike slip. Suatu sesar dikatakan di slip blia sesar itu terjadi dalam arah vertical(sesar
normal dan sesar naik), sedangkan suatu sesar dikatakan strike slip bils sesar itu terjadi dalam
arah horizontal seperti sesar samping ke kanan dan sesar samping ke kiri.
Suatu peristiwa gempa bumi umumnya digambarkan dengan parameter-parameter
sebagai berikut:

Tanggal dan waktu kejadian


Kedalaman hiposentrum
Episentrum
Magnitudo
Intensitas maksimum

Titik di bawah permukaan bumi tempat gelombang pertama kali dipancarkan, disebut
hiposentrum. Pusat gempa ini biasanya ditentukan melalui analisis data pada alat pencatat
gempa(seismograf).episentrum merupakan hasil proyeksi hipoosentrum ke permukaan bumi.
Berdasarkan kedalaman hiposentrum, suatu gempa bumi dapat diklasifikasikan menjadi :
a) Gempa dangkal, bila kedalamannya kurang dari 60-70 km.
b) Gempa menengah, bila kedalamannya 70-300 km.
c) Gempa dalam, lebih dari 300 km.
Pada umumnya besaran gempa bumi dinyatakan dalam dua macam yang mempuyai
makna berbeda yaitu magnitude dan intensitas. Besaran(magnitude) gempa menunjukan jumlah
energy yang dilepaskan pada suatu pusat gempa(hiposentrum)yang dapat diukur dengan
seismograf. Magnitude(M) pertama kali diperkenalkan oleh Charles Richter tahun 1935,
sehingga selanjutnay seri g disebut dengan Skala Richter. Menurit UNDP (1995) gempa bumi di
dunia pernah tercatat mencapai 8,8-8,9 Slak Richter.
Untuk mengetahui Skala Richter dapat diperhatikan pada tabel 1.1
Tabel 1 Skala Richter(SR)
Magnitude
2,0-3,4
3,5-4`2
4,3-4,8
4,9-5,4
5,5-6,1
6,2-6,9
7,0-7,3
7,4-7,9
>8.0

Ciri-ciri/Akibat
Tidak dapat direkam oleh manusia, hanya dapat direkam oleh seismograf
Dapat dirasakan tapi hanya untuk sebagia orang saja
Getaran dapat dirasakan banyak orang
Getaran dapat dirasakan semua orang
Terdapat sejumlah kecil bangunan yang rusak
Bangunan banyak yang rusak
Kerusakan bangunan lebih besar, bangunan runtuh, rel kereta api
bengkok
Terjadi kerusakan yang hebat
Terjadi kerusakan total

Intensitas gempa adalah derajat kerusakan akibat gempa. Merupakan intensitas


maksimum yang dihasilkan oleh gempa umumnya menggunakan skala intensitas menurut tingkat
kerisakan atau dirasakan oleh manusia. Dengan melihat kerusakan struktur bangunan, segala
sesuatu yang dirasakan manusia atau gerakan pada benda-benda yang ada di atas permukaan
bumi saja dapat ditentukan intensitas gempa. Salah satu skala intensitas gempa yang paling
terkenal peda tahun 1956 hingga saat ini adalah MMI(Medifit Mercalli Intensity) yang
menggunakan skala I-XII. Secara sederhana kaitan antara Skala Richter dan Intensitas
Maksimum dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 HUbungan perkiraan RM dan MM


Richter
magnitudo

Intensitas
maksimum

Pengaruh-pengaruh tipikal

<2

I-II

3,0

III

4,0

IV-V

5,0

VI-VII

6,0

VII-VIII

7,0

IX-X

>8,0

X-XI

Umumnya tidak terasa, kecuali dalam rruangan yang


sangat terang
Terasa di dalam ruangan oleh beberapa orang, tidak
ada, kerusakan
Terasa oleh banyak orang, barang bergerak-gerak,
tidak ada kerusakan structural
Terjadi beberapa kerusaka structural, seperti retakretak pada dinding dan cerobong asap
Kerusakan menengah, seperti hancurnya dindingdinding yan lemah dan tumbangnya cerobong asap
Kerusakan besar, seperti runtuhnya bangunan yang
lemah, dan retaknya bangunan yang kuat. Semua
orang panik, struktur pasangan tulang hancur
Rusak total dan hamper semua hancur

Wilayah Indonesia sering terjadi gempa merusak atau gempa dengan kekuatan sedang
dan kuat seperti yang ditunjukan pada table 3

Tabel 3 Kejadian gempa merusak di Indonesia 1979-2005


No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.

