You are on page 1of 39

MAKALAH

Praktikum Fisiologi Ternak Dasar


Percobaan VI & X, Percobaan VIII dan Percobaan VII
OLEH :
Kelompok 10
ABDAN BASO
RISKY DZILARSY PUTRA
NURASTUTI
FIRDAUS DWI ANGGARA
HERIYANA MUHAYYADE
SURIANI
AHMAD SYAKIR

I111 13 532
I111 13 308
I111 13 502
I111 13 342
I111 13 038
I111 13 006
I111 13 072

LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
KATA PENGANTAR

Bismillahi rahmanirahim.
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu.
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt yang hingga saat ini
telah memberikan nikmat dan hidayah-Nya terutama berupa kesempatan dan
kesehatan sehingga saya bisa menyelesaikan sebuah makalah individu dengan
judul mekanisme penyediaan daging di Sulawesi selatan Salawat, salam dan
taslim tak lupa pula kita kirimkan kepada Nabi besar Muhammad saw yang telah
mengatantarkan kita dari alam kebodohan ke alam yang dipenuhi dengan
pencerahan ini.
Terima kasih yang sebesar-besarnya juga saya haturkan kepada pihakpihak yang turut andil dalam pembuatan makalah ini. Dalam pembuatan makalah
ini pula, kami menyadari masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, untuk
itu saya senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah kami.
Akhirnya, saya berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi siapa saja
yang membacanya dan dapat dijadikan sebagai referensi bagi teman-teman yang
ingin membuat makalah serupa. Amin.
Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu.

Makassar,12 November 2014

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Sistem peredaran darah yang terdapat di dalam tubuh manusia merupakan

sebuah perangkat transportasi yang paling sempurna dan menakjubkan di dunia.


Sistem ini memiliki panjang pembuluh melebihi panjang seluruh rel kereta api di
dunia yang cakupan jaraknya mampu mencapai hitungan antara 100 ribu hingga
150 ribu kilometer
Thermofologi merupakan istilah yang menjelaskan berbagai aspek energi
dalam tubuh. Seekor hewan dalam melangsungkan hidupnya akan memproduksi
energi hasil metabolisme zat-zat makanan dalam tubuh digunakan untuk
keperluan hidup pokok, produksi atau pertumbuhan. Perubahan energi dalam
tubuh merupakan hasil perbedaan antara pertambahan energi dengan kehilangan
energi yang biasa dipengaruhi oleh aktivitas hewan, ukuran tubuh, temperatur
internal dan karakteristik fisik.
Kerangka otot merupakan pusat koordinasi dalam tubuh yang berada pada
tulang tengkorak dan diselimuti oleh jaringan. Otot dapat berkontraksi dan
terangsang oleh berbagai perlakuan baik secara fisik, mekanik, dan kimiawi.
Dalam tubuh katak banyak mengandung macam otot yaitu otot daging berserat,
melintang, dan tak sadar.
Otak adalah pusat pengendali tubuh. Kemampuan massa jaringan mirip
spons seberat satu setengah kilo untuk menerima, menyimpan, dan meneruskan
informasi sangat menaljubkan. Otak dan medula spinalis terdiri atas banyak
bagian, masing-masing dengan perannya sendiri. Karena otak dan medula spinalis
sangat vital, maka organ ini memiliki beberapa pembungkus pelindung.

1.2.

Tujuan dan Kegunaan


Tujuan dilakukannya praktikum Fisiologi Ternak mengenai Sistim Sirkulasi

Darah Kontraksi Jantung dan Peredaran Darah perifer, Fungsi otak dan integrasi
saraf, Termoregulasi dan rambut getar, Proses menelan dan respirasi pada manusia
yaitu Untuk mengetahui bentuk sirkulasi darah kontraksi jantung dan peredaran
darah perifer dalam tubuh, Untuk mengetahui fungsi otak dan pengaruh saraf
terhadap tubuh, untuk menegrtahui suhu tubuh manusia dan katak pada berbagai
kondisi dan bagaimana rambut getar bekerja pada proses penelanan makanan pada
katak, Untuk mengetahui proses menelan dan respirasi pada manusia.
Kegunaan dilakukannya praktikum Fisiologi Ternak mengenai Sistim
Sirkulasi Darah Kontraksi Jantung dan Peredaran Darah perifer, Fungsi otak dan
integrasi saraf, Termoregulasi dan rambut getar, Proses menelan dan respirasi
pada manusia yaitu agar dapat mengetahui cara kerja dalam melakukan praktikum
sehingga mampu melihat secara langsung bentuk sirkulasi darah,kontraksi jantung
dan peredaran darah perifer, agar praktikan mampu mengetahui fungsi otak dan
integrasi saraf dalam tubuh, agar praktikan mampu mengukur suhu tubuh dengan
menggunakan termometer dan dapat mengetahui bentuk dan gerakan rambut getar
pada katak, agar praktikan tahu proses menelan dan respirasi pada manusia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Sistem Sirkulasi Darah


Sistem peredaran darah ini bekerja secara otomatik tanpa henti sepanjang

siang malam. Dia bertugas menyiapkan darah lalu mengedarkannya ke seluruh


jaringan badan yang membutuhkannya sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan
oleh masing-masing sel badan tersebut yang jumlahnya bisa melebihi ratusan
milyar sel. Dalam aktivitasnya, sistem ini akan membuang sel-sel yang rusak lalu
menggantikannya dengan membentuk sel-sel baru berupa sel-sel darah merah,
pada setiap detiknya dia mampu menyiapkan satu juta sel darah merah untuk
menggantikan sel-sel yang rusak tadi (Adyan, 2009).
Menurut Anonima (2009), sistem peredaran darah manusia terbagi menjadi
dua yaitu :
1. Sistem peredaran darah tertutup
Yaitu sistem peredaran darah yang selalu berada/melalui pembuluh darah,
tidak pernah langsung masuk ke dalam jaringan tubuh. Contohnya : semua
golongan vertebrata, termasuk manusia.
2. Sistem peredaran darah terbuka
Yaitu system peredaran darah yang dapat langsung masuk ke dalam jaringan
tubuh dan masuk kedalam pembuluh getah bening dengan ujung yang terbuka.
Menurut Anonimb (2006), pembuluh darah terdiri dari 3 bagian yaitu :
1. Pembuluh darah arteri atau nadi
Pembuluh darah arteri adalah pembuluh darah yang berasal dari bilik
jantung yang berdinding tebal dan kaku. Pembuluh arteri yang datang dari bilik
sebelah kiri dinamakan aorta yang tugasnya mengangkut oksigen untuk disebar ke
seluruh tubuh. Pembuluh arteri yang asalnya dari bilik kanan disebut sebagai
pembuluh pulmonalis yang betugas membawa darah yang terkontaminasi karbon
dioksida dari setiap bagian tubuh menuju ke paru-paru.
2. Pembuluh darah vena atau balik
Pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang datang menuju serambi
jantung yang bersifat tipis dan elastis. Pembuluh vena kava anterior adalah

pembuluh balik yang berasal dari bagian atas tubuh. Pembuluh vena kava
pulmonalis adalah pembuluh balik yang berasal dari bagian bawah tubuh.
3. Pembuluh darah kapiler
Pembuluh darah kapiler adalah ujung yang berada di paling akhir dari
pembuluh arteri. Jaringan pembuluh darah kapiler membentuk suatu anyaman
rumit di mana setiap mili meter dari suatu jaringan memiliki kurang lebih sekitar
2000 kapiler darah.
2.2.

Ransangan dan Kontraksi Otot Jantung


Jantung adalah sebuah organ dengan 4 ruangan yang terdiri dari 2 atrium

dan 2 ventrikel. Kedua atrium dipisahkan oleh septum tipis dan dengan ventrikel
oleh fibrous atrio-ventricular ring. Atrium berdinding tipis dengan struktur kuat.
Ventrikel berdinding lebih tebal dan saling dipisahkan oleh septum interventricular. Otot ventricular terdiri dari 3 lapisan, yaitu endocardium, myocardium
dan epicardium. Jantung dilapisi dengan oleh perikardium inelastik yang
melindungi dari overdistension (Rachman, 2007).

