Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak kecil, manusia sudah
diajarkan mengenai cinta, baik cinta
terhadap orang tua, teman, diri sendiri,
Tuhan, dan sebagainya. Namun seiring
perkembangan
dan
pertumbuhan
manusia, baik pria maupun wanita akan
mengimplementasikan cinta dengan cara
yang berbeda-beda.
Sebenarnya apakah yang dimaksud
dengan cinta? Banyak ahli memberikan
definisi cinta yang berbeda-beda. Meski
ada beragam definisi cinta, tampaknya
belum ada satu definisi yang sempurna
atau utuh yang dapat mencakup
keseluruhan makna cinta itu sendiri.
Menurut Sternberg (dalam Sternberg &
Barnes, 1988), cinta bukanlah suatu
kesatuan tunggal, melainkan gabungan
dari berbagai perasaan, hasrat, dan
pikiran yang terjadi secara bersamaan
sehingga menghasilkan perasaan global
yang dinamakan cinta.
Sternberg (1988) memiliki teori
tentang cinta yang dikenal sebagai teori
segitiga cinta (The Triangular Theory of
Love). Dalam teori segitiga cintanya
tersebut, Sternberg mencirikan cinta
terdiri dari tiga komponen, yaitu
keakraban atau keintiman (intimacy),
gairah (passion), keputusan atau
komitmen (decision/commitment).
Keakraban atau keintiman adalah
perasaan dalam suatu hubungan yang
meningkatkan kedekatan, keterikatan,
dan keterkaitan (atau dengan kata lain
bahwa intimacy mengandung pengertian
sebagai elemen afeksi yang mendorong
individu untuk selalu melakukan
kedekatan emosional dengan orang yang
dicintainya). Pasangan yang memiliki
intimacy yang tinggi akan sangat
memperhatikan
kesejahteraan
dan
b. Gairah (passion)
Meliputi rasa kerinduan yang dalam
untuk bersatu dengan orang yang
dicintai yang merupakan ekspresi
hasrat dan kebutuhan seksual. Atau
dengan kata lain bahwa passion
merupakan elemen fisiologis yang
menyebabkan seseorang merasa
ingin dekat secara fisik, menikmati
atau merasakan sentuhan fisik,
ataupun
melakukan
hubungan
seksual dengan pasangan hidupnya.
Komponen passion juga mengacu
pada dorongan yang mengarah pada
romance,
ketertarikan
fisik,
konsumsi seksual dan perasaan suka
dalam suatu hubungan percintaan.
Dalam
suatu
hubungan
(relationship), intimacy bisa jadi
merupakan suatu fungsi dari
seberapa besarnya hubungan itu
memenuhi kebutuhan seseorang
terhadap
passion.
Sebaliknya,
passion juga dapat ditimbulkan
karena intimacy. Dalam beberapa
hubungan dekat antara orang-orang
yang berlainan jenis, passion
berkembang
cepat
sedangkan
intimacy lambat. Passion bisa
mendorong seseorang membina
hubungan dengan orang lain,
sedangkan
initmacylah
yang
mempertahankan kedekatan dengan
orang
tersebut.
Dalam
jenis
hubungan akrab yang lain, passion
yang bersifat ketertarikan fisik
(physical attraction) berkembang
setelah ada intimacy. Dua orang
sahabat karib lain jenis bisa tertarik
satu sama lain secara fisik kalau
sudah sampai tingkat keintiman
tertentu. Terkadang intimacy dan
passion berkembang berlawanan,
misalnya dalam hubungan dengan
wanita
tuna
susila,
passion
meningkat dan intimacy rendah.
BAB IV
Hasil Penelitian
1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Skala Segitiga Cinta
a. Uji Validitas
Menurut Azwar (2005), koefisien
validitas dapat dianggap memuaskan
apabila melebihi 0,30. Dari hasil uji
coba pada Skala Segitiga Cinta
diperoleh hasil bahwa dari 102 item
yang diujicobakan terdapat 78 item
yang dinyatakan valid dan 24 item
yang dinyatakan gugur. Dari 78 item
yang valid tersebut memiliki korelasi
total item antara 0,306 sampai dengan
0,675. Pada tabel di bawah ini dapat
dilihat perincian item yang gugur dan
yang valid pada Skala Segitiga Cinta
yang digunakan dalam penelitian ini.
Uji Reliabilitas
Untuk mengetahui konsistensi alat
ukur, maka dilakukan uji reliabilitas.
Teknik
yang
digunakan
untuk
mendapatkan nilai konsistensi dari alat
ukur ini adalah dengan teknik Alpha
Cronbach. Dari hasil uji reliabilitas
alat ukur tersebut diperoleh nilai
reliabilitas sebesar 0,944. Hal ini
berarti alat ukur yang berupa Skala
Segitiga Cinta, reliabel.
Hasil
Uji
Normalitas
dan
Homogenitas Skala Cinta (per
Komponen)
Dari hasil uji normalitas (per
komponen) dengan menggunakan
Kolmogorov-Smirnov, pada komponen
intimacy diperoleh nilai signifikansi
untuk wanita sebesar 0,082 (p>0,05),
dan untuk pria sebesar 0,200 (p>0,05).
Pada komponen passion diperoleh
nilai signifikansi yang sama baik untuk
wanita maupun pria yaitu sebesar
0,200 (p>0,05). Pada komponen yang
terakhir, yaitu komponen commitment
diperoleh nilai signifikansi untuk
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengumpulan
data dan analisis yang telah dilakukan,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Tidak ada perbedaan cinta (total)
secara signifikan antara wanita dengan
pria masa dewasa awal.
2. Tidak ada perbedaan intimacy secara
signifikan antara wanita dengan pria
masa dewasa awal.
3. Ada perbedaan passion secara
signifikan antara wanita dengan pria
masa dewasa awal.
4. Ada perbedaan commitment secara
signifikan antara wanita dengan pria
masa dewasa awal.
Apabila dilihat dari mean
empirik yang diperoleh dari penelitian
ini baik untuk wanita maupun pria
kesemuanya berada pada kategori atau
interval yang sama-sama tinggi untuk
cinta secara keseluruhan maupun untuk
masing-masing
komponen,
yaitu
intimacy, passion, dan commitment.
Sehingga dapat dikatakan bahwa ratarata hubungan pacaran dalam penelitian
ini tidak mengalami ketimpangan
walaupun untuk komponen passion dan
commitment terdapat perbedaan yang
signifikan antara wanita dengan pria,
yaitu pria memiliki mean empirik yang
lebih tinggi dibandingkan wanita untuk
kedua komponen yang terakhir ini.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan, maka saran-saran
yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut:
1. Saran untuk Subjek
Disarankan
agar
masing-masing
subjek dapat mempertahankan cinta
yang sudah ada karena dari hasil yang
(2006).
Penyusunan
skala
psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.