Lokasi gempa
Seruni, Yapen, Papua
Bali, Lombok
Garut, Tasikmalaya
Curup, Bengkulu
Culik, Bali
Jayawijaya, Papua
Padang, Sumbar
Sukabumi
Solor, Adonara,NTT
Banda Aceh
Sarula, tapanuli
Palu
Tarutung,sumatera utara
Pulau Pantar,NTT
Flores
Nabire, Papua
Halmahera
Liwa, lampung
Banggai, Sulawesi
Bengkulu
Sukabumi
Alor-NTT

Bulan, tahun
September 1979
Oktober 1979
November 1979
Desember 1979
Desember 1979
Januari 1981
November 1981
Februari 1982
Desember 1982
April 1983
Agustus 1984
Februari 1985
April 1987
November 1987
Desember 1992
Januari 1994
Januari 1994
Januari 1994
Mei 2000
Juni 2000
Juli 2000
November 2004

Magnitude
6,4
5,8
6,4
6,0
6,1
6,7
5,4
5,3
5,3
6,6
4,8
5,5
6,0
6,4
7,5
5,8
6,8
6,5
6,5
7,3
5,3
6,0

23.
24.
25.
26.

Nangroe Aceh Darussalam


Garut, tasikmalaya
Pulau Nias
Pulau Timor

Desember 2004
Maret 2005
April 2005
Juli 2005

8,9
5,8
6,7
5,6

Indonesia tergolong daerah rawan tsunami. Daerah-daerah yang rawan terhadap bencana
tsunami adalah pantai-pantai(Landai) yang menghadap ke mintakat subduksi(subduction zone)
Sunda-sunda dan Caroline serta mintakat bukaan Sulawesi. Sejumlah derah itu adalah sepanjang
pantai Barat Sumatera, pantai selatan pulau Jawa, Bali,NTB, NTT, pantao barat Sulawesi dan
pantai barat Papua. Tsunami berasal dari bahasa Jepang, tsu artinya pelabuhan dan nami artinya
gelombang besar. Pada mulanya orang Jepang mengenalnya sebagai gelombang besar di
pelabuhan yang disebabkan gempa bumi yang terjadi di dasar laut. Tsunami akan lebih banyak
menyerang pelabuhan, karena pada umumnya pelabuhan terletak di ketiak-ketiak suatu teluk
yang akan menyebabkan terakumulasinyan energi saat tsunami terjadi. Selain itu juga dengan
sendirinya pelabuhan mamiliki pantai landai yang memungkinkan tsunami untuk menyerap naik
ke permukiman, karena itulah tsunami lebih sering dialami di pelabuhan-pelabuhan terutama
pelabuhan nelayan. Di pihak lain juga teluk- teluk merupakan wilayah potensial untuk
menangkap ikan.
Tsunami adalah gelombang laut yang terjadi karena adanya gangguan impulsive pada
volume air laut akibat terjadinya deformasi kerak bumi yang terjadi pad dasar laut yang terjadi
secara tiba-tiba akibat interaksi antar lempeng tektonik. Tsunami merupakan salah satu
manifestasi dari deformasi kerak bumi akibat gerak antar lempeng tektonik (gempa bumi
tektonik dan letusan gunung api) atau juga longsor yang terjadi di dasar laut. Sekitar 80%
tsunami yang terjadi di Indonesia diakibatkan oleh gempa bumi tektonik, namun tidak semua
gempa tektonik menimbulkan tsunami. Gempa bumi yang berpotensi menimbulkan tsunami
disebut tsunami earthquake.
Tsunami merupakan gelombang transie yang disebabkan oleh gempa tektonik ataupun
oleh letusan gunung api dan longsor yang terjadi di dasar laut. Deformasi kerak bumi pada dasar
laut merambat pad perubahan massa air laut, yaitu kemudian bergerak secara frontal dengan
trayek yang tegak lurus terhadap bidang perubahan massa kerak bumi tersebut. Sifat perjalanan
tsunami frontal terhadap bidang subduksi, berarti trayek tsunami dapat di ikuti. Kecepatan ini
ditentukan oleh kedalaman laut. Pada garis besarnya bila kedalaman laut berkurang setengahnya
maka kecepatannya berkurang lebih dengan kurang lebih . Sebagai contoh : gempa bumi
tektonik yang terjadi dalam kedalaman laut 7300 meter mempunyai kecepatan rambat
gelombang sebesar 960 km/jam pada kedalaman 181 km dan akhirnya menggenang pantai
dengan kece;patan 48 km/jam.
Tinggi gelombang dilaut yang dalam bisa mencapai 5 meter, akan tetapi gelombang ini
tidak terasa oleh penumpang yang ada dalam kapal yang sedang berlayar di kawasan tersebut.
Bila mendekati pantai kecepatan menurun dan penumpukan volume air, maka gelombang tinggi
(run-up) naik menjadi sekitar 30 meter. Tsunami sangat terasa pada ketiak pantai atau teluk-teluk
yang sempit karena disini air laut terjebak dan volumenya berlipat ganda. Gelombang berikutnya
datang antara 10-15 menit kemudian, tsunami yang menggenang pantai juga mempunyai arus

