You are on page 1of 26

BAB 1

PENDAHULUAN
Laringitis akut pada umumnya merupakan kelanjutan dari rhinofaringitis akut
(common cold) atau merupakan manifestasi dari radng saluran nafas atas. Pada anak
dapat menimbulkan sumbatan jalan nafas atas, sedangkan pada orang dewasa tidak
secepat pada anak, karena rimaglotis anak lebih sempit daripada orang dewasa.
Penyebab infeksi hampir selalu virus. Invasi bakteri biasanya sekunder.
Laringitis hamper selalu berkaitan dengan rhinitis akut atau nasofaringitis. Biasanya
merupakan perluasan radang saluran napas bagian atas oleh karena bakteri
haemophilus influenza, staphylococcus, streptococcus atau pneumococcus.
Pada laryngitis akut ini terdapat gejala radang umum, seperti demam, malaise,
gejala rinofaringitis, batuk disertai suara parau bahkan sampai tak bersuara sama
sekali (afoni). Rasa kering di tenggorokan, nyeri ketika menelan atau berbicara, batuk
kering yang lama-kelamaan disertai dengan dahak kental. Pada keadaan lanjut sering
menimbulkan gejala sumbatan jalan napas bagian atas sampai sianosis. Hal ini sering
terjadi pada anak-anak.
Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang hiperemis,
membengkak terutama di bagian atas dan bawah pita suara dan juga didapatkan tanda
radang akut dihidung atau sinus paranasal atau paru. Obstruksi jalan napas apabila
ada udem laring diikuti oedem subglotis yang terjadi beberapa jam dan biasanya
sering terjadi pada anak-anak berupa anak menjadi gelisah, air hunger, sesak semakin
bertambah berat, pemeriksaan fisik akan ditemukan retraksi suprasternal dan
epigastrium yang dapat menyebabkan keadaan darurat medic yang dapat mengancam
jiwa anak.
Mengistirahatkan suara adalah pengobatan utama, danm menghirup udara
lembab, menghindari iritasi pada faring dan laring, misalnya rokok, makanan pedas,
atau minum es. Antibiotic di berikan jika peradangan berasal dari paru. Bila sumbatan
laring, dilakukan pemasangan pipa endotrakea, atau trakeostomi.

BAB II
ANATOMI LARING

Laring adalah bagian dari saluran pernafasan bagian atas yang merupakan
suatu rangkaian tulang rawan yang berbentuk corong dan terletak setinggi vertebra
cervicalis IV VI, dimana pada anak-anak dan wanita letaknya relatif lebih tinggi.
Laring pada umumnya selalu terbuka, hanya kadang-kadang saja tertutup bila sedang
menelan makanan.

Lokasi laring dapat ditentukan dengan inspeksi dan palpasi dimana


didapatkannya kartilago tiroid yang pada pria dewasa lebih menonjol kedepan dan
disebut Prominensia Laring atau disebut juga Adams apple atau jakun.

Batas-batas laring berupa sebelah kranial terdapat Aditus Laringeus yang


berhubungan dengan Hipofaring, di sebelah kaudal dibentuk oleh sisi inferior
kartilago krikoid dan berhubungan dengan trakea, di sebelah posterior dipisahkan dari
vertebra cervicalis oleh otot-otot prevertebral, dinding dan cavum laringofaring serta
disebelah anterior ditutupi oleh fascia, jaringan lemak, dan kulit. Sedangkan di
sebelah lateral ditutupi oleh otot-otot sternokleidomastoideus, infrahyoid dan lobus
kelenjar tiroid.

Laring berbentuk piramida triangular terbalik dengan dinding kartilago


tiroidea di sebelah atas dan kartilago krikoidea di sebelah bawahnya. Os Hyoid
dihubungkan dengan laring oleh membrana tiroidea. Tulang ini merupakan tempat
melekatnya otot-otot dan ligamenta serta akan mengalami osifikasi sempurna pada
usia 2 tahun.

Secara keseluruhan laring dibentuk oleh sejumlah kartilago, ligamentum dan


otot-otot.

2.1.

