You are on page 1of 14

Super salam pemirsah!! Bertemu lagi dengan saya di frekuensi 22 FM.

,,
sesuai request zubaidah, kali ini kita putar lagu dari Adele-Geriatric
Maintanance Health!! Cekdisot

Introduksi
Rata-rata harapan hidup telah meningkat dari 47 tahun pada tahun
1900an menjadi 77 tahun pada tahun 2004
Pada tahun 2030, diprediksikan populasi yang berusia lebih dari 65 tahun
akan melebihi 20% atau melebihi 70 juta
Penyakit jantung, kanker, dan stroke telah menjadi pembunuh utama
pada populasi dewasa tua, sedangkan kematian akibat infeksi menurun.
80% diantaranya paling tidak memiliki satu kondisi kronis dan 50%
diantaranya setidaknya memiliki 2 kondisi kronis.
Prevalensi yang tinggi dan akibat yang muncul dari kondisi kronis
diperlukan suatu intervensi yang evidence-based sehingga masalah yang
muncul dapat teratasi dan QOL (Quality of Life) geriatric menjadi optimal

Klasifikasi Prevensi
Prevensi Primer mencegah timbulnya penyakit!! Missal: imunisasi,
modifikasi gaya hidup (berhenti merokok, melakukan aktivitas fisik), dan
kemoprofilaksis (aspirin sebagai prevensi primer terhadap penyakit
jantung).
Prevensi Sekunder deteksi dini dan treatment penyakit yang
asimptomatik. Skrining terhadap kanker, daya penglihatan &
pendengaran, osteoporosis, dan HTN adalah contoh-contohnya
Prevensi tersier mencegah kecacatan maupun penurunan fungsi.
Dengan kata lain, seorang telah menderita penyakit X.,, misalkan:
identifikasi masalah kognitif, kelainan jalan dan keseimbangan, malnutrisi,
serta inkontinensi urinary
Prevensi Primer
1. Aktivitas fisik
Keuntungan melakukan exercise (latihan) pada geriatrik termasuk:
- memperbaiki kondisi
- mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler, stroke, HTN, DM,
osteoporosis, obesitas, Ca Kolon & mammae, anxietas, depresi, dan
penurunan kognitif
- mengurangi peluang terjaddinya jatuh maupun luka akibat jatuh

mengurangi insidensi dan severitas keterbatasan fungsional


terapi yang efektif pada beberapa kondisi kronis seperti: gangguan
mood, dementia, nyeri kronis, CHF, stroke, konstipasi, dan gangguan
tidur
- menurut panduan, latihan aerobic selama min. 30 menit dengan
intensitas sedang sebanyak 5 hari setiap minggu
2. Penggunaan Tembakau
- Bukti menunjukkan penurunan atau penghentian merokok dapat
menurunkan resiko CHD, Ca, dan COPD secara signifikan
- Penulis ACOVE mengidentifikasi beberapa teknik dalam berhenti
merokok yang efektif. Diantaranya: rekomendasi dokter, konseling,
dan terapi farmakologi
- Bupoprion dan veranicline merupakan pilihan tepat bagi pasien tua
yang terkena NWS (Nicotine withdrawal Symptoms)
3. Alkohol
- penyalahgunaan alcohol pada seorang dewasa biasanya disebabkan
oleh: kehilangan, depresi, cemas, nyeri, disabilitas, dan riwayat
pengguna alcohol sebelumnya
- The National Institute on Alcohol Abuse & Alcoholism (NIAAA)
mengembangkan instrument klinis yang berfungsi untuk membantu
pasien alkoholik
- Saran serta rekomendasi seorang dokter dan juga konseling
behavioral yang detail merupakan cara efektif untuk promosi
penghentian konsumsi alcohol
4. Aspirin sebagai prevensi primer
- Pedoman USPSTF sangat merekomendasikan penggunaan aspirin
sebagai kemopreventif pada seorang dewasa yang beresiko tinggi
terkecan CVD (cardiovascular diseases)
- Penelitian klinis terhadap efek aspirin sebagai agen pencegah stroke
pada pria maupun wanita telah dilakukan. Dan hasilnya: rasio
pencegahan dengan menggunakan aspirin tidak berbeda antara
pria maupun wanita
- Panduan sarankan pasien menggunakan PPI [(proton pump
inhibitor) e.g. omeprazole] pada pasien > 60 tahun yang
menggunakan aspirin sebagai terapi maintanens
5. Imunisasi
a. Tetanus
- Pasien > 60 tahun merupakan penyumbang statistic kejadian
tetanus (setidaknya 60%) di USA
- USPSTF merekomendasikan dosis booster pada seorang dewasa
khususnya untuk tetanus dan toxoid dipteri setiap 10 tahun
b. Influenza

