You are on page 1of 22

I.

A.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Krisis ekonomi di Indonesia yang berkepanjangan menyebabkan
terhambatnya upaya peningkatan produksi padi. Penyediaan sarana produksi
terutama pupuk yang sangat dibutuhkan petani mulai terganggu akibat
naiknya harga pupuk, sehingga penggunaan pupuk oleh petani tidak sesuai
dengan rekomendasi.

Benih padi terutama varietas hibrida juga belum

tersedia secara kontinu dan harganya mahal sehingga tidak terjangkau


petani. Hal ini menyebabkan sebagian besar usaha tani padi menggunakan
benih kurang bermutu atau benih hasil seleksi petani dari musim tanam
sebelum-nya atau menggunakan benih generasi lanjut (Inpara 1 6), dan
seterusnya) yang awalnya adalah benih hibrida. penggunaan sumber daya
yang terbatas yang meliputi lahan, tenaga kerja, modal, dan waktu. Pemilihan
usaha tani secara efisien memerlukan berbagai informasi untuk dijadikan
pedoman,

baik

informasi

hasil-hasil

penelitian,

maupun

informasi

sesaat/insidentil dari pemerintah dan swasta yang bergerak dalam bidang


pertanian (Soekartawi et al., 1984).
Usaha tani padi yang dilakukan

petani merupakan pengelolaan

usaha yang mempertimbangkan kemampuan sumber daya yang dikuasainya


(resources

endowment)

yang meliputi lahan, tenaga kerja, modal, dan

waktu. Tujuannya adalah menghasilkan produksi untuk memenuhi kebutuhan


pangan keluarga dan memperoleh pendapatan tunai untuk membiayai
keperluan sehari-hari lainnya. Kemampuan sumber daya yang dikuasai ini
sangat menentukan jenis usaha tani yang akan dilaksanakan. Jenis usaha
tani pada dasarnya ditentukan oleh tujuan usaha tani yang dapat
digolongkan menjadi lima tingkatan yaitu: 1) subsisten penuh, 2) subsisten
fakultatif, 3) pra-komersial, 4) semikomersial, dan 5) komersial (Sumarno
dan Suwasik, 1995).
Fenomena lemahnya posisi rebut

tawar

petani ("bargaining

position") dalam pemasaran hasil menyebabkan harga yang diterima petani


berfluktuasi sesuai ketentuan pedagang. Ini menyebabkan motivasi petani
untuk mengusahakan padi berubah-ubah sehingga terjadi fluktuasi luas
panen setiap musim tanam, terutama pada sentra-sentra produksi padi di
Menganalisis Usahatani padi

Indonesia. Masalah lain yang sering terjadi pada pengusahaan padi di lahan
sawah tadah hujan adalah terjadinya kepentingan yang saling mengalahkan
("trade-off") pada penggunaan tenaga kerja keluarga. Hal ini terjadi karena
selama ini

padi dianggap sebagai komoditas inferior, sehingga sebagian

besar petani

masih

enggan

mengorbankan

biayanya

dalam

upaya

meningkatkan produksi.
Pengelolaan usaha tani merupakan

pemilihan usaha antara

berbagai alternatif perubahan tersebut dipengaruhi oleh perubahan ekonomi,


sosial, dan ling-kungan politik. Oleh karena itu, dalam kenyataannya tidak
akan ada usaha tani yang berkelanjutan ("sustainable agriculture") pada tiap
lokasi.

Usaha tani yang berkelanjutan harus memiliki kriteria layak secara

ekonomi ("economically viable"), ramah lingkungan ("environ-mentally


sound"), diterima petani dan masyarakat

("socially acceptable"), dan

didukung secara politis ("politically supportable").


B.