KARTILAGO.
Kartilago laring terbagi atas 2 (dua) kelompok, yaitu :

1. Kelompok kartilago mayor, terdiri


dari : Kartilago Tiroidea, 1 buah
Kartilago Krikoidea, 1 buah
Kartilago Aritenoidea, 2 buah
2. Kartilago minor, terdiri dari :
Kartilago Kornikulata Santorini, 2 buah
Kartilago Kuneiforme Wrisberg, 2 buah
Kartilago Epiglotis, 1 buah

Tulang dan kartilago laring tampak lateral, gambar dari


http://www.virtualpediatrichospital.org/providers/ElectricAirway/AnatImages/Larynx
GrossAnatomy.jpg

Tulang dan Kartilago Laring tampak Sagital


http://www.virtualpediatrichospital.org/providers/ElectricAirway/AnatImages/Larynx
GrossAnatomy.jpg

Tulang dan Kartilago Laring tampak Posterior


http://www.virtualpediatrichospital.org/providers/ElectricAirway/AnatImages/Larynx
GrossAnatomy.jpg

Kartilago Tiroidea
Merupakan suatu kartilago hyalin yang membentuk dinding anterior dan
lateral laring, dan merupakan kartilago yang terbesar. Terdiri dari 2 (dua) sayap (ala
tiroidea) berbentuk seperti perisai yang terbuka dibelakangnya tetapi bersatu di
bagian depan dan membentuk sudut sehingga menonjol ke depan disebut Adams
apple. Sudut ini pada pria dewasa kira-kira 90 derajat dan pada wanita 120 derajat.
Diatasnya terdapat lekukan yang disebut thyroid notch atau incisura tiroidea, dimana
di belakang atas membentuk kornu superior yang dihubungkan dengan os hyoid oleh
ligamentum tiroidea lateralis, sedangkan di bagian bawah membentuk kornu inferior
yang berhubungan dengan permukaan posterolateral dari kartilago krikoidea dan
membentuk artikulasio krikoidea. Dengan adanya artikulasio ini memungkinkan
kartilago tiroidea dapat terangkat ke atas. Di sebelah dalam perisai kartilago tiroidea
terdapat bagian dalam laring, yaitu : pita suara, ventrikel, otot-otot dan ligamenta,
kartilago aritenoidea, kuneiforme serta kornikulata.

Permukaan luar ditutupi perikondrium yang tebal dan terdapat suatu alur yang
berjalan oblik dari bawah kornu superior ke tuberkulum inferior. Alur ini merupakan
tempat perlekatan muskulus sternokleidomastoideus, muskulus tirohioideus dan
4

muskulus konstriktor faringeus inferior.

Permukaan dalamnya halus tetapi pertengahan antara incisura tiroidea dan tepi
bawah kartilago tiroidea perikondriumnya tipis, merupakan tempat perlekatan tendo
komisura anterior. Sedangkan tangkai epiglotis melekat kira-kira 1 cm diatasnya oleh
ligamentum tiroepiglotika. Kartilago ini mengalami osifikasi pada umur 20 30
tahun.

Kartilago Krikoidea
Kartilago ini merupakan bagian terbawah dari dinding laring. Merupakan
lkartilago hialin yang berbentuk cincin stempel (signet ring) dengan bagian alsanya
terdapat di belakang. Bagian anterior dan lateralnya relatif lebih sempit darpada

bagian posterior. Kartilago ini berhubungan dengan kartilago tiroidea tepatnya dengan
kornu inferior melalui membrana krikoidea (konus elastikus) dan melalui artikulasio
krikoaritenoidea. Di sebelah bawah melekat dengan cincin trakea I melalui
ligamentum krikotiroidea. Pada keadaan darurat dapat dilakukan tindakan
trakeostomi emergensi atau krikotomi atau koniotomi pada konus elastikus.

