Professional Documents
Culture Documents
RAMZIAH AN NAJAH
ABSTRAK
RAMZIAH AN NAJAH, C44050502. Keberadaan Fasilitas Menurut Aktivitas di
Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo, Banda Aceh. Dibimbing oleh ERNANI
LUBIS DAN RETNO MUNINGGAR
Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo merupakan pelabuhan perikanan pantai
(PPP) yang belum berupaya secara optimal setelah tsunami. Sebanyak 9.563 unit
perahu tanpa motor, perahu motor tempel dan kapal motor hancur/hilang/rusak
akibat tsunami, termasuk juga PPP Lampulo, 30 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI),
pabrik es, cold storage, Balai Benih Ikan/Balai Benih Udang, dan Pasar Ikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang keberadaan
dan kondisi fasilitas yang terdapat di PPP Lampulo, Banda Aceh; menentukan
tingkat keberadaan, kebutuhan, dan kondisi fasilitas dalam menunjang
aktivitasnya; serta menentukan rasio antara keberadaan dan kebutuhan
fasilitasnya.
Penelitian menggunakan metode kasus tentang keberadaan, kebutuhan, dan
kondisi fasilitas serta rasio antara keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam
menunjang aktivitas di PPP Lampulo. Analisis yang dilakukan secara deskriptif
melalui pendekatan statistik.
Secara umum keberadaan dan kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas di
PPP Lampulo telah berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan keberadaan dan
kondisi fasilitas berada dalam kategori baik. Keberadaan, kebutuhan, dan kondisi
fasilitas secara umum dalam menunjang aktivitas pendaratan ikan memiliki
kategori baik, aktivitas penanganan dan pengolahan ikan memperoleh kategori
baik sekali; aktivitas pemasaran, pemeliharaan dan perbaikan, serta administrasi
dan penyuluhan dengan kategori baik. Perolehan rasio antara fasilitas yang ada
terhadap fasilitas yang seharusnya ada, yaitu pada kelompok fasilitas vital 1:1,12
(baik), penting 1:1 (baik sekali), dan pelengkap 1:1,43 (baik) dan hal ini
mengindikasikan bahwa segala aktivitas di PPP Lampulo sudah dapat berjalan
dengan baik.
RAMZIAH AN NAJAH
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Pemafaatan Sumberdaya Perikanan
Judul Skripsi
Nama Mahasiswa
NRP
Mayor
Departemen
Menyetujui:
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui:
Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,
KATA PENGANTAR
Skripsi ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Tema yang dipilih dalam penelitian yang
dilaksanakan pada bulan Mei 2009 ini adalah keberadaan fasilitas, dengan judul
Keberadaan Fasilitas Menurut Aktivitas di Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo,
Banda Aceh.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Dr. Ir. Ernani Lubis, DEA dan Retno Muninggar, S.Pi, ME selaku dosen
pembimbing skripsi atas segala saran dan bimbingan selama penyusunan
skripsi;
2.
3.
Dr. Ir. Muhammad Imron, M.Si selaku ketua komisi pendidikan Departemen
PSP;
4.
5.
6.
Bapak Oni Kandi selaku Kepala pemograman DKP yang telah memberikan
informasi yang penulis butuhkan;
7.
Bapak Yudhi, Bapak Ulil, dan Bapak Dirman selaku staf UPT Lampulo atas
kesabarannya mencarikan data dan keterangan yang penulis butuhkan;
8.
Bapak Jol selaku staf DKP atas data dan keterangan yang diberikan; dan
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak
bisa disebutkan satu per satu
Akhirnya, semoga hasil penelitian ini memberi manfaat bagi pihak yang
memerlukan.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Banda Aceh pada tanggal 24 Juli 1987
dari Bapak Soetikno (Alm) dan Ibu Zubaidah. Penulis merupakan
putri pertama dari empat bersaudara.
Pendidikan formal penulis dimulai di SD Negeri 1 Banda
Aceh pada tahun 1995. Penulis melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Banda Aceh dan
lulus tahun 2002. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan ke SMA Negeri 3
Banda Aceh dan lulus tahun 2005. Penulis diterima belajar di IPB pada tahun
2005 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB.
UCAPAN TERIMAKASIH
Teriring Segala Pujian dan Syukur untuk Allah SWT. Rabb tempat bergantung
semua makhluk. Atas segala nikmat dan kasih sayangnya yang telah diberikan
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
Keberadaan Fasilitas Menurut Aktivitas Di Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo
Banda Aceh. Hasbunallah Wanimal Wakil. Penulis banyak mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Bapak (Alm) dan Ibu tercinta juga adik-adikku tersayang (Ayi, Wawan, dan
Rahmat) serta seluruh keluarga di Aceh yang tak pernah lekang memberi
semangat dan motivasi, terimakasih atas semua doa yang diberikan;
2. Cutma dan Om yang selalu memberi semangat dan doa;
3. Keluarga mungil ku di Dramaga, atas untaian doa, tausyiah, dan
dukungannya. Semoga kelak Allah mengumpulkan kita kembali di
SyurgaNya;
4. Siska, Lila, dan Dessy yang telah banyak membantu selama penelitian di
Aceh. Semoga Allah membalas semua kebaikan kalian.
5. Keluarga OCEAN : Tri, Ulfa, Sari, Sena, Vita, Evi, Riska, Widi, Ratna,
Nita, Fatwa, Firman, Jamal, Daniyal, Jamil, Fahrul, Anhar, Arman, Fuadi, dan
Adnan). Terimakasih telah melewati hari-hari bersama dalam perjalanan
dakwah di kampus Tercinta. Luv U All Coz Allah;
6. Keluarga besar FKM-C (A40, A41, A42, A43), terimakasih atas warna
yang diberikan dalam perjalanan panjang menuju Allah;
7. Kurcaci-kurcaciku: Septa, Ummi, Irna, dan Putri. Terimakasih atas
persahabatan selama ini. Semoga Allah selalu menjaga kalian.
8. Hendri, Kim, Hafid, dan Bephe yang telah membantu dalam skripsi ini.
9. Keluarga Besar PSP, khususnya teman-teman PSP42 (Ema, Golex, Didin,
Cochan, Pakde, Budi, Asep, Sahat, Rio, Bram, Yuli, Dian, Nisa, Arif M, Yiyi,
Intan, Anja, Gince, Fati, Oce, Ima, Winny, Adi, Leo, Dhenis, Nano, Dilla,
Haryo, Fery, Eko, Noer, Hendro, Novel, Yosep, Reny, Ojan, Mery, Imam,
Ferty, Mira, Vera, Mirza, Hano, Meida, Nia, Fifi, Zasuli, Adis). Terimakasih
atas kebersamaan yang pernah ada di PSP;
10. Keluarga Vamdi : Mb Ajeng, Mb Vina, Ami, Chandut, Lisma, Ayiz, Dude,
Ela, Mba Yofi, Mba Phyto, Mba Dona, Mba Ina, Mba Pipit, Mba Mila, Mba
Dian, Ita, Zatil, Vida, Winda, Ira, Mba Yenies, Mba Novi. Terimakasih telah
memberikan pelangi dibirunya langit hatiku dan atas kebersamaan yang
terjalin indah; dan
11. Semua teman-teman yang mengenal penulis, terimakasih atas semua yang
telah diberikan. Kiranya berkenan untuk menyelipkan nama ini pada setiap
untaian doa yang dipanjatkan, walau kita tak lagi bersua.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xv
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................
1.2 Tujuan ..............................................................................................
1.3 Manfaat ............................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
5
5
6
7
7
8
8
9
9
10
10
10
11
11
13
13
14
METODOLOGI
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
1
3
4
15
15
15
16
17
30
30
31
32
36
37
37
37
38
39
40
58
61
65
65
71
74
78
84
86
90
93
DAFTAR TABEL
Halaman
1
20
21
24
28
29
Jumlah dan pertumbuhan penduduk di Banda Aceh dari tahun 20042008 .................................................................................................... ....
31
Perkembangan jumlah armada kapal di Banda Aceh dari tahun 20042008 .........................................................................................................
32
33
35
10
Jumlah dan nilai produksi hasil tangkapan di Banda Aceh dari tahun
2004-2008 ...............................................................................................
36
Jumlah dan nilai produksi hasil tangkapan di PPP Lampulo dari tahun
2004-2008 ...............................................................................................
38
12
58
13
60
14
62
15
63
67
17
70
18
72
19
73
20
76
77
5
6
7
11
16
21
22
80
23
82
24
84
85
87
89
91
92
30
94
31
96
32
98
25
26
27
28
29
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
20
21
22
23
24
25
26
26
28
31
11
33
12
34
13
35
14
36
15
39
16
17
42
18
43
19
44
20
45
21
Tangki dan Instalasi air (a) Di dalam pagar TPI (b) Di samping
bengkel reparasi kapal ........................................................................ ....
46
4
5
7
8
9
10
22
Tempat penyediaan bahan bakar yang dikelola oleh pihak swasta .........
47
23
47
24
48
25
49
26
(a) Tempat parkir di dalam pagar TPI (b) Tempat parkir di luar pagar
TPI ...........................................................................................................
50
27
51
28
51
29
Slipway ....................................................................................................
52
30
53
31
53
32
54
33
34
57
35
61
64
(a) Pembongkaran ikan yang belum disortir dan (b) Hasil tangkapan
Ikan yang sudah disortir ..................................................................... ....
66
68
69
70
Proses penanganan ikan di dalam kapal dan di dalm fiber yang sudah
berisi es yang telah dihancurkan ..............................................................
71
72
73
36
37
38
39
40
41
42
43
44
74
45
75
46
76
47
48
78
49
79
50
81
82
83
84
51
52
53
54
55
86
88
56
57
58
59
90
91
60
61
93
95
62
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
PENDAHULUAN
perikanan secara optimal merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan dari
perikanan tangkap. Hal ini dapat dilihat secara nyata jika pembangunan perikanan
telah dapat menimbulkan dampak pengganda bagi pertumbuhan sektor ekonomi
lainnya, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dengan kata lain pengembangan pelabuhan diharapkan dapat memajukan ekonomi
di suatu wilayah dan sekaligus dapat meningkatkan penerimaan negara dan
Pendapatan Asli Daerah (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2001)
Keberhasilan operasional pelabuhan perikanan tidak terlepas dari semua
faktor-faktor pendukung yang ada, salah satunya adalah tersedianya fasilitas
pelabuhan perikanan.
secara umum dipengaruhi oleh persimpangan arus dan gerakan Samudera Hindia,
Selat Malaka dan Laut Cina Selatan yang berinteraksi dengan daratan Pulau
Sumatera, Semenanjung Malaka, Kepulauan Andaman dan Nicobar, sehingga
menampakkan ekosistem laut di sepanjang pesisir Aceh yang sangat sesuai bagi
kehidupan biota laut (Anonim, 2008). Kondisi yang demikian sangat strategis
untuk usaha perikanan tangkap sehingga diperlukan pelabuhan perikanan.
Sebelum bencana tsunami 26 Desember 2004, perikanan merupakan salah
satu tonggak ekonomi di Nanggroe Aceh Darussalam yang menyumbangkan
6,5 persen dari Pendapatan Daerah bernilai 1,59 triliun pada tahun 2004 (Dinas
Perikanan dan Kelautan NAD, 2005).
pencaharian utama.
menggunakan perahu berukuran kecil. Dari sekitar 18.800 unit perahu/kapal ikan
di Aceh, hanya 7.700 unit yang mampu ke laut dalam.
Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam terdapat 1 unit Pelabuhan
Perikanan Pantai (PPP) Lampulo bertipe C dan 82 Pangkalan Pendaratan Ikan
(PPI). PPP Lampulo merupakan satu-satunya pelabuhan perikanan pantai yang
ada di Kota Banda Aceh dan pada hakekatnya merupakan sentralisasi kegiatan
perikanan yang menampung seluruh aktivitas perikanan, baik nelayan yang
menggunakan motor kecil (mesin tempel < 10 GT), maupun nelayan yang
menggunakan motor besar (kapal 30 GT). Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo
secara geografis letaknya cukup strategis, karena terletak pada koordinat 50 34'
45" Lintang Utara, dan 950 19' 30" Bujur Timur jauh dari hempasan ombak laut
lebih satu kilometer (Anonim, 2008).
oleh masyarakat, jarak dengan pasar ikan dekat sehingga aksesnya lebih mudah,
serta mempermudah jalur distribusi dan pemasaran.
Gempa bumi dan gelombang tsunami yang terjadi pada tanggal
26 Desember 2004, telah menghancurkan sebagian besar wilayah Nanggroe Aceh
Darussalam terutama wilayah pesisir. Ini berarti suatu indikasi bahwa sektor
kelautan dan perikanan mengalami kerusakan yang paling parah. Indikasi tersebut
antara lain ditunjukkan oleh beberapa dampak yaitu: dari 1660 km panjang garis
pantai, 800 km dilanda gelombang.
perikanan beserta peralatannya mulai dari perahu tanpa motor, perahu motor
tempel dan kapal motor berbagai ukuran sebanyak 9.563 unit hancur/hilang akibat
tsunami, pelabuhan perikanan seperti Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo,
30 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), pabrik es, cold storage, Balai Benih
Ikan/Balai Benih Udang, dan Pasar Ikan yang tersebar di seluruh Aceh,
hancur/rusak/hilang terimbas tsunami (Anonim, 2008).
Pasca tsunami tahun 2004, pemerintah telah membangun kembali
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo. Namun karena masih kurangnya
fasilitas yang dibutuhkan serta masih kurangnya pelayanan yang diberikan maka
pelabuhan ini belum berfungsi secara optimal. Kegiatan operasional akan berjalan
dengan sempurna, bila ditunjang oleh keberadaan fasilitas dan pelayanan yang
baik dari pihak pengelola pelabuhan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
mengenai keberadaan fasilitas menurut aktivitas di PPP Lampulo, Banda Aceh.
Penelitian tentang hal tersebut di PPP Lampulo belum pernah dilakukan
sebelumnya, tetapi telah dilakukan penelitian mengenai analisis kepuasan nelayan
terhadap pelayanan tempat pendaratan ikan (TPI) di pelabuhan ini (Bahri, 2004).
1.2 Tujuan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1) Mendapatkan informasi tentang keberadaan dan kondisi fasilitas yang
terdapat di PPP Lampulo, Banda Aceh.
2) Menentukan tingkat keberadaan, kebutuhan, dan kondisi fasilitas dalam
menunjang aktivitas di PPP Lampulo, Banda Aceh.
3) Menentukan rasio keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang
aktivitas di PPP Lampulo, Banda Aceh.
1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan
informasi/bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah, pihak pelabuhan, dan
pihak terkait untuk mengambil kebijakan yang berkaitan dengan keberadaan,
kebutuhan, dan kondisi fasilitas di PPP Lampulo, Banda Aceh.
TINJAUAN PUSTAKA
2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurangkurangnya 10 GT;
3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya
sekurang-kurangnya minus 2 m;
4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 30 kapal perikanan atau jumlah
keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT kapal perikanan sekaligus; dan
5) Memiliki lahan sekurang-kurangnya seluas 5-15 ha.
2.1.2
Menurut Lubis (2006), fungsi pelabuhan dalam arti khusus selalu berkaitan
dengan tipe yaitu jika pelabuhan beskala kecil mempunyai fungsi tidak selengkap
dan mempunyai kapasitas fasilitas tidak sebesar pelabuhan berskala besar.
Dalam rangka pengembangan pelabuhan perikanan, pemerintah membangun
dan membina pelabuhan perikanan sesuai dengan penjelasan pasal 41 ayat 1 UU
No. 31 tahun 2004 mengenai perikanan yang berfungsi sebagai berikut :
1) Tempat tambat labuh kapal perikanan;
2) Tempat pendaratan ikan;
3) Tempat pemasaran dan distribusi ikan;
4) Tempat pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan;
5) Tempat pengumpulan data perikanan;
6) Tempat penyelenggaraan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan;
dan
7) Tempat untuk memperlancar kegiatan operasional kapal perikanan.
Menurut Lubis (2006), beberapa fungsi pelabuhan perikanan di atas belum
tercapai karena kebijakan pemerintah yang masih sangat terbatas baik dalam
mendukung aktivitas perikanan tangkap maupun yang mendukung aktivitas
kepelabuhanan. Selanjutnya dikatakan bahwa terlaksana atau tidaknya fungsifungsi pelabuhan perikanan secara optimal, akan dapat mengindikasikan tingkat
keberhasilan pengelolaan suatu pelabuhan perikanan.
2)
Distribusi yaitu :
Tempat transaksi jual beli
Terminal untuk pendistribusian ikan
Pusat pengolahan hasil laut
3)
2.2
penunjang
adalah
fasilitas
yang
secara
tidak
langsung
Fasilitas
2.3
optimal, dengan kata lain sarana pelabuhan perikanan yang ada dapat digunakan
untuk mengelola aktivitas pelayanan pelabuhan perikanan yang meliputi proses
pendaratan, penanganan, pengolahan, dan pemasaran ikan
1) Pendaratan
Pengelolaan aktivitas pendaratan ikan di pelabuhan perikanan meliputi proses
antara lain pembongkaran, penyortiran, dan pengangkutan hasil tangkapan ke TPI.
Pada umumnya ikan yang didaratkan di beberapa pelabuhan perikanan di
Indonesia sebagian besar berasal dari kapal penangkap ikan, hanya sebagian kecil
berasal dari tempat pendaratan lain yang dibawa ke pelabuhan itu menggunakan
alat transportasi darat (Indrianto, 2006).
dibawa ke TPI dan selanjutnya dilakukan pelelangan ikan sebagai awal dari
proses pemasaran ikan.
2) Penanganan
Penanganan ikan segar di pelabuhan perikanan dapat dilakukan dengan
menggunakan es. Hal ini berguna untuk mempertahankan mutu ikan tersebut
sehingga waktu pemasaran dapat lebih lama. Terkait dengan hal ini fasilitas yang
berkaitan dengan aktivitas penanganan ikan antara lain yaitu TPI, instalasi air
bersih, dan pabrik es (Mulyadi, 2007).
merupakan salah satu bahan utama yang harus dibawa, pada saat operasi
penangkapan ikan. Es tersebut juga digunakan untuk mempertahankan mutu hasil
tangkapan.
higienik, dan tetap mempertahankan suhu ikan serendah mungkin. Pada saat ikan
dibongkar, ikan tetap diberi es agar tidak terjadi peningkatan suhu. Perubahan
suhu yang terjadi selama pembongkaran ikan ke dermaga sangat berpengaruh
terhadap kesegaran ikan. Ikan harus dihindarkan dari pancaran sinar matahari
langsung yang dapat membuat ikan mengeluarkan cairan tubuh lebih banyak, hal
inilah yang dapat menurunkan kualitasnya.
(2) Penanganan di TPI
Di TPI, ikan tidak boleh diletakkan begitu saja di atas lantai, dilangkahi
atau diinjak. Ikan tidak boleh diletakkan pada lantai yang kotor. Selain itu,
memindahkan wadah yang berisi ikan sebaiknya diangkat, tidak diseret di atas
lantai (Ilyas, 1983 vide Yundari, 2005).
Pendistribusian ikan
dilakukan dengan alat transportasi, suhu ikan dipertahankan dingin dengan cara
menambahkan es selama perjalanan. Untuk mempertahankan suhu dingin secara
efisien dan efektif, ikan dimasukkan dalam stereofom tertutup. Transportasi jarak
jauh sebaiknya dilakukan pada malam hari untuk menjaga kualitas ikan.
Penyortiran dilakukan menurut jenis, ukuran dan kualitas ikan, selama
penyortiran dilakukan pencucian dan pengesan ulang. Ikan diangkut dan diberi
label khusus untuk diekspor. Ikan yang telah diberi label akan dibungkus dan
ditempatkan kedalam bak penampungan khusus yang telah diberi es curah untuk
3) Pengolahan
Ikan hasil tangkapan yang telah didaratkan di pelabuhan selanjutnya akan
dilelang dan dipasarkan dalam bentuk olahan maupun keadaan segar. Pengolahan
terhadap ikan hasil tangkapan dilakukan untuk memberikan nilai tambah.
Aktivitas pengolahan ikan hasil tangkapan di pelabuhan biasanya dilakukan pada
saat musim ikan untuk menampung produksi perikanan yang tidak habis terjual
dalam bentuk segar (Indrianto, 2006).
Menurut Lubis (2006), jenis olahan yang umumnya berada di pelabuhan
perikanan Indonesia kecuali Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta, masih
bersifat tradisional dan belum memperhatikan kualitas ikan, sanitasi, dan cara
pengepakan yang baik seperti pengasinan dan pemindangan. Jenis olahan lainnya
sering dijumpai di lingkungan luar pelabuhan seperti krupuk dan terasi. Hasilhasil olahan tersebut selanjutnya akan dipasarkan ke konsumen.
4) Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu tindakan atau keputusan yang berhubungan
dengan pergerakan barang dan jasa dari produsen sampai konsumen (Hanafiah
dan Saefudin, 2002). Kegiatan pemasaran yang dilakukan di suatu pelabuhan
perikanan adalah bersifat lokal, nasional, maupun ekspor tergantung dari tipe
pelabuhan tersebut. Pada dasarnya pemasaran produksi hasil tangkapan bertujuan
untuk menciptakan mekanisme pasar yang menguntungkan baik bagi para nelayan
maupun pedagang.
pedagang besar
pedagang lokal
b. TPI
pedagang besar
pedagang lokal
c. TPI
pengecer
konsumen
pengecer
konsumen
konsumen
5) Penyaluran perbekalan
Penjualan atau pengisian perbekalan yang berkaitan dengan fasilitas
pelabuhan perikanan saat ini adalah es, penjualan air bersih, penyaluran BBM,
dan suku cadang.
METODOLOGI
Fasilitas vital, antara lain: dermaga pendaratan ikan dan muat, kolam
pelabuhan, sistem rambu-rambu yang mengatur keluar masuknya kapal,
tempat pelelangan ikan, pabrik es, tangki dan instalasi air, tempat penyediaan
bahan bakar, bengkel reparasi kapal, dan kantor administrasi.
2)
3)
b.
c.
d.
b.
c.
Jumlah penduduk.
:
: banyaknya kelas
: banyaknya data
pemilihan kategori dilandasi oleh nilai pengkategorian yang lebih sederhana dan
mudah, yakni kategori baik sekali, baik, cukup, buruk, dan buruk sekali. Dalam
penganalisaan untuk fasilitas vital, penting, dan pelengkap diasumsikan
mempunyai bobot yang sama yaitu 24. Menurut Walpole (1988), pemilihan 5
kategori ini biasanya banyaknya selang kelas diambil antara 5 sampai 20.
Semakin sedikit banyaknya data, semakin sedikit pula banyaknya kelas yang
diambil.
Dengan pendekatan Sturges dapat dilakukan pembagian jumlah masingmasing kelompok fasilitas (vital, penting, dan pelengkap) untuk keberadaan
fasilitas dan kondisi fasilitas dengan pendekatan sebaran merata yang dapat
dirumuskan sebagai berikut (Novianti, 2008):
JFK =
Keterangan
JFK
JKF
5
JKF
5
:
: Jumlah fasilitas per kategori
: Jumlah perkelompok
: Kategori yang ditetapkan
Ka
n 1
n 1
Keterangan
Ka
n
:
: banyaknya kategori per kelompok fasilitas
: banyaknya fasilitas yang seharusnya ada
Jumlah kategori
Menurut Novianti
JFK
dengan
JKF
Ka
3.5.1
fasilitas beserta kondisi fasilitas tersebut, baik fasilitas vital, penting, dan fasilitas
pelengkap yang ada di PPP Lampulo (Tabel 1).