Gambar 1. Jantung dan bagian-bagiannya


Fungsi dasar jantung adalah memompa darah merah yang kaya akan
oksigen dan nutrisi melalui pembuluh besar ke seluruh tubuh. Ketika oksigen
telah diserap oleh jaringan, pembuluh vena membawa balik darah yang berwarna
biru dan mengandung sedikit sekali oksigen ke jantung. Jantung mempunyai dua
sisi, dimana setiap sisi bekerja sebagai pompa terpisah. Setiap sisi dibagi lagi
menjadi 2 ruangan, jadi keseluruhannya ada 4 ruangan. Dua diatas, atria,
berfungsi sebagai tempat menampung, dua dibawah, ventrical, berkontraksi
memompa darah. Sisi kanan jantung menerima darah dari seluruh tubuh melalui

pembuluh vena dan memompa ke paru untuk mengambil oksigen. Sisi kiri jantung
menampung darah yang balik dari paru-paru dan memompa keseluruh jaringan
tubuh yang memerlukan oksigen (Anonimc, 2009).
Beberapa sifat-sifat jantung yaitu eksitabilitas adalah kemampuan jantung
untuk berkontraksi bila mendapat rangsangan dengan intensitas yang cukup besar,
daya hantar merupakan kemampuan jantung untuk menghantarkan impuls, daya
kontraksi merupakan kemampuan jantung untuk berdenyut/berkontraksi.
Keotomatisan merupakan kemampuan jantung untuk berdenyut dengan
sendirinya tanpa ada impulas yang datang dari luar jantung, hokum starling pada
jantung yaitu otot tidak berkontraksi bila kekuatan rangsangan tidak cukup kuat,
tetapi akan berkontraksi secara maksimum jika kekuatan rangsangan cukup kuat,
aksi vagus jantung yaitu saraf vagus jantung akan menghambat gerakan jantung
akan diimbangi dengan saraf simpatetik yang mempercepat denyut jantung,
jantung mempunyai periode refrakter yang lama, periode refrakter adalah saat
yang menunjukkan bahwa jaringan hidup kehilangan sifat eksitabilitas untuk
sementara, jadi pada saat itu jaringan tersebut tidak memberikan respon bila
dirangsang. Selain itu, jantung berfungsi untuk memompakan darah keseluruh
jaringan tubuh (Ganong, 1995).
Siklus jantung terbagi atas tiga periode yaitu periode sstole (periode
kontraksi) adalah statu keadaan jantung dimana ventrikel dalam keadaan
menguncup. Katub bikus dan trikuspidalis dalam keadaan tertutup dan velvuva
semilunaris arteri pulmonaris terbuka sehingga darah dari ventrikel dektra
mengalir ke arteri pulmoner dan masuk kedalam paru-paru kiri dan kanan.
Peristole adalah waktu permulaan kontraksi atrium sampai ke permulaan
kontraksi ventrikel. Diastole adalah periode dimana atrium dan ventrikel dalam
keadaan istirahat. Urutan kontraksi (sistole) dan relaksasi (diastole) dari berbagai
bagian alat jantung adalah berasal dari variasi tekanan intern atrium dan ventrikel
(Sonjaya, 2008).
Curah jantung, volume darah yang disemprotkan oleh setiap ventrikel
setiap menit, ditentukan oleh kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup.
Kecepatan denyut jantung berubah-ubah oleh perubahan keseimbangan pengaruh
simpatis dan parasimpatis pada nodus SA. Stimulasi parasimpatis memperlambat

kecepatan denyut jantung dan stimulasi simpatis mempercepatnya. Volume


sekuncup bergantung pada (Irawan, 2009) :
(1) Tingkat pengisian ventrikel, dengan peningkatan volume diastolik akhir
menyebabkan volume sekuncup yang lebih besar melalui hubungan
panjang-tegangan (kontrol intrinsik), dan
(2)

Tingkat stimulasi simpatis, dengan peningkatan stimulasi simpatis


menyebabkan peningkatan kontraktilitas jantung, yaitu peningkatan
kekuatan kontraksi dan peningkatan volume sekuncup pada volume diastolik
akhir tertentu (kontrol ekstrinsik).
Jantung katak mempunyai sistem peredaran darah ganda, dimana jantung

katak terdiri atas tiga ruang yaitu serambi kiri, serambi kanan dan bilik. Karena
jantung katak hanya mempunyai satu bilik,darah yang banyak mengandung
oksigen dan karbon dioksida masih bercampur dalam bilik jantung. Darah katak
tersusun dari plasma darah yang terang (cerah) dan berisi sel sel darah
(korpuskula), yakni sel sel darah merah , sel darah putih dan keeping sel darah.
Jantung katak terdiri dari (Ayon, 2008) :
1. Sebuah bilik yang berdinding tebal dan letaknya disebelah posterior
2. Dua buah serambi , yakni serambi kanan (atrium dekster) dan serambi kiri
(atrium sinister)
3. Sinus venosus yang berbentuk segitiga dan terletak disebelah dorsal dari
jantung
4. Trunkus arteriosus berupa pembuluh bulat yang keluar dari bagian dasar
anterior bilik.
2.3.

Fungsi Otak
Otak adalah pusat pengendali tubuh. Kemampuan massa jaringan mirip

spons seberat satu setengah kilo untuk menerima, menyimpan, dan meneruskan
informasi sangat menaljubkan. Otak dan medula spinalis terdiri atas banyak
bagian, masing-masing dengan perannya sendiri. Karena otak dan medula spinalis
sangat vital, maka organ ini memiliki beberapa pembungkus pelindung. Pelindung
paling luar adalah tulang, tengkorak mengelilingi dan melindungi otak, vertebrae
melindungi medula spinalis. Dibawah tengkorak dan vertebrae terdapat tiga

membran pembungkus (meninges), berturut-turut dari luar dura mater, araknoid,


dan pia mater (Tambayong, 2001).
Otak diselimuti oleh selaput yang disebut selaput meninges. Selaput
meninges terdiri dari 3 lapisan : Lapisan durameter yaitu lapisan yang terdapat di
paling luar dari otak dan bersifat tidak kenyal. Lapisan ini melekat langsung
dengan tulang tengkorak. Berfungsi untuk melindungi jaringan-jaringan yang
halus dari otak dan medula spinalis. Lapisan araknoid yaitu lapisan yang berada
dibagian tengah dan terdiri dari lapisan yang berbentuk jaring laba-laba. Ruangan
dalam lapisan ini disebut dengan ruang subaraknoid dan memiliki cairan yang
disebut cairan serebrospinal. Lapisan ini berfungsi untuk melindungi otak dan
medulla spinalis dari guncangan. Lapisan piameter yaitu lapisan yang terdapat
paling dalam dari otak dan melekat langsung pada otak. Lapisan ini banyak
memiliki pembuluh darah. Berfungsi untuk melindungi otak secara langsung
(Anonimd, 2008).

Gambar 2. Anatomi Otak


Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama
tetapi susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau
kulitnya (korteks) dan bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang
belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan
bagian korteks berupa materi putih. Pada otak amphibi (katak) terdapat bagianbagian (Iqbal, 2007) :
a.

Lobus olfaktorius
Lobus olfaktorius pada amphibi memiliki trunckus bulbus olfaktorius.
Lobus ini tidak terlalu berkembang. Oleh karenanya berbentuk relative kecil dan
merupakan penonjolan dari bagian yang disebut hemisperium serebri. Kurang
berkembangnya lobus olfaktorius yang berperan sebagai pusat pembau pada

amphibi, berhubungan dengan cara hidupnya yang tidak terlalu banyak


membutuhkan peran dari lobus olfaktorius sebagai pusat pembau.
b.

Otak besar (serebrum)


Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan atau gerakan sadar atau
sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada
bagian korteks serebrum yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima
rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor yang
berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat
area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik. Serebrum pada
amphibi

terdiri

atas

sepasang

hemispermiun

serebri.

Pada

serebrum

memungkinkan terjadinya aktivitas-aktivitas yang kompleks, misalnya pembiakan


dan macam-macam gerak.
c.

Otak tengah (mesensefalon)


Otak tengah terletak di depan otak kecil. Di depan otak tengah terdapat

talamus dan kelenjar hipofisis. Thalamus amphibi terletak di bagian dorsal otak
dan merupakan jembatan antara serebrum dan mesenshefalon. Sedangkan kelenjar
hipofisis terletak pada bagian ventral otak yang berfungsi mengatur kerja kelenjarkelenjar endokrin. Oleh karenanya dikatakan sebagi Master of Glands.
d.

Otak kecil (serebelum)


Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang

terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang
merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin
dilaksanakan. Serebelum pada amphibi mereduksi, karena aktifitas otot relative
berkurang.
e.

Sumsum lanjutan (medulla oblongata)


Sumsum lanjutan berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula
spinalis menuju ke otak. Sumsum lanjutan juga mempengaruhi refleks fisiologi
seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat
pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu, sumsum lanjutan juga
mengatur gerak refleks yang lain

f.

Sumsum tulang belakang (medulla spinalis)

Medulla spinalis merupakan lanjutan dari medulla oblongata yang masuk


ke dalam kanalis vertebralis. Pada amphibi, medulla spinalis mengalami
pembesaran di bagian servikalis. Medulla spinalis berfungsi menghantarkan
impuls sensori dari saraf perifer ke otak dan menyampaikan impuls motoris dari
otak ke saraf perifer. Selain itu juga merupakan pusat dari reflex.
2.4.

