Professional Documents
Culture Documents
a. Kortek Cerebri
Kortek cerebri yang mengatur fungsi motoris terletak pada sulcus presentralis.Sulcus
presentralis berjalan ke anterior sejajar dengan sulkus sentralis.Sulkus presentralis terbagi
lagi menjadi sulkus presentralis superior dan sulkus inferior.Sulkus frontalis superor dan
inferior berasal dari sulkus presentralis menuju kearah depan dan bawah serta membagi
permukaan lateral lobus frontalis menjadi tiga gyrus yang sejajar yaitu : gyrus frontalis
superior, medius, dan inferior.Pada lobus frontalis terdapat area motorik untuk gerakan
volunteer ,area ini terbagi lagi yaitu baca selengkapnya. untuk kaki, ankle, lutut, pinggul,
badan, siku,wrist, angan, leher, muka, lidah , lariynx, yang bekerja dari atas kebawah.Area
area ini berhubungan dengan motor cranial dan AHC, secara menyilang kesamping yang
berlawanan didaerah kortiko spinal track.Lobus parietalis terdapat area sensorik, sensasi
kinestetik terjadi akibat adanya impuls yang ditimbulkan oleh perangsangan propioseptor
diotot, tendon, dan sendi secara tidak disadari namun sampai saraf pusat, bila mana ada
kerusakan maka rehabilitasinya sangat sulit.Lobus oksipitalis disini terdapat area penglihatan,
informasi yang diterima mata tidak akan diproses diotak bila area ini mengalami kerusakan.
Kerusakan pada area ini akan berakibat berkurangnya pendengaran atau hilang sama
sekali.Berkaitan dengan gangguan motorik pada stroke maka penulis menambahkan bagian
kortek cerebri yang dapat dipergunakan sebagai dasar referensi bagi lokalisasi proses
fisiologis dan patologis dengan memakai angka angka yang dibuat oleh Broadman dengan
memberikan label label pada masing masing daerah yang dianggap berbeda dalam
kortek cerebri.Pada lobus frontalis daerah tersebut telah terbagi menjadi beberapa area
diantaranya area 4 terletak pada gyrus presentralis dan lobus precentralis merupakan daerah
motorik yang utama.Area 6 terletak pada gyrus frontalis superior dan medial merupakan
bagian sirkuit ekstrapiramidal dan premotor.Area 8 terletak pada gyrus frontalis superior dan
medial berhubungan dengan pergerakan mata dan perubahan pupil.Area 9, 10, 11, 12 daerah
asosiasi frontalis.
Vaskularisasi otak
Penelitian kebutuhan vital jaringan otak akan oksigen dapat dicerminkan dengan
melakukan percobaan dengan menggunakan kucing, para peneliti menemukan lesi permanen
yang berat didalam cortex kucing setelah sirkulasi darah otaknya dihentikan hampir selama 3
menit.Diperkirakan bahwa metabolisme otak menggunakan kira kira 18% dari total
konsumsi oksigen oleh tubuh. Pada manusia, dalam suatu saat mungkin otak mengandung
kira kira 7 ml total oksigen, yang dengan kecepatan pemakainan normal akan habis kira
kira 10 detik, oleh karena itu tidaklah mengherankan kalau masa hidup jaringan SSP yang
menghadapi kekurangan oksigen cukup singkat (Chusid, 1993). Berat otak hanya 2,5 % dari
berat badan seluruhnya namun otak merupakan organ yang paling banyak menerima darah
dari jantung yaitu 20 % dari seluruh darah yang mengalir ke seluruh bagian tubuh
(Lumantobing, 2001). Pengaliran darah ke otak dilakukan oleh dua pembuluh arteri utama
yaitu sepasang arteri karotis interna yang mengalir sekitar 70% dari keseluruhan jumlah
darah otak dan sepasangarteri vertebralis yang memberikan 30% sisanya. Arteri
karotisbercabang menjadi arteri cerebri anterior dan arteri cerebri media yang memperdarai
daerah depan hemisfer cerebri, pada bagian belakang otak dan di bagian otak dibalik lobus
temporalis. Kedua bagian otak terakir ini memperoleh darah dari arteri cerebri
posterior yang berasal dariarteri vertebralis (Chusid, 1993).