1) Keberadaan fasilitas di PPP Lampulo
Analisis dilakukan dengan menggunakan tabel berikut
Kelompok
Fasilitas
1
2
3
Vital
Keberadaan Fasilitas
Ada
Tidak Ada
Fasilitas
Jumlah
Persentase (%)
1
2
3
Penting
Jumlah
Persentase (%)
1
2
3
Pelengkap
Jumlah
Persentase (%)
FASILITAS
VITAL
Baik Sekali
Baik
Cukup
Buruk
Buruk Sekali
FASILITAS
PELENGKAP
FASILITAS
PENTING
10
Baik Sekali
Baik
Cukup
Baik Sekali
Buruk
Baik
Buruk Sekali
Cukup
Buruk
Buruk Sekali
Gambar 1 Skema jumlah per kelompok fasilitas per kategori yang telah
ditetapkan (Novianti, 2008)
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kategori
Buruk
2
1
1
Buruk Sekali
0
10
2
2
10
Jumlah Fasilitas
Fasilitas Vital
Fasilitas Penting
Fasilitas Pelengkap
Kelompok
Fasilitas
1
2
3
Vital
Fasilitas
Layak
Pakai
Jumlah
Persentase (%)
1
2
3
Penting
Jumlah
Persentase (%)
1
2
3
Pelengkap
Jumlah
Persentase (%)
Kondisi Fasilitas
Melampaui
Tidak dapat
Kapasitas
Digunakan
12
KELOMPOK
FASILITAS
KONDISI
FASILITAS
KATEGORI
Layak Pakai
81 - 100 %
0 - 19 %
Baik Sekali
61 - 80 %
20 - 39 %
Baik
41 - 60 %
40 - 59 %
Cukup
21 - 40 %
60 - 79 %
Buruk
0 - 20 %
80 - 100 %
Buruk Sekali
VITAL
PENTING
PELENGKAP
Baik Sekali
100%
19%
Kategori
Baik
80%
39%
60%
59%
Cukup
40%
Buruk
Buruk Sekali
0
79%
20%
100%
20
40
60
80
100
120
Kelompok
Fasilitas
1
2
3
Vital
Keberadaan Fasilitas
Seharusnya
Ada
Ada
Fasilitas
Kebutuhan Fasilitas
ADP
ANBP
BANP
BANBP
Jumlah
Persentase (%)
1
2
3
Penting
Jumlah
Persentase (%)
1
2
3
Pelengkap
Jumlah
Persentase (%)
Ket : ADP = ada dan diperlukan; ANBP = ada namum belum diperlukan; dan BANP = belum ada namun diperlukan;
BANBP = belum ada namun belum diperlukan (Novianti, 2008)
Banyaknya kategori
KATEGORI
Jumlah Fasilitas
4 Fasilitas atau
Lebih
4/>
Baik Sekali
Baik
Cukup
Buruk
Buruk Sekali
Baik Sekali
2
2 Fasilitas
Baik Sekali
Cukup
Buruk Sekali
Baik Sekali
Buruk Sekali
1 Fasilitas
3 Fasilitas
Baik
Buruk
Buruk Sekali
Baik
Sekali
Baik
Sekali
Baik
33
Baik
Kategori
Cukup
Buruk
2
33
Buruk
0
Sekali
0
Baik
Sekali
11
2
11
1
Buruk
0
Sekali
Buruk
0
Sekali
Baik
Sekali
Cukup
Buruk
22
3 Fasilitas
2 Fasilitas
Buruk
0
Sekali
1 Fasilitas
KEBUTUHAN FASLITAS
4 Fasilitas atau
Lebih
3 Fasilitas
ADP &
BANBP
ANBP &
BANP
KATEGORI
81-100%
0-19%
Baik Sekali
61-80%
20-39%
Baik
41-60%
40-59%
Cukup
21-40%
60-79%
Buruk
0-20%
80-100%
Buruk Sekali
76-100%
0-24%
Baik Sekali
51-75%
25-49%
Baik
26-50%
50-74%
Buruk
0-25%
75-100%
Buruk Sekali
2 Fasilitas
67-100%
0-33%
Baik Sekali
34-66%
34-66%
Cukup
0-33%
67-100%
Buruk Sekali
100%
0%
Baik Sekali
0%
100%
Buruk Sekali
1 Fasilitas
memiliki persentase yang besar, hal ini mengindikasikan bahwa banyak aktivitas
di PPP Lampulo yang berjalan kurang baik. Hal-hal inilah yang menjadi dasar
pengelompokan kebutuhan fasilitas, yakni ADP dan BANBP; serta ANBP dan
BANP.
20
40
Cukup
Buruk
80
81-100%
Baik
Sekali 0-19%
Baik
60
61-80%
20-39%
100
0
Baik
Sekali
80
100
76-100%
0-24%
Baik
Sekali
40
20
60
67-100%
0-33%
80
100
20
0
Baik
Sekali 0%
40
60
80
100
100%
51-75%
Baik
25-69%
41-60%
34-66%
Cukup
40-59%
34-66%
21-40%
Buruk
26-50%
50-74%
60-79 %
Buruk
Sekali
60
40
20
0-20 %
80-100 %
Buruk
Sekali
0-25%
75-100%
Buruk
Sekali
0-33%
3 Fasilitas
ADP & BANBP
67-100%
2 Fasilitas
Buruk
Sekali
0%
100%
1 Fasilitas
fasilitas yang telah melampaui kapasitas dan yang tidak dapat digunakan
persentasenya besar maka dapat diindikasikan bahwa fasilitas kurang berjalan
baik sehingga diperlukan penambahan jenis dan kapasitas fasilitas serta
perbaikannya. Secara ringkas pengelompokkan kondisi fasilitas adalah :
(a) Layak pakai;
(b) Melampaui kapasitas; dan
(c) Tidak dapat digunakan.
3.5.3
dan
kebutuhan
fasilitas
dalam
Perbandingan
Ada
Seharusnya Ada
(100%)
ADP
Seharusnya Ada
(100%)
ANBP
Seharusnya Ada
(100%)
BANP
Seharusnya Ada
(100%)
Kategori
Vital
Penting
Pelengkap
Vital
Penting
Pelengkap
Vital
Penting
Pelengkap
Vital
Penting
Pelengkap
Ket : ADP = ada dan diperlukan; ANBP = ada namum belum diperlukan; dan BANP = belum ada namun
diperlukan (Novianti, 2008)
Kategor
Kategori
i
Interval Persentase
Total
Ad
Ada; ADP
Baik Sekali
Seharusnya
Ada
Interval Persentase
Total
A d BANP
ANBP;
a
81-100 %
0-19 %
Baik
61-80 %
20-39 %
Cukup
41-60 %
100 %
40-59 %
Buruk
21-40 %
60-79 %
Buruk Sekali
0-20 %
80-100 %
Gambar 9
Seharusnya
Ada
100 %
Skema pembagian interval persentase untuk masingmasing kelompok fasilitas per kategori yang telah
ditetapkan untuk seluruh aktivitas (Novianti, 2008)
Menurut Novianti (2008), pembagian kategori pun dibagi atas lima kategori
beserta interval persentase untuk keberadaan dan kebutuhan fasilitas yang
dilakukan dengan pendekatan sebaran merata. Fasilitas yang seharusnya ada
tidak terbagi-bagi menjadi interval persentase disebabkan fasilitasnya memang
seharusnya dimiliki dalam mendukung suatu aktivitas di pelabuhan perikanan.
Selain itu, fasilitas yang seharusnya ada pun dijadikan dasar perbandingan
dengan komponen-komponen lainnya.
Sebaliknya jika
persentase yang diperoleh kelompok ANBP dan BANP semakin besar maka
kategori yang diperoleh akan semakin buruk.
Ada
Tidak Ada
Kebutuhan Fasilitas
ADP
ANBP
BANP
BANBP
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
Ket: ADP = Ada dan diperlukan; ANBP = ada namum belum diperlukan; dan
BANP = belum ada namun diperlukan; BANBP = Belum ada namun belum
diperlukan (Novianti, 2008)
menjelaskan secara keseluruhan fasilitas yang telah ada dan tidak ada beserta
kebutuhan fasilitas tersebut di PPP Lampulo dan menurut Novianti (2008), pada
tabel ini juga akan memperlihatkan kebutuhan fasilitas mana yang menjadi
prioritas untuk direalisasikan keberadaannya.
(NAD) memiliki posisi yang sangat strategis yaitu terletak di penghujung sebelah
Barat wilayah Republik Indonesia yang berbatasan dengan Negara-Negara Asia
Selatan, dikelilingi oleh Selat Malaka dan Samudera Hindia yang memiliki
potensi sumberdaya perikanan yang sangat tinggi.
Secara administratif Kota Banda Aceh terdiri dari 9 (sembilan) kecamatan
dengan 69 (enam puluh sembilan) desa dan 20 (dua puluh) kelurahan. Lokasi PPP
Lampulo berada pada wilayah Kampung Lampulo, Kecamatan Kuta Alam, Kota
Banda Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Secara geografis Kota Banda
Aceh terletak antara 05 30 45-05 36 16 LU dan 95 16 15-95 22 35 BT.
Batas-batas wilayah Banda Aceh sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar
Sebelah Timur berbatasan dengan Samudera Hindia
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar
Kota Banda Aceh memiliki garis pantai sepanjang kurang lebih 45 km yang
membentang dari Utara hingga Barat Laut dengan perairan laut mencakup Selat
Malaka yang memiliki kedalaman rata-rata 200 meter dengan penyebaran salinitas
sekitar 34 ppt dan perairan Samudera Hindia yang kedalamannya melebihi 200
meter merupakan perairan perikanan yang potensial dengan stok ikan yang cukup
tinggi baik pelagis maupun demersal.
Wilayah Kota Banda Aceh yang memiliki luas 61,36 km dengan jumlah
penduduk lebih kurang 221.050 jiwa merupakan daerah pesisir/pantai, daerah
hilir, Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Aceh, dataran rendah berawa-rawa dan
cekungan dengan ketinggian di bawah permukaan laut yang sangat potensial
untuk terjadinya genangan banjir di wilayah tersebut.
4.1.2
Keadaan penduduk
Penduduk Banda Aceh berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik tahun
2004-2008 dapat dilihat pada tabel mengalami penurunan dari tahun 2004 ke
tahun 2005. Hal ini dikarenakan terjadinya bencana tsunami yang terjadi pada
tahun 2004.
Jumlah dan pertumbuhan penduduk Banda Aceh dari
tahun 2004-2008
Tabel 6
28.362
18.758
18.787
23.088
22.893
26.356
16.275
16.301
20.621
20.899
54.718
35.033
35.088
43.746
43.792
-35,98
0,16
24,68
0,11
Sumber : Biro Pusat Statistik (BPS) Banda Aceh, 2009 (data diolah kembali)
30,00
20,00
50.000
0,00
30.000
-10,00
20.000
Pertumbuhan (%)
Jumlah Penduduk
10,00
40.000
-20,00
10.000
-30,00
-40,00
2004
2005
2006
2007
2008
Tahun
Jumlah Penduduk
Pertumbuhan (%)
4.1.3
penangkapan ikan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya yang
terdiri atas kapal/perahu, alat tangkap, dan nelayan.