Kartilago krikoidea pada dewasa terletak setinggi vertebra servikalis VI VII


dan pada anak-anak setinggi vertebra servikalis III IV. Kartilago ini mengalami
osifikasi setelah kartilago tiroidea.
Kartilago Aritenoidea
Kartilago ini juga merupakan kartilago hyalin yang terdiri dari sepasang
kartilago berbentuk piramid 3 sisi dengan basis berartikulasi dengan kartilago
krikoidea, sehingga memungkinkan pergerakan ke medio lateral dan gerakan rotasi.
Dasar dari piramid ini membentuk 2 tonjolan yaitu prosesus muskularis yang
merupakan tempat melekatnya m. krikoaritenoidea yang terletak di posterolateral, dan
di bagian anterior terdapat prosesus vokalis tempat melekatnya ujung posterior pita
suara. Pinggir posterosuperior dari konus elastikus melekat ke prosesus vokalis.
Ligamentum vokalis terbentuk dari setiap prosesus vokalis dan berinsersi pada garis
tengah kartilago tiroidea membentuk tiga per lima bagaian membranosa atau
2

vibratorius pada pita suara. Tepi dan permukaan atas dari pita suara ini disebut glotis.

Kartilago aritenoidea dapat bergerak ke arah dalam dan luar dengan sumbu
sentralnya tetap, karena ujung posterior pita suara melekat pada prosesus vokalis dari
aritenoid maka gerakan kartilago ini dapat menyebabkan terbuka dan tertutupnya
glotis. Kalsifikasi terjadi pada dekade ke 3 kehidupan.

Kartilago Epiglotis
Bentuk kartilago epiglotis seperti bet pingpong dan membentuk dinding
anterior aditus laringeus. Tangkainya disebut petiolus dan dihubungkan oleh

ligamentum tiroepiglotika ke kartilago tiroidea di sebelah atas pita suara. Sedangkan


bagian atas menjulur di belakang korpus hyoid ke dalam lumen faring sehingga
membatasi basis lidah dan laring. Kartilago epiglotis mempunyai fungsi sebagai
pembatas yang mendorong makanan ke sebelah menyebelah laring.

4,5

Kartilago Kornikulata
Merupakan kartilago fibroelastis, disebut juga kartilago Santorini dan
merupakan kartilago kecil di atas aritenoid serta di dalam plika ariepiglotika.

Kartilago Kuneiforme
Merupakan kartilago fibroelastis dari Wrisberg dan merupakan kartilago kecil
yang terletak di dalam plika ariepiglotika.

2.2

LIGAMENTUM DAN MEMBRANA


Ligamentum dan membran laring terbagi atas 2 grup, yaitu
1. Ligamentum
terdiri

dari

ekstrinsik
:

Membran

tirohioid
Ligamentum tirohioid
Ligamentum tiroepiglotis
Ligamentum hioepiglotis
Ligamentum krikotrakeal

The Extrinsic Ligaments


Adapted from: Harry M. Tucker, The Larynx, Thieme 1987, p.8, fig.1.7

2. Ligamentum intrinsik,
terdiri dari : Membran
quadrangularis Ligamentum
vestibular
Konus elastikus
Ligamentum krikotiroid media
Ligamentum vokalis

Membrana Tirohioidea
Membrana ini menghubungkan tepi atas kartilago tiroidea dengan tepi atas
belakang os hioidea yang pada bagian medial dan lateralnya mengalami penebalan
membentuk ligamentum tirohioideus lateral dan medial. Membrana ini ditembus
oleh a. laringeus superior cabang interna n. laringeus superior dan pembuluh
limfe.

Membrana Krikotiroidea (Konus Elastikus).


Terdapat di bawah mukosa pada permukaan bawah pita suara sejati,
berjalan ke atas dan medial dari lengkungan kartilago krikoid untuk bersambung
dengan kedua ligamenta vokalis yang merupakan jaringan fibroelastis yang berasal
dari tepi atas arkus kartilago krikoid. Di sebelah anterior melekat pada pinggir
bawah kartilago tiroid dan menebal membentuk ligamentuk krikoidea medialis
yang juga melekat pada tuberkulum vokalis. Di sebelah posterior konus menyebar
dari kartilago krikoid ke prosesus kartilago aritenoid (vokalis). Pinggir bebas
menebal membentuk ligamentum vokalis.