c.
-

> 90% kematian akibat influenza terjadi pada orang yang berusia
60 tahun
Meta-analisis telah dilakukan, dan menunjukkan: dengan melakukan
vaksinasi influenza dapat mereduksi insidensi influenza,
hospitalisasi terhadap influenza dan pneumonia, serta kematian
akibat hospitalisasi
Direkomendasikan untuk melakukan Imunisasi influenza tahunan
pada seorang berusia 50 tahun
Pneumococcal
Penyakit pneumococcal merupakan penyakit yang secara signifikan
memberikan dampak morbiditas maupun mortalitas pada geriatric
USPSTF merekomendasikan imunisasi pneumococcal 1 kali saat
seorang mencapai usia 65 tahun
Panduan merekomendasikan untuk TIDAK melakukan revaksinasi
pada pasien yang telah mendapat vaksin diumur 66 tahun atau
lebih. Lakukan revaksinasi 1 kali setelah usia 65 tahun JIKA
vaksinasi inisial diberikan sebelum pasien berusia 65 tahun dan 5
tahun telah berlalu terhitung sejak waktu pemberian dosis pertama

Rekomendasi penggunaan vaksin pneumococcal polisakarida (PPV23;


Pneumovax)

Kelompok orang yang direkomendasikan untuk


melakukan vaksin
Orang dengan imunokompeten
65 tahun
19-64 tahun dengan CVD kronis, penyakit paru kronis (termasuk asma), atau
DM
19-64 tahun yang perokok, atau menderita alkoholisme, penyakit liver kronis,
kebocoran CSF, atau pengguna implant koklear
19-64 tahun yang tinggal di lingkungan khusus atau memiliki fasilitas
penunjang seperti fasilitas pelayanan penyakit kronis
Orang dengan immunokompromais (supresi imun)
19 tahun, termasuk mereka dengan infeksi HIV, keganasan, penyakit kronis
ginjal, syndrome nefrotik, imunodefisiensi congenital, pengguna obat-obatan
yang bersifat immunosupresant missal kemoterapi serta glukokortikoid,
asplenia, paska transplantasi organ maupun sum-sum tulang

Kelompok orang yang


revaksinasi diperlukan
65 tahun

Keterangan

Kelompok immunokompeten
Dosis kedua vaksin diberikan setelah

vaksin pertama sekurang-kurangnya 5


tahun yang lalu dan saat itu pasien
masih berusia < 65 tahun (saat
melakukan vaksin pertama)
Kelompok Immunokompromais
Orang dengan supresi imunitas yang Revaksinasi tunggal diberikan jika
berusia 65 tahun 19 tahun,
vaksinasi pertama dilakukan sekurangtermasuk penderita HIV, keganasan, kurangnya 5 tahun yang lalu
penyakit kronis ginjal, syndrome
nefrotik, imunodefisiensi congenital,
pengguna obat-obatan yang bersifat
immunosupresant missal kemoterapi
serta glukokortikoid, asplenia, paska
transplantasi organ maupun sumsum tulang
d. Herpes Zooster
- Herpes zoster diderita oleh 30% individu, dan resiko terinfeksi
meningkat (8-10 kali) pada geriatric
- Panduan merekomendasikan vaksinasi herpes zoster pada semua
orang (> 60 tahun) dengan imunokompeten (gk ada masalah sama
system imun orang bersangkutan), tanpa mempertimbangkan
riwayat infeksi varisela maupun eksistensi imunitas varisela. Tujuan
vaksin adalah mencegah infeksi herpes zoster dan postherpetic
neuralgia
Prevensi sekunder
1. Skrining Kanker
- Intervensi baik medikasi maupun OP telah menurunkan laju
mortalitas pada beberapa keganasan. Sebut saja mawar, melati,
semuanya indah.,, *eh maksud saya: mammae, kolorektal, dan
servikal soddara.
- Skrining keganasan yang asimptomatik pada seorang dewasa
member dampak positif yaitu penanganan dini dan pemberian
terapi yang lebih efektif
- Seorang dokter seharusnya menilai baik keuntungan maupun resiko
saat hendak melakukan penapisan pada geriatric. Konsiderasinya
sbb:
o Apakah pasien (geriatric) akan berumur panjang setelah
melakukan uji skrining?