berputar baik ke arah bawah maupun ke arah samping. Tsunami dapat berlangsung berhari-hari
atau beberapa menit saja.
Daya rusak tsunami bukan saja karena banjir pasang tapi juga hantaman benda-benda
yang dibawahnya seperti badan kapal, kayu-kayu gelondongan yang ad di laut. Pada waktu surut
kembali maka tsunami menyedot segala benda yang telah terhempas jauh ke daratan. Tsunami
dapat didahului dengan susut laut karena perubahan tegangan pada lantai laut yang
mempengarihi volume air laut.
Trayek tsunami dapat diakui karena sifat perjalanannya frontal terhadap bidang subduksi.
Misalnya gempa bumi di lepas pantai Cili yang terjadi beberapa tahun yang lalu, dapat diketahui
mengarah ke Jepang melalui Hawaii dan arena jaraknya cukup jauh, sedangkan kecepatan
tsunami sekitar 700-900 meter/jam maka warning dapat dikeluarkan. Perjalanan itu memerlukan
waktu cukup yaitu lebih dari 20 jam. Negara-negara di seputar pasifik termasuk Indonesia
bergabung dalam dalam asosiasi system peringatan dini tsunami pasifik yang berpusat di
Honolulu Hawaii. Namun peringatan semacam ini hanya dapat dilakukan untuk tsunami yang
sifatnya reginal di cekungan pasifik.
Tsunami local yang disebabkan gempa bumi tektonik yang hanya berjarak 100-200
kilometer dari pantai peringatan dini sulit atau tidak mungkin dilaksanakan. Jarak semacam ini
hanya dapat di tempuh dalam waktu kurang dari 10-20 menit. Gempa bumi tektonik pembangkit
tsunami semacan ini sering mengancam wilayah pantai Nusantara. Langkah penting yang perlu
di ambil bukan pada warning melainkan pada persiapan dini(preparedness)atau tindak
kewaspadaan.
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam yang mengakibatkan
korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan saran
dan prasarana seta utilitas umum dan menumbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan
penghidupan dan penghidupan masyarakat perlu direduksi melalui penanggulangan bencana
alam. Penanggulangan bencana alam adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan miliputi
kegiatan pencegahan, mitigasi, penyelamatan, rehabilitasi dan rekonnstruksi baik sebelum, pada
saat, maupun setelah bencana alam dan menghindarkan diri dari bencana alam yang yang terjadi.
Mitigasi merupakan suatu tindakan sebelum bencana alam alam terjadi untuk mengurangi
seminimal mungkin korban penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan,
kerusakan sarana serta utilitas umu dan menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan
penghidupan masyarakat.
Tabel 3 Tsunami di Indonesia 1965-2004
No. Tahun Daerah bencana
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

