You are on page 1of 4

Optimalisasi Jumlah Unit DG Terbarukan

pada Jaringan Distribusi

Latar Belakang :
Salah satu metoda dalam perencanaan sistem distribusi untuk
memenuhi permintaan beban yaitu dengan penerapan DG. Penerapan DG
yang sesuai, diharapkan akan memenuhi permintaan beban puncak,
mengurangi rugi-rugi, meningkatkan keandalan sistem, dan juga
memberikan manfaat dari sisi keekonomiannya. Maka dari itu, pada
penelitan ini dilakukan sebuah optimalisasi jumlah unit DG khususnya DG
Terbarukan mengingat potensi sumber daya alam terbarukan ada dan bisa
dimanfaatkan untuk menggantikan energi fosil pada jaringan distribusi.
Energi terbarukan yang berasal dari tenaga surya, tenaga angin,
tenaga air tergantung pada keadaan cuaca dan waktu. Seperti energi
terbarukan yang berasal dari tenaga surya yang tidak berfungsi di malam
hari. Oleh karena itu, dikembangkanlah sistem hibrid pada pembangkit
listrik terbarukan untuk saling mengisi kekurangan masing-masing
pembangkit. Sistem hibrid biasanya terdiri dari beberapa pembangkit listrik
energi terbarukan yang bekerja paralel dengan modul penyimpan energi
sebagai tenaga cadangan.
Pada lingkup penelitian ini, sistem hibrid energi terbarukan akan
terdiri dari turbin angin yang memanfaatkan tenaga angin, sel surya yang
memanfaatkan tenaga surya dan mikrohidro yang memanfaatkan potensial
air. Sistem hibrid ini akan dilengkapi dengan sistem penyimpan energi
berupa baterai untuk menjaga pasokan tenaga listrik kepada pelanggan.
Perencanaan DG mencakup pada pemilihan lokasi, jenis DG, jumlah
DG dan kapasitas DG yang optimal dengan tujuan untuk meminimalkan
total biaya sistem. Total biaya sistem terdiri dari, biaya investasi dan operasi
DG, biaya pembelian daya dari grid utama, biaya kompensasi rugi-rugi
yang pada jaringan, dan juga biaya pinalti jika ada beban yang tidak
terlayani pada sistem distribusi.
Proses optimalisasi dilakukan dengan menggunakan metode Particle
Swarm Optimization. Kemudian hasil dari optimalisasi selanjutnya akan
dianalisa manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan untuk
penerapan DG pada jaringan sistem distribusi.

Pendahuluan
Dalam penyaluran energi listrik ketika permintaan beban meningkat
maka sistem pembangkitan harus menambah pasokan energi listrik yang
dibangkitkan hingga mampu memenuhi permintaan beban. Dalam
meningkatkan energi listrik untuk memenuhi permintaan beban tentunya
akan terdapat batasan-batasan pada sistem. Pada sistem pembangkitan
contohnya, terdapat batasan seperti sumber energi primer, kemampuan
generator, dll. Begitu juga pada sistem transmisi, maupun pada sistem
distribusinya, terdapat batasan seperti kapasitas trafo dan kemampuan
kabel penghantarnya. Dalam perencanaan sistem distribusi, dalam hal ini
perusahaan listrik, akan merespon batasan ini untuk membangun fasilitasfasilitas baru. Seperti pada sistem pembangkitan, dengan menambah
generator, atau bahkan membangun pembangkit yang baru, pada sistem
transmisi dan sistem distribusi dengan menambah trafo, meningkatkan
kemampuan jaringan, atau bahkan menambah jaringan baru.
Pendekatan alternatif yang sedang dipertimbangkan pada sistem
distribusi untuk memenuhi permintaan beban lokal dan bertahap yaitu
dengan penerapan DG. DG merupakan strategi untuk membangkitkan
tenaga listrik langsung dan dekat pada beban-beban yang membutuhkan.
Hal ini dapat mengatasi keterbatasan akan sistem pembangkitan, transmisi,
dan sistem dirtibusi itu sendiri.
Distributed Generation (DG) merupakan pembangkit skala kecil yang
dikoneksikan secara langsung pada sistem distribusi maupun pada bus
beban yang dilayani, untuk mengurangi rugi-rugi daya yang timbul akibat
penyaluran energi jarak jauh dari sistem transmisi dan juga untuk
memenuhi permintaan beban pada sistem tersebut.
Dari sudut pandang perencanaan sistem distribusi, DG adalah
alternatif yang layak untuk kapasitas baru karena memiliki beberapa
keuntungan sebagai berikut : waktu untuk menjalakannya relatif singkat,
risiko investasi yang rendah, memiliki ukuran fisik yang kecil sehingga
dapat diinstal di pusat-pusat beban yang memiliki ketersediaan lahan
terbatas, dan adanya berbagai macam teknologi DG.
Namun dalam penerapan DG pada sistem distribusi tidak dapat
dilakukan secara sembarang. Diperlukan adanya perhatian dari berbagai
aspek, seperti aspek teknis berupa batasan-batasan kemampuan peralatan,
aspek kualitas daya yang dihasilkan, seperti profil tegangan di tiap titik