Membrana Kuadrangularis.
Merupakan bagian atas dari jaringan ikat longgar elastis laring, membentang
dari tepi lateral epiglotis ke kartilago aritenoid dan kartilago kornikulata, di bagian
inferior meluas ke pita suara palsu. Tepi atasnya membentuk plika ariepiglotika,
sedangkan yang lainnya membentuk dinding diantara laring dan sinus piriformis
5

Morgagni.

Laring tampak dari Coronal section.


Gambar dari http://khoomei.com/pics/larynx.jpg

Laring dilihat dari atas (Membrana Kuadrangularis diangkat)


http://www.virtualpediatrichospital.org/providers/ElectricAirway/AnatImage
s/Larynx GrossAnatomy.jpg

Membrana laring tampak sagital


http://www.virtualpediatrichospital.org/providers/ElectricAirway/AnatImages/Laryn x
GrossAnatomy.jpg

2.3

OTOT - OTOT
Otototot laring terbagi dalam 2 (dua) kelompok besar yaitu otototot
ekstrinsik dan otot-otot intrinsik yang masing-masing mempunyai fungsi
yang berbeda.

Otot-otot ekstrinsik.

Otot-otot ini menghubungkan laring dengan struktur disekitarnya.


Kelompok otot ini menggerakkan laring secara keseluruhan
Terbagi atas :
1. Otot-otot suprahioid / otot-otot elevator laring, yaitu :
- M. Stilohioideus

- M. Milohioideus

- M. Geniohioideus

- M. Digastrikus

- M. Genioglosus

- M. Hioglosus

2. Otot-otot infrahioid / otot-otot depresor laring, yaitu :


-

M. Omohioideus

M. Sternokleidomastoideus

M. Tirohioideus

The Extrinsic Muscles


Adapted from: Harry M. Tucker, The Larynx, Thieme 1987, p.11,fig.1.10

Adapted from: Netter F, Atlas of Human Anatomy 2nd Ed. Novartis, East
Hanover, New Jersey. 1997, p. 47

Adapted from: Netter F, Atlas of Human Anatomy 2nd Ed. Novartis, East
Hanover, New Jersey. 1997, p. 47
Kelompok otot-otot depresor dipersarafi oleh ansa hipoglossi C2 dan C3
dan penting untuk proses menelan (deglutisi) dan pembentukan suara (fonasi).
Muskulus konstriktor faringeus medius termasuk dalam kelompok ini dan melekat
pada linea oblikus kartilago tiroidea. Otot-otot ini penting pada proses deglutisi.

Otot-otot intrinsik
Menghubungkan

kartilago

satu

dengan

yang

lainnya.

Berfungsi

menggerakkan struktur yang ada di dalam laring terutama untuk membentuk suara
dan bernafas. Otot-otot pada kelompok ini berpasangan kecuali m. interaritenoideus
yang serabutnya berjalan transversal dan oblik. Fungsi otot ini dalam proses
pembentukkan suara, proses menelan dan berbafas. Bila m. interaritenoideus
berkontraksi, maka otot ini akan bersatu di garis tengah sehingga menyebabkan
adduksi pita suara.
Yang termasuk dalam kelompok otot intrinsik adalah :
1. Otot-otot adduktor :

Mm. Interaritenoideus transversal dan oblik


M. Krikotiroideus
M. Krikotiroideus lateral
Berfungsi untuk menutup pita suara.
2. Otot-otot abduktor :

M. Krikoaritenoideus posterior
Berfungsi untuk membuka pita suara.
3. Otot-otot tensor :

Tensor Internus : M. Tiroaritenoideus dan M. Vokalis


Tensor Eksternus : M. Krikotiroideus
Mempunyai fungsi untuk menegangkan pita suara. Pada orang tua, m. tensor
internus kehilangan sebagian tonusnya sehingga pita suara melengkung ke lateral
mengakibatkan suara menjadi lemah dan serak.