1)
Kapal
Kapal merupakan unit penangkapan yang berfungsi sebagai sarana untuk
Perahu Tanpa
Motor
2004
2005
2006
2007
2008
35
3
3
3
3
Jumlah (unit)
Motor
Kapal
tempel
Motor
80
295
14
91
14
130
14
130
14
130
Jumlah
Pertumbuhan
(%)
410
108
147
147
147
-73,66
36,11
0,00
0,00
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2009 (data diolah kembali)
350
Jumlah (unit)
300
250
200
150
100
50
0
2004
2005
2006
2007
2008
Tahun
Perahu Tanpa Motor
Motor Tempel
Kapal Motor
2)
Alat tangkap
Alat tangkap merupakan unit penangkapan ikan yang menentukan tujuan
jenis ikan hasil tangkapan. Jenis alat tangkap yang digunakan di Banda Aceh
diantaranya pukat cincin, jaring klitik, dan pancing (Tabel 8)
Tabel 8 Perkembangan alat tangkap di Banda Aceh dari tahun
2004-2008
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
Komposisi (%)
tahun 2008
13,19
Pancing
192
168
25
25
35
24,31
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2009 (data diolah kembali)
Pancing
24,31%
Jaring Klitik
13,19 %
Pukat Cincin
62,50 %
3)
Nelayan
Nelayan merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menunjang
keberhasilan suatu operasi penangkapan ikan. Dalam hal ini nelayan berperan
dalam menentukan daerah penangkapan ikan dan melakukan operasi penangkapan
ikan. Pada Tabel 9 menunjukkan bahwa nelayan di Banda Aceh terbagi ke dalam
tiga kategori yaitu nelayan penuh (nelayan yang seluruh waktu kerjanya
digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan), nelayan sambilan utama
(nelayan yang sebagian besar waktunya untuk melakukan operasi penangkapan
ikan), dan kategori terakhir yaitu nelayan sambilan tambahan (nelayan yang
sebagian kecil waktunya digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan).
Mayoritas nelayan di Banda Aceh merupakan penduduk asli Banda Aceh,
tetapi ada juga nelayan pendatang yang berasal dari Sigli dan Bireun juga luar
Banda Aceh.
Tabel 9
Tahun Nelayan
Penuh
2004
2005
2006
2007
2008
1.203
95
1.146
1.146
1.146
Jumlah
Pertumbuhan
(%)
1.535
146
1.493
1.493
1.493
-90,49
922,60
0,00
0,00
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2009 (data diolah kembali)
Jumlah nelayan penuh paling banyak di Banda Aceh yaitu 1.203 orang
pada tahun 2004 dan mengalami penurunan tahun 2005 sebesar 1.108 orang
dikarenakan terjadinya bencana tsunami. Tahun 2006, jumlah nelayan mulai
bertambah yaitu 1.146 orang dari 95 orang pada tahun 2005. Hal ini disebabkan
telah mulai normalnya kembali aktivitas perikanan tangkap pasca tsunami dan
adanya nelayan dari luar Banda Aceh yang menetap di Banda Aceh. Jumlah
nelayan pada tahun berikutnya tidak mengalami peningkatan lagi yang mungkin
dikarenakan oleh pihak pelabuhan di lapangan tidak memperbaharui jumlah
nelayan yang ada atau jumlah nelayan di Banda Aceh yang tidak bertambah juga
bisa dikarenakan sistem pendataan yang kurang baik oleh pihak pengelola
pelabuhan. Nelayan sambilan utama lebih banyak daripada nelayan sambilan
tambahan yaitu 231 dan 116 pada tahun 2006 (Gambar 13).
Jumlah (unit)
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
2004
2005
2006
2007
2008
Tahun
Nelayan Penuh
4.1.4
Banda Aceh.
Jumlah dan nilai produksi hasil tangkapan di Banda Aceh
dari tahun 2004-2008
Tabel 10
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
7.203,2
3.223,2
7.213,0
5.919,0
6.136,3
51.688.950,0
26.943.909,0
41.876.375,6
47.955.434,5
83.428.853,6
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2009
Produksi ikan paling tinggi yaitu pada tahun 2004 sebesar 7.203,20 ton
dengan nilai produksi Rp51.688.950,0. Pada tahun 2005, terjadinya penurunan
tajam dari 7.203,2 ton menjadi 3.223,2 karena adanya bencana tsunami. Produksi
ikan kembali meningkat tahun 2006 sebesar 7.213,0 ton dan mengalami
penurunan pada tahun 2007 yaitu 5.919,0 ton. Hal ini diindikasi karena pada
tahun 2007 terjadi gelombang pasang yang mengakibatkan banyaknya nelayan
tidak melaut sehingga produksi ikan mengalami penurunan. Tetapi produksi ikan
meningkat lagi pada tahun 2008 dengan nilai produksi yang tinggi yaitu 6.136,3
8.000,00
90000
7.000,00
80000
6.000,00
70000
60000
5.000,00
50000
4.000,00
40000
3.000,00
30000
2.000,00
20000
1.000,00
10000
0,00
0
2004
2005
2006
2007
2008
Tahun
Produksi ikan
Nilai Produksi
dan Oktober, musim sedang pada bulan Mei sampai September, sedang musim
paceklik terjadi pada bulan Desember dan Januari.
Musim penangkapan
ikan/udang yaitu pada musim barat antara bulan April sampai dengan bulan
September, pada musim timur antara bulan Oktober sampai dengan Maret.
Musim peralihan I antara Maret sampai dengan April, dan musim peralihan II
antara bulan Oktober sampai dengan November. Musim puncak biasanya terjadi
antara bulan Maret sampai dengan Mei dan bulan November sampai dengan
Januari (Dinas Kelautan dan Perikanan NAD, 2003).
Pencarian daerah penangkapan ikan oleh nelayan di PPP Lampulo
umumnya belum mempunyai pedoman yang tetap, melainkan berdasarkan pada
pengalaman-pengalaman sebelumnya.
penangkapan ikan di suatu lokasi akan diulang dengan melakukan kembali operasi
penangkapan di lokasi yang sama pada hari berikutnya. Apabila musim sedikit
ikan tiba, maka nelayan akan pindah untuk mencari daerah penangkapan ikan
yang baru. Daerah penangkapannya yaitu di sekitar perairan Banda Aceh, Laut
Aceh, Calang, Pulo Raya, Sabang, dan Perbatasan Nicobar. Kebanyakan nelayan
Lampulo menangkap ikan sekitar 3-100 mil dari Daerah Lampulo.
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
2.793.475
5.461.230
4.589.312
5.448.647
6000
60000
5000
50000
4000
40000
3000
30000
2000
20000
1000
10000
0
2004
2005
2006
2007
2008
Tahun
Produksi ikan
Nilai Produksi
5.3.1
penelitian yang telah dilakukannya terdapat fasilitas vital, fasilitas penting, dan
fasilitas pelengkap (Tabel 12) maka PPP Lampulo sebagai salah satu pelabuhan
perikanan yang terbesar di NAD memiliki fasilitas-fasilitas yang cukup lengkap
walaupun masih terdapat fasilitas yang perlu perbaikan dan yang belum ada.
1)
Fasilitas vital
Menurut Lubis et al. (2005), kesembilan fasilitas pelabuhan perikanan yang
bersifat vital yaitu dermaga pendaratan ikan dan muat, kolam pelabuhan, sistem
rambu-rambu yang mengatur keluar masuknya kapal, tempat pelelengan ikan
(TPI), pabrik es, tangki dan instalasi air, tempat penyediaan bahan bakar, bengkel
reparasi kapal, dan kantor administrasi.
Perikanan Pantai Lampulo tidak dilengkapi dengan fender sehingga dapat terjadi
benturan dan gesekan ketika kapal merapat untuk melakukan pembongkaran ikan
ataupun mengisi perbekalan untuk kembali melaut.
Sampai saat ini dermaga di Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo masih
digunakan sebagaimana fungsinya namun sering terjadi antrian kapal yang akan
mendaratkan hasil tangkapannya. Kapal yang mendaratkan hasil tangkapannya di
PPP Lampulo sebanyak 30 unit kapal/hari sedangkan dermaga hanya dapat
menampung sebanyak 10 unit kapal/hari.
Gambar 16
ketersediaan fasilitas yang memadai di PPP Lampulo dapat menjadi daya tarik
bagi aktivitas kapal-kapal penangkapan ikan yang sebelumnya tidak melakukan
pendaratan, agar dapat melakukan pendaratannya di PPP Lampulo.
transaksi jual beli juga sebagai tempat kegiatan penyortiran ikan, penimbangan,
dan pengepakan ikan yang terjual (Gambar 18)
Toke bangku
merupakan penyedia modal kerja melaut bagi para nelayan untuk mencari ikan di
laut dan telah dipercayakan oleh nelayan untuk menjualkan hasil tangkapannya.
Toke bangku juga yang menentukan harga pasar dan segmentasi pasar.
Dari hasil pengamatan di lapangan, aktivitas pendaratan yang dilakukan di
TPI PPP Lampulo sebanyak 2 kali/hari, yaitu pada pagi hari pukul 06.00 dan
menjelang malam atau sore hari pukul 18.00. Hal ini dikarenakan operasional
penangkapan yang dilakukan one day fishing sehingga pendaratan ikan secara
umum dilakukan pada pagi hari untuk kapal yang melakukan operasional malam
hari dan didaratkan malam hari untuk kapal yang melakukan penangkapan pagi
hari.
Semenjak dibangun pasca tsunami, kondisi bangunan TPI sekarang masih
layak untuk digunakan tetapi dari segi tingkat kebersihan TPI yang masih kurang.
Hal ini dapat dilihat dari kondisi lantai TPI yang kotor dan karena sering
tergenang air mengakibatkan lantai TPI berlubang, saluran pembuangan yang
penuh oleh sampah.
Kondisi TPI saat ini masih memenuhi kebutuhan para nelayan untuk
melakukan transaksi, namun pada saat-saat tertentu seperti musim ikan terjadi
antrian, sehingga terkesan TPI tidak dapat menampung aktivitas transaksi
penjualan hasil tangkapan. Kurangnya luasnya TPI, mengakibatkan para nelayan
mengambil alternatif penjualan hasil tangkapan dengan memanfaatkan pelataran
dermaga sebagai tempat penjualan alternatif.
Dengan
2)
Fasilitas penting
Merupakan fasilitas yang jelas diperlukan agar pelabuhan perikanan (PP) dan
pangkalan pendaratan ikan (PPI) dapat berfungsi dengan baik, namun realisasinya
dapat ditunda (Lubis et al., 2005). Fasilitas penting tersebut yaitu generator
listrik, kantor kepala pelabuhan, tempat parkir, pos penghubung radio (SSB), dan
ruang pengepakan. PPP Lampulo memiliki kelima fasilitas penting tersebut.
Gambar 25
b
Gambar 26
penghubung radio (SSB). SSB ini dapat digunakan oleh pihak Satker pengawasan
Lampulo. Kondisi pos penghubung radio (SSB) masih layak pakai (Gambar 27).
Gambar 28
Ruang Pengepakan
3)
Fasilitas pelengkap
Menurut Lubis et al. (2005), fasilitas pelengkap adalah fasilitas yang
terdiri dari dermaga muat terpisah, slipway, ruang pertemuan, toilet, pos
penjagaan, balai pertemuan nelayan, rumah dinas, mushola, mobil dinas, dan
motor dinas. Dari kesepuluh fasilitas pelengkap ini, PPP Lampulo tidak memiliki
dermaga muat terpisah, slipway, rumah dinas, dan mobil dinas.
(1) Fasilitas dermaga muat terpisah
Fasilitas ini belum terdapat di PPP Lampulo. Fasilitas ini masih dalam tahap
realisasi oleh pihak pelabuhan.
(2) Fasilitas slipway
Fasilitas slipway yang dipergunakan untuk memperbaiki lunas kapal-kapal
yang rusak. Selain itu, slipway juga digunakan untuk pemeliharaan kapal seperti
seperti pengecatan dan pembersihan teritip dari dinding luar kapal (Gambar 29).