Aksi Integrasi Saraf


Sistem saraf adalah suatu infrakstruktur seluler yang sangat sempurna,

hubungan bercabang yang mengahsilkan kerja dengan kecepatan tinggi dan sangat
cepat dan di dalam sistem saraf ini terdapat sel saraf. Sel saraf ini biasa disebut
dengan neuron yang merupakan unit fungsional dan struktural sistem saraf pada
semua hewan multisel yang akan menerima berbagai informasi dari dalam dan
dari luar tubuh dan mengkoordinasikan semua aktivitas organ di dalam tubuh
sehingga memegang peranan dalam tingkah laku subjektif suatu makhluk hidup.
Neuron mempunyai struktur dan ukuran yang bervariasi, namun memiliki struktur
umum yang sama yaitu (Rachman, 2007) :
1. Dendrit merupakan bagian dari neuron yang khusus menerima rangsangan
baik rangsangan dari lingkungan maupun dari sel lain. Dendrit yang menjulur
masuk ke badan sel berfungsi untuk menghantar impuls listrik ke badan sel.
2. Akson merupakan bagian yang menjulur keluar dari badan sel melalui akson
hilock yang berfungsi untuk menghantarkan impuls yang berasal daribadan
sel. Akson diselubungi oleh selubung myelin yang berfungsi untuk
mempercepat penghataran impuls, oleh karena mempunyai resistensi yang
tinggi, dimana hanya pada Nodus of Ranvier aktifitas listrik membran dapat
terjadi mengakibatkan proses depolarisasi.
3. Badan sel merupakan bagian dari sel yang mempunyai nukleus berfungsi
untuk pemeliharaan metabolis dan pertumbuhan sel saraf
4. Telodendrion merupakan alat distribusi.

3
4

Gambar 3. Sel Saraf dan Bagian-bagiannya


Mekanisme penghantar impuls dapat dihantarkan melalui beberapa cara, di
antaranya melalui sel saraf dan sinapsis. Berikut ini akan dibahas secara rinci
kedua cara tersebut (Rachman, 2007) :

Penghantaran Impuls Melalui Sel Saraf


Penghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun tanggapan

melalui serabut saraf (akson) dapat terjadi karena adanya perbedaan potensial
listrik antara bagian luar dan bagian dalam sel. Pada waktu sel saraf beristirahat,
kutub positif terdapat di bagian luar dan kutub negatif terdapat di bagian dalam sel
saraf. Diperkirakan bahwa rangsangan (stimulus) pada indra menyebabkan
terjadinya pembalikan perbedaan potensial listrik sesaat. Perubahan potensial ini
(depolarisasi) terjadi berurutan sepanjang serabut saraf. Kecepatan perjalanan
gelombang perbedaan potensial bervariasi antara 1 sampai dengart 120 m per
detik, tergantung pada diameter akson dan ada atau tidaknya selubung mielin.

Gambar 4. Penghantaran Impuls Melalui Sel Saraf

Penghantaran Impuls Melalui Sinapsis


Titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron lain

dinamakan sinapsis. Setiap terminal akson membengkak membentuk tonjolan

sinapsis. Di dalam sitoplasma tonjolan sinapsis terdapat struktur kumpulan


membran kecil berisi neurotransmitter; yang disebut vesikula sinapsis. Neuron
yang berakhir pada tonjolan sinapsis disebut neuron pra-sinapsis. Membran ujung
dendrit dari sel berikutnya yang membentuk sinapsis disebut post-sinapsis. Bila
impuls sampai pada ujung neuron, maka vesikula bergerak dan melebur dengan
membran pra-sinapsis. Kemudian vesikula akan melepaskan neurotransmitter
berupa asetilkolin. Neurontransmitter adalah suatu zat kimia yang dapat
menyeberangkan

impuls

dari

neuron

pra-sinapsis

ke

post-sinapsis.

Neurontransmitter ada bermacam-macam misalnya asetilkolin yang terdapat di


seluruh tubuh, noradrenalin terdapat di sistem saraf simpatik, dan dopamin serta
serotonin yang terdapat di otak. Asetilkolin kemudian berdifusi melewati celah
sinapsis dan menempel pada reseptor yang terdapat pada membran post-sinapsis.
Penempelan asetilkolin pada reseptor menimbulkan impuls pada sel saraf
berikutnya. Bila asetilkolin sudah melaksanakan tugasnya maka akan diuraikan
oleh enzim asetilkolinesterase yang dihasilkan oleh membran post-sinapsis.

Gambar 5. Penghantaran Impuls Melalui Sinapsis


Pada pergerakan refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara
otomatis terhadap rangsangan tanpa memerlukan kontrol otak. Jadi dapat
dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih
dahulu. Contoh gerakan refleks misalnya berkedip, bersin atau batuk. Sedangkan
gerakan refleks dengan impuls melalui jualan pendek atau jalan pintas, yaitu
dimulai dari reseptor penerima rangsangan kemudian diteruskan oleh saraf sensori
ke pusat saraf, diterima oleh sel saraf penghubung tanpa diolah di dalam otak
langsung dikirim tanggapan ke saraf motorik untuk disampaikan ke efektor yaitu
otot atau kelenjar jalan pintas ini disebut lengkung refleks (Tambayong, 2001).
2.5.

Suhu Tubuh Mamalia

Thermoregulasi pada hewan endoterm merupakan hewan yang panas


tubuhnya berasal dari dalam tubuhnya, sebagai hasil dari metabolisme tubuh .
Suhu tubuh hewan endoterm termasuk didalamnya, yaitu burung (aves) dan juga
mamalia, sedangkan hewan lainnya termasuk sebagai hewan ekstoterm. Akan
tetapi, kenyataannya yang ada menunjukkan bahwa ikan tuna juga dapat
mempertahankan suhu tubuhnya pada tingkat tertentu. Adapun cara-cara yang
dilakukan oleh hewan endoterm dalam melawan suhu yang sangat panas adalah
meningkatkan pelepasan panas tubuh dengan meningkatkan penguapan, baik
melalui proses berekeringat atau terengah-engah. Melakukan gular gluttering yaitu
suatu proses menggerakkan daerah kerongkongan secara cepat dan terus menerus
sehingga penguapan melalui saluran pernafasan (dan mulut) dapat meningkat, dan
akibatnya pelepasan panas tubuh juga meningkat, menggunakan strategi
hipertermik, yaitu suatu proses mempertahankan atau menyimpan kelebihan panas
metabolik di dalam ukuran tubuh sehingga suhu tubuh dapat meningkat sangat
tinggi.
Hemotherm merupakan hewan berdarah panas. Hewan yang tergolong di
dalamnya adalah kelas aves dan mamalia. Panas terutama diperoleh dari reaksi
metabolisme di dalam sel yang menghasilkan energi. Karena panas berasal dari
dalam keluar (berlawanan dengan kadal yang berjamur baik untuk kita ini adalah
burung dan mamalia kutub. Burung dan mamalia kutub mempunyai suhu tubuh
pusat terbesar 390C, namun suhu kakinya hanya sekitar 30C. Pengaturan panas
atas thermoregulasi pada hewan ekstoterm, dimana pada ekstoterm terutama pada
karakteristik ditentukan oleh karakteristik fisik lingkungannya. Jadi, tingkah
lakunya adalah merupakan salah satu faktor yang utama dalam memelihara
temperatur tubuh secara konstan dan tetap.
Hewan poikiloterm juga dapat disebut sebagai ekstoterm karena suhu
tubuhnya ditentukan dan dapat dipengaruhi oleh suhu lingkungannya. Sementara
hemeoterm dapat disebut sebagai endoterm karena suhu tubuhnya dapat diatur
oleh produksi panas yang terjadi dalam tubuh. Sekalipun demikian, kita dapat
menentukan adanya beberapa faktor atau pengecualian, misalnya pada insecta.
Sebenarnya, insecta dikelompokkan sebagai hewan eksoterm tatapi ternyata ada
beberapa faktor pada insecta misalnya, lalat yang dapat menghasilkan tambahan

panas tubuh dengan melakukan kontraksi otot. Dengan alasan tubuh tersebut, lalat
dikatakan bersifat endotermik sebagian. Hewan mengalami pertukaran panas
dengan lingkungan disekitar atau dapat dikatakan berinteraksi panas. Interaksi
panas tersebut menguntungkan ataupun merugikan sekalipun demikian hewan
ternyata dapat memperoleh manfaat yang besar dari peristiwa pertukaran panas
ini. Interaksi panas tersebut ternyata dimanfaatkan oleh hewan sebagai cara untuk
mengatur suhu tubuh mereka, yaitu untuk meningkatkan dan menurunkan
pelepasan panas dari tubuh, atau sebaliknya untuk memperoleh panas. Interaksi
atau pertukaran panas antara hewan dan lingkungannya dapat terjadi melalui
empat cara yaitu konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi.
Konduksi
Konduksi panas merupakan perpindahan atau pergerakan panas antara dua
benda yang saling bersentuhan. Dalam hal ini benda yang suhunya lebih tinggi ke
benda yang suhunya lebih rendah. Laju aliran panas dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain luas permukaan benda yang saling bersentuhan,
perbedaan suhu awal antara kedua benda tersebut.
Konveksi
Konveksi ialah perpindahan panas antara dua benda yang terjadi melalui zat
alir (fluida) yang bergerak. Dalam hal ini, panas dari tubuh hewan dipindahkan ke
zat alir yang bergerak di dekatnya. Sebagai contoh, orang yang menggunakan
kipas angin atau berkipas-kipas karena kepanasan.
Radiasi
Radiasi adalah perpindahan panas antara dua benda yang tidak saling
bersentuhan. Contoh untuk hal ini misalnya perpindahjan panas dari matahari ke
tubuh hewan dari panas api dipereapian ke tubuh manusia atau dari panas lampu
OHP ke tubuh kita. Semakin tinggi suhu benda yang mengeluarkan radiasi.
Semakin tinggi pula intensitas radiasinya.
Evaporasi
Evaporasi atau penguapan adalah proses perubahan benda dari fase cair ke
fase gas. Perubahan benda (misalnya air) dari fase cair ke fase gas memerlukan
sejumlah energi dalam bentuk panas. Oleh karena itu apabila air direbus
menggunkaan panas atau listrik, lama kelamaan air tersebut akan berubah menjadi

uap. Apabila panas yang diperlukan untuk mengubah air (atau zat cair lainnya)
dari fase cair menjadi gas dinamakan panas penguapan.
2.6.

