Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
I.1. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya, kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan semua
warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat
miskin, pada pelaksanaan implementasinya dilaksanakan secara bertahap dan
berkesinambungan,
merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945. Setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip
nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan
sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing
bangsa bagi pembangunan nasional. Setiap hal yang menyebabkan terjadinya
gangguan kesehatan pada masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian
ekonomi yang besar bagi negara, artinya akan menurunkan produktifitas kerja
yang akan menurunkan pendapatan perkapita. Sebagai contoh : Kajian Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan
(Kemkes) menunjukkan, penyakit beserta kematian yang terkait rokok berdampak
pada peningkatan total kumulatif kerugian ekonomi secara makro. Kajian tersebut
menyebutkan, kerugian ekonomi akibat penyakit yang disebabkan oleh rokok
meningkat tajam dari Rp 245,41 triliun di tahun 2010 menjadi Rp 378,75 triliun
pada 2013. Nilai kerugian ini lebih besar bila dibandingkan dengan jumlah uang
yang diperoleh negara dari cukai rokok, yaitu Rp 87 triliun di tahun 2010 dan Rp
113 triliun pada 2013 (Suara Pembaharuan, 2013). Selain itu Indonesia juga harus
mengalami kerugian ekonomi akibat sanitasi buruk sebesar Rp 42,3 trilyun per
tahun. (Zaenab, Skm.Mkes, 2012). Oleh sebab itu, setiap upaya peningkatan
derajat kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi pembangunan negara.
Setiap upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan kesehatan dalam arti
pembangunan nasional harus memperhatikan kesehatan masyarakat dan
merupakan tanggung jawab semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat.
1
Dengan adanya sistem jaminan kesehatan yang baru, di harapkan nantinya semua
masyarakat tidak perlu khawatir lagi untuk menjamin kesehatan mereka, demikian
juga dengan pelayanan kesehatan karena akan dijamin oleh pemerintah dengan
sebuah program kesehatan yaitu melalui jaminan kesehatan nasional.
Peranan Coding dalam mendukung program kesehatan nasional sangat
penting, terutama dalam menentukan tarif pelayanan kesehatan. Besarnya
kecilnya tarif pelayanan kesehatan ditentukan oleh pemerintah berdasarkan pada
INA-CBGs yang berpedoman ICD 10 untuk Diagnosis dan pedoman ICD 9 untuk
Prosedur dan Tindakan medis.
1.2.Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui peranan coding dalam pemeriksaan
laboratorium untuk diagnosa suatu penyakit berdasarkan coding INA-CBGs yang
disertai tindakan / prosedur atau tanpa disertai tindakan / prosedur medis. Ini
penting untuk mengevaluasi biaya yang diperlukan untuk pelayanan kesehatan,
apakah sudah sesuai dengan tarif yang ditentukan oleh pemerintah dalam program
kesehatan terbaru yaitu BPJS Kesehatan.
BAB II.
Jaminan Kesehatan Nasional
2.1. Pengertian / Definisi.
Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah
membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.
Jaminan Sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin
seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) adalah badan hukum yang dibentuk
untuk menyelenggarakan program jaminan sosial.
Jaminan Kesehatan adalah peserta JKN yang tergolong fakir miskin dan orang
tidak mampu.
Non PBI adalah peserta JKN yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak
mampu yang terdiri atas PNS, TNI, POLRI, Karyawan Swasta, Pekerja Mandiri,
pekerja penerima upah beserta keluarganya.
Faskes Primer adalah Fasilitas Kesehatan tingkat pertama selain rumah sakit,
dalam hal ini adalah Puskesmas dan jaringannya serta dokter keluarga yang sudah
ditunjuk sebagai jejaring BPJS.
Faskes Lanjutan adalah Fasilitas Kesehatan lanjutan dalam hal ini adalah rumah
sakit dengan pelayanan yang berjenjang.