Deskripsi Singkat
Bahan ajar ini berisikan unit-unit kompetensi yang berkaitan dengan
analisis usahatani padi yang harus dimiliki oleh Penyuluh pertanian dalam
melakukan tugas penyuluhan kepada petani padi.
Bahan ajar ini memuat serangkaian kegiatan belajar, yang disusun
sedemikian rupa sehingga dapat melayani kegiatan belajar secara individu
dan memudahkan setiap peserta untuk menguasai unit pembelajaran secara
sistematis dan bertahap, guna mencapai tujuan pembelajaran. Bahan ini
digunakan dengan bimbingan pelatih kepada peserta secara bertahap sesuai
urutan atau langkah kegiatan dalam pencapaian tujuan pembelajaran,
sehingga modul ini dilengkapi dengan petunjuk pengajaran bagi pelatih yang
memuat rencana pengajaran modul serta perincian dari kegiatan belajar
yang harus dilakukan oleh peserta dan pelatih.
Pada setiap sub pokok bahasan agar diproses dalam periode waktu
yang berurutan, karena setiap sub pokok bahasan saling mengkait dan
merupakan satu satuan utuh.
Terkait dengan program, proses, hasil, dan umpan balik dalam
pelatihan baik yang berkenaan dengan merumuskan tujuan, merancang
kegiatan belajar dalam pelaksanaan pelatihan, maka pada bahan ajar ini

Menganalisis Usahatani padi

dilengkapi contoh kasus yang dapat meningkatkan pemahaman peserta


mengenai analisis usahatani padi
C.

Tujuan Pembelajaram
1. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah

pembelajaran ini peserta diharapkan mampu menganalisa

usahatani padi dengan baik dan benar.


2. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Setelah selesai mempelajari modul ini peserta mampu :
a.

memahami karakteristik dan jenis tenaga kerja serta mampu


menghitung efisisensi tenaga kerja, efisisensi teknis dan efisiensi

D.

b.

usahatani padi
memahami konsep modal an peralatan dalam usahatani padi serta

c.

mampu menghitung biaya penyusutan dengan baik dan benar


mampu menganalisis biaya,pendaatan dan kelayakan usahatani padi.

Pokok dan Sub Pokok Bahasan


I.

II.

III.

Tenaga Kerja dan efisiensi


A.
Karakteristik tenaga kerja daam usahatani
B.

Jenis tenaga kerja

C.

Efisiensi tenaga kerja

D.

Efisiensi teknis dan efisiensi usaha

E.

Rangkuman

Modal dan Peralatan Usahatani Padi


A.
Pengertian modal
B.
Konsekuensi modal dan peralatan
C.
Rangkuman
Analisis biaya, pendapatan dan kelayakan Usahatani Padi
A.
Fungsi Biaya
B.
Pendekatan analisis biaya dan pendapatan
C.
Kelayakan Usaha
D.
Rangkuman

E.

Peserta : Penyuluh pertanian

F.

Pelatih : Widyaiswara

G.

Metode

Menganalisis Usahatani padi

H.

1.

Ceramah;

2.

Curah pendapat;

3.

Diskusi;

4.

Ungkapan pengalaman;

5.

Tanya Jawab;

6.

Studi Kasus

Alat dan Bahan


Alat :
1.

Alat tulis;

2.

LCD;

3.

Komputer;

4.

Disket/CD/Flashdish.

Bahan : Kertas A4 dan Kertas Koran.


I.

Waktu : 4 JP x 45 menit

II. TENAGA KERJA DAN EFISIENSI USAHATANI


Tenaga Kerja adalah salah satu unsur penentu, terutama bagi usahatani
yang tergantung pada musim seperti halnya padi. Kelangkaan tenaga kerja

Menganalisis Usahatani padi

berakibat mundurnya penanaman sehingga berpengaruh pada pertumbuhan


tanaman,produktivitas dan kualitas produk.
A. Karakteristik Tenaga Kerja Dalam Usahatani
Tenaga kerja dalam usahatani memiliki karakteristik yang sangat
berbeda dengan tenaga kerja dalam bidang usaha lain. Karakteristik tenaga
kerja usahatani menurut Tohir (1983) adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Keperluan tenaga kerja dalam usahatani tidak kontinyu dan merata


Penyerapan tenaga kerja dalam usahatani tidak merata
Tidak mudah distandarakan, dirasionalkan dan dispesialisasikan
Beranekaragam coraknya dan kadangkala tidak dapat dipisahkan satu
sama lain
Karakteristi seperti yang diungkapkan Tohir (1983) akan memerlukan

system sistem manajerialtertentu yang harus dipahami sebagai usaha


peningkatan usahatani itu sendiri. selama ini, di Indonesia system manajerial
usahatani masih sangat sederhana.
B. Jenis Tenaga Kerja
Secara umum tenaga kerja dalam usahatani dapat digolongkan
menjadi 2 (dua) yaitu :
1. Tenaga Kerja Keluarga Petani
2. Tenaga kerja Luar
Banyak sediktnya tenaga kerja kelurga petani yang diperlukan
sangat bervariasi tergantung jenis tanaman yang diusahakan. Sedangkan
banyak sedikitnya tenaga kerja luar yang diperlukan tergantung pada dana
yang tersedia untuk membayar upah tenaga kerja tersebut. Kegiatan tenaga
kerja luar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