1965
1967
1968
1969
1977
1982
1992

Seram-Maluku
Tinambu-Sulawesi
Tambu-Sulawesi
Majene-Sulawesi
Sumba
Larantuka
Flores

SR
7,5
5,8
7,4
6,9
8,0
5,9
7,5

Tinggi
Tsunami(m)
4
8,1
10
15
26

Korban jiwa
71
58
200
64
189
13
2100

8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

1994
1996
1996
1998
2000
2000
2004

Banyuwangi
Palu
Biak
Taliabu-Maluku
Banggai-Sulawesi
Bengkulu
Aceh dan sumatera
utara

6,8
7,7
8,0
7,7
7,6
7,9
8,9

14
6
12
3
3
5
5

238
8
160
34
90
>4000

Mitigasi yang dianjurkan untuk menghadapi tsunami yang ditawarkan :

Membuat suatu system peringatan dini (early warning sistim)


Relokasi daerah permukiman
Membuat jalan atau lintasan untuk melarikan diri dari tsunami
Melakukan latihan pengungsian
Menanami daerah pantai dengan tanaman yang secara efektif dapat menyarap
enrgi tsunami. (misalnya : mangrove)
Membiarkan lapangan terbuka untuk menyerap energy tsunami.
Membuat dike ataupun breakewater di daerah yang memungkinkan.

Mitigasi bencana gempa bumi tektonik dan tsunami di Nangro Aceh Darussalam dan
Sumatera Utara berupa program untuk mengurangi pengaruh bencana alam terhadap masyarakat
atau komunitas, perencanaan tata ruang, pengaturan tata guna lahan, penyusunan peta kerentanan
bencana, penyusunan database, pemantauan, penelitian dan pengembangan.
Upaya yang dilakukan untuk mencegah mencegah jatuhnya korban gempa lebih banyak
adalah penyusunan peta kerentanan bencana. Peta tersebut menjadi referensi Pemda dalam
mengeluarkan IMB untuk daerah rawan gempa harus disyaratkan penggunaan konstruksi tahan
gempa. Selanjutnya, dikatakan bahwa informasi tentang tindakan menghadapi bencana tersebut,
hendaknya disebarluaskan kepada masyarakat, misalnya melalui jalur pendidikan dan
penyuluhan. Pengetahuan mengenai mekanisme terjadinya bencana alam sebaiknya sudah
diberikan kepada peserta didik SMP dan SMA, bahkan pengetahuan tentang penyelamatan diri,
pada saat bencana dapat diberikan kepada murid TK dan SD. Pemahaman dan pelatihan sejak
dini, akan membuat orang selalu ingat dan terbiasa dengan cara penyelamatan diri.

Kesimpulan
Tidak ada hal yang perlu disimpulkan dari tulisan ini, semuanya cukup jelas. Namun
beberapa hal perluh diulang agar lebih dipahami, diantaranya sebagai berikut. Indonesia
merupakan daerah tektonik aktif tempat berinteraksinya lempeng Eurasia, Hindia sampai
Australia, lempeng pasifik dan sejumlah lempeng mikro seperti lempeng Carolina dan lempeng
laut Filipina.

Peristiwa atau rangkaian peristiwa gempa bumi dan tsunami mengakibatkan korban dan
penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan(lingkunan, sarana dan prasarana, utilitas
umum) serta mempengaruhi tata kehidupan dan penghidupan masyarakat. Untuk itu perlu
direduksi melalui panggulangan gempa bumi dan tsunami, yakni berbagai upaya dan kegiatan
yang dilakukan melalui aktivitas pencegahan, mitigasi, penyelamatan, rehabilitasi, dan
rekonstruksi baik sebelum pada saat maupun setelah bencana dan menghindarkan diri dari
musibah tersebut.