Sebelumnya, mungkin ada baiknya kita melihat sesaat sistem pelayanan kesehatan
ke belakang, mengingat biaya pengobatan saat ini yang begitu mahal. Kemudian
bagaimana jika kalangan tidak mampu sakit dan perlu penanganan cukup lama?
ditambah lagi, data dari kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa saat ini
masih banyak anggota masyarakat yang belum terlindungi oleh asuransi
kesehatan. Berdasarkan data yang dirilis oleh Dewan Sistem Jaminan Sosial
Nasional menyebutkan, jumlah penduduk yang menerima asuransi baru sebesar
151 juta jiwa. Artinya masih ada 88 juta penduduk yang belum terjamin.
Dengan adanya sistem pelayanan kesehatan terbaru atau JKN, nantinya semua
masyarakat tidak perlu khawatir lagi. Karena sesuai Undang-undang no. 40 tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), seluruh masyarakat
Indonesia akan dijamin kesehatannya melalui sebuah program perlindungan
kesehatan perorangan yang diberikan pemerintah kepada setiap warga negara
Indonesia yang disebut JKN. Jaminan tersebut dikeluarkan oleh pihak pemerintah
dan swasta, dengan pesertanya adalah PNS (Pegawai Negeri Sipil), TNI, Polri dan
karyawan swasta serta non-karyawan. Dari data yang diterima DJSN (Dewan
Jaminan Sosial Nasional), peserta BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)
kesehatan yang sudah terdaftar adalah yang sudah tergabung di Askes PNS,
pensiunan TNI, Polri sebanyak 17,3 juta, Jamsostek 5,6 juta, jamkesda 31,8 juta,
Asuransi komersial 2,9 juta dan self insuranced 15,4 juta. Selain itu, program ini
juga sifatnya wajib (mandatory) sehingga masyarakat yang tidak mampu juga
akan mendapatkan layanan kesehatan. Untuk metode pembiayaan kesehatan
individu yang ditanggung pemerintah, dimana sumber pembiayaan berasal dari
dua yaitu bersumber dari Pajak dan Sistem Kapitasi.
Perlu diketahui, saat ini tidak ada layanan kesehatan gratis melainkan pemerintah
daerah telah menerapkan model kapitasi ini melalui program Jamkesda, seperti
Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang diterapkan oleh Pemda DKI.
2.2. Dasar Hukum dan Peraturan Pelaksanaan
1.Undang-Undang Nomor 326 Menkes SK/IX/2013 Tentang Penyiapan Kegiatan
Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional.
Menjelaskan tentang penyelenggaraan jaminan kesehatan nasional dan persiapan
kegiatan pelaksanaan jaminan kesehatan nasional.
2.Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan
Kesehatan.
Menjelaskan tentang Jaminan Kesehatan, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan (BPJS Kesehatan), Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan dari
Pemerintah (PBI), dan Peserta Jaminan Kesehatan.
3.Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 107 Tahun 2013 Tentang
Pelayanan Kesehatan
Tertentu
Berkaitan
Dengan Kegiatan
Operasional
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
440/Menkes/SK/XII/2012.
Tentang Tarif Rumah Sakit berdasarkan Indonesia Based Group (INA-CBG)
miskin
penghuni
lembaga
pemasyarakatan/rumah
tahanan
Rumah
Sakit
(PPATRS)
untuk
diverifikasi
kebenaran
dan
2) J Stent (Urologi)
3) Stent Arteri (Jantung)
4) VP Shunt (Neurologi)
5) Mini Plate (Gigi)
6) Implant Spine dan Non Spine (Orthopedi)
7) Prothesa (Kusta)
8) Alat Vitrektomi (Mata)
9) Pompa Kelasi (Thalassaemia)
10) Kateter Double Lumen (Hemodialisa)
11) Implant (Rekonstruksi kosmetik)
12) Stent (Bedah, THT, Kebidanan)
Untuk AMHP, rumah sakit wajib membuat daftar dan kisaran harga yang
ditetapkan pihak rumah sakit atas masukan komite medik. Pilihan penggunaan
AMHP tersebut didasarkan pada ketersediaan AMHP dengan mempertimbangkan
efisiensi, efektifitas dan harga tanpa mengorbankan mutu.