Rambut Getar
Rambut getar merupakan suatu selaput lendir yang terdapat dalam rongga

mulut katak dan mempunyai fungsi untuk menimbulkan aliran dari cairan mulut
dan permukaan dinding cavumn oris.
Terdapat 6 macam rambut menurut Protist Imformation server, antara lain
yaitu :
1. Chilodonella
Cilia atau rambut getar yang mempunyai panjang 120 miron. Chilodonella.
Mempunyai cytopharyngeal basket tersendiri . Berbentuk oval dengan nukleus
yang berukuran besar (macronukleus) yang terlihat dengan jelas dibawah sinar
terang.
2. Prorondon
Cilia atau rambut getar yang mempunyai panjang sekitar 141 mikron,
Prorondon mempunyai bentuk yang silindris, terbungkus oleh ectoplsma yang
tebal. Terdapat sitosom di dalamnya.
3. Colpoda
Cilia atau rambut getar mempunyai panjang dengan kisaran 60 hingga 70
mikron, oleh karena itulah colpoda merupakan cilia atau rambut getar yang
berukuran lebihj medium bila dibandingkan dengan cilia yang lainnya. Colpoda
mempunyai bentuk seperti bentuk ginjal, memiliki vacuola makanan yang
terdapat di dalam selnya, yang berguna untuk mencerna makanan.
4. Stensor
Cilia atau rambut getar yang terdapat pada cavum oris ini berbgentuk
seperti terompet, dapat juga berbentuk slindris dan mempunyai vakuola
kontrakstil di bagian atas, biasanya terdapat di air hangat dan segar.
5.

Coleps
Cilia atau rambut getar yang mempunyai bentuk yang menyerupai tong
(barrel) dengan dikelilingi oleh lapisan endoplamix. Terdapat sitosom di
bagian anterior ujung dan juga dilengkapi dengan cilia yang panjang. Cilia

ujung posterior lebih panjang dibandingkan dengan cilia yang terletak di ujung
anterior, serta mempunyai panjang 40-65 mikron.
6. Tetrahymena
Tetrahymena adalah rambut getar yang oligophymeno pharon dan pada
umumnya terdapat di air tawar. Biasa digunakan pada bahan untuk
mendemonstrasikan organisasi dari hewan tingkat rendah. Dikelilingi oleh cilia di
sepanjang tubuhnya. Tetrahymena mempunyai bventuk basal.
2.7.

Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestin, adalah sistem organ dalam

hewan multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan


nutrien, serta mengeluarkan sisa proses tersebut. Sistem pencernaan antara satu
hewan dengan yang lainnya bisa sangat jauh berbeda. Pada dasarnya sistem
pencernaan makanan dalam tubuh manusia dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses
penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut hingga lambung.Selanjutnya
adalah proses penyerapan sari - sari makanan yang terjadi di dalam usus.
Kemudian proses pengeluaran sisa - sisa makanan melalui anus (Anonime, 2009).
Pada proses pencernaan, makanan mula-mula dijadikan bagian yang kecilkecil dengan cara menggigit dan mengunyah, kemudian dihaluskan lebih lanjut
oleh asam klorida dan enzim-enzim pencernaan. Enzim-enzim ini membantu
memecahkan, atau menghidrolisis protein, karbohidrat dan lemak menjadi
senyawa dasar seperti asam amino, monosakarida dan gliserida. Jadi pencernaan
merupakan proses yang mengubah bahan makanan menjadi zat yang dapat diserap
ke dalam peredaran darah. Bahan-bahan yang tidak berguna dan malahan sebagian
yang toksik, disingkirkan (dikeluarkan) berupa feses (Tambayong, 2003).
Menurut Rachman (2007), fungsi dari sistem pencernaan yaitu sebagai
berikut:
1. Menerima nutrien (prose menelan/ingesti).
2. Menghancurkan nutrien dalam bentuk molekul-molekul kecil untuk
mencapai dan memasuki aliran darah (proses pencernaan/digesti).
3. Memungkinkan molekul-molekul tadi untuk mamasuki aliran darah
(proses penyerapan/absorbsi) sehinggga dapat dikirimkan ke seluruh

jaringan. Dimana semua proses tersebut dikoordinasi oleh gerakangerakan otot halus dan sekresi saluran pencernaan.
Struktur sistem pencernaan terbagi menjadi dua bagian yaitu traktus
gastrointestinal (saluran pencernaan) yang terdiri atas rongga mulut, pharynk,
esophagus, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus; dan organ-oragan
assesoris/tambahan yang terdiri dari lidah, gigi, kelenjar ludah, hati, kantung
empedu dan pankreas (Watson, 2002).
Menurut Tambayong (2001), saluran cerna mempunyai empat lapisan atau
tunika yaitu :
a. Tunika mukosa, yang terdiri atas epitel permukaan, basah, dilapisi mukus
(lendir) diatas lamina basal; lamina propria (jaringan ikat longgar); dan
tunika muskularis mukosa (otot polos).
b. Tunika Submukosa, dimana lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar,
yang memudahkan mukosa bergerak. Disini terdapat pleksus pembuluh
darah dan pleksus saraf disebut pleksus submukosa (Meissner), yang
berfungsi mengatur kontraksi mukosa.
c. Tunika muskularis eksterna, yang terdiri atas dua atau tiga lapis otot polos.
Lapis otot dalam (sirkuler) berfungsi menyempitkan lumen dan lapis luar
(longitudinal) memendekkan usus.
d. Tunika adventisia (serosa) adalah lapis terluar, yang terdiri atas jaringan
ikat longgar yang relatif padat. Seringkali menyatu dengan jaringan ikat
bangunan sekitarnya.
Tiga fase pencernaan yang saling bekerja sama yaitu fase sefalik terjadi
ketika kita berfikir, melihat, atau mencium makanan dalam hal ini menstimulasi
pelepasan getah lambung dan pergerakan lambung, ini sebabnay lambung
mengalami keroncongan ketika kita sedang lapar. Fase gastrik terjadi ketika
makanan ada di dalam lambung dan keberadaan makanan ini merangsang
pelepasan getah dan gerakan lambung. Fase intestinal (usus) terjadi ketika
makanan memasuki duodenum dan sekresi sserta gerakan di dalam lambung
dihambat oleh mekanisme yang digambarkan diats, yang melibatkan baik
mekanisme hormonal dan neural (Watson, 2002).
Menurut Rachman (2007), beberapa fungsi saliva yaitu :

1. Fungsi pencernaan : -amilase dan lipase


2. Fungsi proteksi : enzim lysozyme, IgA, lactoferin, proline rich protein
3. Fungsi lubrikasi : mucin
4. Fungsi deferensiasi dan pertumbuhan : NGF dan EGF
Saliva/ludah dihasilkan oleh 3 (tiga)

pasang kelenjar yaitu kelenjar

parotis merupakan kelenjar yang paling besar dan berada tepat dibawah mulut dan
telinga, panjangnya Kira-kira 5 cm dan terbuka ke dalam mulut, berlawanan arah
dengan gigi molar atas kedua. Kelenjar ini merupakan kelenjar yang dipengaruhi
oleh penyakit yang umumnya disebut gondongan. Kelenjar submandibular dan
kelenjar submaksilaris, dimana keduanya terbuka ke dalam lantai mulut dan
cairan banyak mengandung protein sehingga makanan dapat menjadi kental.
Kelanjar lidah, dimana mengandung enzim lipase (Watson, 2002).
Bolus merupakan gumpalan makanan yang terbentuk estela reguritasi dan
pengunyahan kembali dimana makanan yang telah dikunyah akan tercampur
dengan saliva yang diletakkkan di atas permukaan lidah kemudian dengan
bantuan lidah menggerakkan bolus menuju faring (Frandson, 1992).
2.8.