Rekomendasi
Mitigasi(mitigation) merupakan sejumlah tindakan sebelum musibah gempa bumi
tektonik dan tsunami terjadi untuk meminimalisasi korban dan penderita manusia, kerusakan
lingkungan, kerusakan sarana serta utilitas umum dan menimbulkan gangguan terhadap tata
kehidupan dan penghidupan masyarakat. Pendekatan pertama yang harus dilakukan adalah peta
Zonasi gempa bumi dan tsunami, dengan tujuan untuk memberikan gambaran derajat kerawanan
suatu daerah. Pengguanaan peta tersebut tidak mudah terlepas dari peta tata guna lahan.
Pelindungan yang akan diperoleh dari metode ini adalah pengurangan kerugian terhadap korban
jiwa dan ekonomi.
Selain itu, perlu teknologi lain yang sifanya rekayasa yang disebut sebagai perlindungan
dengan rekayasa perancangan, misalnya teknologi bangunan tahan gempa, tidak membangun
tempat tinggal di daerah rawan gempa, misalya dekat di daerah patahan(sesar) atau jika
membangun di daerah rawan gempa, bangunan sebaiknya dibuat dengan konstruksi tahan
gempa. Pemanfaatan keunggulan konstuksi local sangat dianjurkan.
Pendidikan dan latihan bencana alam gempa tektonik dan tsunami kepada masyarakat
perlu ditingkatkan agar mereka mengetahui dimana gempa bumi dan tsunami akan terjadi,
bagaiman respon masyarakat, system peringatan dini yang dilakukan secara efektif, apa yanbg
harus dikerjakan ketika terjadi gempa bumi dan tsunami. Sistem komunikasi dan informasi harus
dibangun secara benar, perlu ada pelatihan dalam menghadapi bencana tersebut, strategi lain
yang harus digunakan misalnya, kesiapsiagaan terhadap gempa bumi dan tsunami. Hal ini
penting untuk menghilangkan trauma masyarakat terhadap gangguan dan psikologis setelah
terjadi bencana, dengan demikian masyarakat segera dapat melakukan rehabilitasi daerah yang
terkena bencana segera.

DAFTAR PUSTAKA
Boen, Teddy, 2000, Bencana Gempa Bumi: Fenomena dan Perbaikan/Perkuatan Bangunan
Berdasarkan Hasil Pengamatan Terhadap Bangunan-Bangunan Yang Rusak Akibat Gempa
Bumi Bengkulu 4 Juni 2000, laporan penelitian,Jakarta:BPPT.
Dahuri, Rokhmin, J.Rais. S.P. Ginting, M.J. Setepu, 2000, Pengelolaan Sumberdaya Wilayah
Pesisir Secara Terpadu, Jakarta: PT Pradnya Paramita
Yeh, Harry, Fuimihiko Imamura, Costas Synolakis, Yoshinobu Tsuji, Philip Liu, Shaozhongshi,
1993,The Flores Island Tsunami, The American Jurnal of Geophisic,74(33): 369-373
UNDP, 1994, Intriction to Hazards, Bangkok: Disaster Management Training Programme
Verstappen, H.Th., 2000, Outline of the Geomorphology of Indonesian: A Case Study on
Tropical Geomorphology of a Tectogene Region, Anschede: ITC
Wisnuwardhani, Dhyanti,2005, meminimalisasi dampak bencana dengan tata ruang, Warta
Kehati, 28(9): 13-14.
Iwan, W.D., editor, 2006, Summary report of the Great Sumatra Earthquakes and Indian Ocean
tsunamis of 26 December 2004 and 28 March 2005: Earthquake Engineering Research Institute,
EERI Publication #2006-06, 11 chapters, 100 page summary, plus CD-ROM with complete text
and supplementary photographs, EERI Report 2006-06. [www.eeri.org] ISBN 1-932884-19-X
Dudley, Walter C. & Lee, Min (1988: 1st edition) Tsunami! ISBN 0-8248-1125-9 link
Kenneally, Christine (December 30 2004). "Surviving the Tsunami". Slate. link
Macey, Richard (January 1 2005). "The Big Bang that Triggered A Tragedy", The Sydney
Morning Herald, p 11 - quoting Dr Mark Leonard, seismologist at Geoscience Australia.
Lambourne, Helen (March 27 2005). "Tsunami: Anatomy of a disaster". BBC News. link
abelard.org. tsunamis: tsunamis travel fast but not at infinite speed. Website, retrieved March 29
2005. link
The NOAA's page on the 2004 Indian Ocean earthquake and tsunami

You might also like