Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Laringitis akut pada umumnya merupakan kelanjutan dari rhinofaringitis akut
(common cold) atau merupakan manifestasi dari radng saluran nafas atas. Pada anak
dapat menimbulkan sumbatan jalan nafas atas, sedangkan pada orang dewasa tidak
secepat pada anak, karena rimaglotis anak lebih sempit daripada orang dewasa.
Penyebab infeksi hampir selalu virus. Invasi bakteri biasanya sekunder.
Laringitis hamper selalu berkaitan dengan rhinitis akut atau nasofaringitis. Biasanya
merupakan perluasan radang saluran napas bagian atas oleh karena bakteri
haemophilus influenza, staphylococcus, streptococcus atau pneumococcus.
Pada laryngitis akut ini terdapat gejala radang umum, seperti demam, malaise,
gejala rinofaringitis, batuk disertai suara parau bahkan sampai tak bersuara sama
sekali (afoni). Rasa kering di tenggorokan, nyeri ketika menelan atau berbicara, batuk
kering yang lama-kelamaan disertai dengan dahak kental. Pada keadaan lanjut sering
menimbulkan gejala sumbatan jalan napas bagian atas sampai sianosis. Hal ini sering
terjadi pada anak-anak.
Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang hiperemis,
membengkak terutama di bagian atas dan bawah pita suara dan juga didapatkan tanda
radang akut dihidung atau sinus paranasal atau paru. Obstruksi jalan napas apabila
ada udem laring diikuti oedem subglotis yang terjadi beberapa jam dan biasanya
sering terjadi pada anak-anak berupa anak menjadi gelisah, air hunger, sesak semakin
bertambah berat, pemeriksaan fisik akan ditemukan retraksi suprasternal dan
epigastrium yang dapat menyebabkan keadaan darurat medic yang dapat mengancam
jiwa anak.
Mengistirahatkan suara adalah pengobatan utama, danm menghirup udara
lembab, menghindari iritasi pada faring dan laring, misalnya rokok, makanan pedas,
atau minum es. Antibiotic di berikan jika peradangan berasal dari paru. Bila sumbatan
laring, dilakukan pemasangan pipa endotrakea, atau trakeostomi.
BAB II
ANATOMI LARING
Laring adalah bagian dari saluran pernafasan bagian atas yang merupakan
suatu rangkaian tulang rawan yang berbentuk corong dan terletak setinggi vertebra
cervicalis IV VI, dimana pada anak-anak dan wanita letaknya relatif lebih tinggi.
Laring pada umumnya selalu terbuka, hanya kadang-kadang saja tertutup bila sedang
menelan makanan.
2.1.
KARTILAGO.
Kartilago laring terbagi atas 2 (dua) kelompok, yaitu :
Kartilago Tiroidea
Merupakan suatu kartilago hyalin yang membentuk dinding anterior dan
lateral laring, dan merupakan kartilago yang terbesar. Terdiri dari 2 (dua) sayap (ala
tiroidea) berbentuk seperti perisai yang terbuka dibelakangnya tetapi bersatu di
bagian depan dan membentuk sudut sehingga menonjol ke depan disebut Adams
apple. Sudut ini pada pria dewasa kira-kira 90 derajat dan pada wanita 120 derajat.
Diatasnya terdapat lekukan yang disebut thyroid notch atau incisura tiroidea, dimana
di belakang atas membentuk kornu superior yang dihubungkan dengan os hyoid oleh
ligamentum tiroidea lateralis, sedangkan di bagian bawah membentuk kornu inferior
yang berhubungan dengan permukaan posterolateral dari kartilago krikoidea dan
membentuk artikulasio krikoidea. Dengan adanya artikulasio ini memungkinkan
kartilago tiroidea dapat terangkat ke atas. Di sebelah dalam perisai kartilago tiroidea
terdapat bagian dalam laring, yaitu : pita suara, ventrikel, otot-otot dan ligamenta,
kartilago aritenoidea, kuneiforme serta kornikulata.
Permukaan luar ditutupi perikondrium yang tebal dan terdapat suatu alur yang
berjalan oblik dari bawah kornu superior ke tuberkulum inferior. Alur ini merupakan
tempat perlekatan muskulus sternokleidomastoideus, muskulus tirohioideus dan
4
Permukaan dalamnya halus tetapi pertengahan antara incisura tiroidea dan tepi
bawah kartilago tiroidea perikondriumnya tipis, merupakan tempat perlekatan tendo
komisura anterior. Sedangkan tangkai epiglotis melekat kira-kira 1 cm diatasnya oleh
ligamentum tiroepiglotika. Kartilago ini mengalami osifikasi pada umur 20 30
tahun.