Peredaran darah otak dipengaruhi oleh beberapa faktor :
(1) Tekanan darah dikepala (perbedaan antara tekananarterial dan venosa pada daerah
setinggi otak), tekanan darah arteri yang penting dan menentukan rata rata 70 mmHg, dan
dibawah tekananan ini akan terjadi pengurangan sirkulasi darah yang serius
(2) Resistensicerebrovasculer: Resistensi aliran darah arteri melewati otak
dipengaruhi oleh :
(a)Tekanan liquor cerebrospinalis intracranial, peningkatan resistensi
terhadap aliran darah terjadi sejajar dengan meningginya tekanan liquor
cerebrospinalis, pada tekanan diatas 500 mm air, terjadi suatu restriksi sirkulasi yang
ringan sampai berat
(b)Viskositas darah : Sirkulasi dapat menurun lebih dari 50 %
padapolycythemia, suatu peningkatan yang nyata didalam sirkulasi darah otak dapat
terjadi pada anemia berat
(c) Keadaan pembuluh darah cerebral, terutama arteriole : Pada keadaan
patologis, blok ganglion stelata dapat mengalami kegagalan untuk mempengaruhi
aliran darah otak (Chusid,1993)
3.
Etiologi
Dilihat dari etiologi stroke dapat dibagi dalam golongan besar yaitu stroke
haemoragik (perdarahan) dan stroke non haemoragik (infark ishkemia). Etiologi yang akan
penulis bahas disini adalah stroke non haemoragik saja.
Stroke non haemoragik, sangat erat hubungannya dengan atherosclerosis.
Kata atherosclerosis digunakan bagi sekelompok kelainan yang mengakibatkan menebalnya
serta mengurangnya kelenturan (elasitis) dinding pembuluh darah arteri.
Terdapat 3 jenis atherosclerosis, yaitu:
(1) atherosclerosis (ditandai oleh pembentukan ateromata (plaque intima)fokal,
(2) sclerosis Monckeberg (ditandai oleh pengapuran pada tunika mediapembuluh
darah arteria);
(3) atherosclerosis dengan ditandai oleh proliferasi fibro muscular atau
penebalan endotel dinding arteri berukuran kecil dan arteriol . (Lumantobing 2003).
Manifestasi Klinis atherosclerosis bermacam macam. Kerusakan dapat terjadi
melalui mekanisme sebagai berikut :
(1) Lumen arteri menyempit dan menyebabkan berkurangnya aliran darah.
(2) Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi trombosis atau perdarahan pada
ateroma.
(3) Merupakan tempat untuk terjadinya thrombus dan kemudian dapat melepaskan
kepingan thrombus (embolus).
(4) menyebabkan dinding pembuluh menjadi lemah dan terjadi aneurisma yang
kemudian dapat robek (Lumantobing, 2003).
Faktor yang mempengaruhi aliran darah diotak diantaranya :
(1) keadaan arteri, arteri dapat menyempit oleh proses atherosclerosis atau tersumbat
oleh thrombus atau embolus
(2) keadaan darah, keadaan darah dapat mempengaruhi aliran darah dan
suplai oksigen.Darah bertambah kental, penigkatan vikositas darah, peningkatan hematokrit
f.
Obat pencegah kehamilan Obat anti hamil merupakan faktor resiko bagi wanita.
(Sidharta, 1999).
2.
Patologi
Secara patologi suatu infark dapat dibagi dalam : (1) trombosis serebri (2) emboli
serebri (3) artheritis sebagai akibat dari lues/arteritis temporalis.Iskemik otak adalah kelainan
gangguan suplai darah ke otak yang membahayakan fungsi saraf tanpa memberi perubahan
yang menetap.Infark pada otak timbul karena iskemia otak yang lama dan parah dengan
perubahan fungsi dan struktur otak yang ireversible.