Dokter seharusnya mampu melakukan penilaian terhadap waktu


dan progresivitas kanker. Termasuk resiko berkembangnya kanker
dan harapan hidup seseorang setelah terdiagnosis kanker. Jadii,
misalkan seorang geriatric didiagnosis menderita kanker paru dan
udah metastasis ke otak, nah si dokter bilangin tuh waktu
hidupnya kemungkinan sekian bulan.
o Apa saja bahaya atau dampak negative yang mungkin terjadi
akibat uji skrining yang dilakukan?
Dampak negative disini termasuk hasil yang positif palsu
(sehingga membutuhkan intervensi yang sebenarnya tidak
diperlukan; kecemasan pada pasien; biaya; ke-tidaknyamanan;
serta rasa malu) dan overdiagnosis (misalkan cuman panu si
dokter bilang waaah mbah ini vetiligo -memaksakan)
o Bagaimana dengan kecenderungan pasien sendiri terhadap uji
skrining? Serta bagaimana dengan QOL pasien terkait
keputusannya untuk melakukan atau tidak melakukan uji skrining?
Pertimbangan pasien juga harus jadi pertimbangan dokter!!!
Seperti kesediaannya untuk memperpanjang hidup dengan
melakukan prosedur invasive, serta menerima efek samping dari
terapi.,, contohnya ni: melakukan laparoskopi observasi *yapp
dibuka trus di liat-liat gitu, kalo normal ya ditutup lagi*., atau
penggunaan kemo dengan efek samping rambut rontok, lemas,
muntah, mual.,,
- Skrining Kanker prostat, cervix, mammae, dan kolorektal
o Dari semua kanker-kanker yang ada, pertimbangan yang khusus
sebaiknya diberikan kepada 3 diva (kolorektal, mammae, dan
cervix). Alasannya adalah dengan diagnosis dini angka mortalitas
akibat kanker akan berkurang. Kok bias? Yapp, hal ini disebabkan
oleh insidensinya yang tinggi choy.,,
o ACP merekomendasikan untuk melakukan diskusi mengenai resiko
dan keuntungan dengan pasien yang akan menjalankan skrining
kanker prostate
o Macam uji skrining kanker kolorektal: kolonoskopi (skrining yang
bersifat invasive), CT colonography, flexible sigmoidoscopy, tes
benzidin (uji untuk mengetahui ada tidaknya darah di feses), dan
uji DNA dng sample feses (eman-eman yah.,, knapa gk pake
sample yang lebih baik forget it)
o USPSTF merekomendasikan kepada individu yang berusia 50-75
tahun untuk melakukan skrining kanker kolorektal berhubung
mereka adalah kelompok yang beresiko.,,

o Kesadaran untuk melakukan skrining kanker kolorektal di USA


meningkat loo statistiknya. Pada tahun 2000 yang melakukan
skrining 39.5%, 5 tahun kemudian menjadi 47.1%. Indonesia? No
body know .,,
o Uji prospektif terkontrol pada skrining kanker mammae dengan
mammography menunjukkan terjadi pengurangan mortalitas
30% diantara yang melakukan skrining dan dibandingkan dengan
wanita yang tidak melakukan skrining
o Panduan menyebutkan untuk melakukan skrining setiap 1-2 tahun
pada wanita yang memiliki harapan hidup 4 tahun
o Case-control studies mendukung penggunaan pap smear sebagai
uji skrining untuk identifikasi dan eradikasi lesi prekanker maupun
kanker servix
o Rekomendasi untuk melakukan penghentian pap smear adalah
pada wanita yang paling tidak memiliki 3 kali hasil yang normal
dalam rentang 10 tahun dan pada wanita yang berusia lebih dari
65 tahun. Selain itu skrining juga dihentikan pada wanita yang
telah melakukan histerektomi akibat lesi jinak. Tapi beda halnya
dengan wanita yang beresiko tinggi dan persisten. Mereka
sebaiknya secara rutin melakukan uji skrining
2. Skrining Tekanan Darah
a. Prevalensi HTN (Hipertensi) sangatlah tinggi, 60-80%, dan teuteep
menjadi factor resiko utama ACS (Acute Coronary Syndrome) dan
stroke
b. Bukti menunjukkan treatment terhadap tekanan darah tinggi secara
signifikan menurunkan angka kematian akibat penyakit
kardiovaskuler, stroke maupun penyakit ginjal kronis
c. Treatmen HTN yang adekuat telah menurunkan angka mortalitas
sebanyak 59% akibat stroke dan sebanyak 50% akibat CAD (Coronary
Artery Diseases)
d. Pilihan terapi termasuk juga: control diet (batasi garam, pengurangan
berat badan); hentikan medikasi yang mampu menaikkan tekanan
darah (e.g. NSAIDs & obat flue OTC); aktivitas fisik; farmakoterapi
yang pada akhirnya menurunkan peluang terjadinya baik morbiditas
maupun mortalitas akibat HTN
e. Panduan yang ada merekomendasikan untuk melakukan skrining
tahunan *brasa lama*
f. Kalo memang perlu diberikan terapi farmakologis, berikanlah mulai
dari dosis yang paling rendah