The Intrinsic Muscles


Adapted from: Harry M. Tucker, The Larynx, Thieme 1987, p.13, fig.1.13

Adapted from: Harry M. Tucker, The Larynx, Thieme 1987, p.14, fig.1.14

Adapted from: Netter F, Atlas of Human Anatomy 2nd Ed. Novartis, East Hanover,
New Jersey. 1997, p. 72
2.6

PERSARAFAN
Laring dipersarafi oleh cabang N. Vagus yaitu Nn. Laringeus Superior dan Nn.
Laringeus Inferior (Nn. Laringeus Rekuren) kiri dan kanan.

1. Nn. Laringeus Superior.

Meninggalkan N. vagus tepat di bawah ganglion nodosum, melengkung ke


depan dan medial di bawah A. karotis interna dan eksterna yang kemudian akan
bercabang dua, yaitu :
Cabang Interna ; bersifat sensoris, mempersarafi vallecula, epiglotis, sinus
pyriformis dan mukosa bagian dalam laring di atas pita suara sejati.
Cabang Eksterna ; bersifat motoris, mempersarafi m. Krikotiroid dan m.
Konstriktor inferior.
2. N. Laringeus Inferior (N. Laringeus Rekuren).

Berjalan dalam lekukan diantara trakea dan esofagus, mencapai laring tepat di
belakang artikulasio krikotiroidea. N. laringeus yang kiri mempunyai perjalanan yang
panjang dan dekat dengan Aorta sehingga mudah terganggu.
Merupakan cabang N. vagus setinggi bagian proksimal A. subklavia dan berjalan

membelok ke atas sepanjang lekukan antara trakea dan esofagus, selanjutnya akan
mencapai laring tepat di belakang artikulasio krikotiroidea dan memberikan
persarafan :
Sensoris, mempersarafi daerah sub glotis dan bagian atas trakea
Motoris, mempersarafi semua otot laring kecuali M. Krikotiroid

The Laryngeal Nerves


Adapted from: Harry M. Tucker, The Larynx, Thieme 1987, p.11, fig1.11

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
Laringitis akut adalah radang akut laring yang disebabkan oleh virus dan
bakteri yang berlangsung kurang dari 3 minggu dan pada umumnya
disebabkan oleh infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe
1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus
influenzae,
Branhamella
catarrhalis,
Streptococcus
pyogenes,
Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae.
ETIOLOGI 1,2,6,7
2.2. Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas
seperti influenza atau common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan
B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab
lain

adalah

Haemofilus

influenzae,

Branhamella

catarrhalis,

Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus dan Streptococcus


pneumoniae.
2.3. Penyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim / cuaca
2.4. Pemakaian suara yang berlebihan
2.5. Trauma
2.6. Bahan kimia
2.7. Merokok dan minum-minum alkohol
2.8. Alergi
PATOFISIOLOGI
Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri
mungkin sekunder. Laringitis biasanya disertai rinitis atau nasofaringitis.
Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan pemajanan terhadap perubahan
suhu mendadak, defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak ada immunitas.
Laringitis umum terjadi pada musim dingin dan mudah ditularkan. Ini terjadi
seiring dengan menurunnya daya tahan tubuh dari host serta prevalensi virus
yang meningkat. Laringitis ini biasanya didahului oleh faringitis dan infeksi
saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan mengakibatkan iritasi mukosa

saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi


mucus secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas. Kondisi
tersebut akan merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan
iritasi pada laring. Dan memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut.
Inflamasi ini akan menyebabkan nyeri akibat pengeluaran mediator kimia
darah yang jika berlebihan akan merangsang peningkatan suhu tubuh.8
GEJALA KLINIS 1,2,6,7,9,10
3. Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai suara
yang kasar atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih
rendah
dari suara yang biasa / normal dimana terjadi gangguan getaran serta
ketegangan dalam pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan sehingga
menimbulkan suara menjada parau bahkan sampai tidak bersuara sama
sekali (afoni).
2.3 Sesak nafas dan stridor
2.4 Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menalan atau berbicara.
2.5 Gejala radang umum seperti demam, malaise
2.6 Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental
2.7 Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit
menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan
demam dengan temperatur yang tidak mengalami peningkatan dari 38
derajat celsius.
2.8 Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit
menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk,
peningkatan suhu yang sangat berarti yakni lebih dari 38 derajat celsius,
dan adanya rasa lemah, lemas yang disertai dengan nyeri diseluruh
tubuh .
2.9 Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukasa laring yang hiperemis,
membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga
didapatkan tanda radang akut dihidung atau sinus paranasal atau paru
2.10

Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem subglotis

yang terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak
berupa anak menjadi gelisah, air hunger, sesak semakin bertambah berat,

pemeriksaan fisik akan ditemukan retraksi suprasternal dan epigastrium


yang dapat menyebabkan keadaan darurat medik yang dapat mengancam
jiwa anak.
PEMERIKSAAN PENUNJANG 2,11
2. Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis
(Steeple sign). Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.
3. Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika disertai
infeksi sekunder, leukosit dapat meningkat.
4. Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa laring
yang sangat sembab, hiperemis dan tanpa membran serta tampak
pembengkakan
subglotis yaitu pembengkakan jaringan ikat pada konus elastikus yang
akan tampak dibawah pita suara.
DIAGNOSIS1,2,7,10
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
DIAGNOSA BANDING 2,12
1. Benda asing pada laring
2. Faringitis
3. Bronkiolitis
4. Bronkitis
5. Pnemonia
PENATALAKSANAAN 1,2,7,9,10,12
Umumnya penderita penyakit ini tidak perlu masuk rumah sakit,
namun ada indikasi masuk rumah sakit apabila :
Usia penderita dibawah 3 tahun
Tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau axhausted
Diagnosis penderita masih belum jelas
Perawatan dirumah kurang memadai

Terapi :
1. Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari
2. Jika pasien sesak dapat diberikan O2 2 l/ menit
3. Istirahat
4. Menghirup uap hangat dan dapat ditetesi minyak atsiri / minyak mint
bila ada muncul sumbatan dihidung atau penggunaan larutan garam
fisiologis (saline 0,9 %) yang dikemas dalam bentuk semprotan
hidung atau nasal spray
5. Medikamentosa : Parasetamol atau ibuprofen / antipiretik jika pasien
ada demam, bila ada gejala pain killer dapat diberikan obat anti nyeri /
analgetik, hidung tersumbat dapat diberikan dekongestan nasal seperti
fenilpropanolamin (PPA), efedrin, pseudoefedrin, napasolin dapat
diberikan dalam bentuk oral ataupun spray.Pemberian antibiotika yang
adekuat yakni : ampisilin 100 mg/kgBB/hari, intravena, terbagi 4 dosis
atau kloramfenikol : 50 mg/kgBB/hari, intra vena, terbagi dalam 4
dosis atau sefalosporin generasi 3 (cefotaksim atau ceftriakson) lalu
dapat diberikan kortikosteroid intravena berupa deksametason dengan
dosis 0,5 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis, diberikan selama 1-2
hari.
6. Pengisapan lendir dari tenggorok atau laring, bila penatalaksanaan ini
tidak berhasil maka dapat dilakukan endotrakeal atau trakeostomi bila
sudah terjadi obstruksi jalan nafas.
7. Pencegahan : Jangan merokok, hindari asap rokok karena rokok akan
membuat tenggorokan kering dan mengakibatkan iritasi pada pita
suara, minum banyak air karena cairan akan membantu menjaga agar
lendir yang terdapat pada tenggorokan tidak terlalu banyak dan mudah
untuk dibersihkan, batasi penggunaan alkohol dan kafein untuk
mencegah tenggorokan kering. jangan berdehem untuk membersihkan
tenggorokan karena berdehem akan menyebabkan terjadinya vibrasi
abnormal pada pita suara, meningkatkan pembengkakan dan berdehem
juga akan menyebabkan tenggorokan memproduksi lebih banyak
lendir.

PROGNOSIS6
Prognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan
pemulihannya selama satu minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 13 tahun penyakit ini dapat menyebabkan udem laring dan udem subglotis
sehingga dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas dan bila hal ini terjadi
dapat dilakukan pemasangan endotrakeal atau trakeostomiaik

You might also like