Sistem Sekresi
Dalam rangka memenuhi kebutuhan energi (ATP), semua makhluk hidup

menyelenggarakan berbagai reaksi metabolisme. Akan tetapi, reaksi metabolisme


tersebut tidak hanya menghasilkan ATP dan zat bermanfaat lainnya, tetapi juga
menghasilkan zat sisa. Semua zat sisa tersebut harus dikeluarkan dari dalam
tubuh untuk mempertahankan homeostasis. Pengeluaran berbagai zat sisa
metabolisme seperti sisa obat, hormone dan berbagai zat toksik (beracun)
diselenggarakan oleh sistem pengeluaran (ekskresi) (Isnaeni, 2006).
Sisa metabolisme dalam bentuk air dikeluarkan melalui sekresi urine.
Organ-organ yang penting dalam sistem urinarius terdiri atas 2 buah ginjal kiri
dan kanan, dua ureter kiri dan kanan, kandung kemih/blader serta uretra
(Frandson, 1992).
Sistem ekskresi pada manusia dan vertebrata lainnya melibatkan organ
paru-paru, kulit, ginjal, dan hati. Namun yang terpenting dari keempat organ
tersebut adalah ginjal. Setiap hari tubuh kita menghasilkan kotoran dan zat-zat
sisa dari berbagai proses tubuh. Agar tubuh kita tetap sehat dan terbebas dari

penyakit, maka kotoran dan zatzat sisa dalam tubuh kita harus dibuang melalui
alat-alat ekskresi. Alat-alat ekskresi manusia berupa ginjal, kulit, hati, dan paruparu (Rahadian, 2009).
Fungsi utama ginjal adalah mengekskresikan zat-zat sisa metabolisme
yang mengandung nitrogen misalnya amonia. Amonia adalah hasil pemecahan
protein dan bermacam-macam garam, melalui proses deaminasi atau proses
pembusukan

mikroba

dalam

usus.

Selain

itu,

ginjal

juga

berfungsi

mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan, misalnya vitamin yang larut


dalam air; mempertahankan cairan ekstraselular dengan jalan mengeluarkan air
bila berlebihan; serta mempertahankan keseimbangan asam dan basa. Sekresi dari
ginjal berupa urin. (Rahadian, 2009).

Gambar 8. Alat-alat ekskresi pada manusia yang berupa


ginjal, kulit, paruparu, dan kelenjar keringat
Struktur ginjal yaitu bentuk ginjal seperti kacang merah, jumlahnya
sepasang dan terletak di dorsal kiri dan kanan tulang belakang di daerah pinggang.
Berat ginjal diperkirakan 0,5% dari berat badan, dan panjangnya 10 cm. Setiap
menit 20-25% darah dipompa oleh jantung yang mengalir menuju ginjal. Ginjal
terdiri dari tiga bagian utama yaitu (Rahadian, 2009) :

a.

korteks (bagian luar)

b.

medulla (sumsum ginjal)

c.

pelvis renalis (rongga ginjal)


Bagian korteks ginjal mengandung banyak sekali nefron 100 juta
sehingga permukaan kapiler ginjal menjadi luas, akibatnya perembesan zat
buangan menjadi banyak. Setiap nefron terdiri atas badan Malphigi dan tubulus
(saluran) yang panjang. Pada badan Malphigi terdapat kapsul Bowman yang
bentuknya seperti mangkuk atau piala yang berupa selaput sel pipih. Kapsul
Bowman membungkus glomerulus. Glomerulus berbentuk jalinan kapiler arterial.
Tubulus pada badan Malphigi adalah tubulus proksimal yang bergulung dekat
kapsul Bowman yang pada dinding sel terdapat banyak sekali mitokondria.
Tubulus yang kedua adalah tubulus distal (Rahadian, 2009).
Pada rongga ginjal bermuara pembuluh pengumpul. Rongga ginjal
dihubungkan oleh ureter (berupa saluran) ke kandung kencing (vesika urinaria)
yang berfungsi sebagai tempat penampungan sementara urin sebelum keluar
tubuh. Dari kandung kencing menuju luar tubuh urin melewati saluran yang
disebut uretra (Rahadian, 2009).
Urine yang dikeluarkan oleh tubuh dalam sehari dapat berjumlah 9001500 ml per 24 jam, bervariasi dengan asupan cairan dan jumlah kehilangan
cairan melalui rute lain. Rata-rata berat jenis urine berkisar antara 1,002-1,030
(petunjuk jumlah zat yang terlarut dalam urine). Urine bersifat asam dengan pH
sekitar 6,0 (dengan diet biasa). Warna yang ditimbulkan oleh urine merupakan
penaruh dari urokrom yang pigmen asalnya tidak pasti). Komposisi dari urine
yaitu air, urea 20-30 gr/jam, asam urat 0,6 gr/24 jam, kretinin 1-2 gr/24 jam,
ammonia, natrium, klorida, kalium, sulfat, serta fosfat (Gibson, 2002).
Urine didorong melewati ureter dengan gelombang peristaltic, yang dapat
terjadi sekitar 1-4 kali permenit. Urine memasuki kandung kemih dalam
serangkaian semburan kecil. Pintu masuk yang miring melalui dinding kandung

kemih menjamin bahwa ujung bagian bawah tertutup selama miksi dengan
kontraksi kandung kemih, sehingga mencegah rufleks urine kembali ke ureter dan
mencegah penyebaran infeksi dari kandung kemih ke atas (Gibson, 2002).
Kandung kemih terdiri dari membran mukosa yang menjadi lipatan ketika
kandung kemih kosong, lapisan submukosa, lapisan muscular, membentuk
sebagian besar ketebalan dinding kandung kemih dan sebagian membentuk
sfingter disekitar lubang uretra serta peritoneum atau fascia pelvis pada sisi luar
(Gibson, 2002).
Miksi adalah kerja refleks yang sangat penting setelah masa bayi dikontrol
oleh pusat yang lebih tinggi pada sistem saraf. Miksi dikontrol melalui sarf eferon
menuju kandung kemih dimana pengeluaran urine dibantu dengan kontraksi otot
abdomen dan diafragma yang menyebabkan kolaps kandung kemih dengan
meningkatkan tekanan intra abdominal (Gibson, 2002).
Menurut Rahadian (2009) yang menyatakan bahwa hal-hal yang
mempengaruhi produksi urin adalah Hormon anti diuretik (ADH) yang dihasilkan
oleh kelenjar hipofisis posterior akan mempengaruhi penyerapan air pada bagian
tubulus distal karma meningkatkan permeabilitias sel terhadap air. Jika hormon
ADH rendah maka penyerapan air berkurang sehingga urin menjadi banyak dan
encer. Sebaliknya, jika hormon ADH banyak, penyerapan air banyak sehingga
urin sedikit dan pekat. Kehilangan kemampuan mensekresi ADH menyebabkan
penyakti diabetes insipidus. Penderitanya akan menghasilkan urin yang sangat
encer.
Selain ADH, banyak sedikitnya urin dipengaruhi pula oleh faktor-faktor
berikut (Rahadian, 2009) :
a. Jumlah air yang diminum, Akibat banyaknya air yang diminum, akan
menurunkan konsentrasi protein yang dapat menyebabkan tekanan koloid
protein menurun sehingga tekanan filtrasi kurang efektif. Hasilnya, urin yang
diproduksi banyak.

b. Saraf, Rangsangan pada saraf ginjal akan menyebabkan penyempitan duktus


aferen sehingga aliran darah ke glomerulus berkurang. Akibatnya, filtrasi
kurang efektif karena tekanan darah menurun.
c. Banyak sedikitnya hormon insulin, Apabila hormon insulin kurang (penderita
diabetes melitus), kadar gula dalam darah akan dikeluarkan lewat tubulus
distal. Kelebihan kadar gula dalam tubulus distal mengganggu proses
penyerapan air, sehingga orang akan sering mengeluarkan urin.
2.9. Sistem Respirasi
Respirasi adalah proses umum dimana organisma mengambil energi bebas
dalam lingkungannya dengan mengoksidasi substrat organik. Untuk mencapai
hasil tersebut, organisma tingkat tinggi memakan berbagai bahan makanan dan
mengubah menjadi molekul sederhana melalui proses pencernaan dan molekul
yang terbentuk masuk dalam sel-sel yang selanjutnya mengalami oksidasi dengan
bantuan sejumlah molekul oksigen yang berasal dari sitem pernapasan. Produk
dari oksidasi (CO2 dan H2O) dikeluarkan oleh sel ke dalam lingkungannya
(Sonjaya, 2008).
Tujuan dari pernapasan adalah untuk menyediakan oksigen (O 2) bagi
seluruh jeringan tubuh dan membuang karbondioksida (CO2) ke atmosfir. Untuk
mencapai tujuan ini, sistem pernapasan (respirasi) menjalankan fungs yaitu
(Rachman, 2007) :
1. Ventilasi paru, yaitu masuknya udara atmosfir kedalam paru sampai di
alveoli dan keluarnya udara alveoli paru ke udara bebas/atmosfir lagi.
2. Difusi O2 dan CO2 antara darah kapiler paru dan udara alveoli, hal ini
terjadi karena ventilasi berlangsung terus-menerus yang dibarengi aliran
perfusi darah ke dalam kapiler alveoli yang juga terus-menerus mengalir.
3. Transpor O2 dan CO2 dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel.
4. Pengaturan ventilasi oleh sistem saraf dan hal-hal lain yang berhubungan
dengan pernapasan.
Mekanisme terjadinya respirasi adalah udara dari laur akan masuk lewat
rongga hidung (cavum nasalis), dimana rongga hidung berlapis selaput lendir
yang didalamnya terdapat klenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat

(kelenjar sudorifera), udara dari rongga hidung akan masuk ke faring dan
selanjutnya memasuki tenggorokan berupa pipa yang panjangnya kurang lebih 10
cm, terletak dileher dan sebagian dirongga dada (toraks). Tenggorokan bercabang
menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Udara dari bronkiolus
akan masuk ke dalam paru-paru yang terletak di dalam rongga dada bagian atas
dan di bagian sampingnya dibatasi oleh otot dan rusuk dan dibagian bawah oleh
diafragmayang berotot kuat (Anonim, 2009).