Kartilago Krikoidea
Kartilago ini merupakan bagian terbawah dari dinding laring. Merupakan
lkartilago hialin yang berbentuk cincin stempel (signet ring) dengan bagian alsanya
terdapat di belakang. Bagian anterior dan lateralnya relatif lebih sempit darpada
bagian posterior. Kartilago ini berhubungan dengan kartilago tiroidea tepatnya dengan
kornu inferior melalui membrana krikoidea (konus elastikus) dan melalui artikulasio
krikoaritenoidea. Di sebelah bawah melekat dengan cincin trakea I melalui
ligamentum krikotiroidea. Pada keadaan darurat dapat dilakukan tindakan
trakeostomi emergensi atau krikotomi atau koniotomi pada konus elastikus.
vibratorius pada pita suara. Tepi dan permukaan atas dari pita suara ini disebut glotis.
Kartilago aritenoidea dapat bergerak ke arah dalam dan luar dengan sumbu
sentralnya tetap, karena ujung posterior pita suara melekat pada prosesus vokalis dari
aritenoid maka gerakan kartilago ini dapat menyebabkan terbuka dan tertutupnya
glotis. Kalsifikasi terjadi pada dekade ke 3 kehidupan.
Kartilago Epiglotis
Bentuk kartilago epiglotis seperti bet pingpong dan membentuk dinding
anterior aditus laringeus. Tangkainya disebut petiolus dan dihubungkan oleh
4,5
Kartilago Kornikulata
Merupakan kartilago fibroelastis, disebut juga kartilago Santorini dan
merupakan kartilago kecil di atas aritenoid serta di dalam plika ariepiglotika.
Kartilago Kuneiforme
Merupakan kartilago fibroelastis dari Wrisberg dan merupakan kartilago kecil
yang terletak di dalam plika ariepiglotika.
2.2
dari
ekstrinsik
:
Membran
tirohioid
Ligamentum tirohioid
Ligamentum tiroepiglotis
Ligamentum hioepiglotis
Ligamentum krikotrakeal
2. Ligamentum intrinsik,
terdiri dari : Membran
quadrangularis Ligamentum
vestibular
Konus elastikus
Ligamentum krikotiroid media
Ligamentum vokalis
Membrana Tirohioidea
Membrana ini menghubungkan tepi atas kartilago tiroidea dengan tepi atas
belakang os hioidea yang pada bagian medial dan lateralnya mengalami penebalan
membentuk ligamentum tirohioideus lateral dan medial. Membrana ini ditembus
oleh a. laringeus superior cabang interna n. laringeus superior dan pembuluh
limfe.
Membrana Kuadrangularis.
Merupakan bagian atas dari jaringan ikat longgar elastis laring, membentang
dari tepi lateral epiglotis ke kartilago aritenoid dan kartilago kornikulata, di bagian
inferior meluas ke pita suara palsu. Tepi atasnya membentuk plika ariepiglotika,
sedangkan yang lainnya membentuk dinding diantara laring dan sinus piriformis
5
Morgagni.
2.3
OTOT - OTOT
Otototot laring terbagi dalam 2 (dua) kelompok besar yaitu otototot
ekstrinsik dan otot-otot intrinsik yang masing-masing mempunyai fungsi
yang berbeda.
Otot-otot ekstrinsik.
- M. Milohioideus
- M. Geniohioideus
- M. Digastrikus
- M. Genioglosus
- M. Hioglosus
M. Omohioideus
M. Sternokleidomastoideus
M. Tirohioideus
Adapted from: Netter F, Atlas of Human Anatomy 2nd Ed. Novartis, East
Hanover, New Jersey. 1997, p. 47
Adapted from: Netter F, Atlas of Human Anatomy 2nd Ed. Novartis, East
Hanover, New Jersey. 1997, p. 47
Kelompok otot-otot depresor dipersarafi oleh ansa hipoglossi C2 dan C3
dan penting untuk proses menelan (deglutisi) dan pembentukan suara (fonasi).
Muskulus konstriktor faringeus medius termasuk dalam kelompok ini dan melekat
pada linea oblikus kartilago tiroidea. Otot-otot ini penting pada proses deglutisi.
Otot-otot intrinsik
Menghubungkan
kartilago
satu
dengan
yang
lainnya.
Berfungsi
menggerakkan struktur yang ada di dalam laring terutama untuk membentuk suara
dan bernafas. Otot-otot pada kelompok ini berpasangan kecuali m. interaritenoideus
yang serabutnya berjalan transversal dan oblik. Fungsi otot ini dalam proses
pembentukkan suara, proses menelan dan berbafas. Bila m. interaritenoideus
berkontraksi, maka otot ini akan bersatu di garis tengah sehingga menyebabkan
adduksi pita suara.