k. Obat hemophilia, onkologi (kanker) dan thalassaemia (HOT) dapat diklaimkan
terpisah di luar paket INA-CBGs. Untuk memenuhi kesesuaian INA-CBGs,
dokter berkewajiban melakukan penegakan diagnosis yang tepat dan jelas sesuai
International Code Diseases Ten (ICD-10) dan International Code Diseases Nine
(ICD-9) Clinical Modification (CM). Dalam hal tertentu, identitas kepesertaan
tersebut, coder dapat membantu proses penulisan diagnosis sesuai ICD-10 dan
ICD-9 CM. Dokter penanggung jawab harus menuliskan nama dengan jelas serta
menandatangani berkas pemeriksaan (resume medik).
m. Pada kasus-kasus dengan diagnosis yang kompleks dengan severity level 3
menurut kode INA-CBGs harus mendapatkan pengesahan dari Komite Medik
atau Direktur Pelayanan atau Supervisor yang ditunjuk/diberi tanggung jawab
oleh rumah sakit untuk hal tersebut.
n. Pasien yang masuk ke instalasi rawat inap sebagai kelanjutan dari proses
perawatan di instalasi rawat jalan atau instalasi gawat darurat hanya diklaim
menggunakan 1 (satu) kode INA-CBGs dengan jenis pelayanan rawat inap.
o. Pasien yang datang pada dua atau lebih instalasi rawat jalan dengan dua atau
lebih diagnosis akan tetapi diagnosis tersebut merupakan diagnosis sekunder dari
diagnosis utamanya maka diklaimkan menggunakan 1 (satu) kode INA-CBGs.
dengan
pemilik
KJS
(Kartu
Jaminan
Sehat)
di
DKI
Jakarta.
Semua itu terdaftar pada 2014 secara otomatis. Tapi diluar itu, ada juga orangorang yang daftar sendiri, baik secara kolektif atau perorangan. Mereka
menggunakan identitas yang digunakan sekarang, tapi kartu askes atau jamkesmas
yang sudah mereka miliki tetap berlaku. Maka itu nanti ada 110 juta data base
online. Kepersertaan JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) akan dilakukan secara
bertahap, yaitu tahap pertama mulai 1 Januari 2014, kepersertaannya paling
sedikit meliputi :
-PBI Jaminan Kesehatan
-Anggota TNI/PNS di lingkungan kementerian Pertahanan dan anggota
keluarganya.
-Anggota
Polri/PNS
di
lingkungan
dan
anggota
keluarganya
10
Kesehatan
ini
meliputi:
11
12
13
14
BAB III.
Coding
15
Prosedur Sekunder
Seluruh signifikan prosedur tindakan yang dijalankan pada pasien rawat inap atau
rawat jalan, membutuhkan peralatan spesial atau dikerjakan oleh staf terlatih dan
berpengalaman dalam proses Case Mix INA CBGs, tidak semua prosedur atau
tindakan harus di input dalam software INA CBGs. Beberapa tindakan-tindakan
yang tidak perlu di input adalah:
Prosedur/tindakan yang berhubungan dengan keperawatan
Prosedur/tindakan yang rutin dilakukan
Prosedur/tindakan yang tidak memerlukan staf khusus
Prosedur/tindakan yang tidak memerlukan peralatan khusus
16
Tanggal keluar RS
Lama Hari Rawat (LOS)
Tanggal Lahir
Umur (th) ketika masuk RS
Umur (hr) ketika masuk RS (pd bayi)
Umur (hr) ketika keluar RS
Jenis kelamin
Status keluar RS (outcome)
Berat Badan Bayi Baru Lahir (gr)
Diagnosis Utama
Diagnosis Sekunder (Komplikasi & Komorbiditi)
Prosedur/Pembedahan Utama
Coding Pemeriksaan Laboratorium di tentukan berdasarkan Coding Diagnosis
dalam ICD 9 dan ICD 10.