1. Sistem Upah
Sistem upah dibedakan atas 3 (tiga) yaitu upah borongan, upah waktu dan
uoah premi. Masing- masing sistem tersebut memepengaruhi prestasi kerja
tenaga luar.
a.

Upah borongan

Menganalisis Usahatani padi

Upah borongan adalah upah yang diberikan sesuai dengan perjanjian


antara pemeberi upah dengan tenaga kerja tanpa memperhatikan
lamanya waktu kerja. Sistem upah borongan ini cenderung memebuat
para pekerja untuk secepatnya menyelesaikan pekerjaan.
b. Upah Waktu
Upah waktu adalah upah yang diberikan berdasarkan lamanya waktu
kerja. Sistem upah waktu ini cenderung membuat para pekerja untuk
memperlama waktu kerja dengan harapan memperoleh lebih banyak
upah.
c.

Upah Premi
Upah premi adalah upah yang diberian berdasarkan produktivitas dng
prestasi kerja. Sistem upah premi ini mendorong pekerja lebih produktif
dalam bekerja, karena akan memperoleh upah tambahan

2. Lamanya waktu kerja


Lamanya waktu kerja seorang tenaga kerja dipengaruhi oleh kondisi fisik
tenaga kerja tersebut, misalnya tidak dalam keadaan cacat atau sakit.
Selain itu, juga dipengaruhi oleh kondisi iklim tempat bekerja.
3. Kecakapan
Kecakapan seseorang menentukan kinerjanya. Seorang tenaga kerja yang
lebih cakap tentunya memiliki prestasi kerja tingggi njika dibandingkan
dengan tenaga kerja yang kurang cakap. Kecakapan tenaga kerja sangat
ditentukan oleh umur, tingkat pendidikan, pengetahuan dan pengalaman
kerjanya.
4. Umur tenaga Kerja
Umur seseorang tenaga kerja menentukan prestasi kerjanya. Semakin
berat pekerjaan secara fisik maka semakin memerlukan tenaga. Dengan
demikian, semakin tua tenaga kerja , semakin turun pula prestasi kerjanya.

C. Efisiensi Tenaga Kerja


Efisisensi tengaga kerja atau sering disebut produktivitas tenaga kerja dapat
diukur dengan memperhatikan jumlah produksi, penerimaan, luas lahan atau
luas usaha.
1.

Jumlah produksi

Menganalisis Usahatani padi

Produktivitas berdasarkan jumlah poduksi dapat dihitung dengan rumus


sebgai berikut :

Contoh :
Jumlah produksi padi 5 ton/Ha, Jumlah Jam Kerja Orang (JKO) 500 jam ,
tanpa bantuan mesin.

2.

Penerimaan
Penerimaan hari kerja dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Contoh :
Jumlah produksi padi 5 ton/Ha, harga per kg = Rp. 1500, Jumlah Jam
Kerja 750 HOK/ha.

3.

Luas lahan atau luas usaha.


Produktifitas tenaga kerja apat juga dihitung dengan formula sebagai
berikut :

Contoh :
Luas lahan Usahatani Padi 1 (satu) hektar, Dalam setahun dicurahkan
720 HOK .

Menganalisis Usahatani padi

D. Efesiensi Teknis dan Efisiensi Usaha


Selain efesiensi tenaga kerja, efisisensi teknis dan efisiensi usaha
juga dapat diperhitungkan dengan cara membandingkan tambahan produksi
yang akan diperoleh akibat dari tambahan factor produksi yang diberikan.
1. Efiensi Teknis
Efisisensi teknis adalah mengukur besarnya produksi yang dapat dicapai
atas tingkat faktor produksi tertentu. Efisiensi teknis

2. Efisiensi Usaha
Efisiensi usaha adalah mengukur besarnya nilai produksi yang dapat
dicapai atas nilai faktor produksi tertentu.