Gambar 9. Skema Sistem Respirasi Pada Manusia


Dalam proses respirasi terdapat beberapa tahapan-tahapan yaitu respirasi
eksternal dan respirasi internal. Respirasi eksternal merupakan sebentuk
pertukaran gas, sehingga oksigen (O2) dari paru-paru masuk kedalam darah, dan
karbondioksida (CO2) dan air (H2O) keluar dari darah masuk ke paru-paru.
Sedangkan respirasi internal merupakan proses pertukaran karbondioksida (CO2)
dengan oksigen (O2) di tingkat sel (Tambayong, 2001).
Inspirasi adalah proses yang aktif yang disebabkan oleh kontraksi otot-otot
inspirasi yang penting adalah diafragma yang melekat pada tepi kaudal didaerah
toraks. Bila relaksasi diafragma berebntuk kubah ke dalam toraks, bila serabut
otot berkontraksi diafragma mengembang keluar sehingga terjadi peningkatan
volume toraks. Jika tulang iga meningkat, diameter toraks akan meningkat.
Gerakan ini bergantung terutamka pada otot-otot interkostal, internal dan
eksternal. Pada manusia waktu inspirasi diafragma turun 1-5 cm menyebabkan

rongga dada bertambah dan terjadi perbedaan tekanan lebih besar antara udara
luar dan di rongga intratorak (Sonjaya, 2008).
Ekspirasi, bila tidak terjadi gerakan udara yang dimana tekanan
bronkisama dengan tekanan atmosfir. Tekanan intratorak bertambah karena
diafragma dan tulang rusuk kembali kepada kedudukan semula. Hal ini
menyebabkan udara didalam paru-paru didorong keluar karena tekanan intratoraks
bertambah dan elastisitas paru-paru iru sendiri. Pada saat otot-otot inspirasi rileks
maka volume torak menurun, tetapi jumlah udara dalam paru-paru mulai tetap
sama, oleh karena itu tekanan intrapulmonari meningkat di atas tekanan udara
luar, darah mengalir dari paru-paru ke eksterna sampai tekanan sama lagi
(Sonjaya, 2008).
Dalam proses respirasi terdapat pigmen yang bertanggung jawab dalam
proses inu yaitu hemoglobin yang berwarna merah dan akan berikatan dengan
oksigen (O2) membentuk oksihemoglobin yang sifatnya lebih asam dari
hemoglobin. Suatu protein yang mengandung senyawa dari hemin disebut
hemoglobin dimana hemoglobin ini merupakan pigmen respirasi karena
mempunyai peranan dalam mengangkut gas yang terlibat keseimbangan asam
basa (Guyton, 1995).
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses respirasi yaitu pengaruh korteks
cerebrasi karena adanya koneksi antara cerebrasi dengan pusat pernafasan. Ini
berarti bahwa kita dapat merubah corak pernafasan. Orang dapat menahan nafas
menurut kemauannya tetapi kemampuan nafas dapat dibatasi oleh peningkatan
kadar karbondioksida dan ion H+darah. Faktor yang kedua yaitu refleks inflasi,
pada dinding bronki terdapat reseptor yang sensitive terhadap rangsangan yang
disebut stretch reseptor (Frandson, 1992).
Respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor; yaitu umur, dimana
semakin tua seseorang maka frekuensi pernapasannya semakin tinggi; jenis
kelamin, dimana antara pria dan wanita memilki frekuensi pernapasan yang
berbeda; posisi tubuh dan kegiatan tubuh, dimana posisi dan kegiatn yang
dilakukan akan mempengaruhi frekuensi pernapasan yang dihasilkan; dan faktor
yang terakhir adalah suhu tubuh, dimana bila kita melakukan aktivitas seperti lari

dapat meningkatkan suhu tubuh yang berakibat pada frekuensi pernapasan yang
juga mengalami peningkatan (Ganong, 2003).
Menurut Sonjaya (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi difusi gas
melintasi epitel atau membran pernapasan yaitu :
1. Tekanan Parsial Gas
Gas akan bergerak dari suatu daerah bertekanan tinggi ke gas bertekanan
rendah. Tekanan parsial gas adalah tekanan total campuran gas x % gas dalam
campuran..
2. Luas permukaan epitel atau membrane pernafasan
Pada variable lain tetap, semakin luas membran maka semakin meningkat
difusi gas.
3.

Kecepatan sirkulasi darah paru-paru


Bila kecepatan aliran darah meningkat dikapiler paru-paru, maka setiap ml
darah yang meninggalkan kapiler paru-paru akan mengandung lebih sedikit
O2.

4.

Reaksi kimia yang terjadi di dalam darah


Kecepatan dan efisiensi reaksi

kimia yang terjadi dalam darah

menentukan jumlah oksigen dan karbondioksida yang ditransfer antara darah


dan udara alveolus
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Praktikum Sistem Sirkulasi Darah dan Kontraksi Jantung Peredaran
Darah Perifer
3.1.1 Rangsangan dan Kontraksi Otot Jantung
Tabel 9. Rangsangan dan Kontraksi Otot Jantung
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
Normal (menit)

Kontraksi Jantung
Perikardium dilepas
(menit)

Stanius I

Stanius II

(menit)

(menit)

45
46
Sumber : Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak, 2014

25

27

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat pada keaadaan normal otot jantung
berkontraksi selama 45 denyutan/menit. Kemudian saat perikardium dilepas
jantung berkontraksi sebanyak 46 denyutan/menit. Kemudiaan saat stanius I,
jantung berkontraksi sebanyak 25 denyutan/menit dan saat stanius II, jantung
berkontraksi sebanyak 27 denyutan/menit. Hal ini menunjukkan dengan adanya
pengikatan otot dengan erat maupun longgar akan meningkatkan denyutan
jantung karena pengikatan akan menghambat sisi salah satu jantung. Nilai
denyutan jantung. Nilai denutan jantung dalam keadaan normal. Hal ini sesuai
dengan pendapat Aryulina (2008) yang menyatakan bahwa pada saat jantung
normal dalam keadaan istirahat, maka pengaruh parasimpatis dominan dalam
mempertahankan kecepatan denyut jantung sekitar 60-80 denyutan/menit.

3.1.2 Sistem Sirkulasi Darah


Gambar 5 : Hasil Praktikum Sistem Sirkulasi Darah pada Katak
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK DASAR
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
Keterangan:
A. Arteri
B. Vena
Preparat
: Selaput Renang pada Katak
Pembesaran : 40 x
Sumber : Data Hasil Pengamatan Praktikum Fisiologi Ternak, 2014
Berdasarkan gambar diatas dapt dilihat bahwa sistem sirkulasi darah pada
katak melalui dua pembuluh darah, yaitu pembuluh darah arteri yang membawa
darah dari janting dan pembuluh darah vena yang membawa darah menuju
jantung. Hal tersebut dapat ditandai dengan aliran darah dimana jika aliran darah
menjauhi jantung, maka pembuluh darah tersesbut adalah arteri sementara jika
aliran darahnya menjauhi jantung, maka pembuluh darah tersebut adalah vena.
Hal ini sesuai pendapat Sonjaya (2013) yang menyatakan bahwa arteri adalah
pembuluh yang keluar dari jantung menuju kapiler sedangkan vena merupakan
kebalikannya. Dan juga sesuai dengan pendapat Susilowarno (2009) yang
menyatakan bahwa arteri pulmonalis darah menuju paru-paru untuk dipertukarkan
secara difusi antara CO2 dan O2.