g. Monitor selalu kepatuhan pasien; fungsi ginjal dan elektrolit; tekanan


darah ortostatik & pulsasi; serta nilai juga cara jalannya apakah stabil
ato enggak trus mudah jatuh ato gk.,,
3. Skrining Lipid
a. Dewasa tua itu memiliki resiko CHD (Coronary Heart Diseases) yang
lebih tinggi. Dan dengan mengurangi lipid tubuh, resiko ini bisa
berkurang
b. Penilaian profil lipid mampu mengidentifikasi mereka yang
asimptomatik dengan resiko CHD yang tinggi
c. Terapi dengan obat penurun lipid tubuh dapat mereduksi insidensi
CHD pada mereka yang memiliki nilai lipid abnormal serta dapat
mereduksi insidensi beberapa bahaya lainnya
4. Osteoporosis
a. Osteopenia ditemukan pada 37% wanita post-menopause dan
osteoporosis ditemukan pada 7% wanita yang post-menopause
b. USPSTF merekomendasikan kepada wanita yang > 65 tahun untuk
melakukan uji skrining secara rutin terhadap osteoporosis dengan
menggunakan densitometer tulang
c. ACP (American College of Physician) merekomendasikan kepada pria
> 65 tahun dan beresiko tinggi terhadap osteoporosis untuk
melakukan pemeriksaan periodic. Komponennya: berat badan,
intensitas aktivitas fisik, terapi glukokortikoid kronik, riwayat fraktur
fragilitas, dan hipogonadisme
Prevensi Tersier
1. Penilaian Fungsional & Evaluasi Geriatrik
a. Cari tau bagaimana pasien (geriatric) menjalankan aktivitas
kesehariannya. Hal ini akan menuntun dokter untuk mengetahui
status fungsional pasien. Contoh aktivitas yang ditanyakan: mandi,
buang air, menyiapkan makanan, dan perawatan diri lainnya)
b. Comprehensive Geriatric Assessment (CGA) dapat mengidentifikasi
masalah utama yang dialami pasien sehingga intervensi sedini
mungkin dapat dilakukan dan QOL pasien meningkat pada akhirnya.
Sayangnya, penggunaan CGA di settingan pelayanan primer tidaklah
tepat dan memakan waktu
2. Penilaian Kognitif
a. Prevalensi demensia berbanding lurus dengan usia pasien, dan
diestimasikan terdapat 20-50% pasien demensia setelah usia 85
tahun
b. Instrument penilaian kognitif yang dapat digunakan: MMSE, Uji
Drawing Clock, Mini-Cog, dan Skrining kerusakan memori