Contoh :
Jika untuk membrikan tambahan produksi padi sebanyak I ton diperlukan
unsur N sebanyak 60 kg/ha. Kandungan unsur N pada pupuk urea sebesar
46 % dan pada pupuk ZA sebesar 20 %. Harga pupuk urea = Rp 1000/Kg
dan Harga pupuk ZA Rp 800/Kg. Harga padi Rp. 1500/kg.
Koefisien Urea = 60/46% = 130,43 kg
Koefisisen pupuk ZA = 60/20 % = 300 kg

Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan


urea untuk menambah produksi sebesar 1 ton lebih efisien dibandingkan
dengan

penggunaan

ZA.

Karena

setiap

tambahan

Rp

akan

menghasilkan tambahan produksi senilai Rp.11,5 sedangkan ZA hanya


meberikan tambahan senilai Rp.6,25.
Menganalisis Usahatani padi

E. Rangkuman
1.

Tenaga Kerja adalah salah satu unsur penentu, terutama bagi usahatani

2.

yang tergantung pada musim seperti halnya padi


Karakteristik tenaga kerja usahatani menurut Tohir (1983) yaitu : 1)
keperluan tenaga kerja dalam usahatani tidak kontinyu dan merata , 2)
Penyerapan tenaga kerja dalam usahatani tidak merata,3) Tidak mudah
distandarakan, dirasionalkan dan dispesialisasikan,4) beranekaragam

3.

coraknya dan kadangkala tidak dapat dipisahkan satu sama lain


Banyak sedikitnya tenaga kerja kelurga petani yang diperlukan sangat
bervariasi tergantung jenis tanaman yang diusahakan. Sedangkan banyak
sedikitnya tenaga kerja luar yang diperlukan tergantung pada dana yang

4.

tersedia untuk membayar upah tenaga kerja tersebut


Efisisensi tengaga kerja atau sering disebut produktivitas tenaga kerja
dapat diukur dengan memperhatikan jumlah produksi, penerimaan, luas

5.

lahan atau luas usaha


Selain efesiensi tenaga kerja, efisisensi teknis dan efisiensi usaha juga
dapat diperhitungkan dengan cara membandingkan tambahan produksi
yang akan diperoleh akibat dari tambahan factor produksi yang diberikan.

III. MODAL DAN PERALATAN USAHATANI PADI


Modal adalah syarat mutlak berlangsungnya suatu usaha, demikian pula
dengan usahatani padi. Menurut Vink, benda (termasuk tanah) yang dapat
mendatangkan pendapatan dianggap sebagai modal. Dalam usahatani keluarga
cenderung memisahkan faktor tanah dari alat-alat produksi yang lain. Hal ini

Menganalisis Usahatani padi

dikarenakan beluam ada pemisahan yang jelas antara modal usaha dan modal
pribadi.
A. Pengertian Modal
Tanah serta alam sekitarnya

dan tenaga kerja adalah faktor

produksi asli, sedangkan modal dan peralatan merupakan subtitusi faktor


produksi. Dengan

modal dan peralatan faktor produksi tanah dan tenaga

kerja dapat memberikan manfaat yang jauh lebih baik bagi manusia. Dengan
modal dan peralatan maka penggunaan tanah dan tenaga kerja dapat
dihemat. Oleh karena itu modal dapat dibagi menjadi dua yaitu Land saving
Capital dan Labour saving capital.
Modal dikatakan

Land saving Capital jika degan modal tersebut

dapat menghemat penggunaan lahan, tetapi produksi dapat dilipatgandakan


tanpa memperluas areal.Contohnya pemakaian benih unggul, pupuk,
pestisida, intensifikasi. Modal dikatakan

Labour saving capital jika degan

modal tersebut dapat menghemat penggunaan tenaga kerja. Contohnya


penggunaan traktor untuk mengolah lahan, mesin perontok padi untuk
merontok, dan lain sebagainya.
Dalam ekonomi perusahaan, modal adalah barang ekonomi yang
dapat dipergunakan untuk memproduksi kembali atau modal adalah barang
ekonomi

yang

dapat

dipergunakan

untuk

mempertahankan

atau

meningkatkan ekonomi. Berdasarkan pengertian tersebut, Tohir (1983)


berpendapat bahwa tanah bukan termasuk faktor modal , tetapi masuk faktor
alam yang memiliki nilai modal dengan pertimbangan sebagai berikut :
1.
2.
3.