3.2. ICD 10 Dan ICD 9
International Statistical Classification of Diseases and Related Health
Problems atau disingkat ICD adalah suatu sistem klasifikasi penyakit dan beragam
jenis tanda, simptoma, kelainan, komplain dan penyebab eksternal penyakit.
International Classification of Diseases ( ICD ) menjadi alat diagnostik standar di
dunia untuk epidemiologi, manajemen kesehatan dan tujuan klinis. Ini termasuk
analisis situasi kesehatan umum kelompok populasi . Hal ini digunakan untuk
memonitor insiden dan prevalensi penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Ini
merupakan kode beragam informasi kesehatan yang digunakan untuk statistik dan
epidemiologi, manajemen kesehatan, alokasi sumber daya, monitoring dan
evaluasi, penelitian, perawatan primer, pencegahan dan pengobatan. ICD
membantu untuk memberikan gambaran situasi kesehatan umum negara dan
penduduk . ICD dipublikasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan
digunakan secara luas untuk morbiditas, mortalitas, sistem reimbursemen dan
sebagai penunjang keputusan dalam kedokteran. Setiap kondisi kesehatan
diberikan kategori dan kode. Dalam pengkodean ini menetapkan lebih dari
155.000 memungkinkan berbagai kode dan memungkinkan yang banyak berasal
dari pelacakan diagnosis dan prosedur baru dengan perluasan yang signifikan
17
pada kode-kode yang telah tersedia 17.000 pengkodean pada ICD-9 dan ICD-10,
mulai bekerja dari tahun 1983 dan dapat diselesaikan pada tahun 1992.
ICD-9 adalah sebuah publikasi oleh WHO pada tahun 1977, pada saat ini,
National Center for Health Statistics di Amerika Serikat telah membuat ekstensi
dari kelanjutan sistem ini yang dapat lebih berdaya guna untuk dipergunakan
dalam masalah data mobiditas dan bagian dari procedure codes telah ada.
Dibagian ekstensi ini disebut sebagai "ICD-9-CM", dengan penambahan CM
untuk perujukan pada "Clinical Modification
JENIS PENYAKIT
1. Kode 001-139:
2. Kode 140-239:
Neoplasma.
3. Kode 240-279:
Gangguan Imunitas.
4. Kode 280-289:
5. Kode 290-319:
Gangguan Mental.
6. Kode 320-359:
7. Kode 360-389:
8. Kode 390-459:
9. Kode 460-519:
ikat
15. Kode 740-759:
Anomali Kongenital
18
Penyakit-penyakit endemic
2.
Penyakit-penyakit umum
19
3.
4.
5.
Cedera.
atas indeks
merupakan indeks penyebab luar morbiditas dan mortalitas, berisi seluruh term
yang diklasifikasi. Bagian 3, berisi tabel obat dan bahan kimia.
Kode utama untuk penyakit yang mendasari diberi tanda dagger () dan kode
tambahan untuk manifestasinya diberi tanda asterisk (*). Kode dagger adalah
kode utama dan harus selalu digunakan. Dalam coding, kode asterisk tidak bisa
digunakan sendiri (WHO, 2004).