Gambar 29
Slipway
Saat ini terdapat hanya satu buah slipway yang dalam kondisi masih dapat
digunakan. Slipway ini baru dapat beraktifitas kembali pasca tsunami dan baru
berjalan 3 bulan sejak Januari 2009.
(3) Fasilitas ruang pertemuan
PPP Lampulo memiliki ruang pertemuan dengan luas 70 m (Gambar 30).
Ruang pertemuan ini digunakan ketika ada acara pertemuan yang diadakan oleh
pihak PPP Lampulo baik itu dengan pihak nelayan maupun dengan instansi
terkait.
Kondisi ruangan ini masih layak pakai dengan kapasitas yang dapat
menampung 50 orang. Tetapi jika ada acara dan pertemuan yang melibatkan
massa yang besar maka pihak PPP Lampulo menggunakan balai pertemuan
nelayan yang letaknya tidak jauh dari UPTD Lampulo.
Gambar 30
Ruang pertemuan
Gambar 31
Kondisi toilet di PPP Lampulo saat ini sudah tidak layak pakai lagi (Gambar
31). Hal ini dikarenakan tidak ada petugas yang membersihkan toilet tersebut.
Selain itu, pihak nelayan yang menggunakan toilet tersebut masih kurang
kesadaran untuk menjaga kebersihannya sehingga tidak dapat digunakan lagi.
Oleh karena itu, pihak UPTD telah merencakan untuk memperbaiki fasilitas toilet.
Gambar 32
Tarif yang dikenakan untuk parkir di PPP Lampulo berbeda untuk setiap
jenis kendaraan. Pemuda desa setempat yang bertugas menarik tarif masuk juga
memiliki tanggung jawab lain yaitu menjaga keamanan di kawasan PPP Lampulo
dengan bekerjasama dengan pihak satpol di PPP Lampulo.
Kedua pos penjagaan ini berada dalam kondisi yang masih layak tetapi hanya
perlu perbaikan sedikit dan penambahan fasilitas pendukungnya yaitu kursi untuk
tempat duduk para pemuda.
(6) Fasilitas balai pertemuan nelayan
Berbeda dengan fasilitas lain yang ada di PPP Lampulo yang dimiliki oleh
pihak UPTD dan pihak Perum, maka balai pertemuan nelayan ini dimiliki oleh
Panglima Lat. Balai pertemuan nelayan ini digunakan oleh Panglima Lat
untuk mengumpulkan seluruh nelayan yang ada di Lampulo ketika untuk rapat
dan mengadakan berbagai acara.
Panglima Lat merupakan sebuah nama lembaga juga gelar atau jabatan
dari seorang nelayan yang dituakan dan memimpin lembaga ini (Anonim, 2008).
Panglima Lat berfungsi dan bertugas sebagai pembantu pemerintah dalam
membantu pembangunan perikanan, melestarikan adat istiadat, dan kebiasaan-
tiga
tingkatan
yaitu
Panglima
Lat
Lhk,
Panglima
Lat
Panglima Lat
Sementara
Panglima
Lat
Provinsi
mengkoordinir
kewenangan untuk memberikan larangan melaut selama satu minggu bagi setiap
pelanggaran peraturan/hukum yang dilakukan oleh seorang nelayan. Bila nelayan
Gambar 33
Balai pertemuan nelayan ini memiliki luas 576 m dan terdiri dari dua lantai.
Lantai pertama digunakan untuk pendataan nelayan dan lantai kedua merupakan
aula untuk pertemuan nelayan. Fasilitas ini selesai dibangun pasca tsunami pada
tahun 2007 melalui bantuan dari pihak Jepang. Kondisinya pun masih dalam
keadaan layak pakai dan kapasitasnya masih mencukupi.
(7) Fasilitas rumah dinas
Sebelum tsunami, fasilitas rumah dinas terdapat di PPP Lampulo. Tetapi
pasca tsunami, fasilitas ini belum dibangun kembali. Hal ini dikarenakan masih
banyak fasilitas yang harus diprioritaskan untuk dibangun.
(8) Fasilitas mushola
Kondisi mushola yang ada sekarang masih layak dan berfungsi (Gambar 34).
Mushola tersebut sedang direnovasi dan dikembangkan sehingga untuk
mengantisipasinya pihak toke bangku bekerjasama dengan pihak pelabuhan
membangun mushola kecil disamping pos penjagaan dekat pintu masuk gerbang
PPP Lampulo. Untuk sementara sebagian para nelayan dan pegawai pelabuhan
melakukan ibadahnya di mesjid yang terletak tidak jauh dari kawasan PPP
Lampulo.
Gambar 34
5.3.2
berdasarkan fasilitas vital, penting, dan pelengkap yaitu dari 9 fasilitas vital yang
seharusnya ada, maka di PPP Lampulo hanya memiliki 8 fasilitas vital atau
88,89%.
Tabel 12 Keberadaan fasilitas di PPP Lampulo
No.
Kelompok
Fasilitas
Fasilitas
Kolam pelabuhan
Sistem rambu-rambu
4
5
6
7
8
9
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Vital
Penting
Pelengkap
Keberadaan Fasilitas
Ada
Tidak Ada
8
88,89
1
11,11
5
100
7
70
3
30
navigasi yang ada sudah rusak akibat tsunami dan belum terealisasinya
pengadaannya pasca tsunami. Fasilitas rambu-rambu harus segera direalisasikan
mengingat pentingnya keberadaan fasilitasnya ini dalam menunjukkan arah bagi
kapal-kapal penangkapan ikan untuk berlabuh di kolam pelabuhan dan merapat ke
dermaga. Ketiadaan salahsatu fasilitas vital sudah seharusnya diwujudkan agar
PPP Lampulo dapat melaksanakan fungsinya secara optimal.
PPP Lampulo memiliki keseluruhan fasilitas yang dikategorikan fasilitas
penting, persentasenya mencapai 100% dan semua fasilitas penting tersebut telah
berfungsi dengan baik.
Lubis et al. (2005) bahwa fasilitas penting adalah fasilitas yang penting
diperlukan agar pelabuhan perikanan (PP) dan pangkalan pendaratan ikan (PPI)
dapat berfungsi dengan baik, namun realisasinya dapat ditunda.
Fasilitas pelengkap memiliki persentase terendah apabila dibandingkan
dengan persentase fasilitas vital dan penting.
Kategori
Baik Sekali
10
Baik
9
8
7
Cukup
8
7
6
Buruk
Buruk Sekali
dilakukan pada tahap ketiga setelah dua kelompok fasilitas lainnya terpenuhi serta
ketiadaanya tidak terlalu menghambat aktivitas kepelabuhanan. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa PPP Lampulo telah berkembang dengan baik karena
hasil perolehan kategori fasilitas vital dan penting.
fasilitas yang ada di PPP Lampulo yaitu fasilitas vital, penting, dan pelengkap
dapat diketahui kategorinya antara mendekati baik sampai baik sekali.
Baik Sekali
10
8
Kategori
5
Baik
8
7
Cukup
3
0
6
4
10
12
Jumlah Fasilitas
Fasilitas Vital
Fasilitas Penting
Fasilitas Pelengkap
berdasarkan
) di PPP
perlu mendapat perhatian selain keberadaannya juga kondisi dari fasilitas tersebut.
Kondisi dari tiap fasilitas yang baik atau layak pakai akan menentukan seberapa
besar dari jenis fasilitas tersebut dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh para
pengguna secara optimal dalam menjalankan fungsinya.
Dari kondisi fasilitas yang tertera pada Tabel 14, kelompok fasilitas vital
yang merupakan fasilitas dasar yang diperlukan oleh suatu pelabuhan memiliki
persentase 77,78% yang kondisinya layak pakai dan 22% melampaui kapasitas.
Fasilitas yang melampaui kapasitas adalah tempat pelelangan ikan (TPI) dan
kantor administrasi. TPI yang ada di PPP Lampulo sudah tidak dapat menampung
ikan yang akan dijual, sehingga nelayan melakukan penjualan hasil tangkapan di
pelataran dermaga yang mengakibatkan terhambatnya proses pengangkutan ikan
dari dermaga ke TPI.
Fasilitas
Jenis Fasilitas
Kolam pelabuhan
Sistem rambu-rambu
4
5
Pabrik es
Kantor administrasi
Jumlah
Persentase (%)
Generator listrik
Kondisi Fasilitas
LP
MK
TDG
Penting
Tempat parkir
7
77,78
22
Ruang pengepakan
Jumlah
23
Persentase (%)
96
Slipway
Ruang pertemuan
Toilet
5
6
Pelengkap
Pos penjagaan
14
6
2
Rumah dinas
Mushola
Mobil dinas
10
Motor Dinas
Jumlah
Persentase (%)
54
46
Kelompok fasilitas penting terdiri dari 96% kondisinya layak pakai dan 4%
melampaui kapasitas (Tabel 15 dan Gambar 36).
melampaui kapasitas adalah tempat parkir yang terletak di dalam dan di luar
pagar tempat pelelangan ikan (TPI). Fasilitas ini telah berada dalam kondisi
melampaui kapasitas karena lahan tempat parkir yang ada sudah tidak dapat lagi
menampung jumlah kendaraan dalam jumlah banyak sehingga sering terjadi
kesemerawutan.
Tabel 15
Kategori
Baik Sekali
Baik
Cukup
Buruk
Buruk Sekali
Penting
Vital
Pelengkap
0 - 19 %
4%
20 - 39 %
22%
40 - 59 %
46%
60-79 %
80 - 100 %
pendaratan dan penjualan hasil tangkapan. Ketiadaan salah satu fasilitas vital
yang seharusnya ada di PPP Lampulo harus segera direalisasikan karena fasilitas
ini merupakan fasilitas mutlak yang diperlukan pelabuhan perikanan. Selain itu,
juga pada fasilitas vital yang sudah melampaui kapasitas memerlukan perbaikan
agar aktivitas pelabuhan dapat berjalan dengan lancar.
Baik Sekali
100%
19%
96%
4%
Kategori
Baik
80%
39%
77,78%
22%
60%
59%
Cukup
54%
46%
0
20
40
60
80
100
120
didukung oleh perolehan dari kelompok fasilitas vital dan penting yang masingmasing berada pada kategori baik dan baik sekali sehingga hal ini menunjukkan
bahwa secara umum kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas di PPP Lampulo
adalah baik. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa keberadaan (dibahas pada
bab sebelumnya) dan kondisi fasilitas berada pada kategori baik.
mengetahui fasilitas yang seharusnya ada dan yang ada serta kebutuhan dan
kondisi fasilitas yang dapat menunjang aktivitas-aktivitas di PPP Lampulo seperti
aktivitas pendaratan, penanganan, pengolahan, pemasaran ikan, dan penyaluran
perbekalan.
Dermaga yang ada hanya dapat memuat 10 unit kapal perhari untuk
mendaratkan hasil tangkapannya.
proses pendaratan ikan kurang berjalan lancar. Hal tersebut diindikasikan bahwa
dermaga dipenuhi oleh kapal-kapal yang ingin melakukan proses pembongkaran,
kapal-kapal tersebut harus mengantri dan bersandar secara berlapis di kolam
pelabuhan.
a
Gambar 37
b
(a) Aktivitas pembongkaran ikan tanpa disortir dan (b) Hasil
tangkapan ikan yang sudah disortir
2)
No.