Tanah adalah karunia alam, bukan benda yang diproduksi manusia


Tanah tidak dapa diperbanyak
Tanah tidak dapat musnah atau dimusnahkan sehingga tidak ada

4.
5.
6.

penyusutan atas tanah


Tanah tidak dapat dipindah-pindahkan
Tanah selalu terikat dengan iklim
Tanah adalah sumber untuk memproduksi barang-barang ekonomi
Pengertian tanah bukan modal atau modal sebenarnya lebih

difokuskan pada perhitungan biaya usahatani. Jika tanah dihitung sebagai


modal, maka bunga atas tanah dimasukkan dalam perhitungan biaya
usahatani. Namun demikian dalam usahatani keluarga, pengeluaran bunga
atas tanah tidak dimasukkan dalam pendapatan usahatani. Bunga atas tanah
Menganalisis Usahatani padi

10

baru kelihatan jika diperhitungkan secara ekonomis yaitu sebesar sewa tanah
pada umumnya.
B. Konsekuensi Modal dan Peralatan
1.

Jenis Konsekunsi
Pembagian

modal

atas

dasar

fungsinya

sangat

penting

sehubungan dengan pembebanan modal dalam memperhitungkan biaya


usahatani. Modal berdasarkan fungsinya dibagi menjadi dua yaitu modal
tetap dan modal tidak tetap. Modal tidak tetap dipakai dalam satu kali
proses produksi. Sedangkan modal tetap perlu diperhitungkan terlebih
dahulu, karena tidak semua modal tetap dibebankan pada produksi.
Penggunaan modal tetap pada umumnya menyangkut empat
konsekuensi biaya yaitu : biaya bunga modal, penyusutan, biaya
pemeliharaan dan biaya komplementer. Contoh : Jenis dan bentuk
konsekuensi penggunaan modal tetap berupa traktor dapat dilihat pada
tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Jenis dan Bentuk Konsekuensi Penggunaan Traktor untuk
mengolah lahan
Jenis
Bunga Modal
Penyusutan
Pemeliharaan
Komplementer

2.

Bentuk
Sewa Traktor/bunga bank
Penyusutan
Servis dan beli onderdil
BBM, Oli, Upah operator

Perhitungan Penyusutan
Untuk memperhitungkan penyusutan pada dasarnya bertitik tolak
pada harga perolehan/pembelian (Cost) sampai dengan modal tersebut
dapat memberikan manfaat. Ada empat cara untuk menghitung nilai
penyusutan yaitu sebagai berikut :
a. Garis Lurus (straight line method)
Rumus untuk menghitung penyusutan dengan metode garis lurus
menggunakan rumus :

Menganalisis Usahatani padi

11

Contoh :
Harga Traktor
Umur ekonomis
Nilai sisa

=
=
=

Rp. 10.000.000,5 Tahun


Rp. 1.000.000,-

b. Unit ferformance
Rumus

untuk

menghitung

penyusutan

dengan

metode

Unit

ferformance menggunakan rumus :

Contoh :
Harga Traktor
Jm kerja
Nilai sisa

Rp. 10.000.000,10.000 Jam


Rp. 1.000.000,-

c. Penyusutan Menurun (decreasing)


Contoh :
Harga Traktor
Umur ekonomis
Nilai sisa
Jumlah digit tahun

=
=
=
=

Rp. 10.000.000,5 Tahun


Rp. 1.000.000,5+4+3+2+1 = 15

Penyusutan
Tahun 1

Tahun 2

Menganalisis Usahatani padi

12

Tahun 3

Tahun 4

Tahun 5

=
Jumlah = Rp. 9.000.000,-

d. Penyusutan Menaik (increasing)


Contoh :
Harga Traktor
Umur ekonomis
Nilai sisa
Jumlah digit tahun

=
=
=
=

Rp. 10.000.000,5 Tahun


Rp. 1.000.000,1+2+3+4+5 = 15

Penyusutan
Tahun 1

Tahun 2

Tahun 3

Tahun 4

Tahun 5

=
Jumlah = Rp. 9.000.000,-

3.