20
21
Blok
Jenis Penyakit
A00-B99
II
C00-D48
Neoplasma
III
D50-D89
Penyakit darah dan organ pembentuk darah termasuk ganguan sistem imun
IV
E00-E90
F00-F99
VI
G00-G99
VII
H00-H59
VIII
H60-H95
IX
I00-I99
J00-J99
XI
K00-K93
XII
L00-L99
XIII
M00-M99
XIV
N00-N99
XV
O00-O99
XVI
P00-P96
XVII
Q00-Q99
XVIII
R00-R99
22
XIX
S00-T98
XX
V01-Y98
XXI
Z00-Z99
XXII
U00-U99
- 4 - 17 - I
Sub Group 1
Dilabelkan dengan huruf Alphabet (A to Z) mewakili kode yang ada di ICD-10
Berhubungan dengan system organ tubuh
Terdapat 31 CMGs dalam UNU Grouper
22 Acute Care CMGs
2 Ambulatory CMGs
1 SubacuteCMGs
1 Chronic CMGs
4 Special CMGs
1 Error CMGs
Total DRGs (CBGs)= 1,220 (Range: 314-1,250)
23
Sub Group 2
Dilabelkan dengan angka (1-9)
Menunjukkan tipe kasus
1. Prosedure Rawat Inap
Group - 1
Group - 2
Group - 4
Group - 5
Group - 6
Group - 7
Group - 8
Group - 9
10. X. Error
Group -10
Sub-group ke-3
Menunjukkan spesifik CBG (kode CBG)
Sub-group ke-4
Menunjukkan severity level / Tingkat keparahan (0-III)
Contoh 1 : INA CBGs (Rawat Inap) untuk Infark Miocard Akut
N0.
Kode INA-CBG
Deskripsi
1.
I 4 10 I
2.
I 4 10 II
3.
I 4 10 III
Kode INA-CBG
Deskripsi
1.
Q 5 18 0
2.
Q 5 35 0
Infeksi Akut
3.
Q 5 25 0
Gastrointestinal akut
24
3.4. Evaluasi
Clinical Pathways bisa digunakan sebagai salah satu alat mekanisme
evaluasi penilaian risiko untuk mendeteksi kesalahan aktif (active errors) dan
laten (latent / system errors) maupun nyaris terjadi (near miss) dalam Manajemen
Risiko Klinis (Clinical Risk Management) dalam rangka menjaga dan
meningkatkan
keamanan
dan
keselamatan
pasien
(patient
safety).
Hasil dan revisi CP dapat dipakai juga sebagai alat (entry point) untuk melakukan
perbaikan dan revisi Standar Pelayanan Medis dan asuhan Keperawatan yang
bersifat dinamis dan berdasarkan pendekatan Evidence-based Medicine (EBM)
dan Evidence-based Nurse (EBN). Partisipasi aktif, komitmen dan konsistensi
dari seluruh jajaran direksi, manajemen dan profesi harus dijaga dan
dipertahankan demi terlaksana dan suksesnya program Casemix di rumah sakit.
Bila Sistem Casemix Rumah Sakit telah berjalan, maka untuk selanjutnya akan
lebih mudah untuk masuk ke dalam sistem pembiayaan lebih lanjut.
Clinical Pathway
25
BAB IV.
Sistem Pembayaran / Klaim
4.1.Sistem Retrospektif
Pembayaran restropektif sesuai namanya dalam pembiayaan kesehatan berarti
bahwa besaran biaya dan jumlah biaya yang yang harus dibayar oleh pasien atau
pihak pembayar, misalnya perusahan majikan pasien, ditetapkan setelah
pelayanan diberikan.
4.2.Sistem Prospektif
Pembayaran Prospektif secara umum adalah pembayaran pelayanan kesehatan
yang harus dibayar, besaran biayanya sudah ditetapkan dari awal sebelum
pelayanan kesehatan diberikan. Berikut adalah macam-macam jenis pembayaran
pelayanan kesehatan dengan sistem Prospektif, yaitu:
26
yang
didasari
pada
pembayaran
per
hari
perawatan,
tanpa
mempertimbangkan biaya yang dihabiskan oleh rumah sakit. Satuan biaya per
hari sudah mencakup kasus apapun dan biaya keseluruhan, misalnya biaya
ruangan, jasa konsultasi/visite dokter, obat-obatan, tindakan medis dan
pemeriksaan penunjang lainnya. Sebuah rumah sakit yang efisien dapat
mengendalikan biaya perawatan dengan memberikan obat yang paling costeffective, pemeriksaan laboratorium hanya untuk jenis pemeriksaan yang benarbenar diperlukan, memiliki dokter yang dibayar gaji bulanan dan bonus, serta
berbagai penghematan lainya, akan mendapatkan keuntungan.