Yang termasuk dalam kelompok otot intrinsik adalah :
1. Otot-otot adduktor :
M. Krikoaritenoideus posterior
Berfungsi untuk membuka pita suara.
3. Otot-otot tensor :
Adapted from: Harry M. Tucker, The Larynx, Thieme 1987, p.14, fig.1.14
Adapted from: Netter F, Atlas of Human Anatomy 2nd Ed. Novartis, East Hanover,
New Jersey. 1997, p. 72
2.6
PERSARAFAN
Laring dipersarafi oleh cabang N. Vagus yaitu Nn. Laringeus Superior dan Nn.
Laringeus Inferior (Nn. Laringeus Rekuren) kiri dan kanan.
Berjalan dalam lekukan diantara trakea dan esofagus, mencapai laring tepat di
belakang artikulasio krikotiroidea. N. laringeus yang kiri mempunyai perjalanan yang
panjang dan dekat dengan Aorta sehingga mudah terganggu.
Merupakan cabang N. vagus setinggi bagian proksimal A. subklavia dan berjalan
membelok ke atas sepanjang lekukan antara trakea dan esofagus, selanjutnya akan
mencapai laring tepat di belakang artikulasio krikotiroidea dan memberikan
persarafan :
Sensoris, mempersarafi daerah sub glotis dan bagian atas trakea
Motoris, mempersarafi semua otot laring kecuali M. Krikotiroid
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Laringitis akut adalah radang akut laring yang disebabkan oleh virus dan
bakteri yang berlangsung kurang dari 3 minggu dan pada umumnya
disebabkan oleh infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe
1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus
influenzae,
Branhamella
catarrhalis,
Streptococcus
pyogenes,
Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae.
ETIOLOGI 1,2,6,7
2.2. Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas
seperti influenza atau common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan
B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab
lain
adalah
Haemofilus
influenzae,
Branhamella
catarrhalis,
Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem subglotis
yang terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak
berupa anak menjadi gelisah, air hunger, sesak semakin bertambah berat,
Terapi :
1. Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari
2. Jika pasien sesak dapat diberikan O2 2 l/ menit
3. Istirahat
4. Menghirup uap hangat dan dapat ditetesi minyak atsiri / minyak mint
bila ada muncul sumbatan dihidung atau penggunaan larutan garam
fisiologis (saline 0,9 %) yang dikemas dalam bentuk semprotan
hidung atau nasal spray
5. Medikamentosa : Parasetamol atau ibuprofen / antipiretik jika pasien
ada demam, bila ada gejala pain killer dapat diberikan obat anti nyeri /
analgetik, hidung tersumbat dapat diberikan dekongestan nasal seperti
fenilpropanolamin (PPA), efedrin, pseudoefedrin, napasolin dapat
diberikan dalam bentuk oral ataupun spray.Pemberian antibiotika yang
adekuat yakni : ampisilin 100 mg/kgBB/hari, intravena, terbagi 4 dosis
atau kloramfenikol : 50 mg/kgBB/hari, intra vena, terbagi dalam 4
dosis atau sefalosporin generasi 3 (cefotaksim atau ceftriakson) lalu
dapat diberikan kortikosteroid intravena berupa deksametason dengan
dosis 0,5 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis, diberikan selama 1-2
hari.
6. Pengisapan lendir dari tenggorok atau laring, bila penatalaksanaan ini
tidak berhasil maka dapat dilakukan endotrakeal atau trakeostomi bila
sudah terjadi obstruksi jalan nafas.
7. Pencegahan : Jangan merokok, hindari asap rokok karena rokok akan
membuat tenggorokan kering dan mengakibatkan iritasi pada pita
suara, minum banyak air karena cairan akan membantu menjaga agar
lendir yang terdapat pada tenggorokan tidak terlalu banyak dan mudah
untuk dibersihkan, batasi penggunaan alkohol dan kafein untuk
mencegah tenggorokan kering. jangan berdehem untuk membersihkan
tenggorokan karena berdehem akan menyebabkan terjadinya vibrasi
abnormal pada pita suara, meningkatkan pembengkakan dan berdehem
juga akan menyebabkan tenggorokan memproduksi lebih banyak
lendir.
PROGNOSIS6
Prognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan
pemulihannya selama satu minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 13 tahun penyakit ini dapat menyebabkan udem laring dan udem subglotis
sehingga dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas dan bila hal ini terjadi
dapat dilakukan pemasangan endotrakeal atau trakeostomiaik