Alat Pertanian Sebagai Modal Tetap


Berbagai alat alat pertanian yang biasa digunakan dalam
usahatani merupakan modal tetap. Alat alat tersebut antara lain adalah
traktor, bajak , cangkul, sabit dan lain sebagainya. Traktor sebagai modal
tetap harus memperhitungkan konsekunsi penggunaan sebagaimana
yang telah dijelaskan sebelumnya. Untuk cangkul, sabit dan lain
sebagainya hanya diperhitungkan penyusutannya saja.

Menganalisis Usahatani padi

13

C. Rangkuman
1.
2.

Modal adalah syarat mutlak berlangsungnya suatu usaha, demikian pula


dengan usahatani
Modal dapat dibagi menjadi dua yaitu Land saving Capital dan Labour
saving capital. Modal dikatakan

Land saving Capital jika degan

modal tersebut dapat menghemat penggunaan lahan, tetapi produksi


dapat dilipatgandakan . Modal dikatakan
3.

Labour saving capital jika

degan modal tersebut dapat menghemat penggunaan tenaga kerja.


Penggunaan modal tetap pada umumnya menyangkut empat
konsekuensi biaya yaitu : biaya bunga modal, penyusutan, biaya
pemeliharaan dan biaya komplementer

IV. ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN KELAYAKAN


USAHATANI PADI
Petani sebagai pelaksana mengharap produksi yang lebih besar agar
memperoleh pendapatan yang lebih besar. Untuk itu petani menggunakan tenaga,
modal dan sarana produksinya untuk memperoleh produksi yang diharapkan.
A. Fungsi Biaya
Fungsi biaya menggambarkan hubungan antara biaya usahatani dengan
tingkat produksi yang digambarkan dengan garis TC (total cost).pada gambar
1 dibawah ini.

TC

Biaya(co
st)

VC

Menganalisis Usahatani padi

14

FC

Produks

Gambar 1. Kurva hubungan biaya dengan tingkat produksi

Biaya (cost) dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :biaya tetap (fix
cost) yaitu biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi,
sedangkan biaya variable (Variable cost) adalah biaya yang besarnya
dipengaruhi oleh besarnya produksi. Pada kurva diatas terlihat bahwa
semakin besar produksi maka semakin besar pula biaya variabelnya.
Sementara Total Biaya (TC) merupakan jumlah dari biaya tetap (FC) dan
biaya variable (VC).

B. Pendekatan Anaisis Biaya dan Pendapatan


Untuk menghitung biaya dan pendapatan usahatani dapat digunakan 2 (dua)
macam cara yaitu :
1.

Pendekatan nominal
Pendekatan

nominal adalah pendekatan yang tidak memperhitungkan

nilai waktu uang ( time velue of money). Tetapi yang dipakai adalah harga
yang berlaku, sehingga dapat dihitung jumlah pengeluaran dan jumlah
penerimaan dalam satu proses produksi. Formula untuk menghitung
pendapatan dengan pendekatan nominal adalah sebagai berikut :
Pendapatan = penerimaan total biaya
Penerimaan = Py x Y
Dimana :
Py = Harga produksi ( rp/Kg)
Y = Jumlah produksi (kg)
Total Biaya = Biaya tetap + biaya Variabel.
(TC)

(FC)

(VC)

Contoh perhitungan biaya dan pendapatan usahatani padi dengan


pendekatan nominal dapat dilihat pada tabel 2 dan 3 berikut ini :

Menganalisis Usahatani padi

15

Tabel 2. Analisa biaya dan pendapatan usahatani padi dengan


pendekatan nominal
No
I
1

Uraian

Sat

Pengeluaran
Biaya tetap
Sewa lahan
Pajak
Urunan Desa
Pengairan
Biaya Variabel
a.Sarana Produksi
Traktor
Benih
Pupuk urea
Pupuk TS
Pupuk NPK
Pestisida
b.Upah tenaga kerja
Namping mopok
Peralatan lahan
Pembabadan galengan
Pembuatan persemaian
Penebaran benih
Penanaman
Penyiangan
Pemupukan
Penyemprotan
Penyulaman
Panen

Banyak

Harga
Satuan (Rp)