Gangguan aliran darah otak akan timbul perbedaan daerah jaringan otak: (1) pada
daerah yang mengalami hipoksia akan timbul edema sel otak dan bila berlangsung lebih
lama, kemungkinan besar akan terjadi infark.(2) daerah sekitar infark timbul daerah
penumbra iskemik dimana sel masih hidup tetapi tidak berfungsi.(3) daerah diluar penumbra
akan timbul edema lokal atau hiperemis berarti sel masih hidup dn berfungsi.Orang normal
mempunyai suatu sistem autoregulasi arteri serebral. Bila tekanan darah sistemik meningkat,
pembuluh serebral menjadi vasospasme (vasokonstriksi).Sebaliknya, bila tekanan darah
sistemik menurun, pembuluh serebral akan menjadi vasodilatasi. Dengan demikian, aliran
darah ke otak tetap konstan. Walaupun terjadi penurunan tekanan darah sistemik sampai 50
mmHg, autoregulasi arteri serebral masih mampu memelihara aliran darah ke otak tetap
normal. Batas atas tekanan darah sistemik yang masih dapat ditanggulangi oleh autoregulasi
ialah 200 mmHg untuk tekanan sistolik dan 110-120 mmHg untuk tekanan diastolik. Ketika
tekanan darah sistemik meningkat, pembuluh serebral akan berkonstriksi. Derajat konstriksi
tergantung pada peningkatan tekanan darah. Bila tekanan darah meningkat cukup tinggi
selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, akan menyebabkan hialinisasi pada lapisan otot
pembuluh serebral. Akibatnya, diameter lumen pembuluh darah tersebut akan menjadi tetap.
Hal ini berbahaya karena pembuluh serebral tidak dapat berdilatasi atau berkonstriksi dengan
leluasa untuk mengatasi fluktuasi dari tekanan darah sistemik. Bila terjadi penurunan tekanan
darah sistemik maka tekanan perfusi ke jaringan otak tidak adekuat. Hal ini akan
mengakibatkan iskemik serebral. Sebaliknya, bila terjadi kenaikan tekanan darah sistemik
maka tekanan perfusi pada dinding kapiler menjadi tinggi. Akibatnya, terjadihiperemia,
edema, dan kemungkinan perdarahan pada otak (Hariyono, 2003 ).
3.
Tanda dan gejala klinis
Gejala neuorologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah diotak bergantung pada
berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokalisasinya.Gejala utama stroke iskemik
akibat trombosis serebri adalah timbulnya deficit neurologic secara mendadak/sub, didahului
gejala prodormal, terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tidak
menurun.Komplikasi cacat akibat stroke berdasarkan gangguan neurology fokal otak dapat
berupa: (1) gangguan motoris: kelemahan atau kelumpuhan separo anggota gerak, kekakuan
pada satu extremitas atau separo tubuh, mulut dan atau bibir mencong, lidah mencong, pelo,
melihat dobel (diplopi), kelopak mata sulit di buka (ptosis), gerakan tak terkendali (chorea /
atetosis), kejangkejang (seizer), tersedak (aspirasi), tidak keluar suara (disfoni/afoni)(2)
gangguan sensoris: gangguan perasaan (deficit sensoris), kesemutan (parestesi), rasa tebal
tebal (hipertesi), tidak bisa membedakan rabaan (anestesi), pendengaran terganggu
(tinnitus/deafness), penglihatan terganggu (gangguan visus) (3) gangguan bicara: sulit
berbahasa (disfasia), tidak bisa bicara (afasia motorik), tidak bisa memahami bicara orang
(afasia sensorik), tidak dapat mengerti apa yang dilihat (visual agnosia), tidak dapat menulis
(agrafia), kepandaian mundur (predemensia), tidak dapat berhitung (acalculia), pelupa
(demensia) (5) gangguan psikiatris : mudah menangis (force crying), mudah tertawa (force
laughing), depresi, bingung, gangguan otonom, keringat, seksual, sindroma menggerutu (7)
gangguan kongnitif : yaitu pasien mengalami kesulitan untuk mengorganisasikan informasi
secara efisien dan terarah, dan juga paisen mengalami kesulitan dalam mengingat perintah
yang diberikan kepadanya (Soetedjo, 2004).
4.