3. Depresi
a. Depresi sering kali tidak terdeteksi dan memiliki efek samping yang
secara signifikan terhadap QOL (menurun tentu saja), medical
disease (misalkan menderita kanker, maka kankernya makin parah),
penggunaan peralatan kesehatan, dan morbiditas & mortalitas.
b. Angka bunuh diri pada orang tua (geriatric) 2 kali lebih besar
daripada populasi pada umumnya
c. Depresi itu banyak wujud, dan bias aja bersifat atipik. Seperti:
gangguan kognitif, fungsional, pola tidur, lelah, maupun energy soak
d. Untuk mendeteksinya, tanyakan aja pertanyaan jitu berikut ini
apakah selama 2 minggu terakhir (minimal) bapak/ibu merasa down,
depresi, tidak punya harapan, atau galau ?; atau bisa juga apakah
selama 2 minggu terakhir (minimal) minat bapak/ibu berkurang?
Minat disini maksudnya yang tadinya dia suka ngasih makan buaya
jadi gk suka, dll.
4. Skrining fungsi pendengaran & penglihatan
a. Berkurangnya akuitas (ketajaman) penglihatan dapat meningkatkan
resiko jatuh pada geriatric. Selain itu, berkurangnya akuitas
penglihatan merupakan predictor yang secara independen
menyebabkan mortalitas pada geriatric
b. Kehilangan pendengaran sangat erat kaitannya dengan depresi,
isolasi social, berkurangnya apresiasi terhadap dirinya sendiri
(pesimis), dan disabilitas fungsional
c. Terdapat suatu kesepakatan bahwa pasien > 65 tahun untuk
melakukan skrining mata setiap 1-2 tahun sekali
d. Kehilangan pendengaran merupakan gangguan ketiga tersering pada
dewasa tua (sebelumnya: hipertensi dan arthritis). Gangguan ini
diderita 40%-66% orang tua yang berusia > 75 tahun
e. Penulis dari ACOVE menyarankan untuk melakukan uji skrining
(dengan kuisioner & audiometry) pendengaran tiap tahunnya.
5. Nutrisi
a. Instrumen penilaian mini-nutritional telah dikembangkan untuk
membantu klinisi dalam menentukan pasien-pasien yang
membutuhkan konseling dan nutrisi penunjang
b. Sekitar 15% geriatric (bukan pasien hospitalisasi) dan setengah dari
pasien geriatric yang dihospitalisasi mengalami malnutrisi, dan hal ini
dapat meningkatkan resiko mortalitas dan morbiditas
c. Geriatric yang rentan adalah mereka yang mengalami penurunan
berat badan > 10% dalam 1 tahun. Penurunan berat badan ini, bisa
disebabkan oleh: kausa medikasi, status dental, nafsu makan dan
asupan nutrisi, kemampuan mengunyah, dan riwayat pembatasan
diet.

d. Vitamin D mampu menurunkan resiko relative kejatuhan (pasiennya


ambruk) sebanyak 22%
e. Intake harian vitamin D pada dewasa tua, minimal 800 IU
f. Sedikitnya 1,2 gram kalsium harus terkandung dalam diet atau
suplemen
g. Suplementasi multivitamin dapat menurunkan prevalensi status
suboptimal vitamin (kekurangan vitamin) dan dapat memperbaiki
status mikroutrient pada tingkatan yang mampu mereduksi resiko
beberapa penyakit kronis
6. Mobilitas dan kejatuhan
a. Sekitar 30% griatrik ambruk setiap tahunnya
b. 5% dari kejatuhan ini mengakibatkan fraktur dan hospitalisasi
c. Factor-faktor yang dapat menyebabkan kejatuhan perubahan
postur tubuh (terkait usia), berkurangnya akuitas penglihatan,
gangguan kognitif, penggunaan obat-obatan, penyakit yang
mempengaruhi kekuatan otot dan koordinasi, serta factor lingkungan
d. Uji get up and Go pasien diminta untuk berdiri dari posisi duduk
kemudian jalan sekitar 10 kaki dan balik lagi trus duduk lagi. Kalo si
pasien butuh waktu > 16 detik untuk memenuhi tugas yang
diinstruksikan, atau waktu jalan si pasien terlihat gak stabil, dapat
dipastikan resiko ambruk pasien meningkat
e. Emang ya, jatuh cinta itu lebih assoy.,,
7. Inkontinensia
a. Inkontinensia urinary menyebabkan distress social dan emosional
yang besar pada geriatric. Terdapat 11-34% geriatric pria yang
menderita IU dan 17-55% pada geriatric wanita
b. Penulis ACOVE merekomendasikan kepada klinisi untuk selalu
menanyakan dan mendokumentasikan kemungkinan adanya IU
setiap 2 tahun pemeriksaan
c. Penilaian yang sesuai standar dapat membantu dalam menentukan
onset IU (akut vs kronis); jenis IU (stress, urgensi, overflow,
campuran); serta presipitan IU (e.g. batuk, medikasi)
d. Tes urin maupun darah dianjurkan untuk mengevaluasi infeksi,
penyakit metabolic, dan disfungsi ginjal

Penggunaan Obat
Gangguan yang muncul akibat penggunaan obat-obatan cukup sering
ditemukan pada geriatric
Sebagian besar setiap geriatric amerika minum 3-5 obat-obatan. *udah
kayak kopiko aja

Polifarmasi dapat meningkatkan resiko efek samping akibat interaksi obat


dan efek samping dari obat-obatan itu sendiri
Efek samping yang muncul pada geriatric biasanya disebabkan oleh
terganggunya farmakokinetik dan farmakodinamik. Hal ini sering kali
menjadi penyebab hospitalisasi dan morbiditas pada geriatric.