Kelompok
Fasilitas
1
2
Vital
Penting
Pelengkap
Fasilitas
Dermaga
pendaratan ikan &
muat
Kolam pelabuhan
Sistem ramburambu navigasi
Jumlah
Persentase (%)
Pos penghubung
radio (SSB)
Jumlah
Persentase (%)
Dermaga muat
terpisah
Jumlah
Persentase (%)
Keberadaan
Fasilitas
Seharusnya
Ada
Ada
Kebutuhan Fasilitas
ADP
3
100
2
67
2
67
1
100
1
100
1
100
1
100
ANBP
BANP
BANBP
1
33
1
100
kategori buruk sekali karena tidak ada fasilitas dermaga muat terpisah. Fasilitas
dengan tingkat keberadaan yang belum ada namun dari segi kebutuhan diperlukan
sehingga dapat diartikan bahwa fasilitas ini dibutuhkan karena dengan keberadaan
dermaga pendaratan ikan di PPP Lampulo belum dapat menunjang aktivitas
pendaratan ikan. Oleh karena itu, fasilitas dermaga muat terpisah ini diperlukan
agar aktivitas pembongkaran ikan tidak menyatu dengan aktivitas muat
perbekalan sehingga tidak terjadi kesemerawutan.
Baik
Sekali
Baik
Sekali
Baik
Sekali
Buruk
Sekali
PELENGKAP
Buruk
PENTING
VITAL
K ategori
Baik
1
0
Buruk
Sekali
Buruk
Sekali
0
0
memperoleh angka 100% (baik sekali) untuk kebutuhan fasilitas ada dan
diperlukan pada aktivitas pendaratan ikan. Fasilitas pelengkap termasuk kategori
buruk sekali atau terdapat fasilitas yang belum ada namun diperlukan yaitu
fasilitas dermaga muat terpisah (Gambar 39).
Persentase Kebutuhan Fasilitas (%)
0
Baik
Sekali
20
40
60
80
100
76-100%
0-24 %
Baik
Sekali
20
40
60
80
100%
0%
100
Baik
Sekali
40
20
100%
0%
K ateg ori
26-50%
50-74 %
0-25 %
75-100 %
Buruk
Sekali
0%
VITAL
Gambar 39
100 %
Buruk
Sekali
0%
PENTING
ADP & BANBP
3)
100
51-75%
25-49 %
67%
33 %
Buruk
Buruk
Sekali
80
0%
100%
0%
Baik
60
100%
100 %
PELENGKAP
fasilitas dalam kondisi yang baik. Pada Tabel 17 ini dapat dilihat kondisi dari
tiap kelompok fasilitas dalam menunjang aktivitas pendaratan.
Dari semua fasilitas vital yang ada untuk kebutuhan pendaratan ikan,
dermaga pendaratan ikan dan muat serta kolam pelabuhan pada kelompok fasilitas
vital memiliki kategori baik
Namun demikian,
sampai saat ini keberadaan sistem rambu-rambu yang tidak ada pada kelompok
fasilitas vital dalam menunjang aktivitas pendaratan ikan masih berjalan lancar
tetapi pengadaannya harus segera direalisasikan agar nantinya tidak menggangu
aktivitas keluar masuk kapal di kolam pelabuhan .
No.
Kelompok
Fasilitas
Jenis Fasilitas
Dermaga pendaratan ikan &
muat
Kolam pelabuhan
Sistem rambu-rambu
navigasi
Jumlah
Persentase (%)
Pos penghubung radio
(SSB)
Jumlah
Persentase (%)
Dermaga muat terpisah
Jumlah
Persentase (%)
1
2
Vital
Layak
Pakai
(LP)
Penting
Pelengkap
Kondisi Fasilitas
Melampaui
Tidak dapat
Kapasitas
Digunakan
(MK)
(TDG)
2
67
1
100
Demikian halnya untuk fasilitas penting 100% pada kondisi layak pakai
atau kategori baik sekali (Gambar 40).
Baik
Sekali
60
40
80
Baik
Sekali
100%
0%
20
100
60
40
80
100
100%
0%
K ate g o ri
0%
Buruk
Sekali
100%
Buruk
Sekali
0%
0%
100%
0%
100%
100%
VITAL
PELENGKAP
LP
MK & TDG
5.4.2
1)
fasilitas vital yaitu pabrik es serta tangki dan instalasi air (Tabel 18). Fasilitas
pabrik es yang ada yang hanya mampu memproduksi 9 ton es/hari sehingga belum
dapat mencukupi kebutuhan es nelayan di PPP Lampulo. Nelayan terkadang
membeli es dari luar pelabuhan. Keberadaan pabrik es di PPP Lampulo sangat
membantu nelayan dalam aktivitas penanganan ikan. Meskipun ketersediaan es di
PPP Lampulo terbatas, namun masih mencukupi untuk penanganan hasil
tangkapan yang masuk ke TPI agar kesegarannya dapat dipertahankan.
Kelompok
Fasilitas
1
2
Vital
kebutuhan
fasilitas
dalam
Keberadaan Fasilitas
Seharusnya
Ada
Ada
Fasilitas
Pabrik es
Tangki dan instalasi
air
Jumlah
Persentase (%)
2
100
2
100
menunjang aktivitas
Kebutuhan Fasilitas
ADP
ANBP
BANP
BANBP
2
100
2
2
VITAL
K ate g o ri
Baik
Sekali
Baik
Buruk
Sekali
Baik
Sekali
20
60
40
80
100
67-100%
0-33%
100%
0%
34-66%
34-66%
Baik
Buruk
Sekali
0-33%
67-100%
VITAL
ADP & BANBP
No.
Kelompok
Fasilitas
1
2
Vital
Fasilitas
Pabrik es
Tangki dan instalasi air
Jumlah
Persentase (%)
Layak
Pakai
(LP)
Kondisi Fasilitas
Melampaui
Tidak dapat
Kapasitas
Digunakan
(MK)
(TDG)
2
100
K ateg ori
Baik
Sekali
20
60
40
80
100
100%
0%
100%
0%
Buruk
Sekali
0%
100%
VITAL
LP
MK & TDG
4.4.3
1)
kondisi segar dan sebagian lagi ada diolah terlebih dahulu yang kemudian akan
dijual dalam bentuk ikan hasil olahan. Pengolahan ikan dimaksudkan selain untuk
menambah jangka waktu konsumsi ikan, juga untuk memberi nilai tambah bagi
produk ikan dan menjaga mutunya tetap baik walau disimpan lama, sehingga nilai
jualnya tetap tinggi. Jenis pengolahan yang paling banyak dilakukan di PPP
Lampulo adalah pengasinan (ikan asin) dan pembuatan ikan kayu. Aktivitas
pengolahan ikan tidak dilakukan di kawasan PPP Lampulo tetapi di sekitar daerah
pelabuhan yaitu di rumah penduduk Lampulo.
Pengasinan merupakan proses pengolahan ikan dengan cara pencucian,
penggaraman dan penjemuran ikan. Jenis ikan yang biasanya digunakan yaitu
ikan tongkol. Proses pengasinan ini memerlukan waktu dua hari dimana ikan
direndam dengan garam. Setelah itu ikan dibersihkan dan dijemur sampai kering
(Gambar 45). Ada 2 bentuk hasil olahan pengasinan, yaitu ikan asin yang dibelah
membujur pada garis tubuhnya dan ikan asin yang utuh (tidak dibelah). Bentuk
ikan asin ini berpengaruh terhadap jumlah garam yang dibutuhkan dalam proses
pengasinan. Pembuatan ikan asin utuh tanpa dibelah dari 1 kwintal ikan segar,
dibutuhkan garam sebanyak 10 kg, sedangkan untuk pembuatan ikan asin yang
dibelah dibutuhkan garam yang lebih banyak yaitu 20 kg.
b
Gambar 45 Proses penjemuran (a) ikan asin (b) ikan kayu
Proses pembuatan ikan kayu hampir sama dengan pengasinan, hanya saja
yang membedakannya, pada ikan kayu setelah ikan direbus lalu dibelah menjadi
dua bagian kemudian tulang dari ikan dibuang. Harga dari ikan kayu ini berkisar
antara Rp40.000,00-Rp60.000,00 menurut ukuran ikan. Hasil olahan ikan asin
dan kayu selain dipasarkan lokal di sekitar dan luar Banda Aceh juga dipasarkan
ke Jakarta di daerah Pasar Minggu.
2)
dua kelompok fasilitas yaitu kelompok fasilitas vital (tangki dan instalasi air) dan
kelompok fasilitas penting (generator listrik dan ruang pengepakan). Saat ini
yang mendukung aktivitas pengolahan ikan di PPP Lampulo adalah ruang
pengepakan. Keberadaan ruang pengepakan yang berjumlah 14 sangat membantu
dalam proses pengolahan hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Lampulo.
Fasilitas tangki dan instalasi serta generator listrik merupakan fasilitas yang
mendukung aktivitas penanganan ikan.
1
2
Kelompok
Fasilitas
Vital
Penting
Keberadaan
Fasilitas
Seharusnya
Ada
Ada
Fasilitas
Tangki dan instalasi
air
Jumlah
Persentase (%)
Generator listrik
Ruang pengepakan
Jumlah
Persentase (%)
Kebutuhan Fasilitas
ADP
1
100
1
100
1
100
1
100
1
100
1
100
ANBP
BANP
BANBP
Hal ini
Baik
Sekali
Buruk
Sekali
PENTING
Baik
VITAL
Baik
Sekali
Kategori
Buruk
Sekali
memperoleh 100% untuk kebutuhan pengolahan ikan ada dan diperlukan (ADP).
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan fasilitas pengolahan ikan di
PPP Lampulo memperoleh kategori baik sekali karena pada kelompok fasilitas
vital (tangki dan instalasi air) dan penting (generator listrik dan ruang
pengepakan), telah tersedia dan diperlukan.
Persentase Kebutuhan Fasilitas (%)
20
Baik
Sekali
60
40
80
100%
0%
100
40
20
Baik
Sekali
80
100
67-100%
0%
100%
100%
K a t e g o ri
0%
0%
Baik
34-66%
34-66%
0%
Buruk
Sekali
100%
Buruk
Sekali
0-33%
VITAL
ADP & BANBP
Gambar 47
3)
60
67-100%
PENTING
ANBP & BANP
Kelompok
Fasilitas
Vital
1
2
Penting
Jenis Fasilitas
Tangki dan instalasi
air
Jumlah
Persentase (%)
Generator listrik
Ruang pengepakan
Jumlah
Persentase (%)
Layak
Pakai
(LP)
1
100
6
14
20
100
Kondisi Fasilitas
Melampaui
Tidak dapat
Kapasitas
Digunakan
(MK)
(TDG)
Kategori baik sekali dimiliki oleh kedua kelompok fasilitas ini yaitu
kelompok fasilitas vital dan penting dengan kondisi 100% yang layak pakai
(Gambar 48). Di PPP Lampulo, terdapat 14 (empat belas) ruang pengepakan yang
dalam kondisi masih layak pakai dan disewakan oleh Perum kepada nelayan dan
toke bangku. Dua ruang pengepakan terletak di kawasan TPI dan sisanya
terletak di luar kawasan TPI. Fasilitas generator lisrik yang dimiliki oleh PPP
Lampulo ada 6 (enam) unit yang masing-masing unitnya memiliki kekuatan 150
KVA. Fasilitas ini masih dalam keadaan layak pakai. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa keberadaan dan kebutuhan (dibahas sub bab sebelumnya)
telah berjalan dengan lancar serta kondisi fasilitas dalam mendukung aktivitas
pengolahan ikan di PPP Lampulo yang telah berada pada kategori baik.
Persentase Kondisi Fasilitas (%)
20
Baik
Sekali
60
40
80
100
Baik
Sekali
100%
0%
20
40
80
67-100%
0%
100%
100%
K ate g o ri
Buruk
Sekali
60
0%
0%
Baik
34-66%
34-66%
Buruk
Sekali
0%
0-33%
67-100%
100%
VITAL
PENTING
LP
MK & TDG
4.4.4
1)
(1) Penjualan
Proses pemasaran ikan di Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo yaitu terjadi
di TPI.
harga ikan biasanya tinggi demikian juga sebaliknya. Apabila jumlah ikan hasil
tangkapan banyak harga jual ikan akan murah. Pada kondisi seperti ini biasanya
pemilik ikan melakukan penyimpanan di gudang pengepakan atau melakukan
pengiriman ikan keluar kota atau propinsi.