3.1.3 Kontraksi Otomatis Jantung


Hasil pengamatan mengenai kontraksi otomatis jantung dapat dilihat pada
Tabel.10
Tabel 10 : Kontraksi Otomatis Jantung
Waktu (menit)

Jumlah Denyutan

1
60
2
61
3
60
4
62
5
59
Sumber : Data Hasil PengamatanPraktikum Fisiologi Ternak, 2014
Dari hasil tabel diatas terlihat bahwa pada menit 1, 2, 3, 4 dan 5
didapatkan hasil yaitu 60, 61, 60, 62 dan 59 denyutan/menit. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin lama waktunya maka jumlah denyutan juga semakin menurun.
Hal ini sesuai dengan pendapat Erliyanto (2008) yang menyatakan bahwa jantung
normal berada diantra 60-100 denyutan per menit.
3.2 Fungsi Otak dan Integrasi Saraf
3.2.1 Rangsangan dan Kontraksi Otot Jantung
Tabel 11. Rangsangan dan Interaksi Sel Saraf
Perlakuan

Normal

Keseimbangan Badan

+++

Frekuensi Nafas

++

Sikap Badan

+++

Gerakan Spontan

++

Kemampuan Berenang
+++
Sumber : Data Hasil Pengamatan Praktikum Fisiologi Ternak, 2014
Berdasarkan tabel diatas didaptkan hasil pada keseimbangan badan, sikap
badan dan kemampuan berenang pada katak pada saat katak normala sangant
baik, sedangkan pada perlakuan frekuensi nafas dan gerakan spontan pada katak
yang normal cukup baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Isnaeni (2010) yang
menyatakan bahwa pusat integrasi pada hewan biasanya berupa otak atau korda
spinalis peran pusat integrasi adalah membandingkan informasi yang diterima
sesuai dengan keadaan yang seharusnya. Jadi apabila otak dan korda spinalis

berjalan normal maka perilaku pada katak juga tidak tergganggu sebagaimana
mestinya.
3.2.1 Rangsangan dan Kontraksi Otot Jantung
Tabel 12. Fungsi Otak
Perlakuan

Normal

Spinal

Deserebrasi

+++

++

Sikap Badan

+++

Gerakan Spontan

++

Keseimbangan
Badan
Frekuensi Nafas

Kemampuan

+++
+
Berenang
Sumber: Data Hasil Praktikum Fisologi Ternak, 2014

Berdasarkan tabel diatas dapat hasil pada keseimbangan badan, sikap


badan dan kemampuan berenangn pada katak normal adalah sangan baik (+++)
dan pada sikap perlakuan frekuensi nafas dan gerak spontan cukup baik (++).
Pada katak yang telah mengalami spinal, keseimbangan badan, frekuensi nafas,
sikap badan, gerakan spontan dan kemampuan berenang pada katak buruk (+) dan
katak yang telah mengalami deserebrasi, keseimbangan dan sikap badan buruk (+)
dan pada frekuensi nafas, gerak spontan dan kemampuan berenang sangat buruk
(-). Hal ini menunjukkan bahwa katak yang mengalami spinal memiliki sikap
yang buruk apalagi jika katak deserebrasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim
(2012) yang menyatakan bahwa sereberul berfungsi sebagai pengontrol mental,
tingkah laku, pikiran, kecerdasan dan keseimbangan tubuh. Jadi apabila
cerebelum pada katak dilepas atau dirusak, maka fungsu otak yang mengatur
kegiatan dan prilaku katak akan terganggu.

3.3 Termoregulasi dan Rambut Getar


3.3.1 Suhu Tubuh Manusia
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 13. Hasil Praktikum Suhu Tubuh Manusia
Perlakuan (C)
Normal
Air Dingin
1
36,8
36,8
2
39
39
Sumber: Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak, 2014
Kelompok

Ketiak
36,2
40

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan didapatkan bahwa suhu


tubuh manusia normal yaitu 36,8 C dan setelah diberi perlakuan air dingin
dengan cara berkumur dengan air dingin, suhu tubuhnya tetap 36,8 C, serta pada
perlakuan pada ketiak yaitu 36,2 C. Hal ini menujukkan bahwa pada setiap
perlakuan relatif konstan karena manusia termasuk homeoterm yaitu suhu
tubuhnya tidak dipengaruhi oleh lingkungan, sehingga suhu tubuhnya konstan.
Hal ini sesuai dengan Irianto (2011) yang menyatakan bahwa hewan homoeterm
adalah hewan yang mempunyai serangkaian respon refleks, terutama terintegrasi
dalam hipotalamus bekerja untuk mempertahankan suhu tubuh dalam batas-batas
yang sempit walaupun fluktuasi suhu besar.
3.3.2 Suhu Tubuh Katak
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 14 : Hasil Pengamatan Suhu Tubuh Katak
Perlakuan (C)
Normal
Air Dingin
1
26
28
2
29
30
Sumber: Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak, 2013
Kelompok

Ketiak
32
35

Berdasarkan praktikum yang telah di laksanakan, maka diperoleh hasil


bahwa suhu tubuh katak berubah-ubah sesuai dengan perilaku yang diberikan,
karena hal ini menandakan bahwa suhu tubuh katak dipengaruhi oleh lingkungan
kaerna katak termasuk hewan poikiloterm. Hal ini sesuai dengan Isnaeni (2006)
yang menyatakan bahwa hewan poikiloterm yaitu hewan yang suhu tubuhnya
selalu berubah seiring dengan berubahnya suhu lingkungan.
3.3.3 Rambut Getar
Gambar 6: Hasil Pengamatan Rambut Getar pada Katak

LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK DASAR


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
Keterangan:
A. Pengamatan
B. Internet
Preparat
: Saliva Katak
Pembesaran : 100 x
Sumber: Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak, 2014
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil bahwa
didalam rongga mulut katak terdapat rambut getar yaitu tetrahymenal yang
terletak pada langit-langit rahang atas katak dan berbentuk basal dan dikelilingi
oleh cilia. Hal ini sesuai dengan pendapat Isnaeni (2006) yang menyatakan bahwa
tetrahymenal adalah rambut getar yang pada umumnya terdapat pada mulut dan
kerongkongan,

biasanya

berfungsi

untuk menelan

makanan

kerongkongan dan berbentuk basal serta dikelilingi oleh cilia.

masuk

ke

3.4 Proses Menelan dan Respirasi pada Manusia


3.4.1 Ekskresi Urine
Tabel 15. Hasil Ekskresi Urine
Volume (mL)
Pr.
Lk.
70
90

No.

Jenis Minuman

Air Mineral

Kopi tanpa gula

40

Kopi pakai gula

Warna
Pr.
Orange

Lk.
Kuning

20

Kuning

Kuning

80

150

Kuning

Kuning

Teh tanpa gula

200

100

Kuning

Kuning

Teh pakai gula

80

100

Orange

Orange

Susu putih

20

20

Orange

Orange

Susu coklat

180

100

Orange

Orange

Bau
Pr.

Lk/

Pesing/ amonia

8
Nutrisari
100
100
Orange Orange
Sumber: Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak, 2014
Dari hasil praktikum dapat dilihat bahwa berbagai jenis miniman volume
urine relatif berbeda-beda. Volume urine pada laki-laki berkisar antara 20-150 mL
sedangkan pada perempuan berkisar antara 20-200 mL. Warna urine relatif
berbeda yaitu jingga dan kuning. Sementara bau urine pada dasarnya sama yaitu
pesing atau amonia
Perbedaan volume urine pada setiap orang dengan jenis minuman yang
berbeda. Salah satu faktor yang mempengaruhi ekskresi urine yaitu minuman. Hal
ini sesuai dengan pendapat Eleks (2010) yang menyatakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi perbedaan pada pola berkemih yaitu asupan nutrisi cairan
atau minuman yang dikonsumsi serta tingkat gula suatu minuman.
Perbedaan volume urine laki-laki dan perempuan berbeda-beda urine yang
dikeluarkan laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Ini disebabkan karena
frekuensi berkemih pada wanita lebih sering daripada laki-laki namun volumenya
lebih sedikit. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Marya (2013) yang
menyatakan bahwa frekuensi berkemih pada wanita lebih sering daripada laki-laki
hanya saja volumenya lebih sedikit dibandingkan laki-laki.

Bau urine pada semua sampel sama yaitu berbau khas amonia. hal ini
dikarenakan adanya pemecahan urea pada bakteri. Hal ini sesuai dengan pendapat
Danarie (2011) yang menyatakan bahwa bau urine normal adalah bau khas
amonia yang merupakan hasil pemecahan urea oleh bakteri.
Warna urine yang dilakukan atau dihasilkan berbeda-beda atau bervariasi
mulai dari jingga dan kuning baik laki-laki maupun perempuan. Warna kuning
pada urine menunjukkan kadar gula yang dikonsumsi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Danarie (2011) yang menyatakan bahwa warna urine yang normal
adalah warna kunign karena adanya pigmen urochrome.
Berdasarkan

pengamatan

yang

dilakukan,

volume

urine

yang

ditambahakan gula ekskresinya lebih sedikit dari minuman yang tidak


ditambahkan gula. Hal ini terjadi karena gula diserap oleh sel-sel tubuh. Hal ini
sesuai pendapat Oktavia (2010) yang menyatakan bahwa pengeluaran urine pada
minuman yang mengandung gula akan lebih sedikit karena gula diserap oleh
tubuh.
3.4.2 Proses Menelan
Tabel 16. Hasil Pengamatan Kemampuan Menelan
No.

Perlakuan

Menelan kering

Kemampuan Menelan
Lk.
Pr.
-

Menelan basah

+++

+++

Menelan dengan terbalik

Laring terangkat

5
Menelan dengan bolus
++
Sumber: Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak, 2014

++

Berdasarkan hasil Praktikum dapat dilihat bahwa pada proses menelan


dengan bolus kering, makanan sukar untuk ditelan sedangkan pada proses
menelan dengan bolus basah mudah dilakukan. Menelan dengan bolus kering sulit
dilakukan karena kerongkongan dan mulut yang kering menghambat jalannya
makanan dan sebaliknya. Kelenjar ludah (saliva) membantu mencerna makanan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Nania (2009) yang menyatakan bahwa air ludah
berperan penting dalam proses perubahan zat makanan secara kimiawi dalam
mulut.