Musim
Musim
Musim
Musim
Jumlah

1
1
1
1

8.500.000
50.000
200.000
66.000

8.500.000
50.000
200.000
66.000
8.816.000

Unit
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Jumlah

1
20
100
100
300
1

630.000
7.000
1.600
2.100
2.400
1.000.000

630.000
140.000
160.000
210.000
720.000
1.000.000
2.860.000

Kali
Orang
Orang
Orang
Orang
Orang
Orang
Orang
Kali
Orang
Kali
Jumlah

1
3
2
2
1
1
2
3
4
1
1

420.000
50.000
50.000
50.000
50.000
630.000
50.000
50.000
50.000
50.000
3.500.000

420.000
150.000
100.000
100.000
50.000
630.000
100.000
150.000
200.000
50.000
5.450.000
1.933.140
19.159.140

C.Zakat 10 %
Jumlah Total Pengeluaran
II
III

Pemasukan
Hasil Panen
Analisis
Pengeluaran
Pemasukan
Keuntungan

Menganalisis Usahatani padi

Kg

6.561

Jumlah
(Rp)

3.300
Rp
19.159.140
21.651.300
2.592.160

21.651.300
(%)
88.03
11.97

16

Tabel 3. Analisa biaya dan pendapatan usahatani padi dengan


pendekatan nominal
I. Input
A. Tenaga Kerja
1. Pengo Tanah
2. Penanaman & Pemupukan
3. Menyiang
4. Pengairan
5. Panen
6. Pengangkutan
7. Menebar benih
8. Penjemuran
Jumlah (A)

Satuan

I. Input
B. Saprodi
1. Benih
2. Pupuk
-urea
-SP.36
-KCL
Jumlah (B)
C. LAIN-LAIN
1. Penyusutan
2. Biaya Pajak/retribusi
Jumlah (C)

Satuan

Total Biaya = A + B + C
II. Keluaran (Output)
1. Total Produksi
2. Harga padi tk petani
3. Nilai Total Produksi
(NTP) = 1 x 2
Pendapatan = NTP- total
Biaya

1 ha x 900.000
1 hari x 20 org x 20.000 =
10 hari x 1 org x 30.000
1 ha
1 ha
9 ton
20 kg
9 ton

Biaya (RP)
900.000,400.000,300.000,300.000,400.000,350.000,500.000,500.000,3.650.000,Biaya (RP)

20 kg x 1 ha xRp.25.000

500.000,-

350 kg x 1 ha x Rp.1500
100 kg x 1ha x Rp. 2000
100 kg x 1 ha x Rp. 1500

525.000,200.000,150.000,1.375.000,-

siklus
sikus

100.000
400.000,500.000,-

3.650.000 + 1.375.000 + 500.000


= 5.525.000
9.000 kg
1. 300 / kg
Rp. 11.700.000
= Rp. 11.700.000 Rp 5.525.000
= Rp. 6.175.000,-

Dari contoh tersebut diatas dapat dilihat bahwa pendapatan petani untuk
satu musim tanam padi adalah sebesar Rp. 6. 175.000,2.

Pendekatan nilai uang waktu (time value of money)


Pendekatan nominal sangat sederhana dan mudah, tetapi mengandung
kelemahan. Jika pada kenyataannya petani memanfaatkan modal luar
berupa kredit atau pinjaman yang atas pinjaman tersebut pasti dikenakan
bunga. Untuk mengatasi masalah tersebut, dapat digunakan pendekatan
yang

memperhatikan nilai waktu uang (time value of money ). Untuk

menghitung nilai waktu uang digunakan rumus sebegai berikut :


FV = PV (1+i)n
Menganalisis Usahatani padi

17

Dimana :
FV = Nilai uang di masa datang (future value)
PV = nilai uang sekarang (present value)
i = Tingkat bunga
n = Jangka waktu pengembalian
Contoh:
Jika dalam usahatani padi tersebut diatas (tabel 2) , petani menggunkan
pinjaman modal kerja sebesar Rp. 5.525.000,- dengan bunga pinjaman
sebesar 2 % per bulan. Siklus tanaman 4 bulan, maka nilai modal yang
harus dikembalikan pada bulan keempat adalah sebesar :
FV = PV (1+i)n
= Rp. 5.525.000 (1+0.02)4
= Rp. 5.525.000 ( 1.02 )4
= Rp. 5.525.000 x 1.0284
= Rp 5.980.000,Maka keuntungan petani = Rp 11.700.000 Rp 5.980.000
= Rp 5.720.000
C. Kelayakan Usaha
Dalam

melakukan

evalusi

kelayakan

usaha,

semua

faktor

produksi

diperhitungkan sebagai biaya, demikian pula dengan pendapan. Terdapat


beberapa indicator kelayakan usahatani padi antara lain adalah :
1.