Komplikasi
Dari sudut pandang fisioterapi, komplikasi yang akan muncul bila kondisi stroke ini tidak
ditangani dengan baik adalah sebagai berikut : (1) penurunan LGS, hal ini bisa disebabkan
oleh ketidakaktifan, kelumpuhan, posisi yang tidak baik, serta mobilisasi yang kurang
memadai khususnya pada stadium flaccid. (2) subluksasi sendi bahu, terjadi karena
kelayuhan otot rotator sendi bahu pada kondisi flaccid dapat menimbulkan nyeri, oedema,
penguluran kapsul sendi (3) kontraktur hal ini terjadi karena program latihan terlambat dan
atau tidak teratur, adanya spastisitas yang berat, oedema tangan (4) shoulder hand
syndrome hal ini bisa terjadi adanya posisi yang tidak benar, tidak ada penyanggaan pada
waktu duduk atau berdiri, kurangnya latihan LGS secara efektif (5) efek tirah baring lama hal
ini bisa disebabkan karena posisi tidur yang kurang tepat, tidak adanya mobilisasi dini.
5.
Prognosis
Prognosis jangka panjang suatu deficit neurologic pada stadium recovery mempunyai
prognosis yang cukup baik. Tetapi hal ini sangat tergantung dari usaha rehabilitasi pada
pasien. Pada umumnya, penyembuhan pada penderita stroke tidak dapat terjadi secara
sempurna, melainkan cacat sisa. Meskipun demikian dengan usaha-usaha rehabilitasi yang
dimulai sedini mungkin dan secara intensif pada fase akut dapat mengembangkan penderita
pada aktifitas sehari-hari. Sekitar 30%-40% penderita stroke dapat disembuhkan secara
sempurna bila ditangani dalam jangka waktu 6 jam atau kurang dari itu, agar pasien tidak
menglami kecacatan, tapi sebagian penderita serangan stroke baru datang ke rumah sakit
setelah 48 jam terjadinya serangan (Sutarto, 2003) .Dilihat dari tingkat kesadaran akibat
stroke haemoragik : (1) sadar 16 % meninggal (2) somnolen 39 % mati (3) yang stupor 71
%(4) koma, maka 100 % meninggal (Aliah, dkk 2000). Dilihat dari jenis kelamin dan usia,
laki laki lebih banyak 61% yang meninggal dari perempuan 41 % dan usia 70 tahun atau
lebih angka kematian meningkat tajam.(Aliah, dkk 2000).Di lihat dari prognosis fungsional
stroke (1) 75 % mampu merawat diri secara mandiri dengan bantuan minimal (2) 75 %
mampu melakukan ambulasi baik dengan atau tanpa alat bantu secara mandiri (3) hampir
semuanya mengendalikan BAB dan BAK (4) hanya 10 % mengalami disabilitas/bed
ridden(Indriastuti, 2004).Dilihat dari status keluaran rumah sakit menurut Misbach pada
tahun 1990 yang dikutip oleh Soetedjo pada tahun 2003 (1).Hidup membaik : 59,9% (2) Mati
: 23,3% (3) Hidup tak membaik : 1,6 % (4) Hidup Memburuk : 4,3 % (5) Hidup status tidak
tercatat : 5,1 % (6) Tidak diketahui : 9,7 %.
6.
Diagnosis banding
Berdasarkan gejala gejala yang ada maka diagnosis banding adalah perbedaan antara
stroke non hemoragik sebab trombosis atau emboli, stroke hemoragik dan tumor pada otak.
Hal ini bisa dibedakan dari onset/awitannya, pada stroke yang non hemoragik awal mula
terjadi kelumpuhan biasanya saat istirahat / pasien tidak melakukan aktifitas, nyeri kepala
sifatnya ringan atau sangat ringan, tidak ditemukan adanya kejang atau muntah saat serangan
terjadi serta penurunan kesadarannya bersifat ringan atau sangat ringan sedangkan pada
stroke yang disebabkan pendarahan terjadi saat penderita beraktifitas, pasien mengalami
nyeri kepala yang hebat, adanya kejang atau muntah saat serangan terjadi, penurunan
kesadarannya bersifat sangat nyata, penderita biasanya hipertensi dengan tiba tiba terjatuh
karena terserang kelumpuhan tubuh sesisi secara serentak, biasanya adanya emosi (marah
marah) yang mendahului sebelum serangan.Pada tumor otak dengan gejala defisit neurologi
sangat lambat bahkan sampai berbulan bulan, pasien mengalami nyeri kepala yang hebat
diperkuat dan diintensifkan rangsangan rangsangan spesifik melalui receptor yaitu panca
indra dan atau propioceptor.Neuromusculair, juga untuk meningkatkan respons dari
sistem neouromusculair.