Kepemilikan ikan dikuasai oleh seorang toke bangku (orang yang
membiayai operasional penangkapan dan penjualan ikan serta penentuan harga
jual). Keuntungan bersih nelayan (didapatkan setelah hasil penjualan dipotong
biaya operasional) kemudian dibagi berdasarkan jumlah nelayan yang melakukan
operasi penangkapan.
Toke Bangku
Pedagang Besar
Pedagang Pengecer
Pengolahan
Konsumen
membeli
ikan
dari
pedagang
besar.
Pedagang
pengecer
terjangkau. Beberapa cara pengolahan yang dilakukan di Lampulo yaitu ikan asin
dan ikan kayu.
(2) Distribusi
Proses distribusi dilakukan setelah proses penjualan selesai.
Daerah
distribusi yaitu pasar-pasar lokal sekitar Banda Aceh, luar kota Banda Aceh
(Langsa, Lhokseumawe, dan Medan), atau diekspor ke Malaysia.
Proses
2)
kelompok fasilitas vital dan penting yang keberadaannya seharusnya ada telah
tersedia di PPP Lampulo.
berupa mobil dinas yang seharusnya ada namun belum dimiliki oleh PPP
Lampulo (Tabel 22).
Tabel 22 Keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas pemasaran
No.
Kelompok
Fasilitas
1
2
Vital
3
4
Penting
Pelengkap
Fasilitas
Tempat pelelangan
ikan
Tangki dan instalasi
air
Pabrik es
Kantor administrasi
Jumlah
Persentase (%)
Generator listrik
Jumlah
Persentase (%)
Mobil dinas
Jumlah
Persentase (%)
Keberadaan Fasilitas
Seharusnya
Ada
Ada
Kebutuhan Fasilitas
ADP
4
100
4
100
4
100
1
100
1
100
1
100
1
100
ANBP
BANP
BANBP
1
100
Kategori baik sekali diperoleh untuk kelompok fasilitas vital karena dari
keberadaan 4 fasilitas yang mendukung aktivitas pemasaran telah dimiliki oleh
PPP Lampulo. Pada kelompok fasilitas penting juga mendapat kategori baik
sekali karena hanya satu fasilitas yang seharusnya ada dan
memang telah
tersedia. Ketiadaan mobil dinas pada kelompok fasilitas pelengkap akan sedikit
menghambat proses pendistribusian di PPP Lampulo (Gambar 50). Kelompok
fasilitas vital dan penting memperoleh kategori baik sekali dan buruk sekali pada
kelompok fasilitas pelengkap yang mengindikasikan bahwa secara umum
keberadaan fasilitas dalam menunjang aktivitas pemasaran di PPP Lampulo
memiliki kategori baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keberadaan
fasilitas dalam mendukung aktivitas pemasaran di PPP Lampulo sudah berjalan
dengan baik walaupun satu fasilitas tidak tersedia yaitu mobil dinas.
Jumlah Per Kelompok Fasilitas
0
Baik
Sekali
Baik
Sekali
Buruk
Buruk
Sekali
Gambar 50
PELENGKAP
Cukup
PENTING
VITAL
Kategori
Baik
0
Baik
Sekali
1
0
Buruk
Sekali
Buruk
Sekali
0
0
fasilitas yang ada dalam menunjang aktivitas pemasaran di PPP Lampulo sudah
berjalan dengan lancar.
Persentase Kebutuhan Fasilitas (%)
0
Baik
Sekali
20
60
40
81-100%
0-19%
80
100
Baik
Sekali
20
40
60
80
100%
0%
100
Baik
Sekali
20
40
60
80
100
100%
0%
100%
100%
K ate g ori
0%
0%
61-80%
Baik
25-49 %
Cukup
Buruk
41-60%
41-60%
21-40%
60-79%
Buruk
Sekali
0-20%
80-100%
Buruk
Sekali
0%
VITAL
3)
Buruk
Sekali
0%
0%
PENTING
ADP & BANBP
Gambar 51
100 %
100 %
100 %
PELENGKAP
pakai tetapi satu fasilitas (kantor administrasi) berada dalam kondisi melampaui
kapasitas.
Tabel 23 Kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas pemasaran
No.
Kelompok
Fasilitas
1
2
3
4
Vital
Penting
Pelengkap
Fasilitas
Tempat pelelangan
ikan
Tangki dan instalasi air
Pabrik es
Kantor administrasi
Jumlah
Persentase (%)
Generator listrik
Jumlah
Persentase (%)
Mobil dinas
Jumlah
Persentase (%)
Layak
Pakai
(LP)
1
4
80
6
6
100
Kondisi Fasilitas
Melampaui
Tidak dapat
Kapasitas
Digunakan
(MK)
(TDG)
1
1
20
Baik
Sekali
K ate g o ri
Baik
20
40
60
80
81-100%
100
Baik
Sekali
0-19%
20
40
60
80
100
100%
0%
100%
0%
61-80%
20-39%
80%
20%
Cukup
Buruk
Buruk
Sekali
41-60%
41-60%
21-40%
0-20%
Buruk
Sekali
0-20%
80-100%
VITAL
0%
100 %
PENTING
LP
MK & TDG
4.4.5
1)
No.
Kelompok
Fasilitas
Vital
Pelengkap
Keberadaan
Fasilitas
Seharusnya
Ada
Ada
Fasilitas
Bengkel reparasi
kapal
Jumlah
Persentase (%)
Slipway
Jumlah
Persentase (%)
Kebutuhan Fasilitas
ADP
1
100
1
100
1
100
1
100
1
100
1
100
ANBP
BANP
BANBP
Baik
Sekali
1
1
Buruk
Sekali
PELENGKAP
VITAL
K ate g o ri
Baik
Sekali
1
1
Buruk
Sekali
slipway juga baru digunakan kembali pasca tsunami pada tahun 2009. Dengan
adanya
pemeliharaan dan perbaikan sehingga akan menarik minat para nelayan untuk
melakukan proses pendaratan dan pembongkaran ikan di pelabuhan tersebut.
Persentase Kebutuhan Fasilitas (%)
0
20
Baik
Sekali 0%
60
40
80
100%
100
Baik
Sekali
40
20
80
100
100%
0%
K ate g o ri
100%
100%
0%
Buruk 0%
Sekali
60
0%
100%
Buruk 0%
Sekali
VITAL
ADP & BANBP
100%
PELENGKAP
ANBP & BANP
No.
Kelompok
Fasilitas
Vital
Pelengkap
Fasilitas
Bengkel reparasi kapal
Jumlah
Persentase (%)
Slipway
Jumlah
Persentase (%)
Layak
Pakai
(LP)
Kondisi Fasilitas
Melampaui
Tidak dapat
Kapasitas
Digunakan
(MK)
(TDG)
1
100
1
100
Selain itu, di dalam bengkel ini juga terdapat peralatan bantuan dari
Pemerintahan Jepang.
diperoleh kategori buruk sekali. Oleh karena itu pihak pelabuhan harus segera
memperluas bengkel tersebut agar segala aktivitas dapat berjalan dengan lancar
(Tabel 25 dan Gambar 55). Pada kelompok fasilitas penting yaitu slipway yang
baru berjalan 8 bulan pada tahun 2009, masih dalam kondisi layak pakai
sehingga memperoleh kategori baik sekali.
Persentase Kondisi Fasilitas (%)
20
Baik
Sekali
60
40
80
Baik
Sekali
100%
0%
20
100
60
40
80
100%
0%
K ate g o ri
100%
0%
0%
Buruk
Sekali
100%
Buruk
Sekali
0%
0%
100%
100%
VITAL
PELENGKAP
LP
MK & TDG
seharusnya ada 8 hanya terdapat 6 fasilitas atau 2 fasilitas yang tidak tersedia
adalah rumah dinas dan mobil dinas pada kelompok fasilitas pelengkap.
Kelompok
Fasilitas
Vital
1
2
3
Penting
1
2
3
4
5
6
7
8
Pelengkap
Fasilitas
Tangki dan instalasi
air
Kantor administrasi
Jumlah
Persentase (%)
Kantor kepala
pelabuhan
Generator listrik
Tempat parkir
Jumlah
Persentase (%)
Ruang pertemuan
Toilet
Balai pertemuan
nelayan
Pos penjagaan
Rumah dinas
Mushola
Mobil dinas
Motor dinas
Jumlah
Persentase (%)
Keberadaan Fasilitas
Seharusnya
Ada
Ada
Kebutuhan Fasilitas
ADP
2
100
2
100
2
100
3
100
3
100
3
100
8
100
6
75
6
75
ANBP
BANP
BANBP
1
12,5
1
12,5
Fasilitas tangki dan instalasi air di PPP Lampulo berjumlah dua yang
terdapat di dalam dan di luar areal TPI. Fasilitas ini sangat membantu pihak
pelabuhan dalam aktivitas kepelabuhanan.
masih harus diperluas lagi apabila ditinjau dari aktivitas pelabuhan yang ada.
Pada kelompok fasilitas vital ini mendapat kategori baik sekali (100%) kebutuhan
fasilitas ada dan diperlukan.
Baik
Sekali
Baik
Sekali
Baik
Sekali
5
Cukup
3
2
Buruk
Buruk
Sekali
PELENGKAP
PENTING
VITAL
K ate g ori
Buruk
Sekali
Baik
Baik
Buruk
Buruk
Sekali 0
Baik
Baik
Sekali
20
60
40
80
100
Baik
Sekali
67-100%
0-33%
40
20
Baik
K ate g o ri
34-66%
34-66%
Baik
Sekali
76-100%
40
20
60
80
81-100%
0-19%
100%
0%
0%
100
0-24%
100%
Baik
80
60
Baik
51-75%
61-80%
20-39%
25-49%
75%
25%
Buruk
Sekali
0-33%
67-100%
Buruk
26-50%
50-74%
Buruk
Sekali
0-25%
VITAL
Cukup
41-60%
40-59%
Buruk
21-40%
60-79%
Buruk
Sekali
75-100%
0-20%
80-100%
PENTING
ADP & BANBP
PELENGKAP
2)
Kelompok
Fasilitas
1
2
Vital
1
2
3
Penting
1
2
3
4
5
6
7
8
Pelengkap
Jenis Fasilitas
Tangki dan instalasi air
Kantor administrasi
Jumlah
Persentase (%)
Kantor kepala pelabuhan
Generator Listrik
Tempat parkir
Jumlah
Persentase (%)
Ruang pertemuan
Toilet
Balai pertemuan nelayan
Pos penjagaan
Rumah dinas
Mushola
Mobil dinas
Motor dinas
Jumlah
Persentase (%)
Layak
Pakai
(LP)
1
2
66,7
6
1
8
88,9
Kondisi Fasilitas
Melampaui
Tidak dapat
Kapasitas
Digunakan
(MK)
(TDG)
1
1
33,3
1
1
11,1
4
5
50
1
10
4
40
Kelompok fasilitas vital dalam kondisi layak pakai yakni tangki dan
instalasi air tetapi melampaui kapasitas pada fasilitas ruang administrasi sehingga
perlu diperluas lagi (Gambar 58). Fasilitas kantor kepala pelabuhan dan generator
listrik masih dalam keadaan kondisi layak pakai sedangkan tempat parkir sudah
melampaui kapasitas karena tidak dapat menampung lagi jumlah kendaraan di
PPP Lampulo. Kondisi tidak dapat digunakan lagi pada fasilitas toilet. Fasilitas
ini sudah direncanakan oleh pihak pelabuhan untuk diperbaiki agar dapat
digunakan lagi.
yang dimiliki dalam kondisi layak pakai yaitu fasilitas ruang pertemuan, balai
pertemuan nelayan, pos penjagaan, dan motor dinas.