5. Pembayaran Global Budget
Merupakan cara pendanaan rumah sakit oleh pemerintah atau suatu badan
asuransi kesehatan nasional dimana rumah sakit mendapat dana untuk
mmembiayai seluruh kegiatannya untuk masa satu tahun. Alokasi dan ke rumah
sakit tersebut diperhitungkan dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan tahun
sebelumnya, kegiatan lain yang diperkirakan akan dilaksanakan dan kinerja rumah
sakit tersebut. Manajemen rumah sakit mempunyai keleluasaan mengatur dana
anggaran global tersebut untuk gaji dokter, belanja operasional, pemeliharaan
rumah sakit dan lain-lain.
27
Kapitasi
untuk
fasilitas
kesehatan
primer
tingkat
pertama.
Kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayar dimuka oleh BPJS
28
untuk
bayar
laboratorium,
apotek,
bidan
dan
sebagainya.
kesehatan
lanjutan
dalam
hal
ini
adalah
rumah
sakit.
29
sakit umum dan rumah sakit rujukan nasional. Selain itu tarif ini juga disusun
berdasarkan perawatan kelas 1, 2 dan 3. Perlu diketahui, sebelumnya, dalam
Jamkesmas yang ada hanya tarif INA-CBGs untuk kelas 3.
Tabel 1. Rawat Inap Regional A, (PMK no 69 th 2013, Tentang Tarif INA- CBG)
No
Tipe RS
Kode INA
Deskripsi
Kelas 3
Kelas 2
Kelas 1
CBG
280
I - 4 - 10 - I
IMA Ringan
6.524.956
7.829.948
9.134.939
280
I - 4 - 10 - I
IMA Ringan
5.014.650
6.017.579
7.020.509
280
I - 4 - 10 - I
IMA Ringan
4.011.720
4.814.064
5.616.408
280
I - 4 - 10 - I
IMA Ringan
2.957.503
3.549.004
4.140.505
280
RSU Rujukan
I - 4 - 10 - I
IMA Ringan
11.471.714
13.766.057
16.060.400
I - 4 - 10 - I
IMA Ringan
10.189.272
12.227.127
14.264.981
Nasional
280
RSK Rujukan
Nasional
masyarakat
yang
belum
terlindungi
oleh
asuransi
kesehatan.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Dewan Sistem Jaminan Sosial Nasional dikutip
Senin (16/12/2013) menyebutkan, jumlah penduduk yang menerima asuransi baru
sebesar 151 juta jiwa. Artinya masih ada 88 juta penduduk yang belum terjamin.
Dengan adanya sistem pelayanan kesehatan terbaru atau JKN, nantinya semua
masyarakat tidak perlu khawatir lagi. Karena sesuai Undang-undang no. 40 tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), seluruh masyarakat
Indonesia akan dijamin kesehatannya melalui sebuah program perlindungan
kesehatan perorangan yang diberikan pemerintah kepada setiap warga negara
Indonesia yang disebut JKN. Jaminan tersebut dikeluarkan oleh pihak pemerintah
dan swasta, dengan pesertanya adalah PNS (Pegawai Negeri Sipil), TNI, Polri dan
karyawan swasta serta non-karyawan. Dari data yang diterima DJSN (Dewan
Jaminan Sosial Nasional), peserta BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)
kesehatan yang sudah terdaftar adalah yang sudah tergabung di Askes PNS,
pensiunan TNI, Polri sebanyak 17,3 juta, Jamsostek 5,6 juta, jamkesda 31,8 juta,
Asuransi komersial 2,9 juta dan self insuranced 15,4 juta. Selain itu, program ini
30
juga sifatnya wajib (mandatory) sehingga masyarakat yang tidak mampu juga
akan mendapatkan layanan kesehatan. Untuk metode pembiayaan kesehatan
individu yang ditanggung pemerintah, terbagi dua yaitu :
1. Bersumber dari hasil pajak
Berasal dari pajak penghasilan, pajak kepemilikan rumah, tanah dan bangunan,
pajak kendaraan bermotor, pajak kepemilikan usaha perorangan, usaha bersama,
listrik, air, dll.