Filosofi dari PNF adalah menangani atau mengobati pasien secara total dengan tujuan
mencapai fungsi-fungsi yang optimal dari pasien.PNF berlatar belakang atas konsep sebagai
berikut : bahwa kehidupan (dalam arti sempit) adalah sederetan reaksi atas sederetan
rangsangan rangsangan yang diterimanya.Manusia dengan cara demikian akan dapat
mencapai bermacam macam kemampuan motorik.Bilaada gangguan terhadap
mekanisme neuromusculair, berarti seseorang tidak dalam kondisi untuk siap bereaksi
terhadap rangsangan -rangsangan yang datang sehingga dia tidak mampu untuk bereaksi
kearah yang tepat seperti yang dikehendaki.Metode PNF berusaha memberikan rangsangan
rangsangan yang sesuai dengan reaksi yang dikehendaki, yang pada akhirnya akan dicapai
kemampuan atau gerakan yang terkoordinasi.Lewat rangsangan rangsangan tadi fisioterapis
berusaha untuk mengaktifkan lagi mekanisme yang latent dan cadangan cadangannya
dengan tujuan utama untuk meningkatkan kemampuan fungsional.Metode PNF menganut
prinsip prinsip (1) Ilmu proses tumbuh kembang, perkembangan motoris berkembang
dari cranial ke caudal dan dari proksimal kedistal.Gerakan terkoordinasi pada orang dewasa
berlangsung dari distal keproksimal.Gerakan selalu sebelumnya didahului dengan kontrol
sikap (stabilisasi), dimana stabilisasi akan menentukan kualitas dari gerakan (2)
Prinsip Neurofisiologis,Overflow principe; motoris impuls dapat diperkuat oleh motoris
impuls yang lain dari group otot yang lebih kuat yang dalam waktu bersamaan berkontraksi,
dimana otot otot tersebut kira kira mempunyai fungsi yang sama (otot otot
synergis).overflow
principe akan
menimbulkan
apa
yang
disebut irradiatie atau summatie.Rangsangan saraf motoris mempunyai ambang rangsang
tertentu (semua atau tidak sama sekali).(3) Prinsip ilmu gerak, latihan latihan isometris
ditujukan untuk memperbaiki sikap sedangkan latihan isotonis ditujukan untuk memperbaiki
gerakan.Gerakan tunggal murni tidak ada dalam kehidupan, otak hanya mengenal aktifitas
otot secara group bukan gerakan individual,setiap gerakan terjadi dalam arah tiga
dimensi.gerakan akan semakin kuat bila terjadi bersama sama dengnan gerakan total yang
lain.Dengan dasar dasar tersebut, metode PNF menyusun latihan latihan dalam gerakan
gerakan yang selalu melibatkan lebih dari satu sendi dan mempunyai 3 komponen
gerakan.Latihan akan lebih cepat berhasil apabila pasien secara penuh mampu melakukan
suatu gerakan dari pada bila hanya melakukan sebagian saja.Hindarkan faktor faktor yang
menghambat latihan misal latihan seharusnya tanpa menimbulkan rasa sakit, pengulangan
pengulangan yang banyak dan bervariasi, sikap posisi awal akan memberikan hasil yang
lebih baik, aktifitas yang lama penting untuk meningkatkan kekuatan, koordinasi, kondisi
dari sistem neuromusculair.Tehnik tehnik PNF adalah alat fasilitasi yang dipilih dengan
maksud yang spesifik, tehnik tehnik tersebut mempunyai maksud (1) mengajarkan pola
gerak, menambah kekuatan otot (3) relaksasi (4) memperbaiki koordinasi (5) memperbaiki
gerak (6) mengajarkan kembali gerakan (7) menambah stabilisasi.
5) Mobilisasi dini dengan latihan secara pasif dan aktif.