Persentase Kondisi Fasilitas (%)
0
Baik
Sekali
20
40
60
76-100%
0-24%
80
100
Baik
Sekali
40
20
60
80
100
Baik
Sekali
81-100%
0-19%
40
20
51-75%
Baik
100
61-80%
Baik
11,1%
80
0-19%
88,9%
Baik
60
81-100%
K ate g o ri
20-39%
25-49%
61-80%
66,7%
20-39%
33,3%
Cukup
41-60%
40-59%
Cukup
41-60%
50%
40-59%
50%
Buruk
Buruk
26-50%
0-25%
75-100%
0-33%
67-100%
67-100%
50-74%
Buruk
Sekali
Buruk
0-33%
Buruk
Sekali
Buruk
Sekali
0-20%
80-100%
VITAL
PENTING
LP
0-20%
80-100%
PELENGKAP
MK & TDG
yang berkaitan dengan fasilitas pelabuhan perikanan saat ini adalah es, penjualan
air bersih, penyaluran BBM, dan suku cadang.
Kelompok fasilitas yang mendukung aktivitas penyaluran perbekalan di
PPP Lampulo hanya kelompok fasilitas vital (pabrik es, tempat penyediaan bahan
bakar, serta tangki dan instalasi air) tetapi dari ke-24 fasilitas yang dikaji tidak
terdapat suku cadang sesuai Direktorat Jenderal Perikanan.
Tabel 28 Keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas
penyaluran perbekalan
No.
Kelompok
Fasilitas
1
2
3
Vital
Keberadaan
Fasilitas
Seharusnya
Ada
Ada
Fasilitas
Pabrik es
Tempat
penyediaan bahan
bakar
Tangki dan
Instalasi air
Jumlah
Persentase (%)
3
100
Kebutuhan Fasilitas
ADP
3
100
ANBP
BANP
BANBP
3
100
Baik
Sekali
Buruk
Buruk
Sekali
VITAL
K ate g o ri
Baik
Baik
Sekali
20
60
40
80
100
76-100%
0-24 %
100%
0%
51-75%
Kategori
Baik
25-49 %
Buruk
Buruk
Sekali
26-50%
50-74 %
0-25 %
75-100 %
VITAL
ADP & BANBP
Gambar 60
2)
No.
Kelompok
Fasilitas
1
2
3
Vital
Fasilitas
Pabrik es
Tempat penyediaan bahan
bakar
Tangki dan instalasi air
Jumlah
Persentase (%)
Layak
Pakai
(LP)
3
100
Kondisi Fasilitas
Melampaui
Tidak dapat
Kapasitas
Digunakan
(MK)
(TDG)
Baik
Sekali
20
60
40
80
100
76-100%
0-24 %
100%
0%
Kategori
51-75%
Baik
25-49 %
26-50%
50-74 %
Buruk
Buruk
Sekali
0-25 %
75-100 %
VITAL
Berkembangnya
Kelompok
Fasilitas
1
2
3
4
5
Vital
6
7
8
9
1
2
3
Penting
4
5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pelengkap
Fasilitas
Dermaga pendaratan
ikan dan muat
Kolam pelabuhan
Sistem rambu-rambu
Tempat pelelangan
ikan (TPI)
Pabrik es
Tangki dan instalasi
air
Tempat penyediaan
bahan bakar
Bengkel reparasi
kapal
Kantor administrasi
Jumlah
Persentase (%)
Generator listrik
Kantor kepala
pelabuhan
Tempat parkir
Pos penghubung radio
(SSB)
Ruang pengepakan
Jumlah
Persentase (%)
Dermaga muat
terpisah
Slipway
Ruang pertemuan
Toilet
Pos penjagaan
Balai pertemuan
nelayan
Rumah dinas
Mushola
Mobil dinas
Motor Dinas
Jumlah
Persentase (%)
Keberadaan Fasilitas
Seharusnya
Ada
Ada
Kebutuhan Fasilitas
ADP
9
100
8
88,89
8
88,89
5
100
5
100
5
100
10
100
7
70
7
70
ANBP
BANP
BANBP
1
11,11
2
20
1
10
kalanya suatu pelabuhan tidak memerlukan cold storage karena ikan-ikan yang
didaratkan semuanya habis terjual dalam bentuk segar.
Dengan demikian
Kategor
Kategori
i
Baik Sekali
Interval Persentase
Total
Ad
Ada; ADP
a
Seharusnya
Ada
Interval Persentase
Total
A d BANP
ANBP;
a
81-100 %
0-19 %
Baik
61-80 %
20-39 %
Cukup
41-60 %
Buruk
21-40 %
60-79 %
Buruk Sekali
0-20 %
80-100 %
100 %
40-59 %
Seharusnya
Ada
100 %
dimanfaatkan semuanya dan hal ini terlihat dari tidak adanya fasilitas yang ada
namun belum diperlukan (ANBP).
Tabel 31 Rasio antara keberadaan fasilitas dan kebutuhan fasilitas
Perbandingan
Ada
Seharusnya Ada
(100%)
ADP
Seharusnya Ada
(100%)
ANBP
Seharusnya Ada
(100%)
BANP
Seharusnya Ada
(100%)
Kelompok Fasilitas
Vital
Penting
Pelengkap
Vital
Penting
Pelengkap
Vital
Penting
Pelengkap
Vital
Penting
Pelengkap
Rasio (KF:KbF)
Kategori
: 88,89
: 100
: 70
: 88,89
: 100
: 70
Baik
Baik Sekali
Baik
Baik
Baik Sekali
Baik
: 11,11
11,11 : 100 = 1 : 9
Baik Sekali
: 20
20
Baik
: 100 = 1 : 5
Dari Tabel 31 dapat dilihat rasio antara keberadaan fasilitas yang ada
terhadap fasilitas yang seharusnya ada untuk kelompok fasilitas vital adalah 1:1,2
(baik), penting 1:1 (baik sekali), dan pelengkap 1:43 (cukup). Hal ini dapat
disimpulkan berdasarkan keberadaannya PPP Lampulo telah dapat menunjang
seluruh aktivitasnya dengan baik. Dalam hal kebutuhan fasilitas yang ada dan
diperlukan (ADP) terhadap fasilitas yang seharusnya ada di PPP Lampulo
memiliki kategori baik, dimana rasio kelompok fasilitas vital adalah 1:1,12 (baik),
diketahui bahwa diantara fasilitas yang seharusnya ada telah terdapat kebutuhan
fasilitas yang ada dan diperlukan (ADP) dengan baik. Pada kategori rasio antara
kebutuhan fasilitas yang ada namun belum diperlukan (ANBP) terhadap
keberadaan fasilitas yang seharusnya ada tidak dimiliki oleh PPP Lampulo
dikarenakan semua fasilitas yang ada di pelabuhan tersebut dapat dimanfaatkan.
Rasio antara kebutuhan fasilitas yang belum ada namun diperlukan (BANP)
terhadap keberadaan fasilitas yang seharusnya ada dimasing-masing kelompok
fasilitas vital dan pelengkap yaitu 1:9 dan 1:5 yang termasuk kategori baik sekali
dan baik. Keadaan ini menunjukkan bahwa belum dimiliki sistem rambu-rambu
rambu-rambu pada kelompok fasilitas vital berada dalam kategori baik karena
kebutuhan BANP ini 11,11%. Hal ini dikarenakan jika fasilitas rambu-rambu
tidak segera direalisasikan akan menghambat aktivitas pelabuhan perikanan.
Dengan demikian, hal ini juga menunjukkan bahwa diantara fasilitas yang
seharusnya ada masih terdapat fasilitas yang sebenarnya diperlukan namun
belum tersedia sehingga jika semakin besar persentase yang diperoleh kebutuhan
fasilitas BANP maka akan semakin buruk kategori yang dididapatkan.
Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa dari segi keberadaan
dan kebutuhan fasilitas berdasarkan nilai rasio yang diperoleh di PPP Lampulo
maka segala aktivitas di PPP Lampulo sudah dapat berjalan dengan baik walaupun
masih ada fasilitas-fasilitas yang belum tersedia dan harus diperbaiki dan serta
ditambah kapasitasnya.
Tabel 32 merupakan matriks keberadaan dan kebutuhan secara keseluruhan
fasilitas tanpa mengacu pada masing-masing kelompok fasilitas (vital, penting,
dan pelengkap) dalam menunjang aktivitas di PPP Lampulo. Dari matriks ini
dapat dilihat bahwa keberadaan fasilitas yang ada berdasarkan kebutuhan ada dan
diperlukan (ADP) memiliki fasilitas yang lebih banyak daripada fasilitas yang
tidak ada dengan kebutuhan yang belum ada namun diperlukan (BANP) dan yang
belum ada namun belum diperlukan (BANBP).
Keberadaan
Fasilitas
Ada
ADP
ANBP
BANP
BANBP
Tidak Ada
- Rumah dinas
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan di lapangan dapat disimpulkan yaitu :
1)
memperoleh kategori baik dengan kondisi 77,78% layak pakai dan 22%
melampaui kapasitas. Kelompok fasilitas penting memperoleh kategori baik
sekali dengan kondisi 96% layak pakai dan 4% melampaui kapasitas.
Kelompok fasilitas pelengkap memperoleh kategori cukup dengan kondisi
54% layak pakai dan 46% tidak dapat digunakan.
2)
3)
Rasio antara fasilitas yang ada dan diperlukan (ADP) terhadap fasilitas yang
seharusnya ada pada kelompok fasilitas vital adalah 1:1,12 (baik), penting
1:1 (baik sekali), dan pelengkap 1:1,43 (baik). Dari hasil ini dapat diketahui
bahwa diantara fasilitas yang seharusnya ada telah terdapat kebutuhan
fasilitas yang ada dan diperlukan (ADP) dengan baik. Perolehan rasio antara
kebutuhan fasilitas yang ada namun belum diperlukan (ANBP) terhadap
keberadaan fasilitas yang seharusnya ada tidak dimiliki oleh PPP Lampulo
dikarenakan semua fasilitas yang ada di pelabuhan tersebut dapat
dimanfaatkan.
5.1 Saran
Diperlukan penelitian yang lebih lanjut berkaitan dengan kapasitas fasilitas di
Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo maupun pengelolaan dari fasilitas tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
[Anonim]. 2008. Pembangunan Bidang
http://www.google.com. [27 Juni 2008].
Kelautan
dan
Perikanan.
LAMPIRAN
Lokasi Penelitian
PPP Lampulo
PINTU MASUK
DERMAGA
9
1
13
11
10
7
12
13
14
12
15
13
Jl. K O M P L E K
16
18
8
19
17
PINTU MASUK
6. UPTD LPPMHP
7. MCK
8. Kios
9. Tower air
10.TPI
5 atau 6
= 9 fasilitas
JKFpenting
= 5 fasilitas
JKFpelengkap
= 10 fasilitas
JFKpenting
JFKpelengkap
JKFvital
5
9
= 1,8
5
JKFpenting
5
1 atau 2
5
=1
5
JKFpelengk ap
5
10
=2
5
Dapat disimpulkan bahwa selang jumlah fasilitas per kategori kelompok fasilitas
vital 1 atau 2; kelompok fasilitas penting 1; dan kelompok fasilitas pelengkap 2.
3.
= 100 %
4.
100%
= 20 %
5
n+1
Ka1 = 1 + 1 = 2
Ka2 = 2 + 1 = 3
Ka3 = 3 + 1 = 4
Ka4 = 4 + 1 = 5
Dapat disimpulkan jika n (banyaknya fasilitas) hanya 1 maka kategori yang
diperoleh 2; n = 2 kategori yang diperoleh 3; n = 3 kategori yang diperoleh 4;
atau n = 4 kategori yang diperoleh 5.