Analisis Benefit Cost Rasio (B/C ratio)


Benefit Cost Ratio (B/C) adalah perbandingan antara benefit atau
keuntungan usahatani dengan keseluruhan biaya yang dikeluakan untuk
menghasilkan produk. Usahatani dikatakan layak jika B/C > 1. contoh :
Berdasarkan perhitungan pada tabel 2 diatas diperoleh data sebagai
berikut :
Pendapatan = Rp 6.175.000,- , Total biaya = Rp.5.525.000,-

Berdasarkan hasil peritungan tersebut diatas,maka usahatani padi layak


untuk dikembangkan
Menganalisis Usahatani padi

18

2.

Analisis Tititk Pulang Pokok ( Break Event Point)


Analisis BEP meliputi BEP produksi dan BEP harga .
a.

BEP Produksi
Untuk menghitung BEP penerimaan digunakan rumus sebagai berikut
:

Contoh : Anaisis usahatani padi pada tabel 2 diperoleh data sebagai


berikut :
Biaya Tetap

= Rp.500.000,-

Biaya Variabel = Rp. 5.025.000,Harga

= Rp.1300/kg

Rata-rata biaya variabel = Biaya variabel/produksi


= Rp 5.025.00/9000 = Rp. 558,33/kg

b. BEP Harga
Untuk menghitung BEP harga digunakan rumus sebagai berikut :

Contoh : Anaisis usahatani padi pada tabel 2 diperoleh data sebagai


berikut :
Total Biaya = Rp.5.525.000,Produksi

= 9000 kg

D. Rangkuman

Menganalisis Usahatani padi

19

1. Fungsi biaya menggambarkan hubungan antara biaya usahatani dengan


tingkat produksi
2. Untuk menghitung biaya dan pendapatan usahatani dapat digunakan 2
(dua) macam cara yaitu : 1) pendekatan nominal dan 2) pendkatan nilai
waktu uang.
3. Dalam melakukan evalusi kelayakan usaha, semua faktor produksi
diperhitungkan sebagai biaya, demikian pula dengan pendapan. Terdapat
beberapa indickator kelayakan usahatani padi antara lain adalah : B/C
ratio dan BEP

V. PENUTUP

Menganalisis Usahatani padi

20

Usaha tani padi yang dilakukan petani merupakan pengelolaan usaha


yang mempertimbangkan kemampuan sumber daya yang dikuasainya (resources
endowment)

yang meliputi lahan, tenaga kerja, modal, dan waktu. Tujuannya

adalah menghasilkan produksi untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga dan


memperoleh pendapatan tunai untuk membiayai keperluan sehari-hari lainnya
Agar

tujuan usahatini dapat tercapai maka perlu dilakukan analisis

usahatani dengan memperhitungkan keseluruhan biaya yang dikeluarkan (biaya


tetap dan biaya variable) untuk melakukan kegiatan usahatani dan pendapatan
yang diperoleh.

DAFTAR PUSTAKA

Menganalisis Usahatani padi

21

Radiks..P. 1997. Analisis Biaya dan Manfaat. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Tohir,K.A. 1983. Seutai pengetahuan tentang usahatani Indonesia. Bagian satu.
Erlangga, Jakarta.
Vink G.J. . 1984. Seutai Dasar-dasar usahatani di Indonesia. Yayasan Obor
Indonesia. Jakarta.
Soekartawi, A. Soeharjo, J.L. Dillon, dan J.B. Hardaker. 1984. Ilmu Usaha tani dan
Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. DGHE-AUIDP. UI-Press.
Jakarta.
Sumarno dan Suwasik. 1995. Pengembangan usaha tani berdasarkan sosioekonomi dan agroklimat. Edisi khusus Balai Penelitian Tanaman
Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (2): 142-154.
Sarashuta.IG.P. 2002. Kinerja Usahatani dan Pemasaran Padi di Sentra Produksi.
Jurnal Litbang Pertanian 21(2) 2002
Balai Besar Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pertanian, 2008. Teknologi
Budidaya Padi. Seri Buku Inovasi Tanaman Pangan. Badan Litbang.
Jakarta

Menganalisis Usahatani padi

22

You might also like