Pemulihan motorik ialah kembalinya fungsi motorik yang disebabkan oleh pemulihan sistem
saraf pada daerah otak yang terkena.Pemulihan motorik sangat bervariasi, banyak diantara
mereka yang mengalami pemulihan lengkap (recovery completely) namun tidak sedikit pula
yang harus berlatih keras guna memperoleh kembali kemampuan fungsionalnya atau bahkan
banyak diantaranya harus menjalani kehidupannya dengan beberapa disabilitas.
Pemulihan motorik terjadi melalui dua mekanisme utama yaitu
(1) resolusi dari faktor faktor lokal yang merusak dan ini biasanya merupakan pemulihan
spontan yang umumnya berlangsung antara 3 sampai dengan 6 bulan. Bahkan proses ini bisa
hanya dalam beberapa hari sampai beberapa minggu, proses ini meliputi pengurangan oedem
lokal, perbaikan sirkulasi darah lokal dan penyerapan jaringan yang rusak
(2) Neuroplastisitas yang terjadi pada stadium lanjut, penderita stroke mempunyai hubungan
bermakna terhadap reorganisasi yang disebut Neural Plasticity dalam proses perbaikan
sistem sarafnya. penyembuhan saraf penderita stroke harus ditangani secara menyeluruh
sejak fase awal hingga fase penyembuhan salah satu pendekatannya adalah pendekatan fisik
(physical therapy). ( Purbo kuntono, 1997)
Proses perbaikan pada penderita stroke, pada fase awal perbaikan fungsional neurologi
berupa perbaikan lesi primer oleh penyerapan kembali oedema di otak dan membaiknya
sistem vaskularisasi.Dalam beberapa waktu kemudian berlanjut ke perbaikan fungsi aksonal
atau aktivasi sinaps yang tidak efektif.Pada penderita stroke, perbaikan fungsi neuron
berlangsung kurang lebih dalam waktu satu tahun. Prediksi perbaikan ini sangat tergantung
dari luasnya defisit neurologi awal, perkembangan lesi, ukuran dan topis kelainan di otak,
serta keadaan sebelumnya. Keadaan ini juga dipengaruhi oleh usia nutrisi dan tindakan terapi
(fisioterapi) yang juga merupakan faktor yang menentukan dalam proses
perbaikan.Kemampuan otak untuk memodifikasi dan mereorganisasi fungsi dari fungsi yang
mengalami cendera\kerusakan disebut neural plastisity
Otak mempunyai kemampuan untuk beradaptasi, memperbaiki, mengatasi perubahan
lingkungan nya (bahaya-bahaya) melalui penyatuan neuronal kembali yang dikelompokan
menjadi :
(1) Sprouting ( Collateral Sprouting ) merupakan respon neuron daerah yang tidak
mengalami cendera dari sel-sel yang utuh ke daerah yang debervasi setelah ada
cendera.Perhatikan fungsi SSP dapat berlangsung beberapa bulan atau tahun setelah cendera
dan dapat terjadi secara luas di otak pada daerah setal nukleus, hipokampus, dan sistem saraf
tepi.
(2) Unmasking, dalam keadaan normal, banyak akson dan sinaps yang tidak aktif.
Apabila Jalur Utama mengalami kerusakan maka fungsinya akan diambil oleh akson
menurut wall dan kabath, jalur sinapsis mempunyai mekanisme homestatik, dimana
penurunan masukan akan menyebabkan naiknya eksitabilitas sinapsnya .
(3)Diachisia (Dissipation of diachisia) keadaan dimana terdapat hilangnya
kesinambungan fungsi atau adanya hambatan fungsi dari traktus-traktus sentral di otak
(Purbo kuntono, 1997 yang dikutip dari Meryl Roth Gesch M, 1992) .
Maka perbaikan fungsi pada penderita post stroke dapat dilakukan melalui dua cara :
(1) Latihan gerak atau mobilisasi dini untuk mempengaruhi fasilitas dan mendidik kembali
fungsi otot terhadap sisi anggota yang lesi (2) Latihan untuk mempengaruhi gerak
kompensasi sebagai pengganti daerah yang akan lesi.
Pada fase penyembuhan ini latihan sangat berpengaruh dalam derajat maupun
kecepatan perbaikan fungsi.Mobilisasi dengan latihan pasif dan latihan aktif sedini mungkin
yang dilakukan serta berulang-ulang akan menjadi gerak yang terkontrol atau terkendali.