Pada saat menelan secara terbalik, makanan sulit untuk ditelan meskipun
makanan akhirnya tertelan. Hal ini dikarenakan saat makanan berada di
kerongkongan, makanan didorong dengan gerak peristaltik sehingga makanan
tertelan walaupun keadaan terbalik. Hal ini sesuai dengan pendapat Elexs (2010)
yang menyatakn bahwa kerongkongan adalah saluran pencernaan yang
menghubungkan rongga mlut dengan lambung. Didalam kerongkongan terjadi
gerak peristaltik.
Kemampuan menelan saat laring terangkat juga sulit dilakukan karena
laring sebagai saluran pencernaan ditahan atau diangkat sehingga makanan sulit
untuk diteruskan ke kerongkongan. Hal ini sesuai dengan pendapt Padapi (2010)
yang menyatakan bahwa deglutisi atau proses menelan harus melewati laring dan
oeshopagus.
3.3.4 Proses Respirasi Manusia
Gambar 7: Sistem Respirasi Manusia
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK DASAR
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

Sumber: http://animesoppeng.blogspot.com/2013/respirasi-pada-manusia.html

1. Hidung

Hidung merupakan alat pernapasan yang paling awal yang dilalui udara.
Di dalam rongga hidung mengalami penyaringan dan penghangatan. Penyaringan
ditunjukkan kepada benda-benda asing yang tidak berbentuk gas, misalnya debu.
Benda tersebut dihalangi oleh rambut-rambut halus (silia) yang tumbuh keluar.
Penghangatan yaitu mengubah suhu udara agar sesuai dengan suhu tubuh.
Penghangatan ini terjadi akibat kontaknya silia tersebut dengan permukaan selaput
lendir sehingga menjadi lembab. Jaringan yang terdapat di dalam rongga hidung
adalah epithelium silindris bersilia.
2. Faring (Rongga Tekak)
Faring merupakan rongga persimpangan antara jalan pernapasan dengan
jalan makanan (esophagus). Di dalam faring terdapat katup penutup rongga
hidung yang disebut uvula atau anak tekak. Selain itu juga terdapat epiglotis yang
berfungsi untuk mengatur pergantian perjalanan pernapasan dan makanan pada
persimpangan tersebut.
3. Laring (Pangkal Tenggorokan)
Merupakan daerah pangkal batang tenggorokan yang bertindak sebagai
daerah pembentukan suara, dimana di dalamnya terdapat tulang rawan yang
membentuk jakun. Di dalam laring terdapat selaput suara yang ketegangannya
diatur oleh serabut-serabut otot, sehingga dapat menghasilkan tinggi rendahnya
nada yang diperlukan.
4. Trakea (Batang Tenggorokan)
Merupakan saluran respirasi yang befungsi sebagai saluran udara dan
panjangnya 10 cm serta terdiri dari 16-20 gelang cincin. Cincin-cincin ini terdiri
dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C). Trakea ini
terdiri dari 3 lapis yaitu :
a. Lapis luar terdiri atas jaringan ikat
b. Lapis tengah terdiri dari otot polos dan cincin tulang rawan
c. Lapis terdalam terdiri atas jaringan epitel bersilia yang menghasilkan
banyak lendir yang berfungsi untuk menangkap dan mengembalikannya ke
hulu saluran pernapasan benda-benda asing yang akan masuk ke dalam
peru-paru

5. Bronkus (Cabang Batang Tenggorrokan)


Merupakan cabang batang tenggorokan yang terletak di dalam dada.
Batang bronkus menuju ke paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Paru-paru kanan
lebih gampang rusak karena letaknya yang lebih tegak dibanding paru-paru kiri.
Di dalam paru-paru tiap bronkus membentuk cabang-cabang yang disebut
bronkiolus. Dinding bronkus juga terdiri atas tiga lapis yaitu jaringan ikat, otot
polos dan jaringan epitel, seperti pada trakea, perbedaannya adalah dinding trakea
jauh lebih tebal dan cincin tulang rawan pada bronkus tidak berbentuk lingkaran
sempurna. Sel-sel epitel bersilia pada bronkus semakin lama akan berubah
menjadi sisik epitel.
6. Pulmo (Paru-Paru)
Paru-paru terletak di dalam rongga dada di kanan dan kiri jantung dan
dilindungi oleh tulang-tulang rusuk yang berbentuk sangkar. Paru-paru dibungkus
oleh selaput yang disebut Pleura. Pleura ini merupakan selaput tipis rangkap dua.
Diantara selaput tersebut dengan paru-paru terdapat cairan limfa, yang berfungsi
untuk melindungi paru-paru dari gesekan pada waktu mengembang dan
mengempis. Paru-paru kanan memiliki tiga lobus sedang paru-paru kiri hanya
memiliki dua lobus. Mengembang dan mengempisnya paru-paru disebabkan
perubahan tekanan dalam rongga dada.
7. Alveolus
Merupakan saluran akhir dari sistem pernapasan. Alveolus berupa
gelembung-gelembung udara. Pada bagian alveolus ini terjadi pertukaran oksigen
dari udara bebas ke sel-sel darah dan karbondioksida dari darah ke udara bebas.
Pertukaran ini terjadi secara difusi yang berhubungan dengan kapiler-kapiler
darah. Pada paru-paru terdapat kurang lebih 300 juta alveolus.

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat dismpulkan bahwa :
a.

Pembuluh darah arteri lebih cerah dibanding dengan pembuluh darah vena
karena arteri mengandung oksigen. Pada saat pengikatan stanius terjadi
penurunan denyut jantung karena trerhambatnya aliran darah dari
pembuluh vena masuk kedalam ventrikel. Ketika jantung dikeluarkan dari
tubuh katak , jantung tersebut masih dapat berdenyut, hal ini dikarenakan
jantung memiliki sifat otomatis artinya masih bisa berdenyut walaupun

b.

jantung tidak diberi ransangan atau stimulus.


Perlakuan yang dilakukan untuk menguji kemampuan saraf dan otak
dalam merespon rangsangan yang diberikan kepada katak, sikap badan,
keseimbangan badan, kemam[puan berenang dan frekuensi nafas diatur
dalam serebelum atau otak kecil sedangkan gerakan-gerakan spontan

c.

dipengaruhi kemampuan medulla oblongata.


Hewan homeoterm mengatur suhu tubuh dengan proses metabolisme dan
hewan pokiloterm mengatur suhu tubuh dengan menyesuaikan kondisi

d.

suhu lingkungan.
Yang berperan dalam proses menelan adalah saliva yang terdapat di dalam
mulut yang berfungsi untuk melarutkan makanan. Kemudian dengan
meminum zat deuretik maka produksi urin seseorang akan meningkat yang
menyebabkan seseorang buang air kecil.

DAFTAR PUSTAKA

Adyan. 2009. Sistem Peredaran Darah. http://peredaran _darah_bio.htm. Diakses


11 novembe 2014
Anonima. 2000. Jaringan Otot. http://jaringan-otot.html. Diakses, 11 novembe
2014
______b. 2009. Mekanisme Perubahan Panas. http://ipa_mekanisme_html. 11
novembe 2014
______c. 2009. Cilia. www.pirx.com/droplet/gallery/cilias.html. Diakses, 11
novembe 2014
______d. 2009. Mekanisme Kerja Otot. http://www.crayonpedia.org/mw/6._
Mekanisme_Keraja_Otot_pada_Vertebrata_11.2. Diakses, 11 novembe
2014
______e. 2009. Pengaturan Suhu Tubuh. http://biologi-pengaturan_suhu_tubuh /
0085 Bio 2-9d.htm. Diakses tanggal 11 novembe 2014
Ayon.
2008.
Sistem
Peredaran
Darah
Pada
Vertebrata.
http://www.crayonpedia.org/mw/6._Sistem_Peredaran_Darah_pada_Verte
brata_11.2. Diakses, 11 novembe 2014
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Ganong, William. 2003. Fisiologi Kedokteran Edisi 20. Penerbit:Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Gibson. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. EGC, Jakarta.
Guyton, Arthur C. 1983. Fisiologi Manusia dan Mekanismenya terhadap Penyakit.
EGC Penerbit Buku kedokteran. Jakarta.
Iqbal. 2007. System Syaraf. http://SISTEM SYARAF i q b a l a l i . c o m.htm.
Diakses, 11 novembe 2014.
Irawan, Panji. 2009. Fisiologi Jantung. http://panji1102.blogspot.com. Diakses, 11
novembe 2014
Rachman, Erwin.dkk. 2007. Fisiologi. Universitas Indonesia Timur, Makassar.
Rahadian. 2009. Sistem Ekskresi pada Manusia.
http://poexpoe.files.wordpress.com/ 2008/06/sistem-ekskresi manusia1.pdf
Sonjaya. 2008. Bahan Ajar FisiologiTernak Dasar. Universitas Hasanuddin,
Makassar
Tambayong, Jan. 2001. Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan. Penerbit:Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Waston, D., Wiese , d , Vaidya, J, & Tellegen, A. (2002). The two general
activation systems of affect: Structural findings, evolutionary
considerations, and psychobiological evidence. Jurnal of personality and
Social Psycology, 76, 820-838.

You might also like