2. Menggunakan sistim kapitasi yang prinsipnya adalah sejumlah individu
ditanggung dengan nilai nominal tertentu. Perlu diketahui, saat ini tidak ada
layanan kesehatan gratis melainkan pemerintah daerah telah menerapkan model
kapitasi ini melalui program Jamkesda, seperti Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang
diterapkan oleh Pemda DKI. Satu hal yang perlu ketahui, JKN nanti akan dikelola
oleh BPJS yang terbentuk dari PT. Askes dam PT. Jamsostek kesehatan yang saat
ini sudah mengelola sistim jaminan bagi PNS, TNI-Polri dan pekerja. Kedua
perusahaan milik pemerintah ini mengklaim memiliki kepersertaan kurang lebih
120 juta penerima anggota jaminan kesehatan.
31
BAB V.
Kesimpulan Dan Saran
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
1. Perlunya pembuatan coding untuk pemeriksaan laboratorium
2. Peningkatan efisiensi pelayanan kesehatan
3. Peningkatan mutu rekam medis
4. Peningkatan kecepatan dan mutu klaim pelayanan JKN INA CBGs
32
Daftar Pustaka
Adadiyah, Min. Mekanisme Pengedalian oleh Manajemen dan Peran Komite
Medis Dalam Penerapan INA-CBGs pada Pasien Jamkesmas di RS PKU
Muhammadiyah Temanggung (RS Tipe C)
Budiarto, Wasis, dkk. Biaya Klaim INA-CBGs dan Biaya Rill Penyakit
Katastropil Rawat Inap Peserta Jamkesmas di Rumah Sakit (Studi di 10 Rumah
Sakit Milik Kementrian Kesehatan Januari Maret 2012), Jakarta, 2013
Buku Panduan Layanan bagi Peserta BPJS Kesehatan, Depkes, 2012
Buku Pegangan Sosialisasi JKN - Departemen Kesehatan Republik 2013-05-24
Depkes RI, Indonesia Sehat 2010 Visi Baru, Misi, Kebijakan Dan Strategi
Pembangunan Kesehatan, Jakarta, Departemen kesehatan RI,1999
Depkes RI, Standar pelayanan Rumah Sakit, Jakarta Direktur Jenderal Pelayanan
Medik RS Umum dan pendidikan
http://health.liputan6.com/read/794240/hitung-hitungan-tarif-fasilitas-primerlanjutan-bpjs-kesehatan#sthash.QSHxf0Qa.dpuf
http://www.jamsosindonesia.com/sjsn/Program/program_jaminan_kesehatan
Martabat - www.jamsosindonesia.com, 2013
inacbg.blogspot.com/2013/12/apa-itu-ina-cbg.html
Kementrian Kesehatan RI, (2013) Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Masyarakat Tahun 2013 Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementrian
Kesehatan RI, Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI, (2013) Petunjuk Teknis Jaminan Kesehatan
Masyarakat Miskin diPuskesmas dan Jaringannya Tahun 2013 Direktorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.
Managemenrumahsakit.blogspot.com/2013/06/sistem-ina-cbgs.html
Suara Pembaharuan, 2013, Kerugian ekonomi akibat rokok.
www. bpjs-kesehatan.go.id
www.depkes.go.id/pdf.php?pg=JKN-SOSIALISASI-ISI
www.jkn.kemkes.go.id
Zaenab, Skm.Mkes, 2012, Kerugian ekonomi akibat sanitasi yang buruk.
33