Mengendarai Kendaraan
Seorang yang berusia > 70 tahun akan mengalami cedera (akibat
kecelakaan) yang lebih parah dibandingkan dengan pengendara yang
lebih muda.
Kecelakaan yang terjadi kemungkinan besar disebabkan oleh penurunan
akuitas penglihatan, pendengaran, dan keterampilan psikomotor
Demensia secara independen meningkatkan resiko kecelakaan
berkendara (OR 2,4-4,7)
AAN telah mengajukan guideline berkendara pada pasien Alzheimer
berdasarkan tingkatan demensia klinis pasien

Dukungan Sosial & Finansial


10% geriatric hidup dalam kemiskinan. Selain itu, sebagian geriatric juga
mengalami isolasi social akibat keterbatasan fungsi, kurangnya teman,
rekan, maupun organisasi yang dapat menjadi wadah baik secara fisik
maupun emosional pasien
Kemiskinan dan isolasi social sangat erat kaitannya dengan depresi,
cemas, disabilitas, dan penurunan status kesehatan
Penyedia layanan sebaiknya melakukan skriniing untuk mengetahui adatidaknya masalah financial dan sumber daya social pada pasien. Karena
hal ini berpotensi mengakibatkan masalah kesehatan pada akhirnya

Mistreatment Geriatrik
Mistreatment geriatric telah dilaporkan sebanyak 3-8 % terjadi di USA
Berbagai macam bentuk pengabaian dan penganiayaan (sexual,
psikologis, financial) dapat mengakibatkan gangguan kesehatan pada
geriatric
Jika menjumpai geriatric dengan kontusio, luka bakar, luka gigitan, trauma
genital maupun rectal, ulkus peptic, serta BMI < 17.5 tanpa penjelasan
klinis yang jelas, maka harus ditanyakan mengenai riwayat mistreatment
atau dapat dirujuk ke social work services

Penggunaan instrument skrining mungkin dapat membantu klinisi dalam


mengidentifikasi penyalahagunaan maupun pengabaian pada pasien

Rekomendasi & Ringkasan


Penurunan fungsi dan ketergantungan yang tinggi pada geriatric bukanlah
suatu gangguan yang tidak diapat dicegah
Kondisi-kondisi yang terkait dengan penuaan dapat dicegah dengan uji
skrining, konseling, dan intervensi yg sesuai indikasi

Soal.
1. Deteksi dinidan terapi penyakit asimptomatik merupakan karakteristik
dari prevensi ..
a. Utama
c. Sekunder
b. Tersier
d. Primer.
2. Penggunaan aspirin sebagai kemoprofilaksis penyakit jantung adalah
contoh prevensi .
a. Primer
c. tersier
b. Sekunder d. utama.
3. Berikut ini yang salah mengenai aktivitas fisik pada geriatric sebagai
prevensi primer
a. Severitas keterbatasan fungsional menurun
b. Probabilitas kejatuhan terdeplesi
c. Minimal 45 menit dengan intensitas ringan-sedang selama 5 hari
d. Dapat memperbaiki gangguan mood, demensia, gangguan tidur
dan stroke.
4. Anjuran intake vitamin D pada geriatric sebanyak (minimal) dan
dapat menurunkan resiko jatuh sebesar .
a. 220 IU & 22%
c. 22 IU & 12%
b. 800 IU & 22%
d. 12 IU & 80%.
5. Dengan instrument apakah yang akan digunakan untuk menskrining
wanita > 65 tahun terhadap osteoporosis ..
a. MMSE
c Bone densitometri
b. Profil lipid
d Blood kalsium level.
Sekian, tarimakase sampai ketemu kapan-kapan pemirsah!!
Blupblupblup *tenggelam*
p.s. editan ini jauh dari kesempurnaan.,, karena sempurna milik Allah, dan
kesalahan punya bunda dortje ;-)

You might also like