beban, total rugi-rugi pada jaringan, dan juga yang tidak kalah pentingnya
yaitu aspek ekonomi, seperti biaya investasi, biaya operasi, dan lainya.
Pada akhirnya dengan penerapan DG yang sesuai, diharapkan akan
mengurangi rugi-rugi, meningkatkan keandalan sistem, dan juga
memberikan maanfaat dari sisi keekonomiannya. Maka dari itu, diperlukan
sebuah optimalisasi dalam perencanaan penerapan DG pada sistem
distribusi.
Proses optimalisasi yang dilakukan menggunakan metode Particle
Swarm Optimization (PSO) dengan fungsi tujuan untuk meminimalkan total
biaya sistem, yang mencakup pada, biaya investasi dan operasi dari DG,
biaya pembelian daya dari grid utama, biaya untuk kompensasi rugi-rugi
yang timbul pada jaringan, serta biaya pinalti beban yang belum terlayani
pada sistem distribusi.
Identifikasi masalah
Sistem distribusi yang dianalisa pada penelitian ini memiliki topologi
jaringan radial 9-bus yang terdiri dari 8-bus titik beban dengantingkatan
pembebanan yang berbeda-beda untuk tiap-tiap busnya dan 1-Bus Gardu
Distribusi (Subsystem).
Jenis DG yang digunakan dalam analisa ini yaitu jenis teknologi
konvensional Internal Combustion Engine (ICE) dengan bahan bakar Gas
dimana kapasitas maksimal sebesar 5 MW. Jenis dan kapasitas DG yang
dipilih diharapkan memiliki respon yang cepat dalam memenuhi beban.
Dalam penelitian ini, penulis mengasumsikan bahwa sistem distribusi
membeli daya dari sistem transmisi pada sistem tegangan tinggi. Penyaluran
daya
dari sistem transmisi ke jaringan distribusi berlangsung pada sebuah gardu
distribusi dengan kapasitas transformator yang terbatas.
Pendekatan secara studi aliran daya dilakukan pada penelitian ini
untuk mendapatkan nilai daya yang melalui gardu distribusi, rugi-rugi daya
pada jaringan maupun aliran daya yang timbul pada sistem baik sebelum
ataupun sesudah pemasangan DG.
Pemilihan lokasi dan kapasitas DG yang optimal ini bertujuan untuk
meminimalkan total biaya sistem daam penerapan DG, dimana biaya
tersebut mencakup pada, biaya investasi dan operasi DG, biaya pembelian
daya dari grid utama, biaya untuk kompensasi rugi-rugi pada jaringan,
serta biaya pinalti beban yang belum terlayani pada sistem distribusi.
Dalam kasus ini, penulis juga menganalisa rasio biaya manfaat dari
hasil DG yang tepilih dari hasil simulasi, untuk mengambil keputusan
apakah investasi DG tersebut layak atau tidak untuk dilaksanakan.

MH

MH

Batt

Batt

i=1

i=1

i=1

i=1

SS

i=1

i=1

( C oi . N i ) + ( C fi . N i ) + ( C oi . N i ) + ( C fi . N i ) + ( Coi . N i ) + . PSSi + CUei . PUei + P Lossesij . $/ j


i=1 j=1

PV

( C fi . N i ) +
i=1

Angin

Angin

PV

min Total Biaya Sistem= ( C fi . N i ) + ( C oi . N i ) +


i=1

i=1

i=1

You might also like